Anda di halaman 1dari 45

Skenario C

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Respirasi adalah blok ke-XIII pada semester IV dari sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi
pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah
Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari
metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C
yang memaparkan tentang Ali, laki-laki, umur 3 tahun yang datang ke
Instalasi Gawat Darurat RSMP karena sesak nafas semakin hebat sejak pagi
tadi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 1


Skenario C

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor :dr. Iskandar Zulkarnain Ansori, DTM&H, Sp.Park
Moderator :Maretha Anggun
Sekretaris meja :Della Kartika Corie
Sekretaris papan :Maya Zulaekha
Waktu : 1. Senin, 27 Juni 2016
Pukul: 08.00 WIB
2. Rabu, 29 Juni 2016
Pukul: 08.00 WIB
Peraturan turorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat dan pertanyaan
yang relevan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang makan dan minum.
5. Saling menghargai pendapat peserta lain dan tetap tenang serta tidak
ribut.

2.2 Skenario Kasus


Ali, laki-laki, umur 3 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSMP
karena sesak nafas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari sebelumnya,
Ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak
dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas dan posisi. Enam hari yang lalu, ali juga
mengalami batuk dan pilek yang disertai panas tinggi. Riwayat penyakit
dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, tidak ada
riwayat alergi. Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini
mengalami batuk pilek.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 2


Skenario C

Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; polio 0,1,2,3.
Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak makan
nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x sehari.
Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di
rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2 jendela.
Pemeriksaan Fisik:
BB saat ini = 13 kg, TB = 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140 x/menit, regular, RR: 58 x/menit, T:
39,6 C
Pemeriksaan spesifik:

Kepala: sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)


Thoraks: Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, wheezing tidak terdengar

Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal

Ekstermitas: Tidak ditemukan clubbing finger

Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000 /mm3, hitung


jenis: 1/1/08/68/20/2, LED: 14 mm/jam.

Pemeriksaan Radiologi Thoraks AP dan lateral:


Infiltrat pada kedua lapangan paru.

2.3 Klarifikasi Istilah

1. Sesak napas : Pernapasan yang sukar atau ketidak


normal dalam bernapas (Dorland).

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 3


Skenario C

2. Berbunyi mengi : Jenis bunyi kontinyu seperti bersiul,


biasanya menunjukkan obstruksi jalan
nafas
3. Pilek atau rinorea : Sekresi encer mucus dari hidung
(Dorland).
4. Batuk : Ekspulsi udara yang tiba-tiba dengan
mengeluarkan suara dari paru-paru
(Dorland).
5. Alergi : Keadaan hipersensitivitas didapat
melalui pajanan pada alergen
tertentudan pajanan ulang yang
menimbulkan manifestasi akibat
kemampuan yang berlebihan (Dorland).
6. BCG : Basil Calmede Guanin (Dorland).
7. Scar : Tanda yang membekas pasca
penyembuhan luka (Dorland).
8. DPT : Difterial Pertusis Tetanus adalah vaksin
difteri dan tetanus, toxoid dan pertusis
(Dorland).
9. Clubbing Finger : Proliverasi jaringan lunak di sekitar
ujung jari, tanpa perubahan pada tulang
(Dorland).
10. Sianosis sirkum oral : Tampak kebiruan pada daerah sekitar
mulut (Dorland).
11. Napas cuping hidung : Keadaan dimana cuping hidung ikut
bergerak ketika bernapas sebagai tanda
apakah seseorang mempunyai masalah
pada saluran nafasnya seperti dispneu
atau sesak napas (Dorland).
12. Ronki basah halus : Bising terputus-putus yang terdiri atas
serangkaian bising pendek, terdengar

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 4


Skenario C

saat inhalasi dengan intensitas rendah


(Dorland).
13. Retraksi : Keadaan otot-otot yang tertarik ke
belakang akibat menurunnya tekanan di
rongga (Dorland).
14. Stem fremitus : Getaran yang terasa dari daerah dada
pada saat palpasi (Dorland).

2.3.1 Identifikasi Masalah

1. Ali, laki-laki, umur 3 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSMP


karena sesak nafas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari
sebelumnya, Ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas tidak
berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas dan posisi.
2. Enam hari yang lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai
panas tinggi.
3. Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.
4. Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini mengalami
batuk pilek.
5. Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; polio
0,1,2,3.
6. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak
makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x
sehari.
7. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak
di rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2
jendela.
8. Pemeriksaan Fisik:
BB saat ini = 13 kg, TB = 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 5


Skenario C

Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140 x/menit, regular, RR: 58 x/menit,
T: 39,6 C
9. Pemeriksaan spesifik:
Kepala: sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks: Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, wheezing tidak terdengar
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal
Ekstermitas: Tidak ditemukan clubbing finger
10. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000 /mm3,
hitung jenis: 1/1/08/68/20/2, LED: 14 mm/jam.
11. Pemeriksaan Radiologi Thoraks AP dan lateral:
Infiltrat pada kedua lapangan paru.

2.4 Analisis Masalah


1. Ali, laki-laki, umur 3 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSMP
karena sesak nafas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari
sebelumnya, Ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas tidak
berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas dan posisi.
a. Bagaimana Anatomi, fisiologi dan histologi organ yang terlibat ?
Jawab :
ANATOMI
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru
adalah hidung, farynx, larynx trachea, bronkus, dan bronkiolus.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 6


Skenario C

a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga


hidung. Saluran saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi
sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farynx dan dengan selaput lendir sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
b. Farynx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang
larynx (larynx-faringeal).
c. Larynx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang
mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai
ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di
bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
bersama oleh ligarnen dan membran.
d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus
(bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap
yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 7


Skenario C

Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronchus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis,
yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari
bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis
merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus
primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar
20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan
kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.
Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi
untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus
superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 8


Skenario C

yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh


jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,
venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta
alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk
tempat permukaan/pertukaran gas. (Snell, Richard. S. 2006)

FISIOLOGI PARU

Paru merupakan organ respirasi yang berfungsi menyediakan


O2 dan mengeluarkan CO2. Selain itu paru juga membantu fungsi
nonrespirasi, yaitu:

1. Pembuangan air dan eliminasi panas


2. Membantu venus return
3. Keseimbangan asam basa
4. Vokalisasi
5. Penghidu
Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:
1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme
intraseluler, menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka
membentuk energi dari nutrien.
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang
melibatkan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel
tubuh. Tahap respirasi ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme
ventilasi
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui
mekanisme difusi
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses
difusi melintasi kapiler sistemik

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 9


Skenario C

Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh


sistem sirkulasi. (Sherwood, 2012)

HISTOLOGI

Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk


mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi
ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari
rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus
terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh
darah. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring,


trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris dan alveolus. Saluran pernapasan, secara umum dibagi
menjadi pars konduksi dan pars respirasi

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu


epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan
menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel
epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel
sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 10


Skenario C

a. Saluran pernapasan konduksi (ekstrapulmonal): trakea,


bronkus, bronkiolus dilapisi oleh epitel bertingkat semu
silia (epithelium pseudostratificatum ciliatum) mengandung
banyak sel goblet.
b. Saluran pernapasan respirasi (intrapulmonal): bronkioulus
respiratorius, ductus alveolaris, dan saccus alveolaris oleh
sel epitel selapis gepeng. Tidak ditemukan sel goblet dalam
alveoli.
c. Trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia
dengan sel goblet. Dinding terdiri dari mukosa, submukosa,
cartilago, dan adventisia. Laring dilapisi oleh epitel
bertingkat semu silindris bersilia (Eroschenko, Vicror
P.2010).

b. Apa penyebab sesak napas pada kasus?


Jawab:
Secara Umum :
kardio, pulmo, sistemik, dan psikis
Penyebab sesak nafas yang berasal dari pulmo, dibagi menjadi:

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 11


Skenario C

1. Ventilasi : terjadi obstruksi jalan napas contohnya


akibat adanya hipersekresi mukus pada saluran
pernapasan.
2. Difusi : alveoli rusak atau terjadi edema, serta adanya
hambatan pada saluran nafas.
3. Transfortasi : akibat kadar Hb yang O2 yang diikat Hb
darah tidak adekuat
4. Regulasi : tingginya kadar CO2 darah di respon oleh
sistem kemoreseptor perifer diteruskan ke area
pernapasan dorsal di medula peningkatan ventilasi
Penyebab sesak nafas pada kasus:
Penyebab bronkopneumonia terbagi menjadi 4 hal yang
bisa menyebabkan terjadinya infeksi pada paru khususnya
parenkhim paru ini adalah sebagai berikut :
1. Bakteri. gram positif seperti : Steptococcus
pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan
P. Aeruginosa.
2. Virus. Disebabkan oleh virus influensa yang
menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai
penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur. Infeksi yang disebabkan jamur seperti
histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
4. Protozoa. Menimbulkan terjadinya Pneumocystis
carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 12


Skenario C

pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,


2001)
Meskipun hampir semua organisme dapat menyebabkan
bronkopneumonia, penyebab yang sering adalah stafilokokus,
streptokokus, H. Influenza, Proteus sp dan Pseudomonas
aeruginosa (Thabrani, 2013).

c. Bagaimana mekanisme sesak napas pada kasus?


Jawab:
Masuk mikroorganisme ISPA Daya tahan tubuh
ISPBawah Menginfeksi alveoli inflamasi alveoli
pelepasan mediator inflamasi (histamine, prostaglansin)
mengaktivasi complement melemahkan otot polos vaskuler dan
permeabilitas kapiler paru perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisial edema antar kapiler dan alveoli
penimbunan cairan diantara kapiler dan alveoli sewaktu
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin lobus
yang terkena menjadi padat karena penumpukan leukosit, eritrosit
dan cairan gangguan proses difusi O2 dan CO2 ke perifer <<
sesak nafas (Price, 2005).

d. Apa saja klasifikasi sesak napas?


Jawab:
Sesuai dengan berat ringannya keluhan, sesak napas dapat
dibagi menjadi lima tingkat:
1. Sesak Napas Tingkat I Tidak ada pembatasan atau
hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas
akan terjadi bila penderita melakukan aktivitas jasmani lebih
berat dari pada biasanya. Pada tahap ini, penderita dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 13


Skenario C

2. Sesak Napas Tingkat II Sesak napas tidak terjadi bila


melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang biasa
dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Sesak baru timbul bila
melakukan aktivitas yang lebih berat. Pada waktu naik tangga
atau mendaki, sesak napas mulai terasa, tetapi bila berjalan di
jalan yang datar tidak sesak. Sebaiknya penderita bekerja pada
kantor/tempat yang tidak memerlukan tenaga lebih banyak
atau pada pekerjaan yang tidak berpindah-pindah.
3. Sesak Napas Tingkat III Sesak napas sudah terjadi bila
penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi atau
berpakaian, tetapi penderita masih dapat melakukan tanpa
bantuan orang lain. Sesak napas tidak timbul di saat penderita
sedang istirahat. Penderita juga masih mampu berjalan-jalan di
daerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang-
orang sehat seumurnya. Lebih baik penderita tidak
dipekerjakan lagi, mengingat penyakit cukup berat.
4. Sesak Napas Tingkat IV Penderita sudah sesak pada waktu
melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari seperti mandi,
berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung pada orang lain
pada waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas
belum tampak waktu penderita istirahat, tetapi sesak napas
sudah mulai timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan
sehingga pada waktu mendaki atau berjalan-jalan sedikit,
penderita terpaksa berhenti untuk istirahat sebentar. Pekerjaan
sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan leluasa.
5. Sesak Napas Tingkat V Penderita harus membatasi diri
dalam segala tindakan atau aktivitas sehari-hari yang pernah
dilakukan secara rutin. Keterbatasan ini menyebabkan
penderita lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya
duduk di kursi. Untuk memenuhi segala kebutuhannya,

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 14


Skenario C

penderita sangat tergantung pada bantuan orang lain. (Price,


2005)

Berdasarkan waktu
1. Dispnea akutDispnea akut dengan awal yang tiba-tiba
merupakan penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat.
Penyebab dispnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-
paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dispnea kronis Dispnea kronis (menahun) dapat disebabkan
oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema,
inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara. (Price, 2005)

Berdasarkan kejadiannya
1. Dyspnea pada saat istirahat/exercise Perlu ditentukan
tentang dyspnea yang diderita pasien, apakah terjadinya secara
dadakan (infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau
emboli paru) atau timbul secara gradual/perlahan-lahan
(emphycema, bronkhitis kronis). Seseorang dapat mengalami
suatu bentuk dyspnea setelah exercise yang berlebihan, tetapi
bila telah terjadi proses yang mengganggu kapasitas paru,
exercise yang ringan sekalipun dapat menimbulkan dyspnea.
Dyspnea yang terjadi disaat istirahat menunjukkan adanya
kegagalan kapasitas respirasi. Untuk menentukan luas dan
tingkat dyspnea, dokter akan berusaha untuk mendapatkan
tanda dan simtom yang lain yang ada kaitannya dengan
dyspnea yang dikeluhkan pasien.
2. Dyspnea posisional
a) Orthopnea (dyspnea yang timbul pada posisi berbaring)
pada umumnya merupakan pertanda adanya disfungsi
ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya oedem paru
kardiogenik. Kebanyakan pasien dengan penyakit paru

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 15


Skenario C

obstruktif menahun atau fibrosis interstisial yang telah


meluas tidak memperlihatkan atau sedikit mengalami
ortopnea.
b) Platypnea, didefenisikan sebagai dyspnea yang timbul
pada posisi berdiri, dyspnea bentuk ini dapat ditemukan
pada penyakit paru obstruktif menahun, cirrhosis dan
post pneumektomie. Mekanismenya belum diketahui
dengan jelas, tetapi platypnea boleh jadi disebabkan
oleh adanya ketidakcocokan (mismatching) perfusi-
ventilasi atau adanya pembukaan foramen ovale pada
jantung, keadaan ini akan menimbulkan hipoksemia,
karena pada saat berdiri aliran darah ke jantung
berkurang sebagai akibat pengaruh gravitasi, sehingga
darah yang mengalami deoksigenisasi lebih banyak
(hipoksemia) di daerah perifer maka akan terjadilah
sesak nafas pada saat berdiri atau platypnea.
c) Dyspnea nokturnal paroksismal Dyspnea yang
terjadi saat terjaga/tersentak dari tidur (ingat bukan
bangun dari tempat tidur) dapat diatasi dengan duduk
atau berjalan di sekeliling tempat tidur, pasien yang
murni menderita kelainan paru tidak akan mengalami
dyspnea nocturnal paroksismal. Penderita kelainan paru
terkadang mengeluhkan disaat tersentak dari tidurnya
di malam hari justru memperburuk sesak nafasnya,
tetapi dengan anamnesis yang cermat pasien terbangun
justru disebabkan oleh batuk yang ditimbulkan oleh
penumpukan dahak di saluran nafasnya. Selama
episode terjadinya batuk tersebut pasien mengalami
sesak nafas. Perbedaan di antara episode batuk malam
hari lalu diikuti dengan sesak nafas dengan dyspnea
nokturnal parokosismal ini sangat penting bagi dokter

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 16


Skenario C

untuk mengambil keputusan apakah dyspnea tersebut


problema paru atau jantung. (Price, 2005)

e. Apa makna 2 hari sebelumnya Ali mengalami sesak napas tidak


disertai mengi, cuaca dan aktivitas?
Jawab:
Maknanya adalah untuk menyingkirkan diagnosis banding asma
bronkial karena pada asma bronkial sesak nafas berbunyi mengi,
dipengaruhi oleh cuaca terutama cuaca dingin serta bergantung
aktivitas penderita (Sudoyo, 2009).

f. Apa hubungan sesak napas 2 hari lalu dengan sesak semakin hebat
sejak pagi tadi?
Jawab:
Hubungannya adalah sesak nafas semakin hebat dikarenakan telah
terjadinya progresifitas penyakit. Akumulasi cairan di paru
semakin banyak sehingga kapasitas dan fungsi paru semakin
menurun (Robbins, 2007).

g. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?


Jawab:
Hasil SKDI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia)
menyebutkan bahwa prevalensi bronkopneumonia menurut jenis
kelamin lebih tinggi pada laki laki 9,4% sedangkan anak
perempuan 8,5 %. Sedangkan berdasarkan usia, prevalensi
bronkopneumonia paling tinggi terjadi pada anak usia 1-4 tahun
(33,76%) dan anak dibawah 1 tahun (31%). Bronkoneumonia
banyak terjadi pada anak-anak karena sistem imun anak belum
terbentuk secara sempurna.
(Balitbang Kemenkes RI, 2008)

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 17


Skenario C

2. Enam hari yang lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai
panas tinggi.
a. Apa etiologi batuk dan pilek pada kasus?
Jawab:
Pada anak usia 4 bulan - 5 tahun mikroorganisme penyebab yang
paling sering yaitu :
1. Bakteri :
Streptococcus pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae,
Clamydia pneumoniae,
Haemophillus influenzatype B,
Staphylococcus aureus.

2. Virus :

Respiratory syncytial virus (RSV),


Influenza virus,
Adenovirus,
Rhinovirus,
Virus Varisela-Zoster. (Setyoningrum, 2006)

Batuk
batuk merupakan respon fisiologis sebagai upaya pertahanan dan
mengeluarkan benda asing
penyebab :
infeksi saluran pernafasan atas.
rangsangan; misal debu di reseptor batuk (hidung, sal
pernafasan dan telinga).
iritan (asap rokok, gas polutan).
Pilek
penyebab :

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 18


Skenario C

Alergi (terhadap benda asing)


Infeksi
Non infeksi dan non alergi. (Horrison, 2012)

b. Bagaimana mekanisme reflek batuk dan pilek?


Jawab:
Mekanisme Pilek
Mikroorganisme (bakteri) masuk melalui inhalasi MO berada di
saluran pernapasan atas MO menempel pada mukosa hidung
merangsang sel goblet untuk mengeluarkan mukus mukus
dikeluarkan melalui hidung pilek (Ganong,W.F, 2012)
Mekanisme refleks batuk
Aktivasi makrofag (fagositosis) akan menghasilkan mukus +
penimbunan mukus dari sel goblet mukus tertumpuk di saluran
pernapasan atas respon pengeluaran benda asing dengan refleks
batuk batuk berdahak. (Price, 2005)

c. Apa makna 6 hari yang lalu Ali mengalami batuk dan pilek disertai
panas yang tinggi?
Jawab:
Batuk dan pilek menunjukkan terdapat gangguan pada sistem
respirasi berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Sedangkan
demam merupakan salah satu tanda terjadinya reaksi inflamasi
(Price, 2005).

d. Apa hubungan batuk dan pilek yang disertai panas tinggi dengan
sesak nafas pada kasus?
Jawab:
Keluhan utama yakni sesak napas merupakan kelanjutan dari
keluhan penyerta (batuk berdahak, pilek dan demam) yang
dirasakan 5 hari yang lalu akibat tidak mendapatkan pengobatan

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 19


Skenario C

yang adekuat dan kondisi imunitas pada anak yang masih belum
sempurna (Price, 2005).

e. Bagaimana mekanisme panas tinggi (demam) pada kasus?


Jawab:
Infeksi mikroorganisme masuk ke saluran pernafasan infeksi
saluran pernafasan respon imun menurun peradangan
aktivasi makrofag (fagositosis) ( TNF , IL-1, IL-6) induksi
prostaglandin peningkatan termostat di hipothalamus set
point meningkat demam.

3. Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama


sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.
a. Apa makna riwayat penyakit dahulu?
Jawab:
Berdasarkan riwayat penyakit terdahulu, dapat disingkirkan
diagnosis asma bronkial karena pada penyakit asma bronkial
keluhan biasanya berulang dan dicetuskan oleh alergen tertentu
(Sudoyo, 2009).

4. Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini mengalami


batuk pilek.
a. Apa makna riwayat penyakit dalam keluarga?
Jawab:
Dengan bapak penderita yang mengalami batuk pilek kemungkinan
terjadi penularan penyakit secara droplet nuclei, ditambah lagi
dengan umur Ali yang masih 3 tahun yang memiliki sistem imun
yang belum begitu responsif dan terbentuk sempurna. Sehingga
menyebabkan resiko tertular penyakit semakin tinggi. (Horrison,
2012).

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 20


Skenario C

5. Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; polio
0,1,2,3.
a. Apa makna riwayat imunisasi pada kasus?
Jawab:
Imunisasi yang tidak dilakukan : Campak, Hib, PCV
(Pneumococcal Conjugate Vaccine). Imunisasi yang tidak lengkap
merupakan factor risiko. Infeksi Hib menyebabkan meningitis,
pneumonia, seluitis, arthritis, dan epiglotitis.
Penyakit akibat infeksi pneumokokus invasif antara lain
adalah pneumonia, meningitis, bakteremia dan infeksi di tempat
lain dikelompokkan sebagai Invasive Pneumococcal Diseases
(IPD). Risiko untuk seorang anak menderita IPD dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan, dan berbagai penyakit
kronis (Ranuh, I., dkk. 2011).

b. Bagaimana jadwal pemberian imunisasi untuk anak usia 3 tahun?


Jawab:

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 21


Skenario C

Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
1. Vaksin Hepatitis B
Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
didahului pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin
hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi
hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B
monovalen atau vaksin kombinasi.
2. Vaksin Polio
Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio
oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan
polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun
sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan,
optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3
bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
4. Vaksin DTP
Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6
minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau
kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7
tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di-booster setiap
10 tahun.
5. Vaksin Campak
Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD
kelas 1 (program BIAS).
6. Vaksin Pneumokokus (PCV)
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2
kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun
diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 22


Skenario C

umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis


terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup
satu kali.
7. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin
rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus
monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin
rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16
minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin
rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu,
interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan
pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).
8. Vaksin Varisela
Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan,
namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila
diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza
Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan,
diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary
immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua
kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 <36
bulan, dosis 0,25 mL.
10. Vaksin Hib
Membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza
tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia
dan infeksi tenggorokan berat. Vaksin ini adalah bentuk
polisakarida murbi (PRP: purified capsular polysaccharide)
kuman H. Influenzae tipe b, antigen dalam vaksin tersebut
dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 23


Skenario C

tetanus (PRP-T), toksoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau


dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Cara Pemberian
dapat dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan
kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
11. Vaksin Human papiloma virus (HPV)
Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin
HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan;
vaksin HPV tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan (Ranuh,
2011).

6. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak
makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x
sehari.
a. Apa makna riwayat makanan pada kasus dan hubungannya dengan
keluhan yang dialami?
Jawab:
Pada kasus ini, Ali tidak mendapatkan ASI sehingga kemungkinan
untuk terkena penyakit saluran nafas lebih tinggi dibandingkan
anak yang mendapatkan ASI. Hal ini berkaitan dengan kandungan-
kandungan ASI yang berperan dalam perkembangan imunitas
tubuh.

Adapun beberapa manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut:


Bagi bayi
Menurunkan insidens keparahan diare, penyakit saluran
nafas, otitis media bakteremia, meningitis bakterialis dan
enterokolitis nekrotikans.
Bagi ibu
Menurunkan resiko pendarahan pasca melahirkan, amenore
yang lebih lama, insidens terjadinya kanker ovarium dan
resiko osteoporosis.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 24


Skenario C

Bagi masyarakat
Menurunkan biaya pemeliharaan kesehatan karena bayi
yang mendapat ASI lebih jarang mengalami sakit.

Di negara yang sedang berkembang, penyakit infeksi pada


anak masih merupakan masalah akibat pajanan mikroorganisme
patogen yang masih tinggi. Pada masa bayi (0-1 tahun) terdapat
kepekaan yang tinggi terhadap infeksi sebagai akibat dari fungsi
imunologis yang masih imatur dan klirens patogen intraseluler
yang kurang. Pada masa intra uterin, terdapat imunoglobulin G
(IgG) transplacental yang memiliki peran penting untuk
melindungi bayi hingga usia 6- 12 bulan. Imunoglobulin M (IgM)
dapat memberi proteksi bayi di usia awal, terhadap invasi mikroba
patogen di daerah mukosa sebagai respon nonspesifik.
Pada bayi yang menyusu, ASI merupakan perlindungan
yang ketiga, identik dengan transplacental blood yaitu sebagai
alat transport nutrien, pengaruhnya pada sistim biokemikal,
meningkatkan imunitas dan merusak patogen (Riordan dan
Auerbach, 1993).
Antibodi sIgA yang merupakan salah satu komponen utama
ASI, beserta elemen imun lainnya dapat berfungsi sebagai
pembawa kekebalan pasif baik yang bersifat inat maupun adaptif.
Air susu ibu merupakan sumber nutrisi utama yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang
hingga usia 6 bulan. Di negara berkembang ASI sangat berperan
dalam mencegah terjadinya infeksi maupun penyakit diare.
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2001, tingkat mortalitas
akibat penyakit infeksi menurun secara mencolok pada bayi yang
mendapat ASI dibandingkan dengan yang mendapat susu formula.
Khususnya bayi yang mendapat ASI-eksklusif sampai dengan usia

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 25


Skenario C

6 bulan, memperlihatkan adanya penurunan insiden dan incidence


density penyakit infeksi (Purwati, 2004).

7. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak
di rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2
jendela.
a. Apa makna riwayat lingkungan pada kasus?
Jawab:
lingkungan rumah yang buruk (kurangnya ventilasi dan dapur
terletak di dalam rumah bersatu dengan kamar tidur dan ruang
tempat bayi dan balita bermain.) dapat menjadi faktor resiko
terjadinya penularan dan gangguan penyakit infeksi saluran
pernapasan.

8. Pemeriksaan Fisik:
BB saat ini = 13 kg, TB = 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140 x/menit, regular, RR: 58 x/menit,
T: 39,6 C
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
Keadaan Umum pada Pada keadaan fisiologis Interpretasi
kasus
Tampak sakit berat Compos mentis abnormal
RR 58x/menit < 40x/menit takipnea
HR 140x/menit HR : 70-110 x/menit takikardi
TD 90/60 mmHg TD 100/60 mmHg normal
T 39,6o C <36 o C :Hipotermi Suhu tubuh
36-37,5 o C: Normal febris
BB = 13 kg - BB= umur x 2 +8 BB dan TB
= 3 x 2 +8

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 26


Skenario C

TB = 90 cm = 14 kg rendah
- TB= umur x 6 + 77
= 3 x 6 + 77
= 95 cm

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?


Jawab:
Takipnea
Inhalasi mikroorganisme menginfeksi saluran nafas atas
respon imun rendah predisposisi berbagai infeksi peradangan
parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan mediator
inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli gangguan
proses difusi O2 dan CO2 ke perifer berkurang sesak nafas
tubuh berkompensasi dengan meningkatkan frekuensi napas.
Febris
Infeksi mikroorganisme masuk ke saluran pernafasan infeksi
saluran pernafasan respon imun menurun peradangan
aktivasi makrofag (fagositosis) ( TNF , IL-1, IL-6) induksi
prostaglandin peningkatan termostat di hipothalamus set
point meningkat demam.
Takikardi
Konsolidasi penurunan luas permukaan membrane respirasi
menurunkan kapasitas difusi hipoksemia mengalami
peningkatan denyut jantung. (Price, 2005)

9. Pemeriksaan spesifik:
Kepala: sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks: Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang paru

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 27


Skenario C

Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada kedua


lapangan paru, wheezing tidak terdengar
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal
Ekstermitas: Tidak ditemukan clubbing finger
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan spesifik?
Jawab:
No Hasil Pemeriksaan Interpretasi
1 Kepala: Abnormal
sianosis sirkum oral (+), nafas cuping
hidung (+)
2 Toraks: Abnormal
Inspeksi: terdapat retraksi intercostal,
subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di
kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang
paru
Auskultasi: vesikuler menurun, ronki
basah halus nyaring pada kedua
lapangan paru, wheezing tidak
terdengar.
3 Abdomen : Datar, lemas, hepar lien Normal
tidak teraba, bising usus normal.
4 Ekstremitas : Tidak ditemukan Normal
clubbing finger.

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan spesifik?


Jawab:
Napas cuping hidung (+)
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas)
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 28


Skenario C

bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang


kurang tepat dan imaturitas imun aktivasi makrofag apabila
makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme berkembang
biak di alveoli sekitar aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi
sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus konsolidasi paru
difusi oksigen dan karbondioksida terganggu peningkatan
usaha bernapas napas cuping hidung.
Retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas)
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas
bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang
kurang tepat dan imaturitas imun aktivasi makrofag apabila
makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme berkembang
biak di alveoli sekitar aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi
sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus konsolidasi paru
difusi oksigen dan karbondioksida terganggu peningkatan
usaha bernapas penggunaan otot pernapasan tambahan
retraksi intercostals, subcostal dan suprasternal.
Stem fremitus kanan dan kiri meningkat
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas)
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas
bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang
kurang tepat dan imaturitas imun aktivasi makrofag apabila
makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme berkembang
biak di alveoli sekitar aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi
sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus konsolidasi paru
stem fremitus kanan dan kiri meningkat.
Redup pada basal kedua paru
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas)
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas
bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 29


Skenario C

kurang tepat dan imaturitas imun aktivasi makrofag apabila


makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme berkembang
biak di alveoli sekitar aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi
sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus konsolidasi paru
bagian basal redup pada basal kedua paru.
Ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas)
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas
bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang
kurang tepat dan imaturitas imun aktivasi makrofag apabila
makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme berkembang
biak di alveoli sekitar aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi
sel-sel PMN serta eksudasi cairan ke alveolus konsolidasi paru
+ eksudat ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan
paru. (Price, 2005)

c. Apa saja suara nafas tambahan?


Jawab:
1) Stridor: yaitu suara yang terdengar kontinu (tidak terputus-
putus), bernada tinggi yang terjadi baik pada saat inspirasi
maupun pada saat ekspirasi, dapat terdengar tanpa
menggunakan stetoskop, bunyinya ditemukan pada lokasi
saluran napas atas (laring) atau trakea, disebabkan karena
adanya penyempitan pada saluran napas tersebut. Pada
orang dewasa, keadaan ini mengarahkan kepada dugaan
adanya edema laring, kelumpuhan pita suara, tumor laring,
stenosis laring yang biasanya disebabkan oleh tindakan
trakeostomi atau dapat juga akibat pipa endotrakeal.
2) Crackles: adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat
penundaan pembukaan kembali jalan napas yang menutup,
terdengar selama inspirasi.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 30


Skenario C

Fine crackles/ krekels halus


Terdengar selama akhir inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah. Penyebabnya adalah karena
terdapat udara yang melewati daerah yang lembab
di alveoli atau bronchioles/ penutupan jalan napas
kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Krekels kasar
Terdengar selama ekspirasi. Karakter suara parau,
basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong.
Penyebab adalah karena terdapat cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah
ketika klien batuk.
3) Wheezing (mengi): adalah bunyi seperti bersiul, kontinu,
yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
ekspirasi. Penyebabnya adalah akibat udara melewati jalan
napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat
dihilangkan dengan batuk.Dengan karakter suara nyaring,
suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara
melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan
bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena
perubahan temperatur, allergen, latihan jasmani, dan bahan
iritan terhadap bronkus.
4) Ronchi : adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama
ekspirasi. Disebabkan karena gerakan udara melewati jalan
napas yang menyempit akibat obstruksi napas.
Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang
terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai
adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high
pitch (menciut) misalnya pada asma dan low
pitch oleh karena secret yang meningkat pada

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 31


Skenario C

bronkus yang besar yang dapat juga terdengar


waktu inspirasi.
Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang
terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi
seperti bunyi ranting kering yang terbakar,
disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau
bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan
kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan
cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan
edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada
bronkiekstatis. Perbedaan ronchi dan mengi. Mengi
berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil
salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul.
Biasanya terdengar jelas pada pasien asma. Ronchi
berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar
salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor.
Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.
5) Pleural friction rub: adalah suara tambahan yang timbul
akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga
permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara : kasar,
berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama :
akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat
dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada
permukaan anterior lateral bawah toraks. Terdengar seperti
bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga,
jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan
ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri
pleura. Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan.
Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan
tuberculosis.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 32


Skenario C

6) Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi


karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan seperti
darah.
(Bickley, 2008)

10. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000 /mm3,


hitung jenis: 1/1/08/68/20/2, LED: 14 mm/jam.
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
No Pemeriks Nilai Kasus Nilai Normal Interpretasi
. aan Lab
1. Hb 11,8 gr/dl 11-14,5 gr/dl Normal. Tidak
mengalami
anemia ataupun
Hb tinggi.

2. Leukosit 23.000/mm3 9000-12.000 Leukositosis.


mm3 Menunjukkan
adanya infeksi /
radang akut.
3. Basofil 1% 0-1 % Normal.
4. Eosinofil 1% 1-3 % Normal.
5. Neutrofil 8% 2-6 % Meningkat.
Batang Adanya infeksi.
6. Neutrofil 68 % 50-70% Normal.
Segmen
7. Limfosit 20 % 20-40 % Normal.
8. Monosit 2% 2-18 % Normal.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 33


Skenario C

9. LED 14 mm/jam < 10 mm/jam Meningkat.


Menunjukkan
adanya infeksi.

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?


Jawab:
Leukositosis
Infeksi mikroorganisme pada saluran pernafasan atas terjadi
inflamasi pada saluran pernafasan atas pengeluaran pirogen
endogen stimulasi untuk mensintesis protein fase akut leukosit
meningkat.
LED meningkat
Infeksi mikroorganisme pada saluran pernafasan atas terjadi
inflamasi pada saluran pernafasan atas pengeluaran pirogen
endogen stimulasi untuk mensintesis protein fase akut viskositas
darah meningkat LED meningkat.
Neutrofil batang meningkat
Infeksi mikroorganisme pada saluran pernafasan atas terjadi
inflamasi pada saluran pernafasan atas Respon inflamasi akut
pengeluaran sel PMN (basophil, eosinophil, netrofil batang, netrofil
segmen) radang akut peningkatan netrofil batang.

11. Pemeriksaan Radiologi Thoraks AP dan lateral:


Infiltrat pada kedua lapangan paru.
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan radiologi thoraks?
Jawab:
Menandakan terjadinya bronkopneumonia ditandai dengan
gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak
infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru (Suardi,
dkk., 2008).

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 34


Skenario C

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan radiologi


thoraks?
Jawab:
Inhalasi mikroorganisme menginfeksi saluran nafas atas
respon imun rendah predisposisi berbagai infeksi peradangan
parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan mediator
inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat saat pemeriksaan radiologi tampak
infiltrat di kedua lapangan paru.

12. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?


Jawab:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang sesuai dengan gejala
dan tanda yang diuraikan sebelumnya dan pemeriksaan fisik disertai
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis:
Ali, laki-laki, 3 tahun, mengalami sesak napas sejak 2 hari lalu
namun tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca,
aktivitas dan posisi.
Batuk, pilek dan panas tinggi 6 hari yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.
Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini
mengalami batuk pilek.
Riwayat imunisasi: belum lengkap.
Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini
anak makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum
susu formula 1x sehari.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 35


Skenario C

Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang


kakak di rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar,
hanya ada 2 jendela.
Pemeriksaan fisik
Tampak sakit berat
BB dan TB rendah
Takipnea
Takikardi
Suhu febris
Pemeriksaan spesifik:
Kepala: sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thoraks: Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi: redup pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, wheezing tidak terdengar
Abdomen: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal
Ekstermitas: Tidak ditemukan clubbing finger
Pemeriksaan Laboratorium:
Ditemukan leukositosis serta LED dan neutrofil batang meningkat.
Pemeriksaan Radiologi Thoraks AP dan lateral:
Infiltrat pada kedua lapangan paru.
Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu
atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya
komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau
perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan
bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh
karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 36


Skenario C

lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan


berdasarkan :
Pneumonia sangat berat:
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka
anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Pneumonia berat:
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotika.
Pneumonia:
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun
40 x/menit pada anak usia 1 5 tahun
Bukan Pneumonia:
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak
perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
(Suardi, dkk., 2008)

13. Bagaimana DD pada kasus ini?


Jawab:
Gejala Bronkopneumoni Bronkioltis Asma Bronkitis akut
akut
Batuk + + + +

Sesak napas + + + +

Demam + -/subfebris - +/sedikit


meningkat

Retraksi + + + -

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 37


Skenario C

Dullness + Hipersonor - -

Rales + Wheezing wheezing Wheezing dan


ronki kasar

Sianosis + + - -

Leukositosis + - menurun -

LED Meningkat - - -

Napas cuping + - - -
hidung

14. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?


Jawab:
a) Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran
airbronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain
staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial
(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat
pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk
kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa
dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat
akibat Staphylococcus atau bakteriemia.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal atau rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus atau
mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons
leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 38


Skenario C

imunitas, misalnya neutropeniapada infeksi kuman Gram negatif atau


S. aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan.
c) Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal,aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, at
au biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus
Gram.
d) Pemeriksaan khusus titer antibodi terhadap virus, legionela, dan
mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4
kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen (Suardi, dkk. 2008).

15. Bagaimana WD pada kasus?


Jawab:
Bronkopneumonia.

16. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?


Jawab:
Promotif : memberikan edukasi atau penyuluhan tentang penyakit-
penyakit infeksi pada saluran pernapasan kepada para orang tua
Preventif : memberikan gizi yang cukup dan seimbang, lingkungan
tempat tinggal yang bersih serta gaya hidup yang sehat
Kuratif : terapi suportif yaitu dengan pemberian oksigen dan pemasangan
infus (cairan fisiologis) untuk mengganti nutrisi dan cairan karena
penderita sukar makan dan minum. Terapi medikamentosa dengan
pemberian antibiotik awal amoksisilin 10-25 mg/kg/dosis atau untuk
wilayah yang resistensi terhadap antibiotik tinggi dosis dapat dinaikkan
80-90 mg/kg/hari). Pemberian antibiotik ini harus di pantau ketat selama
3 hari, apabila selama 3 hari pemberian antibiotik ini tidak mengalami
perubahan, antibiotik harus diganti dengan spektrum yang luas.
Pemberian mukolitik, ekspektoran dan penurun panas sebaiknya tidak

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 39


Skenario C

diberikan pada 72 jam pertama karena dapat mengaburkan interpretasi


reaksi antibiotik awal.
Rehabilitatif : setelah penderita sembuh, berikan gizi yang cukup dan
seimbang serta gaya hidup yang sehat agar sistem kekebalan tubuh anak
dapat berkembang dengan baik. (Suardi, 2008)
1. Penisilin
Farmakodinamik :
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu reaksi
trans peptidasi dalam sintesis dinding bakteri,
Menghambat sintesis peptidoglikan,
Membunuh sel bakteri hanya jika sel bakteri aktif tumbuh dan
menyintesis dinding sel.
Dikloksasilin, ampisilin, dan amoksisilin realtif stabil terhadap
asam dan diabsorpsi dengan baik.
Absorpsi nafsilin tidak baik di saluran cerna sehingga tak ada
sediaan oral.
Konsentrasi dalam serum pasca 30 menit pascainjeksi i.v 1g
penisilin adalah 20-50 mcg/ml.
Penisilin diekskresi melalui ginjal , waktu paruh normal penisilin G
30 menit.
Waktu paruh ampisilin dan penisilin yaitu 1 jam. (Katzung,2012)

2. Makrolid
Farmakodinamik :
Eritromisin aktivasinya menghilang jika berada pada suhu 200C
dan pH asam.
Waktu paruh eritromisin 1,5 jam , diekskresi melalui empedu dan
hilang dalam feses.
Dapat memasuki liquor cerebrospinalis dan sawar plasenta.
Diambil oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 40


Skenario C

Klaritromisin Kadar serum mencapai 2-3 mcg/mL dengan


waktu paruh 6 jam.
Dimetabolisme di hati.
Azitromisin Pada dosis 500 mg mencapai kadar serum 0,4 mcg/
mL. dangan waktu paruh 2-4 hari (Katzung, 2012).

17. Bagaimana komplikasi pada kasus?


Jawab:
Empiema
Otitis media akut
Komplikasi dari bronchopneumonia antara lain Otitis Media Akut
(OMA). Terjadi bila tidak diobati maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara
ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara kemudian gendang
telinga akan tertarik ke dalam timus efusi.
Meningitis
Perikarditis
Osteomielitis (FKUI, 2007)

18. Bagaimana prognosis pada kasus?


Jawab:
Quo at vitam : dubia at bonam
Quo at fungsional : dubia at bonam

19. Bagaimana KDU pada kasus?


Jawab:
3.b Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhan atau X-ray). Dokter dapat

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 41


Skenario C

memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis


yang relevan (kasus gawat darurat) (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).

20. Bagaimana NNI pada kasus?


Jawab:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Al Baqarah:233).
Dalam ayat tersebut dijelaskan, jika masa penyusuannya bisa sempurna
sampai dua tahun, maka itu lebih baik, lebih kuat, dan lebih ideal. Asupan
pertama dan yang terbaik bagi sang buah hati adalah ASI. Allah SWT
telah menciptakan dengan sempurna komposisi yang terkandung di dalam
ASI. ASI memenuhi seluruh kebutuhan biologis bayi, karena itulah
penting kiranya bagi para ibu agar menyusui bayinya hingga berusia 2
tahun sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat badan,
kemungkinan menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya. Jarang di
antara mereka yang menderita alergi atau infeksi karena bakteri. ASI
memberikan proteksi alamiah dengan cara mengalirkan antibodi penting
dari ibu ke bayinya. Menyusui juga memberikan manfaat psikologis pada
bayi. Karena dengan menyusu, ia merasakan kehangatan dan kedekatan
fisik ibunya serta menikmati suara dan wajah ibunya.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 42


Skenario C

2.5 Kesimpulan
Ali, laki-laki, 3 tahun mengeluh sesak nafas yang semakin hebat disertai
batuk, pilek dan panas tinggi 2 hari yang lalu karena menderita
Bronkopneumonia.

2.6 Kerangka Konsep

Faktor Resiko : infeksi,


riwayat lingkungan, riwayat
imunisasi

Infeksi

Batuk pilek Infeksi Saluran Nafas Atas Demam

Tidak tertatalaksana dengan


baik

Infeksi saluran nafas bawah

bronkopneumonia

Sesak Napas
bertambah hebat

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 43


Skenario C

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran, QS.Al-baqarah: 233.


Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Bickley. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates (Edisi
5). Jakarta: EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:
EGC.
Eroschenko, 2010. Atlas Histologi diFiore Edisi 11. Jakarta : EGC.
Ganong. W. F. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Horrison, 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Katzung, B., 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta : KKI.
Kumar, Robbins V., et al., 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In: Hartanto, H.,
ed. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
Price, S., Wilson, L., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.

Purwati, S., Hubertin, 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC.
Rab,Thabrani.2013.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta: Widya Medika.
Ranuh, I., dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : IDAI.
Riordan J. 1993. The biologic specificity of breastmilk. In K.G.Auerbach:
Breastfeeding and human lactation. 1st ed. Boston: Jones And Bartlett
Publishers.
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Jakarta : EGC.

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 44


Skenario C

Snell, R., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.

Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Suardi, Adi Sutomo., Setyati, Amalia, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing

Kelompok Tutorial 7 | BLOK XIII Respirasi Page 45

Anda mungkin juga menyukai