Pada Bangunan
Dua elemen pada desain bangunan yang harus mendapat perhatian adalah tata
pencahayaan dan penghawaan. Dua elemen ini sangat penting dilakukan secara benar,
dengan tujuan agar ruang-ruang di dalam bangunan mendapat pencahayaan dan penghawaan
alami cukup, agar memberi kenyamanan pemakai dalam melakukan aktivitasnya. Ruang-
ruang yang memiliki penghawaan dan pencahayaan alami baik juga akan memiliki
kelembaban udara cukup, sehingga kesehatan lingkungan tetap terjaga. Selain itu, memiliki
penghawaan dan pencahayaan alami yang cukup berarti menghemat energi listrik yang
diperlukan, karena tidak tergantung pada pencahayaan dan penghawaan buatan.
Pengudaraan/penghawaan alami
Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung yang
paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan-bukaan
menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari.
Gambar1. Orientasi bangunan terhadap matahahari
Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya dijauhkan sedikit dari
rumah
Ruang yang menambah kelembaban (kamar mandi, wc, tempat cuci)
harus direncanakan dengan pertukaran udara yang tinggi.
Memberi teras pada bangunan/rumah, berfungsi sebagai area peralihan antara ruang
luar (halaman) dengan ruang dalam (bangunan) yang dapat menciptakan iklim mikro,
baik di dalam bangunan ataupun di sekitarnya.
Memberi teritisan lebar di sekeliling atap bangunan untuk membuat ruang di
dalamnya semakin sejuk
Suhu ideal di dalam bangunan khususnya rumah adalah 24-26 C dengan kelembaban 50%-
60%. Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ambang batas tersebut
akan mengurangi tingkat kenyamanan rumah untuk dihuni.
Umumnya luas total seluruh bidang jendela pada sebuah ruang yang baik bagi pencahayaan
alami kira-kira antara 1/6 1/8 dari luas lantai ruangan tersebut.
Pengendalian aliran angin dan optimalisasi pemanfaatannya terhadap
bangunan:
Dengan penempatan yang lebih tinggi, 30 cm di atas permukaan lantai, hasil yang
diperoleh lebih maksimal di banding peletakan bukaan tepat di atas lantai.
3. Wind tunnel
Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan pada ruang-ruang
terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari tempat terbuka yang luas memiliki
kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga hembusan angin
diharapkan menjangkau ke daerah yang lebih jauh.
4. Ventilasi silang
Penataan Pencahayaan
Membuat perbedaan ketinggian atap atau memakai skylight untuk memasukkan
cahaya dari atas.
Mengatur posisi ketinggian jendela terhadap lantai untuk meminimalisasi masuknya
cahaya berlebih.
Kontributor: Dwita Hadi Rahmi
Arsitektur Hijau
ARSITEKTUR HIJAU
Arsitektur hijau disebut juga arsitektur ekologis atau arsitektur ramah lingkungan,
adalah satu pendekatan desain dan pembangunan yang didasarkan atas prinsip-prinsip
ekologis dan konservasi lingkungan, yang akan menghasilkan satu karya bangunan yang
mempunyai kualitas lingkungan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dan
berkelanjutan.
BANGUNAN HIJAU
Bangunan hijau adalah satu pendekatan pembangunan bangunan yang didasarkan atas
prinsip-prinsip ekologis. Pendekatan ini dipilih berdasarkan kenyataan bahwa selama ini 50%
sumberdaya alam dipakai untuk bangunan dan 40% energi dikonsumsi bangunan. Sementara
itu lebih dari 50% produksi limbah berasal dari sektor bangunan. Kenyataan ini menunjukkan
adanya ketidak seimbangan lingkungan yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan
dan kehidupan manusia.
Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan agar dapat disebut sebagai
bangunan hijau, yaitu:
1. Konservasi energi
Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan bahan bakar
untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai saat
pembangunan/konstruksi bangunan, pemakaian atau pengoperasian bangunan, dan
saat bangunan dirobohkan.
4. Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam
pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan,
keamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Rancangan bangunan juga harus
memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya.
Gambar1. Bangunan tinggi dengan material baja dan kaca memerlukan energi sangat banyak
Gambar2. Bangunan tradisional lebih dekat dengan alam
Pada setiap tahap dari daur hidup bangunan tersebut haruslah tetap memperhatikan
prinsip-prinsip bangunan hijau.
Bangunan hijau memperhatikan falsafah penciptaan alam dan menghayati peran manusia
sebagai pengelola sekaligus perawat alam, yang justru tercermin dari budaya tradisional di
mana di dalamnya terdapat pembelajaran tentang kearifan terhadap kelestarian alam,
menciptakan aturan-aturan untuk merawat alam dalam bentuk adaptasi dan nilai religi.