Laporan Smentara Sken C
Laporan Smentara Sken C
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; polio 0,1,2,3.
Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak makan
nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x sehari.
Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di
rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2 jendela.
Pemeriksaan Fisik:
BB saat ini = 13 kg, TB = 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140 x/menit, regular, RR: 58 x/menit, T:
39,6 C
Pemeriksaan spesifik:
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140 x/menit, regular, RR: 58 x/menit,
T: 39,6 C
9. Pemeriksaan spesifik:
Kepala: sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks: Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, wheezing tidak terdengar
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal
Ekstermitas: Tidak ditemukan clubbing finger
10. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000 /mm3,
hitung jenis: 1/1/08/68/20/2, LED: 14 mm/jam.
11. Pemeriksaan Radiologi Thoraks AP dan lateral:
Infiltrat pada kedua lapangan paru.
Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronchus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis,
yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari
bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis
merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus
primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar
20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan
kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.
Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi
untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus
superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus
FISIOLOGI PARU
HISTOLOGI
Berdasarkan waktu
1. Dispnea akutDispnea akut dengan awal yang tiba-tiba
merupakan penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat.
Penyebab dispnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-
paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dispnea kronis Dispnea kronis (menahun) dapat disebabkan
oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema,
inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara. (Price, 2005)
Berdasarkan kejadiannya
1. Dyspnea pada saat istirahat/exercise Perlu ditentukan
tentang dyspnea yang diderita pasien, apakah terjadinya secara
dadakan (infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau
emboli paru) atau timbul secara gradual/perlahan-lahan
(emphycema, bronkhitis kronis). Seseorang dapat mengalami
suatu bentuk dyspnea setelah exercise yang berlebihan, tetapi
bila telah terjadi proses yang mengganggu kapasitas paru,
exercise yang ringan sekalipun dapat menimbulkan dyspnea.
Dyspnea yang terjadi disaat istirahat menunjukkan adanya
kegagalan kapasitas respirasi. Untuk menentukan luas dan
tingkat dyspnea, dokter akan berusaha untuk mendapatkan
tanda dan simtom yang lain yang ada kaitannya dengan
dyspnea yang dikeluhkan pasien.
2. Dyspnea posisional
a) Orthopnea (dyspnea yang timbul pada posisi berbaring)
pada umumnya merupakan pertanda adanya disfungsi
ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya oedem paru
kardiogenik. Kebanyakan pasien dengan penyakit paru
f. Apa hubungan sesak napas 2 hari lalu dengan sesak semakin hebat
sejak pagi tadi?
Jawab:
Hubungannya adalah sesak nafas semakin hebat dikarenakan telah
terjadinya progresifitas penyakit. Akumulasi cairan di paru
semakin banyak sehingga kapasitas dan fungsi paru semakin
menurun (Robbins, 2007).
2. Enam hari yang lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai
panas tinggi.
a. Apa etiologi batuk dan pilek pada kasus?
Jawab:
Pada anak usia 4 bulan - 5 tahun mikroorganisme penyebab yang
paling sering yaitu :
1. Bakteri :
Streptococcus pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae,
Clamydia pneumoniae,
Haemophillus influenzatype B,
Staphylococcus aureus.
2. Virus :
Batuk
batuk merupakan respon fisiologis sebagai upaya pertahanan dan
mengeluarkan benda asing
penyebab :
infeksi saluran pernafasan atas.
rangsangan; misal debu di reseptor batuk (hidung, sal
pernafasan dan telinga).
iritan (asap rokok, gas polutan).
Pilek
penyebab :
c. Apa makna 6 hari yang lalu Ali mengalami batuk dan pilek disertai
panas yang tinggi?
Jawab:
Batuk dan pilek menunjukkan terdapat gangguan pada sistem
respirasi berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Sedangkan
demam merupakan salah satu tanda terjadinya reaksi inflamasi
(Price, 2005).
d. Apa hubungan batuk dan pilek yang disertai panas tinggi dengan
sesak nafas pada kasus?
Jawab:
Keluhan utama yakni sesak napas merupakan kelanjutan dari
keluhan penyerta (batuk berdahak, pilek dan demam) yang
dirasakan 5 hari yang lalu akibat tidak mendapatkan pengobatan
yang adekuat dan kondisi imunitas pada anak yang masih belum
sempurna (Price, 2005).
5. Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; polio
0,1,2,3.
a. Apa makna riwayat imunisasi pada kasus?
Jawab:
Imunisasi yang tidak dilakukan : Campak, Hib, PCV
(Pneumococcal Conjugate Vaccine). Imunisasi yang tidak lengkap
merupakan factor risiko. Infeksi Hib menyebabkan meningitis,
pneumonia, seluitis, arthritis, dan epiglotitis.
Penyakit akibat infeksi pneumokokus invasif antara lain
adalah pneumonia, meningitis, bakteremia dan infeksi di tempat
lain dikelompokkan sebagai Invasive Pneumococcal Diseases
(IPD). Risiko untuk seorang anak menderita IPD dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan, dan berbagai penyakit
kronis (Ranuh, I., dkk. 2011).
Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
1. Vaksin Hepatitis B
Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
didahului pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin
hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi
hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B
monovalen atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin Polio
Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio
oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan
polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun
sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan,
optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3
bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
4. Vaksin DTP
Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6
minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau
kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7
tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di-booster setiap
10 tahun.
5. Vaksin Campak
Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD
kelas 1 (program BIAS).
6. Vaksin Pneumokokus (PCV)
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2
kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun
diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada
6. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak
makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x
sehari.
a. Apa makna riwayat makanan pada kasus dan hubungannya dengan
keluhan yang dialami?
Jawab:
Pada kasus ini, Ali tidak mendapatkan ASI sehingga kemungkinan
untuk terkena penyakit saluran nafas lebih tinggi dibandingkan
anak yang mendapatkan ASI. Hal ini berkaitan dengan kandungan-
kandungan ASI yang berperan dalam perkembangan imunitas
tubuh.
Bagi masyarakat
Menurunkan biaya pemeliharaan kesehatan karena bayi
yang mendapat ASI lebih jarang mengalami sakit.
7. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak
di rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2
jendela.
a. Apa makna riwayat lingkungan pada kasus?
Jawab:
lingkungan rumah yang buruk (kurangnya ventilasi dan dapur
terletak di dalam rumah bersatu dengan kamar tidur dan ruang
tempat bayi dan balita bermain.) dapat menjadi faktor resiko
terjadinya penularan dan gangguan penyakit infeksi saluran
pernapasan.
8. Pemeriksaan Fisik:
BB saat ini = 13 kg, TB = 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140 x/menit, regular, RR: 58 x/menit,
T: 39,6 C
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
Keadaan Umum pada Pada keadaan fisiologis Interpretasi
kasus
Tampak sakit berat Compos mentis abnormal
RR 58x/menit < 40x/menit takipnea
HR 140x/menit HR : 70-110 x/menit takikardi
TD 90/60 mmHg TD 100/60 mmHg normal
T 39,6o C <36 o C :Hipotermi Suhu tubuh
36-37,5 o C: Normal febris
BB = 13 kg - BB= umur x 2 +8 BB dan TB
= 3 x 2 +8
TB = 90 cm = 14 kg rendah
- TB= umur x 6 + 77
= 3 x 6 + 77
= 95 cm
9. Pemeriksaan spesifik:
Kepala: sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks: Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang paru
Sesak napas + + + +
Retraksi + + + -
Dullness + Hipersonor - -
Sianosis + + - -
Leukositosis + - menurun -
LED Meningkat - - -
Napas cuping + - - -
hidung
2. Makrolid
Farmakodinamik :
Eritromisin aktivasinya menghilang jika berada pada suhu 200C
dan pH asam.
Waktu paruh eritromisin 1,5 jam , diekskresi melalui empedu dan
hilang dalam feses.
Dapat memasuki liquor cerebrospinalis dan sawar plasenta.
Diambil oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
2.5 Kesimpulan
Ali, laki-laki, 3 tahun mengeluh sesak nafas yang semakin hebat disertai
batuk, pilek dan panas tinggi 2 hari yang lalu karena menderita
Bronkopneumonia.
Infeksi
bronkopneumonia
Sesak Napas
bertambah hebat
DAFTAR PUSTAKA
Purwati, S., Hubertin, 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC.
Rab,Thabrani.2013.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta: Widya Medika.
Ranuh, I., dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : IDAI.
Riordan J. 1993. The biologic specificity of breastmilk. In K.G.Auerbach:
Breastfeeding and human lactation. 1st ed. Boston: Jones And Bartlett
Publishers.
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Snell, R., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.
Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Suardi, Adi Sutomo., Setyati, Amalia, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing