Latar Belakang
Permasalahan
Sejumalah 17 desa yang terdapat di Kecamatan Mempawah Hulu telah
dibina oleh Puskesmas Karangan. Beberapa desa yang dibina seperti desa
1
Karangan, Caonk, Sailo, Babant, Garu, Paci dan masih banyak desa yang lain.
Masing-masing desa terdiri dari beberapa dusun, seperti desa Karangan terdapat 4
dusun yaitu dusun suka maju, sele terpadu, karya jaya, dan dusun paci. Dusun
Paci merupakan dusun yang tercatat memiliki kasus DBD terbanyak dibandingkan
dusun yang lain. Sebanyak 9 kasus DBD di dusun Paci dan mengakibatkan 2
penderita meninggal dunia. Telah dilakukan fogging di Dusun tersebut, namun
masih ada kasus DBD. Kemungkinan masih terdapat proses perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti berupa telur, larva, dan pupa yang tidak mati dengan
fogging.
Intervensi
Berdasarkan hal di atas, sebagai salah satu usaha kami untuk menurunkan
angka kejadian kasus DBD dan angka kematian akibat DBD adalah melalui
penyuluhan dan pembagian bubuk ABT yang dapat membunuh nyamuk Aedes
aegypti saat fase telur. Penyuluhan yang kami berikan di maksudkan untuk
memberi informasi secara langsung kepada penduduk dusun Paci mengenai DBD
meliputi penyebab DBD, siklus hidup nyamuk Aedes aegypt, cara penularan,
gejala yang timbul, penanganan pertama penderita DBD, dan pencegahannya.
Selain itu kami juga membagikan bubuk ABT untuk digunakan di bak tempat
penampungan air.
Pelaksanaan
2
peserta bertanya, diharapakan semua peserta memahami materi penyuluhan yang
telah diberikan mengenai DBD dan dapat mengurangi kasus DBD di Dusun Paci.
Dafrtar Pustaka
3
LAPORAN PENYULUHAN
4
GAMBAR
5
LAPORAN KEGIATAN
Latar Belakang
Permasalahan di Masyarakat
6
Selain masalah diatas, faktor lingkungan dan faktor keluarga juga
berpengaruh pada PHBS terutama pada pelaku PHBS yaitu murid-murid sekolah.
Factor lingkungan yang dimaksud yaitu kebiasaan membuang sampah
sembarangan, mandi di sungai, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor keluarga
salah satunya yaitu kurang perhatiannya orang tua terhadap kebersihan anaknya,
baik kebersihan badan mulai dari kuku, gigi, rambut yang banyak kutu, dan lain-
lain.
Intervensi
Upaya pemerintah yaitu membuat program tentang PBHS salah satunya
tentang kebersihan diri yang meliputi kebersihan badan, mulut, kuku, rambut, dan
pakaian. Hal ini sudah termasuk dalam program PHBS di Sekolah. Kemudian,
institusi kesehatan akan bekerjasama dengan instritusi pendidikan untuk kegiatan
PHBS di Sekolah yang meliputi pemeriksaan kesehatan mulut, kuku, rambut,
telinga, mata, gizi, perilaku, dan kebersihan pakaian.
7
Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 14 April 2015, pukul 09.00 WIB
Tempat : SD Pampang
Alamat : Desa Pampang, Kecamatan Mempawah Hulu
8
Daftar pustaka
9
LAPORAN KEGIATAN
GAMBAR
10
Gambar 1. Pemeriksaan Kesehatan dan Kebersihan Ruang Mulut
11
Gambar 3. Penyuluhan Diare
12
LAPORAN KEGIATAN
Penggunaan Alat Kontrasepsi
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai
259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802
perempuan (Wahyudi, 2015). Diasumsikan bahwa jumlah penduduk Indonesia
tahun 2015 akan menjadi 252.370.792 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk
diakibatkan meningkatnya jumlah angka kelahiran. Meningkatnya jumlah
penduduk diakibatkan oleh meningkatnya angka kelahiran hidup di Indonesia. Hal
ini dapat dicegah dengan mencukupkan keturunan menggunakan alat kontrasepsi
berupa KB. Diharapkan dengan menggunakan KB akan mengurangi angka
kelahiran hidup.
Permasalahan di Masyarakat
Peserta pengguna KB di Puskesmas Karangan pada bulan Januari-Februari
2015 sebanyak 6461 PUS (Pasangan Usia Subur). Terdapat berbagai macam jenis
alat kontrasepsi yang ditawarkan oleh puskesmas karangan baik KB hormonal
maupun non hormonal. KB hormonal yang ditawarkan yaitu penggunaan KB
suntik 3 bulan, Pil KB, dan implant. Sedangkan KB non hormonal dapat
menggunakan KB kalender, kondom, dan AKDR (Alat Konrasepsi dalam Rahim).
Pada bulan Januari dan februari 2015 sebanyak 657 PUS mengunakan KB
hormonal yaitu KB suntik 3 bulan. Sebanyak 388 PUS yang menggunakan KB
hormonal berupa Pil KB. PUS yang menggunakan KB kondom sebanyak 15.
Sedangkan penggunaan AKDR hanya 4 PUS.
13
Permasalahan yang dapat dilihat bahwa PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal yaitu KB suntik 3 bulan lebih banyak dibandingkan KB
yang lain. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi non hormonal yang paling
tidak diminati adalah KB AKDR. Banyak faktor yang berpengaruh dalam
pemilihan alat kontrasepsi seperti pengalaman mengguakan KB, saran dari
keluarga, perintah suami, bahkan saran orang yang tidak bertanggung jawab dan
tidak berpendidikan. Seperti halnya penggunaaan KB AKDR akan menyebabkan
KB tersebut akan menembus dinding rahim dan berjalan sampai lambung dan
bahkan sampai paru, sehingga peserta KB takut menggunakan KB AKDR. Itu
sebabnya mengapa para PUS lebih menyukai menggunakan KB hormonal,
sedangkan KB hormonal memilihi banyak efek samping yang merugikan seperti
kegemukan, timbulnya jerawat, dan mengganggu siklus haid.
Intervensi
Banyaknya informasi yang tidak bertanggung jawab dan didukung faktor
pndidikan yang kurang menyebabkan sedikitnya peserta PUS yang menggunakan
KB AKDR. Perlu pendekatan secara personal yaitu dengan konseling tentang KB.
Konseling ini bertujuan memberikan informasi yang akurat tentang KB, baik
tentang macam jenis KB maupun keuntungan dan kerugian tiap jenis KB.
Konseling dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, maupun
perawat. Mereka akan membantu dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Dengan demikian para PUS diharapkan mendapatkan informasi tentang semua
macam KB dan dapat memilih KB dengan benar.
Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 17-04-2015
Tempat : Puskesmas Karangan
Alamat : Desa Karangan Kecamatan Mempawah Hulu
14
digunakan sebagai KB. Selain itu, ada sebagian peserta KB yang menolak KB
AKDR karena takut. Mereka berasumsi bahwa AKDR dapat berjalan ke organ
lain, dapat tertanam dalam rahim. Seperti peserta KB Ny.F 17 tahun yang
menggunakan KB suntik. Ny. F sudah mengerti tentang AKDR, namun Ny. F
menolak menggunakan karena takut. Ketika dijelaskan tentang KB mengenai
jenisnya, keuntungan dan kerugiannya, Ny. F mulai memahami dan antusias untuk
bertanya. Tetapi untuk mengganti KB, Ny. F masih ingin memikirkannya dan akan
membicarakan dengan suami. Selain konseling juga diadakan penyuluhan di
Puskesmas Karangan pada tangal 17 Maret 2015 yang dihadiri 30 peserta.
15
Daftar Pustaka
16
LAPORAN PENYULUHAN
GAMBAR
17
Gambar 1. Konseling KB
18
Pemantauan Tumbuh Pertumbuhan Balita Menggunakan KMS
Permasalahan di Masyarakat
Pemantauan tumbuh kembang bagi balita sangatlah penting, karena hasil
dari pemantauan tersebut dapat diketahui apakah balita dalam tumbuh
kembangnya terlambat atau sesuai usia. Untuk mengetahui apakah balita
terlambat atau sesuai usia dalam tumbuh kembangnya diperlukan alat pemantauan
yaitu KMS. KMS sangat penting bagi balita ketika posyandu. Namun, masih
19
banyak ibu yang datang ke posyandu tidak membawa KMS, sehingga pemantauan
tumbuh kembang balita dapat terhambat. Dengan KMS pun dapat di pantau
apakah balita termasuk BGM atau tidak.
Pada bulan Maret 2015 balita BMG baru di Puskesmas Karangan
sebanyak 20 balita. Balita BGM terbanyak di Desa Tunang dan Desa Sampuro
masing-masing sebanyak 3 balita. Data tersebut dapat di lihat dari KMS balita,
sehingga dapat ditinjaklanjuti balita dengan BGM. Hal ini membutuhkan
perhatian khusus bagi balita demi tumbuh kembangnya. Perhatian tersebut
diberikan oleh kader posyandu, dokter, yang utama adalah perhatian dari orang
tua balita. Dengan perhatian keil seperti selalu membawa KMS di setiap datang
posyandu.
Intevensi
Pemantau pertumbuhan balita sampai saat ini sudah baik dilakukan oleh
kader posyandu, dari penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Hasil dari
penimbangan dan pengukuran tinggi badan tersebut dicatat di KMS. Bagi ibu
yang membawa KMS akan memudahkan kader posyandu, tetapi bagi yang tidak
membawa akan menghambat. Dengan demikian bagi ibu yang tidak membawa
KMS diberikan konseling tentang pentingnya membawa KMS. Sehingga dapat
diketahui apakah balitanya terbasuk BGM atau tidak. Hal ini juga penting
ditujukan bagi ibu yang tidak membawa balitanya ke posyandu untuk di timbang
dan diukur panjang badannnya maupun untuk di imunisasi. Di harapkan dengan
adanya konseling para ibu mengerti pentingnya datang ke posyandu dan
membawa KMS
Pelaksanaan Kegiatan
20
mendapat imunisasi, 26 balita sudah mendapat imunisasi sebelumnya. Seluruh
balita di timbang, untuk mengetahui berat badannya termasuk dalam BGM, BGT,
maupun yang naik sesuai usianya. Pada periode ini tidak terdapat balita dengan
BGM, namun terdapat balita dengan berat badan tetap (BGT) sebanyak 8 balita.
Hal ini perlu di perhatikan, karena berat badan tetap atau tidak naik dapat menjadi
turun bahkan dapat di bawah gais merah apabila tidak mendapat perhatian.
Masalah ini perlu perhatian kader posyandu, terlebih perhatian dari orangtua.
Berat badan yang telah ditimbang akan dicatat di KMS untuk mengetahui
perubahan balita. Penting halnya KMS untuk di bawa tiap datang ke Posyandu.
Pada Posyandu Dusun Paci tanggal 13 April 2015 terdapat 3 orang tua yang tidak
membawa KMS. Hal ini dapat memperlambat kerja para kader dalam mencatat
hasil timbangan berat badan balita dan untuk mengetahui pertumbuhan balita di
KMS. Pertumbuhan balita perlu perhatian penting, sehingga perlunya perhatian
orang tua untuk membawa KMS dan dari KMS kita dapat melihat balita melalui
berat badannya apakah termasuk BGM, BGT, maupun sesuai usia.
21
Daftar Pustaka
Depkes RI, 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
http://www.indonesian-publichealth.com/2014/08/deteksi-dini-tumbuh-
kembang-balita.html
Palasari., W., 2012. Keterampilan Ibu Dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Terhadap Tumbuh Kembang Bayi.
22
LAPORAN PENYULUHAN
23
GAMBAR
24
Gambar 3. Posyandu di Desa Pahonk
Gambar 4. Foto bersama Kader Posyandu Pahonk, Staf Puskesmas Karangan, dan
Mahasiswa KKN
25
LAPORAN KEGIATAN
Latar Belakang
Lanjut usia adalah suatu proses alamiah yang akan dialami semua orang
yang diberi nikmat umur panjang, proses tersebut tidak dapat dihindari. Tetapi,
manusia dapat berupaya untuk menghambat proses tersebut. Dengan
bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami penurunan dan
mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Hal ini merupakan
konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit, seperti kardiovaskuler, infeksi, dan
gagal jantung (Sudoyo, 2006). Salah satu penyebab penyakit di atas adalah
meningkatnya tekanan darah. Seiring dengan bertambahnya usia, elastisitas
pembuluh darah akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan tekanan
darah meningkat (Kurniawan, 2006)
Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia
yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa
penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan
hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%) (Unimus, 2010).
26
Permasalahan di Masyarakat
Intervensi
Keterbatasan dan sulitnya mendapatkan layanan kesehatan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, para petugas kesehatan Puskesmas
Karangan menunjukkan upaya untuk memudahkan akses masyarakat yaitu
mendatangi langsung lokasi daerah tempat mereka tinggal. Upaya yang kami
lakukan adalah melalui pemeriksaan dan pengobatan hipertensi saat Puskesmas
Keliling (Pusling) dan saat Posyandu Lansia. Pemeriksaan dan pengobatan
tersebut diharapkan para masyarakat memperoleh kemudahan dalam mendapatkan
27
layanan kesehatan. Dengan demikian secara tidak langsung para penderita
hipertensi dapat kontrol tekanan darah dan dapat secara rutin mengonsumsi OAH.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebulan sekali dan akan terus dilakukan, sehingga
ikut serta membantu dalam meningkatkan kualitas hidup para masyarakat.
Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 6 April 2015, pukul 15.00 WIB
Tempat : Rumah Staf Puskesmas Karangan
Alamat : Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu
28
Daftar Pustaka
Esa., T, 2013. Kesehatan Lansia. http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Undergraduate-2398-BABI.pdf. Diunduh pada tanggal 18 April 2015
Sudoyo, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI: Jakarta
29
LAPORAN PENYULUHAN
30
GAMBAR
31
LAPORAN KEGIATAN
Latar Belakang
Permasalahan di Masyarakat
Masyarakat Indonesia masih sangat membutuhkan pengobatan dasar
terutama masyarakat yang tinggal didaerah terpencil yang jauh dari layanan
32
kesehatan. Mereka perlu perhatian khusus untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, terutama bagi golongan lansia. Keterbatasan fisik dan transportasi
menjadi kendala bagi mereka untuk mengakses pelayan kesehatan yang memadai.
Sedangkan menurut Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Samsudi,
terdapat berbagai permasalahan lansia perlu perhatian dan upaya serius untuk
mengantisipasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kelanjut-usiaan,
termasuk masalah kesehatan (Kesra, 2012).
Selain masalah pelayan kesehatan, dalam hal meningkatnya usia harapan
hidup bagi lansia meningkat pula jumlah penduduk golongan lansia. Pelayanan
kesehatan yang minim akan kesulitan menjangkau semua penduduk golongan
lansia. Hal ini perlu kerjasama keluarga untuk memberikan perhatian dan
perawatan. Adapun program Kementerian Sosial bagi para lansia di antaranya
layanan home care yaitu pelayanan lansia berbasis keluarga dimana yang
melayani adalah keluarga mereka sendiri. Sekitar 20.000 lansia yang mendapat
pelayanan berbasis keluarga (Kesra, 2012).
Puskesmas Karangan merupakan Puskesmas Tingkat Kecamatan yang
membawahi 17 Desa, dan tidak semua desa mempunyai akses transportasi yang
mudah. Beberapa daerah harus menggunakan kendaraaan bermotor roda dua
karena jalan yang berbatu dan berbukit-bukit. Daerah yang di maksud seperti desa
Parigi, Babant, Sabaka dan beberapa desa yang lain. Hal ini membuat tenaga
kesehatan Puskesmas Karangan turun langsung ke desa-desa tersebut untuk
memberikan pelayanan kesehatan sehingga masyarakat dapat memperoleh
layakan kesehatan yang memadai.
Intervensi
Keterbatasan dan sulitnya mendapatkan layanan kesehatan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, para petugas kesehatan Puskesmas
Karangan menunjukkan upaya untuk memudahkan akses masyarakat yaitu
mendatangi langsung lokasi daerah tempat mereka tinggal. Upaya yang kami
lakukan adalah melalui pemeriksaan dan pengobatan dasar saat Puskesmas
Keliling (Pusling). Pemeriksaan dan pengobatan tersebut diharapkan para
masyarakat memperoleh kemudahan dalam mendapatkan layanan kesehatan serta
33
dapat mendeteksi penyakit-penyakit yang umum, sehingga ikut serta membantu
dalam meningkatkan kualitas hidup para masyarakat.
Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 27 Maret 2015
Tempat : Kantor Kepala Desa di Desa Sabaka
Alamat : Desa Sabaka, Kecamatan Mempawah Hulu
Pusling yang dilakukan di Desa Sabaka dihadiri 171 peserta. Peserta yang
hadir dengan berbagai usia yaitu usia 1 bulan 4 tahun sebanyak 21 peserta.
Keluhan dalam kelompok usia tersebut paling banyak yaitu batuk pilek dan BAB
mencret. Pada usia 5 15 tahun berjumlah 25 orang dan pada usia 16 25 tahun
diikuti sebanyak peserta. Kebanyakan keluhan yang mereka rasakan yaitu batuk
pilek dan nyeri ulu hati, serta gatal-gatal di kulit. Selain itu terdapat 23 peserta
dengan rentan usia 26 39 tahun, pada kelompok usia tersebut keluhan pegal-
pegal dan nyeri ulu hati menjadi andalan. Sebanyak 31 peserta dengan usi 40 54
tahun ikut hadir untuk mendapatkan pengobatan dengan keluhan sakit kepala,
pusing, dan nyeri sendi lutut. Sedangkan pada usia 55 - 90 tahun mengeluhkan
nyeri kepala, pandangan kabur, dan nyeri pada sendi-sendi besar sebanyak 21
peserta. Semua pasien mendapatkan pengobatan gratis dan juga konseling
mengenai kondisi penyakit yang diderita. Kebanyakan dari pasien masih belum
sadar akan pentingnya kontrol rutin dan teratur ke puskesmas mengenai
penyakitnya.
34
Daftar Pustaka
35
LAPORAN PENYULUHAN
GAMBAR
36
Gambar 1. Pemeriksaan Peserta pusling
37