Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga
3) puncak hidung, 4) ala nasi, 5)kolumela dan 6) lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
septum.
kanan dan kiri. Pintuatau lubang masuk kavum nasi di bagian depan disebut nares
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Septum bagian luar dilapisi oleh
mukosa hidung. Bagian depan dinding hidung licin,yang disebut agar nasi dan di
hidung. Pada dinding lateral terdapat 4 konka, dari yang terbesar sampai yang
1
2
terkecil adalahkonka inferior, konka media, konka superior, dan konka suprema.
Di antara konka-konka dan dinding laterla hidung terdapat rongga sepit yang
disebutmeatus. Terdapat 3 meatus, yaitu meatus inferior, meatus media, dan meatus
meatus media terdapatmuara sinus frontalis, sinus maksilaris, dan sinus etmoid anterior.
Sedangkan pada meatussuperior bermuara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
hidung pada bagian depan dan atas, saraf sensoris n. etmoid anterior (cabang n.
sebagian besar rongga hidung berupa epitel torak berlapis semu yang mempunyai
silia dan di antaranyaterdapat sel goblet. Pada bagian yang lebih sering terkena
skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah
karenadiliputi oleh palut lendir pada permukaannya yang dihasilkan oleh kelenjar
mukosa dan sel-sel goblet. Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai
arti penting dalammobilisasi palut lendir di dalam kavum nasi yang didorong ke
arah nasofaring.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan
sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu
4
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada
pasien yangatopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama
alergen spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its
Impact on Asthma) tahun2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal dantersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen
Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600
juta penderitadari seluruh etnis dan usia. Di Amerika Serikat, lebih dari 40 juta
warganya menderitarhinitis alergi. Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi
prevalensi rinitis alergi laki-laki sama dengan perempuan. Sekitar 80% kasus
rhnitis alergi berkembang mulai usia 20 tahun. Insidensirinitis alergi pada anak-
anak 40% dan menurun sejalan dengan usia. Di Indonesia belum ada angka yang
pasti, tetapi di Bandung prevalensi rinitis alergi pada usia 10 tahun ditemukan
tungau deburumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur.
2. Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,
3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
dansengatan lebah.
4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,
terdiri dari 2 fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase
cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai satu jam
setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase lambat
(RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas)
Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau
dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major
(Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1(IL1) yang
akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2
akanmenghasilakan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, dan IL13. IL4 dan IL13
menjadi aktif danakan memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke
jaringan dan diikat olehreseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel
mediator) sehingga kedua sel inimenjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang
tersensitisasi terpapar dengan allergen yang sama,maka kedua rantai IgE akan
berbagai sitokin.Inilah yang disebut sebagai reaksi alergi fase cepat (RAFC).
permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinorea. Gejala lain dalah hidung
1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). Rinitis hanya ada di
2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala penyakit ini timbul intermiten
atauterus menerus, tanpa variasi musim. Penyebab yang paling sering ialah
berlangsungnyadibagi menjadi:
dari 4minggu.
8
2. Persisten/ menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
menjadi:
2. Sedang-berat bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Gejala klinis pada rinitis alergi adalah bersin berulang pada pagi hari,
keluar ingus(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata
gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi).
Awitan gejala timbul cepat setelah paparan allergen dapat berupa bersin, mata
atau palatum yang gatal berair, rinore, hidung gatal, hidung tersumbat. Pada mata
dapat menunjukkan gejala berupa mata merah, gatal, conjungtivitis, mata terasa
terbakar, danlakrimasi. Pada telinga bisa dijumpai gangguan fungsi tuba, efusi
A. Anamnesis
dilkepaskannyahistamin. Gejala lain adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan
dengan banyak keluar air mata (lakrimasi). Riwayat penyakit alergi dalam
9
keluarga perlu ditanyakan. Pasien juga perluditanya gangguan alergi selain yang
lingkungan kerja dan tempat tinggal juga perlu ditanyauntuk mengaitkan awitan
gejala.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema basah, berwarna pucat atau
lividdisertai adanya secret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa
inferior tampak hipertofi. Gejala spesifik lain pada anak adalah adanya bayangan
gelap di daerah bawah matayang terjadi karena stasis vena sekunder akibat
obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain itu juga tampak anak
(geographictongue).
yang bekerja secarainhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target. Pemberian
10
mempunyai efek kolinergik. Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah
gejala terutama sumbatan hidung akibat responfase lambat tidak berhasil diatasi
inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berta dan
tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau
yang merupakanallergen.
Kebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati. Pada kasus yang lebih parah
akansemakin kurang sensitif terhadap. Namun, sebagai aturan umum, jika suatu zat
menjadi penyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut dapat terus