Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KEGIATAN

Penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Latar Belakang

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan


penyakit menular yang sering menyebabkan mortalitas dan morbilitas. Daerah
yang mempunyai risiko untuk menjadi wabah DBD umumnya ialah kota atau desa
yang beriklim tropis dan subtropis (Widjaya, 2010), di pantai yang penduduknya
padat (Hiswani, 2003), kecuali di daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari
1.000 meter di atas permukaan air laut (Soedarto, 2007). Wabah DBD terjadi pada
musim hujan, sesuai dengan musim penularan penyakit ini (Hiswani, 2003).
Penularan DD dan DBD melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti/ Aedes albopictus
betina yang membawa virus dengue (DEN) dari penderita lain (Kristina, 2004).
Kasus DBD dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 1968,
DBD pertama kali di temukan di Surabaya dan menimbulkan kematian 24 jiwa
(Kristina, 2004; Bermawie, 2006). Kasus tertinggi ditemukan di Jakarta 11.534
orang (Kristina, 2004). Di seluruh provinsi di Indonesia kasus DBD mencapai 26.
015 dan menimbulkan kematian 389 jiwa.
Jumlah penderita kasus demam berdarah di Indonesia tercatat masih
tinggi, bahkan tertinggi dibanding negara lain di ASEAN. Indonesia menjadi tuan
rumah peluncuran resmi ASEAN Dengue Day pada 15 Juni 2011. Data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat jumlah kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150.000. Angka ini cenderung
stabil pada tahun 2010, sehingga kasus DBD di Indonesia belum bisa dikatakan
berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak mengalami
perubahan pada tahun 2009 dan tahun 2010. Sekitar 1.420 korban meninggal
akibat DBD pada 2009 dan sekitar 1.317 korban meninggal pada tahun berikutnya
(Pramudiarja, 2011).

Permasalahan
Sejumalah 17 desa yang terdapat di Kecamatan Mempawah Hulu telah
dibina oleh Puskesmas Karangan. Beberapa desa yang dibina seperti desa

1
Karangan, Caonk, Sailo, Babant, Garu, Paci dan masih banyak desa yang lain.
Masing-masing desa terdiri dari beberapa dusun, seperti desa Karangan terdapat 4
dusun yaitu dusun suka maju, sele terpadu, karya jaya, dan dusun paci. Dusun
Paci merupakan dusun yang tercatat memiliki kasus DBD terbanyak dibandingkan
dusun yang lain. Sebanyak 9 kasus DBD di dusun Paci dan mengakibatkan 2
penderita meninggal dunia. Telah dilakukan fogging di Dusun tersebut, namun
masih ada kasus DBD. Kemungkinan masih terdapat proses perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti berupa telur, larva, dan pupa yang tidak mati dengan
fogging.

Intervensi

Berdasarkan hal di atas, sebagai salah satu usaha kami untuk menurunkan
angka kejadian kasus DBD dan angka kematian akibat DBD adalah melalui
penyuluhan dan pembagian bubuk ABT yang dapat membunuh nyamuk Aedes
aegypti saat fase telur. Penyuluhan yang kami berikan di maksudkan untuk
memberi informasi secara langsung kepada penduduk dusun Paci mengenai DBD
meliputi penyebab DBD, siklus hidup nyamuk Aedes aegypt, cara penularan,
gejala yang timbul, penanganan pertama penderita DBD, dan pencegahannya.
Selain itu kami juga membagikan bubuk ABT untuk digunakan di bak tempat
penampungan air.

Pelaksanaan

Waktu : 7 April 2015, pukul 11.00 WIB


Tempat : Rumah Tn. P
Alamat : Dusun Paci Desa Karangan
Kegiatan ini diikuti 75 orang penduduk Dusun Paci, terdiri dari 65 wanita
dan 10 laki-laki. Para peserta penyuluhan antusias mengikuti dan mendengarkan
dengan baik penyuluhan yang sedang berlangsung. Untuk mengetahui
pemahaman dan kejelasan yang diperoleh peserta penyuluhan, diakhir penyuluhan
peserta mempunyai kesempatan untuk bertanya. Dan diakhir penyuluhan tidak ada

2
peserta bertanya, diharapakan semua peserta memahami materi penyuluhan yang
telah diberikan mengenai DBD dan dapat mengurangi kasus DBD di Dusun Paci.
Dafrtar Pustaka

Bermawie, N., 2006. Mengatasi Demam Berdarah dengan Tanaman Obat.


http://pustaka.litbang. deptan.go.id/publikasi/wr286063.pdf. Diakses tanggal
7 September 2010

Hiswani, 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


(DBD), Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara

Kristina, 2004. Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/


maskes/052004/demamberdarah1.htm kajian masalah kesehatan. Diakses
tanggal 14 November 2010

Pramudiarja, A., U., 2011. Indonesia Juara Demam Berdarah di ASEAN.


http://health.detik.com/read/2011/02/18/163159/1573796/763/indonesia-
juara-demam-berdarah-di-asean. Diakses tanggal 17 Maret 2011

Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Airlangga University Press:


Surabaya.

3
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Ratih Kartika Rini Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Felly Novelia Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Karangan Mempawah Hulu


Tujuan Pelaksanaan Memberikan pengetahuan tentang DBD dari
definisi, penyebab, gejala, penanganan awal, dan
pencegahannya. Diharapkan penduduk Paci paham
dan mengaplikasikan di lingkungan. Sehingga
dapat meminimalisir kejadian DBD di Dusun Paci
Desa Karangan
Hari/Tanggal Selasa, 07-04-2015
Waktu 09.00 12.00 WIB
Tempat Rumah warga Dusun Paci
Jumlah Peserta 75 peserta

4
GAMBAR

Gambar 1. Penyuluhan DBD Dusun Paci

Gambar 2. Penyuluhan DBD Dusun Paci

5
LAPORAN KEGIATAN

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Latar Belakang

Sehat merupakan hak asasi manusia dan merupakan investasi


pembangunan. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara, dilindungi dan
ditingkatkan kualitasnya malalui berbagai upaya yang dilakukan oleh semua
pihak. Salah satu adalah upaya kesehatan di Sekolah yang bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat, serta terciptanya
lingkungan sehat di sebut PHBS di Sekolah. PHBS di Sekolah diartikan bahwa
anak sekolah harus diberdayakan agar sadar, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu ketesediaan sarana lingkungan sekolah
yang sehat harus diupayakan dan menjadi urusan pemerintah, pendidikan, dan
kesehatan (Ampon, 2013).
Sekitar 73 Juta orang dan usia sekolah merupakan masa keemasan untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga
berpotensi sebagai agen perubahaan untuk mempromosikan PHBS, baik
dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Saat ini di Indonesia terdapat
lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama (Miftah, 2010).

Permasalahan di Masyarakat

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengembangkan PHBS di


Sekolah, namun dalam realitanya belum banyak yang melaksanakan PHBS di
Sekolah. Hal ini dikarenakan kurangnya komitmen dan dukungan dari para
menentu kebijakan dari pemerintah, institusi pendidikan, dan kesehatan.
Komitmen ini terutama ditujukan untuk institusi pendidikanmenyangkut tentang
kebijakan maupun masalah dana menunjang kegiatan operasional.
PHBS di Sekolah dapat terwujud dengan baik apabila adanya keinginan
dan kemampuan dari pemerintah, institusi pendidikan, dan institusi kesehatan
untuk menadikan program PHBS di Sekolah menjadi salah satu prioritas.

6
Selain masalah diatas, faktor lingkungan dan faktor keluarga juga
berpengaruh pada PHBS terutama pada pelaku PHBS yaitu murid-murid sekolah.
Factor lingkungan yang dimaksud yaitu kebiasaan membuang sampah
sembarangan, mandi di sungai, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor keluarga
salah satunya yaitu kurang perhatiannya orang tua terhadap kebersihan anaknya,
baik kebersihan badan mulai dari kuku, gigi, rambut yang banyak kutu, dan lain-
lain.

Di Kecamatan Mempawah Hulu, Kab. Landak masih banyak penduduk


yang mandi cuci kakus di sungai. Penduduk yang sudah mempunyai sumurpun
masih ada yang MCK di sungai. Semua itu karena sudah tradisi dan kebiasaan
beberapa penduduk terutama para anak-anak yang suka mandi di sungai. Terlalu
sering kontak dengan sungai akan menimbulkan berbagai macam penyakit
terutama yang menyerang anak-anak. Seperti halnya diare, gatal-gatal, gangguan
telinga dan sebagainya. Hal ini dapat dicegah apabila para institusi bekerja sama
dengan baik dan didukung secara positif dari lingkungan dan keluarga.

Intervensi
Upaya pemerintah yaitu membuat program tentang PBHS salah satunya
tentang kebersihan diri yang meliputi kebersihan badan, mulut, kuku, rambut, dan
pakaian. Hal ini sudah termasuk dalam program PHBS di Sekolah. Kemudian,
institusi kesehatan akan bekerjasama dengan instritusi pendidikan untuk kegiatan
PHBS di Sekolah yang meliputi pemeriksaan kesehatan mulut, kuku, rambut,
telinga, mata, gizi, perilaku, dan kebersihan pakaian.

Selain pemeriksaan kesehatan dan kebersihan badan, adanya penyuluhan


tentang diare, 7 langkah cuci tangan yang benar, dan cara menggosok gigi dengan
benar. Dengan demikian paa murid dan para pendidik dapat mengetahui
pentingnya kesehatan dan kebersihan diri dan sekolah.

7
Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 14 April 2015, pukul 09.00 WIB
Tempat : SD Pampang
Alamat : Desa Pampang, Kecamatan Mempawah Hulu

Kegiatan PHBS yang dilakukan di SD Pambang di Desa Pampang diikuti


oleh seluruh pendidik dan seluruh murid dari kelas satu hingga kelas enam.
Kegiatan dimulai dari pemeiksaan kesehatan dan kebersihan badan meliputi
pengukuran berat dan tinggi badan, pemeriksaan kuku, tajam penglihatan, kotoran
telinga, kesehatan mulut, dan sebagainya. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan
penyuluhan tentang diare, disertai dengan demonstrasi cuci tangan dengan tujuh
langkah dan menggosok gigi dengan benar. Para murid sangat antusias mengikuti
kegiatan PHBS ini dan para pendidikpun ikut serta dalam membantu kegiatan
tersebut seperti mentertibkan murid-murid.

8
Daftar pustaka

Ampon.,C., 2013. PHBS di Sekolah. http://www.slideshare.net/Abuwa_


Maulidya/pro-mkes-phbs-di-sekolah-1-25623175. Di unduh pada tanggal
30 April 2015

Miftah, 2010. Promosi Kesehatan. http://drmiftah.blogspot.com/2010/01/phbs-di-


sekolah.html. Di unduh pada tanggal 30 April 2015

9
LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta dr. Ratih Kartika Rini Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Felly Novelia Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Karangan Mempawah Hulu


Tujuan Pelaksanaan Melakukan kunjungan ke SD untuk
melakukan pemeriksaan general (kesehatan
gigi mulut, kebersihan kuku, telinga, serta
kebersihan diri secara menyeluruh.
Mengajarkan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat seperti mencuci tangan dengan 7
langkah, dan cara menggosok gigi dengan
benar. Sehingga tercipta generasi remaja
yang berih dan sehat
Hari/Tanggal Selasa, 14-04-2015
Waktu 09.00 12.00 WIB
Tempat SDN Pampang
Jumlah Peserta Seluruh Siswa dan Pendidik

GAMBAR

10
Gambar 1. Pemeriksaan Kesehatan dan Kebersihan Ruang Mulut

Gambar 2. 7 Langkah Cuci tangan dengan Benar

11
Gambar 3. Penyuluhan Diare

Gambar 4. Murid-murid SD saat Menggosok Gigi

12
LAPORAN KEGIATAN
Penggunaan Alat Kontrasepsi

Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai
259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802
perempuan (Wahyudi, 2015). Diasumsikan bahwa jumlah penduduk Indonesia
tahun 2015 akan menjadi 252.370.792 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk
diakibatkan meningkatnya jumlah angka kelahiran. Meningkatnya jumlah
penduduk diakibatkan oleh meningkatnya angka kelahiran hidup di Indonesia. Hal
ini dapat dicegah dengan mencukupkan keturunan menggunakan alat kontrasepsi
berupa KB. Diharapkan dengan menggunakan KB akan mengurangi angka
kelahiran hidup.

Di Indonesia bahwa saat ini sekitar 70% peserta Keluarga Berencana di


Indonesia menggunakan Kontrasepsi hormonal (suntikan 35,2%, pil 28,1%, dan
implant 14,2%), AKDR sekitar 4.024.273 (22,6%) dari semua pemakai metode
kontrasepsi (Sitopu, 2013)

Permasalahan di Masyarakat
Peserta pengguna KB di Puskesmas Karangan pada bulan Januari-Februari
2015 sebanyak 6461 PUS (Pasangan Usia Subur). Terdapat berbagai macam jenis
alat kontrasepsi yang ditawarkan oleh puskesmas karangan baik KB hormonal
maupun non hormonal. KB hormonal yang ditawarkan yaitu penggunaan KB
suntik 3 bulan, Pil KB, dan implant. Sedangkan KB non hormonal dapat
menggunakan KB kalender, kondom, dan AKDR (Alat Konrasepsi dalam Rahim).
Pada bulan Januari dan februari 2015 sebanyak 657 PUS mengunakan KB
hormonal yaitu KB suntik 3 bulan. Sebanyak 388 PUS yang menggunakan KB
hormonal berupa Pil KB. PUS yang menggunakan KB kondom sebanyak 15.
Sedangkan penggunaan AKDR hanya 4 PUS.

13
Permasalahan yang dapat dilihat bahwa PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal yaitu KB suntik 3 bulan lebih banyak dibandingkan KB
yang lain. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi non hormonal yang paling
tidak diminati adalah KB AKDR. Banyak faktor yang berpengaruh dalam
pemilihan alat kontrasepsi seperti pengalaman mengguakan KB, saran dari
keluarga, perintah suami, bahkan saran orang yang tidak bertanggung jawab dan
tidak berpendidikan. Seperti halnya penggunaaan KB AKDR akan menyebabkan
KB tersebut akan menembus dinding rahim dan berjalan sampai lambung dan
bahkan sampai paru, sehingga peserta KB takut menggunakan KB AKDR. Itu
sebabnya mengapa para PUS lebih menyukai menggunakan KB hormonal,
sedangkan KB hormonal memilihi banyak efek samping yang merugikan seperti
kegemukan, timbulnya jerawat, dan mengganggu siklus haid.

Intervensi
Banyaknya informasi yang tidak bertanggung jawab dan didukung faktor
pndidikan yang kurang menyebabkan sedikitnya peserta PUS yang menggunakan
KB AKDR. Perlu pendekatan secara personal yaitu dengan konseling tentang KB.
Konseling ini bertujuan memberikan informasi yang akurat tentang KB, baik
tentang macam jenis KB maupun keuntungan dan kerugian tiap jenis KB.
Konseling dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, maupun
perawat. Mereka akan membantu dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Dengan demikian para PUS diharapkan mendapatkan informasi tentang semua
macam KB dan dapat memilih KB dengan benar.

Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 17-04-2015
Tempat : Puskesmas Karangan
Alamat : Desa Karangan Kecamatan Mempawah Hulu

Setiap peserta KB yang datang ke Puskesmas Karangan diberikan


konseling tentang KB. Masih banyak peserta KB yang belum paham macam alat
kontrasepsi baik keuntungan maupun kekurangan. Bahkan beberapa peserta belum
tau tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), sehingga AKDR jarang

14
digunakan sebagai KB. Selain itu, ada sebagian peserta KB yang menolak KB
AKDR karena takut. Mereka berasumsi bahwa AKDR dapat berjalan ke organ
lain, dapat tertanam dalam rahim. Seperti peserta KB Ny.F 17 tahun yang
menggunakan KB suntik. Ny. F sudah mengerti tentang AKDR, namun Ny. F
menolak menggunakan karena takut. Ketika dijelaskan tentang KB mengenai
jenisnya, keuntungan dan kerugiannya, Ny. F mulai memahami dan antusias untuk
bertanya. Tetapi untuk mengganti KB, Ny. F masih ingin memikirkannya dan akan
membicarakan dengan suami. Selain konseling juga diadakan penyuluhan di
Puskesmas Karangan pada tangal 17 Maret 2015 yang dihadiri 30 peserta.

15
Daftar Pustaka

Wahyudi, 2015. Jumlah Penduduk Indonesia. http://ariwahyudi.web.id/jumlah-


penduduk-indonesia/. Diunduh pada tanggal 2 April 2015.

Sitopu, 2013. Hubungan Pengetahuan Aseptor Keluarga Berencana dengan


Menggunakan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Helvetia Medan. Skripsi,
Fakultas Keperawatan, Universitas Dharma Agung Medan

16
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Ratih Kartika Rini Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Felly Novelia Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Karangan Mempawah Hulu


Tujuan Pelaksanaan Memberikna informasi tentang alat kontrasepsi
sehingga peserta dapat memahami dan dapat
memilih alat kontrasepsi dengan benar.
Hari/Tanggal Selasa, 17-04-2015
Waktu 09.00 12.00 WIB
Tempat Puskesmas Karangan
Jumlah Peserta 30 peserta

GAMBAR

17
Gambar 1. Konseling KB

Gambar 2. Penyuluhan tentang KB

Laporan Kegiatan Puskesmas

18
Pemantauan Tumbuh Pertumbuhan Balita Menggunakan KMS

Soetjiningsih 1995, pertumbuhan (growth) adalah perubahan secara


kuantitatif yang berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, biasa di
ukur dalam ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic.
Seperti mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan
atas terhadap umur, untuk mengetahui pertumbuhan fisik. Sedangkan pengertian
perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2006)
Tumbuh kembang balita merupakan tumbuh kembang dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya (Palasari, 2012),
sehingga tumbuh kembang memerlukan suatu alat untuk memantau
perkembangan tumbuh dan kembang balita setiap bulannya. Alat yang digunakan
untuk memantau tumbuh kembang yaitu Kartu Menuju Sehar (KMS). KMS
merupakan pedoman dalam penilaian pertumbuhan balita melalui penimbangan
setiap bulan di Posyandu
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut
umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat
diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih
cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Marsuki, 2014). Dengan
demikian, KMS sangat penting untuk di bawa ibu setiap datang ke posyandu.
Namun, masih banyak ibu yang datang ke posyandu tidak membawa KMS,
sehingga pemantauan tumbuh kembang balita dapat terhambat.

Permasalahan di Masyarakat
Pemantauan tumbuh kembang bagi balita sangatlah penting, karena hasil
dari pemantauan tersebut dapat diketahui apakah balita dalam tumbuh
kembangnya terlambat atau sesuai usia. Untuk mengetahui apakah balita
terlambat atau sesuai usia dalam tumbuh kembangnya diperlukan alat pemantauan
yaitu KMS. KMS sangat penting bagi balita ketika posyandu. Namun, masih

19
banyak ibu yang datang ke posyandu tidak membawa KMS, sehingga pemantauan
tumbuh kembang balita dapat terhambat. Dengan KMS pun dapat di pantau
apakah balita termasuk BGM atau tidak.
Pada bulan Maret 2015 balita BMG baru di Puskesmas Karangan
sebanyak 20 balita. Balita BGM terbanyak di Desa Tunang dan Desa Sampuro
masing-masing sebanyak 3 balita. Data tersebut dapat di lihat dari KMS balita,
sehingga dapat ditinjaklanjuti balita dengan BGM. Hal ini membutuhkan
perhatian khusus bagi balita demi tumbuh kembangnya. Perhatian tersebut
diberikan oleh kader posyandu, dokter, yang utama adalah perhatian dari orang
tua balita. Dengan perhatian keil seperti selalu membawa KMS di setiap datang
posyandu.

Intevensi

Pemantau pertumbuhan balita sampai saat ini sudah baik dilakukan oleh
kader posyandu, dari penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Hasil dari
penimbangan dan pengukuran tinggi badan tersebut dicatat di KMS. Bagi ibu
yang membawa KMS akan memudahkan kader posyandu, tetapi bagi yang tidak
membawa akan menghambat. Dengan demikian bagi ibu yang tidak membawa
KMS diberikan konseling tentang pentingnya membawa KMS. Sehingga dapat
diketahui apakah balitanya terbasuk BGM atau tidak. Hal ini juga penting
ditujukan bagi ibu yang tidak membawa balitanya ke posyandu untuk di timbang
dan diukur panjang badannnya maupun untuk di imunisasi. Di harapkan dengan
adanya konseling para ibu mengerti pentingnya datang ke posyandu dan
membawa KMS

Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : 13 April 2015


Tempat : Posyandu Dusun Paci
Alamat : Desa Karangan Kecamatan Mempawah Hulu

Posyandu Dusun Paci Desa Karangan yang dilaksanakan pada tanggal 13


April 2015 dihadiri sebanyak 31 peserta posyandu. Terdapat 5 balita yang

20
mendapat imunisasi, 26 balita sudah mendapat imunisasi sebelumnya. Seluruh
balita di timbang, untuk mengetahui berat badannya termasuk dalam BGM, BGT,
maupun yang naik sesuai usianya. Pada periode ini tidak terdapat balita dengan
BGM, namun terdapat balita dengan berat badan tetap (BGT) sebanyak 8 balita.
Hal ini perlu di perhatikan, karena berat badan tetap atau tidak naik dapat menjadi
turun bahkan dapat di bawah gais merah apabila tidak mendapat perhatian.
Masalah ini perlu perhatian kader posyandu, terlebih perhatian dari orangtua.

Berat badan yang telah ditimbang akan dicatat di KMS untuk mengetahui
perubahan balita. Penting halnya KMS untuk di bawa tiap datang ke Posyandu.
Pada Posyandu Dusun Paci tanggal 13 April 2015 terdapat 3 orang tua yang tidak
membawa KMS. Hal ini dapat memperlambat kerja para kader dalam mencatat
hasil timbangan berat badan balita dan untuk mengetahui pertumbuhan balita di
KMS. Pertumbuhan balita perlu perhatian penting, sehingga perlunya perhatian
orang tua untuk membawa KMS dan dari KMS kita dapat melihat balita melalui
berat badannya apakah termasuk BGM, BGT, maupun sesuai usia.

21
Daftar Pustaka

Depkes RI, 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
http://www.indonesian-publichealth.com/2014/08/deteksi-dini-tumbuh-
kembang-balita.html

Palasari., W., 2012. Keterampilan Ibu Dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Terhadap Tumbuh Kembang Bayi.

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

22
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Ratih Kartika Rini Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Felly Novelia Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Karangan Mempawah Hulu


Tujuan Pelaksanaan Melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak
balita menggunakan KMS
Hari/Tanggal Jumat, 13-04-2015
Waktu 09.00 12.00 WIB
Tempat Posyandu Desa Paci
Jumlah Peserta 31 peserta

23
GAMBAR

Gambar 1. Penimbangan Berat Badan Balita Posyandu Desa Paci

Gambar 2. Imunisasi Posyandu Dusun Paci

24
Gambar 3. Posyandu di Desa Pahonk

Gambar 4. Foto bersama Kader Posyandu Pahonk, Staf Puskesmas Karangan, dan
Mahasiswa KKN

25
LAPORAN KEGIATAN

Hipertensi pada Lansia

Latar Belakang

Keberhasilan dalam pembangunan nasional terutama dalam bidang


kependudukan telah ditunjukkan oleh Pemerintah Indonesia. Semua telah
dibuktikan dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia.
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 nanti, jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan terus mengalami kenaikan. Pada tahun tersebut jumlah lansia
Indonesia diperkirakan akan mencapai 11,34 persen dari jumlah penduduk yang
ada, atau sekitar 28,8 juta (Esa, 2013).

Lanjut usia adalah suatu proses alamiah yang akan dialami semua orang
yang diberi nikmat umur panjang, proses tersebut tidak dapat dihindari. Tetapi,
manusia dapat berupaya untuk menghambat proses tersebut. Dengan
bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami penurunan dan
mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Hal ini merupakan
konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit, seperti kardiovaskuler, infeksi, dan
gagal jantung (Sudoyo, 2006). Salah satu penyebab penyakit di atas adalah
meningkatnya tekanan darah. Seiring dengan bertambahnya usia, elastisitas
pembuluh darah akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan tekanan
darah meningkat (Kurniawan, 2006)

Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia
yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa
penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan
hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%) (Unimus, 2010).

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun


hanya dapat dikendalikan sehingga bagi seseorang yang telah menderita penyakit
hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal
diperlukan kontrol yang rutin (Puspita, 2009). Tekanan darah terkontrol pada
negara maju yaitu TDS <140 mmHg dan TDD <90 mmHg (Sudoyo, 2006)

26
Permasalahan di Masyarakat

Penduduk golongan lansia sangat perlu perhatian khususnya dalam hal


kesehatan, karena fungsi tubuh yang mulai menurun dan penyakit degeneratif
mulai bermunculan. Penyakit degenerative yang sering ditemukan adalah penyakit
sendi dan hipertensi. Dari data di atas, hipertensi menduduki peringkat kedua
setelah penyakit sendi, dan diikuti penyakit degenatif yang lain seperti katarak.
Kasus hipertensi di Puskesmas Karangan selalu menduduki 10 besar
penyakit. Pada tahun 2015 periode Januari-Maret hipertensi menduduki peringkat
ke 4 setelah ISPA, Gastritis, Arthritis, kemudian Hipertensi. Hipertensi masih
termasuk dalam 5 besar penyakit di Puskesmas Karangan tiap tahunnya. Hal ini
disebabkan kurangnya kontrol secara rutin oleh penderita hipertensi, sehingga
konsumsi obat hipertensi tidak maksimal. Kendalanya adalah masalah
ketidakperhatiannya terhadap kesehatan diri, sehingga ketika keluhan nyeri kepala
akibat hipertensi muncul para lansia baru memeriksakan diri. Kendala yang lain
adalah masalah transportasi atau akses ke layanan kesehatan sulit dijangkau.
Selain itu, masalah yang sering terjadi adalah ketidaktahuan akan penyakit
hipertensi yang memerlukan kontrol rutin dan mengonsumsi OAH (obat anti
hipertensi) secara teratur.
Petingnya kontrol tekanan darah secara rutin dan mengonsumsi OAH
secara teratur dapat mencegah penyakit yang lebih lanjut yang diakibatkan oleh
hipertensi. penyakit yang sering terjadi akibat hipertensi salah satunya adalah
stoke.

Intervensi
Keterbatasan dan sulitnya mendapatkan layanan kesehatan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, para petugas kesehatan Puskesmas
Karangan menunjukkan upaya untuk memudahkan akses masyarakat yaitu
mendatangi langsung lokasi daerah tempat mereka tinggal. Upaya yang kami
lakukan adalah melalui pemeriksaan dan pengobatan hipertensi saat Puskesmas
Keliling (Pusling) dan saat Posyandu Lansia. Pemeriksaan dan pengobatan
tersebut diharapkan para masyarakat memperoleh kemudahan dalam mendapatkan

27
layanan kesehatan. Dengan demikian secara tidak langsung para penderita
hipertensi dapat kontrol tekanan darah dan dapat secara rutin mengonsumsi OAH.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebulan sekali dan akan terus dilakukan, sehingga
ikut serta membantu dalam meningkatkan kualitas hidup para masyarakat.

Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 6 April 2015, pukul 15.00 WIB
Tempat : Rumah Staf Puskesmas Karangan
Alamat : Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu

Posyandu lansia yang dilaksanakan di salah satu rumah staf Puskesmas


Karangan dihadiri 23 peserta dengan jumlah lansia sebanyak 13 orang, yang
terdiri dari usia 55-70 tahun sebanyak 7 orang, 70-90 tahun sebanyak 6 orang.
Lansia yang berjumlah sebanyak 13 orang semua menderita hipertensi. Terdapat 2
lansia yang memiliki tekanan darah tinggi 200/100 mmHg, 190/100 mmHg dan
180/100 mmHg masing-masing sejumlah 1 orang, kemudian lansia yang memiliki
tekanan darah 160/90 mmHg sebanyak 5 orang. Sebanyak 3 orang memiliki
tekanan darah tinggi 150/90 mmHg, dan 1 orang memiliki tekanan darah 140/90
mmHg.

Semua pasien mendapatkan OAH secara gratis dan juga konseling


mengenai kondisi penyakit yang diderita. Setiap lansia memiliki KMS yang
dibawa saat Posyandu. Setiap hasil tekanan darah yang telah diukur akan dicatat
di KMS, sehingga dapat terlihat tekanan darah yang terkontrol maupun yang tidak
terkontrol. Selain tekanan darah, keluhan yang dirasakan saat itu akan dicatat dan
obat yang diberikan sesuai keluhanpun dicatat di KMS. Dengan KMS dapat
dilihat perkembangan kesehatan tiap lansia.

28
Daftar Pustaka
Esa., T, 2013. Kesehatan Lansia. http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Undergraduate-2398-BABI.pdf. Diunduh pada tanggal 18 April 2015

Kurniawan., C., 2006. Sinopsis Fisiologi. Yogyakarta: PIDI Plubisher

Sudoyo, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI: Jakarta

Unimus, 2010. Penyakit Degeneratif pada Lansia.


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/ jtptunimus-gdl-gunturpras-
6599-2-bab1.pdf. Diunduh pada tanggal 18 April 2015

29
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Ratih Kartika Rini Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Felly Novelia Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Karangan Mempawah Hulu


Tujuan Pelaksanaan Melakukan pemeriksaan kesehatan pada Lansia mulai
dari pendaftaran, pemeriksaan tekanan darah,
pemeriksaan umum sesuai keluhan, pengobatan, dan
pengisian KMS Lansia
Hari/Tanggal Senin, 06-04-2015
Waktu 15.00 17.00 WIB
Tempat Rumah Staf Puskesmas Karangan
Jumlah Peserta 23 peserta

30
GAMBAR

Gambar 1. Pemeriksaan Lansia

Gambar 2. Konseling Hipertensi Lansia

31
LAPORAN KEGIATAN

Kemudahan Masyarakat untuk Mendapatkan Pengobatan Dasar melalui

Pusling (puskesmas keliling)

Latar Belakang

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter


berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang
memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut
dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional
menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis
obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau
(Depkes, 2007).
Hal tersebut berkaitan dengan bidang kesehatan yaitu memberikan layanan
kesehata. Upaya yang telah dilakukan memberikan hasil yang baik dalam
menurunkan angka kematian umum, baik kematian balita, lansia maupun
golongan usia yang lain. Keberhasilan tersebut akan berdampak positif bagi
bangsa Indonesia dalam meningkatnya usia harapan hidup dan mempertahankan
penduduk golongan lansia.
Upaya yang telah dilakukan seperti memberikan pengobatan dasar bagi
masyarakat yang membutuhkan yaitu kelompok anak-anak, remaja, dewasa,
bahkan kelompok lansia. Jumlah penduduk golongan lansia di Indonesia termasuk
dalam lima besar di Dunia yaitu mencapai 18,04 juta jiwa pada 2010 atau 9,6
persen dari jumlah penduduk. Sehingga upaya-upaya untuk menjaga kesehatan
lansia dan memahami berbagai kemungkinan penyakit yang dapat muncul penting
untuk diketahui (Kesra, 2012).

Permasalahan di Masyarakat
Masyarakat Indonesia masih sangat membutuhkan pengobatan dasar
terutama masyarakat yang tinggal didaerah terpencil yang jauh dari layanan

32
kesehatan. Mereka perlu perhatian khusus untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, terutama bagi golongan lansia. Keterbatasan fisik dan transportasi
menjadi kendala bagi mereka untuk mengakses pelayan kesehatan yang memadai.
Sedangkan menurut Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Samsudi,
terdapat berbagai permasalahan lansia perlu perhatian dan upaya serius untuk
mengantisipasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kelanjut-usiaan,
termasuk masalah kesehatan (Kesra, 2012).
Selain masalah pelayan kesehatan, dalam hal meningkatnya usia harapan
hidup bagi lansia meningkat pula jumlah penduduk golongan lansia. Pelayanan
kesehatan yang minim akan kesulitan menjangkau semua penduduk golongan
lansia. Hal ini perlu kerjasama keluarga untuk memberikan perhatian dan
perawatan. Adapun program Kementerian Sosial bagi para lansia di antaranya
layanan home care yaitu pelayanan lansia berbasis keluarga dimana yang
melayani adalah keluarga mereka sendiri. Sekitar 20.000 lansia yang mendapat
pelayanan berbasis keluarga (Kesra, 2012).
Puskesmas Karangan merupakan Puskesmas Tingkat Kecamatan yang
membawahi 17 Desa, dan tidak semua desa mempunyai akses transportasi yang
mudah. Beberapa daerah harus menggunakan kendaraaan bermotor roda dua
karena jalan yang berbatu dan berbukit-bukit. Daerah yang di maksud seperti desa
Parigi, Babant, Sabaka dan beberapa desa yang lain. Hal ini membuat tenaga
kesehatan Puskesmas Karangan turun langsung ke desa-desa tersebut untuk
memberikan pelayanan kesehatan sehingga masyarakat dapat memperoleh
layakan kesehatan yang memadai.

Intervensi
Keterbatasan dan sulitnya mendapatkan layanan kesehatan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, para petugas kesehatan Puskesmas
Karangan menunjukkan upaya untuk memudahkan akses masyarakat yaitu
mendatangi langsung lokasi daerah tempat mereka tinggal. Upaya yang kami
lakukan adalah melalui pemeriksaan dan pengobatan dasar saat Puskesmas
Keliling (Pusling). Pemeriksaan dan pengobatan tersebut diharapkan para
masyarakat memperoleh kemudahan dalam mendapatkan layanan kesehatan serta

33
dapat mendeteksi penyakit-penyakit yang umum, sehingga ikut serta membantu
dalam meningkatkan kualitas hidup para masyarakat.

Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 27 Maret 2015
Tempat : Kantor Kepala Desa di Desa Sabaka
Alamat : Desa Sabaka, Kecamatan Mempawah Hulu

Pusling yang dilakukan di Desa Sabaka dihadiri 171 peserta. Peserta yang
hadir dengan berbagai usia yaitu usia 1 bulan 4 tahun sebanyak 21 peserta.
Keluhan dalam kelompok usia tersebut paling banyak yaitu batuk pilek dan BAB
mencret. Pada usia 5 15 tahun berjumlah 25 orang dan pada usia 16 25 tahun
diikuti sebanyak peserta. Kebanyakan keluhan yang mereka rasakan yaitu batuk
pilek dan nyeri ulu hati, serta gatal-gatal di kulit. Selain itu terdapat 23 peserta
dengan rentan usia 26 39 tahun, pada kelompok usia tersebut keluhan pegal-
pegal dan nyeri ulu hati menjadi andalan. Sebanyak 31 peserta dengan usi 40 54
tahun ikut hadir untuk mendapatkan pengobatan dengan keluhan sakit kepala,
pusing, dan nyeri sendi lutut. Sedangkan pada usia 55 - 90 tahun mengeluhkan
nyeri kepala, pandangan kabur, dan nyeri pada sendi-sendi besar sebanyak 21
peserta. Semua pasien mendapatkan pengobatan gratis dan juga konseling
mengenai kondisi penyakit yang diderita. Kebanyakan dari pasien masih belum
sadar akan pentingnya kontrol rutin dan teratur ke puskesmas mengenai
penyakitnya.

34
Daftar Pustaka

Depkes, 2007. Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.


http://www.pkfi.net/file/download/Pedoman%20Pengobatan%20Dasar
%20di%20Puskesmas%202007.pdf. Di unduh tanggal 9 April 2014
Kesra, 2012. Jumlah Lansia Indonesia, Lima Besar di Dunia.
http://www.beritasatu.com/kesehatan/51006-jumlah-lansia-indonesia-lima-
besar-di-dunia.html. Di unduh tanggal 5 April 2014

35
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Ratih Kartika Rini Tanda tangan:

Nama Pendamping dr. Felly Novelia Tanda tangan:

Nama Wahana Puskesmas Karangan Mempawah Hulu


Tujuan Pelaksanaan Memberikan pelayanan kesehatan meliputi
pemeriksaan dan pengobatan gratis
Hari/Tanggal Kamis, 27-03-2015
Waktu 09.00 12.00 WIB
Tempat Kantor Kepala Desa di Desa Sabaka
Jumlah Peserta 171 peserta

GAMBAR

36
Gambar 1. Pemeriksaan Peserta pusling

Gambar 2. Pemberian obat peserta yang telah diperiksa

37

Anda mungkin juga menyukai