Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KONSENTRASI GULA CAIR DAN WAKTU INKUBASI

TERHADAP PRODUKSI BIOSURFAKTAN Bacillus subtilis 3KP

Fathimatuz Zahroh, Dr. Nimatuzahroh dan Tri Nurhariyati, S.Si.,M.Kes.


Prodi S-1 Biologi,Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, Surabaya.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula cair,


waktu inkubasi, serta kombinasi antara keduanya terhadap produksi biosurfaktan
Bacillus subtilis 3KP. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
dengan pola 4x6 faktorial dan tiga kali ulangan. Media pertumbuhan yang
digunakan terdiri atas air mineral sintetis dengan penambahan gula cair pada
konsentrasi yang berbeda (0, 1, 2, dan 4%). Pada media tersebut, 4% starter
bakteri Bacillus subtilis 3KP (OD = 0,5 pada A = 610 nm) diinokulasikan lalu
diinkubasi pada shaker dengan kecepatan agitasi 120 rpm dan pada suhu ruang.
Produksi biosurfaktan diamati pada waktu inkubasi yang berbeda (0, 1, 2, 3, 4,
dan 5 hari). Data pengamatan berupa nilai tegangan permukaan dianalisis dengan
uji Brown Forsythe dan dilanjutkan dengan uji Games Howell. Sedangkan data
pengamatan berupa nilai aktivitas emulsifikasi dan perolehan massa produk kasar
biosurfaktan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan
uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi gula cair,
waktu inkubasi, dan kombinasi antar keduanya berpengaruh terhadap produksi
biosurfaktan Bacillus subtilis 3KP. Kombinasi terbaik untuk produksi
biosurfaktan oleh bakteri Bacillus subtilis 3KP adalah konsentrasi gula cair 4%
dengan lama waktu inkubasi 4 hari.

Kata kunci : biosurfaktan, Bacillus subtilis 3KP, gula cair, aktivitas


emulsifikasi, tegangan permukaan

Pendahuluan
Surfaktan atau surface active hingga industri makanan. Sebagian
agent adalah senyawa amfifatik yang besar dari surfaktan yang digunakan
terdiri atas komponen hidrofilik dan merupakan surfaktan sintetik yang
hidrofobik serta memiliki berasal dari derivat minyak bumi
kemampuan menurunkan tegangan (Desai and Banat, 1997). Pada
permukaan dua fase dengan beberapa tahun terakhir ini,
kepolaran berbeda. Kemampuan pemanfaatan surfaktan sintetik secara
tersebut menjadikan surfaktan luas dalam berbagai bidang industri
digunakan hampir diseluruh bidang dianggap tidak menguntungkan lagi.
industri mulai dari industri Hal ini dikarenakan surfaktan
petroleum, farmasi, kosmetika sintetik mengandung komponen
kimia derivat minyak bumi yang optimalisasi proses produksi serta
dinilai tidak ramah terhadap kurangnya ketertarikan investasi
lingkungan. Komponen ini industri dalam negeri terhadap
menjadikan surfaktan sintetik tidak biosurfaktan turut menjadi pemicu
dapat didegradasi secara alamiah pemakaian surfaktan sintetis. Oleh
serta memiliki kandungan toksik karena itu diperlukan suatu upaya
yang tinggi. Untuk mencegah pengoptimalan produksi biosurfaktan
terjadinya kerusakan lingkungan dalam negeri (Maneerat, 2005).
yang lebih buruk, maka perlu Salah satu upaya yang dapat
digunakan surfaktan alternatif yang dilakukan dalam mengoptimalkan
ramah terhadap lingkungan dimana proses produksi biosurfaktan adalah
salah satunya adalah biosurfaktan dengan menekan biaya produksi
(Banat et al., 2000). dalam hal penggunaan substrat. Hal
Biosurfaktan merupakan ini dikarenakan baku yang murah
makromolekul ekstraseluler yang akan mempengaruhi sebanyak 50%
dapat diproduksi oleh bakteri, yeast dari total biaya produksi (Nitschke et
maupun kapang pada berbagai al., 2004). Gula cair merupakan
kondisi substrat. Sama halnya salah satu produk pertanian yang
dengan surfaktan sintetik, murah dan mudah ditemukan serta
biosurfaktan juga memiliki memiliki kandungan gula yang
kemampuan menurunkan tegangan relatif stabil sebagai sumber karbon
permukaan suatu fase zat (Raza et bagi mikroba menjadikannya sebagai
al., 2005). Dibandingkan dengan alternatif substrat dalam proses
surfaktan sintetis, biosurfaktan produksi biosurfaktan (Mulligan and
memiliki beberapa keunggulan di Gibbs, 1993).
antaranya mampu didegradasi secara Pada penelitian terdahulu,
alamiah, mempunyai toksisitas yang Richana (2002) telah berhasil
rendah, mampu bekerja efektif mengisolasi biosurfaktan dari isolat
sekalipun dalam kondisi temperatur lokal Bacillus sp. BMN-14 yang
maupun pH yang ekstrim dan ditumbuhkan pada substrat gula hasil
menunjukkan kesesuaian lingkungan hidrolisis pati dengan konsentrasi
yang lebih baik (Desai and Banat, 1,94 g/L. Biosurfaktan yang
1997). dihasilkan Bacillus sp. BMN-14
Peneliti Puslit Kimia Lembaga mampu menurunkan tegangan
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) permukaan supernatan kultur
dalam harian Kompas (2010) mencapai 33,5 dyne/cm (Richana et
menyatakan bahwa sebagian besar al., 2002). Dari penelitian ini, dapat
dari surfaktan yang dipakai di diketahui bahwa bakteri dari genus
Indonesia masih merupakan Bacillus memiliki potensi yang
surfaktan sintesis. Kurangnya besar dalam memproduksi
biosurfaktan dengan memanfaatkan media NA, NB dan media air mineral
gula cair. Namun, sampai saat ini sintetik (AMS) yang merupakan
belum ada penelitian lebih lanjut komposisi dari Pruthi dan Cameotra
tentang kemampuan produksi (1997). Substrat gula cair sebagai
biosurfaktan oleh bakteri Bacillus sumber karbon yang digunakan
subtilis 3KP pada substrat gula hasil merupakan gula cair yang didapatkan
hidrolisis yang diorientasikan pada dari Toko Kue 88 di Surabaya.
pengembangan proses produksi. Kerosin digunakan sebagai
Berdasarkan latar belakang hidrokarbon uji dalam uji aktivitas
tersebut, penelitian ini ditujukan emulsifikasi supernatan kultur
untuk mengetahui konsentrasi Bacillus subtilis 3KP.
minimum gula cair yang dibutuhkan Penelitian ini diawali dengan
untuk pertumbuhan optimal bakteri penyediaan stok bakteri Bacillus
Bacillus subtilis 3KP dan waktu subtilis 3KP pada media Nutrient
inkubasi tercepat dengan tingkat Agar (NA) miring. Kemudian
produksi biosurfaktan tertinggi serta dilanjutkan dengan pembuatan media
kombinasi yang tepat antara air mineral sintetik (AMS), yang
konsentrasi gula cair dan waktu dibuat dengan melarutkan garam-
inkubasi yang cepat sehingga garam mineral ke dalam 1 liter
didapatkan produksi biosurfaktan aquades berdasarkan komposisi dari
secara optimal dari bakteri Bacillus Pruthi dan Cameotra (1997). Tahap
subtilis 3KP. selanjutnya yakni perbanyakan
bakteri dalam media diperkaya yakni
Metode Penelitian media Nutrient Broth (NB) dan
Penelitian ini dilakukan di diinkubasikan selama 24 jam.
Laboratorium Mikrobiologi Setelah itu, dilanjutkan dengan
Departemen Biologi Fakultas Sains pembuatan kultur bakteri.
dan Teknologi Universitas Airlangga Media pertumbuhan yang
Surabaya pada bulan Agustus- digunakan terdiri atas air mineral
September 2011. sintetis dengan penambahan gula cair
Isolat bakteri Bacillus subtilis pada konsentrasi yang berbeda (0, 1,
3KP yang digunakan dalam 2, dan 4%). Pada media tersebut, 4%
penelitian ini merupakan koleksi starter bakteri Bacillus subtilis 3KP
Laboratorium Mikrobiologi (OD = 0,5 pada A = 610 nm)
Departemen Biologi Fakultas Sains diinokulasikan lalu kultur tersebut
dan Teknologi, Universitas diinkubasi pada shaker dengan
Airlangga, Surabaya yang diisolasi kecepatan agitasi 120 rpm dan pada
dari Perairan kali Donan Cilacap, suhu ruang. Produksi biosurfaktan
Jawa Tengah. Adapun media diamati pada waktu inkubasi yang
pertumbuhan yang digunakan adalah berbeda (0, 1, 2, 3, 4, dan 5 hari)
dengan mengukur nilai tegangan perolehan massa produk kasar
permukaan supernatant kultur, nilai biosurfaktan pada masing-masing
aktivitas emulsifikasi supernatant perlakuan.
kultur terhadap kerosin dan

Hasil dan Pembahasan

Gambar 1. Grafik nilai tegangan permukaan Gambar 2.Grafik nilai aktivitas emulsifikasi
(mN/m) supernatan kultur Bacillus subtilis (%) supernatan kultur Bacillus subtilis 3KP
3KP pada berbagai konsentrasi gula cair. pada berbagai konsentrasi gula cair.

Gambar 3. Grafik perolehan massa produk


kasar biosurfaktan (g/L) Bacillus subtilis
3KP pada berbagai konsentrasi gula cair.

Grafik 1, 2, dan 3 memiliki perbedaan yang signifikan


menunjukkan bahwa penggunaan terhadap konsentrasi yang lainnya.
konsentrasi gula cair yang berbeda Hal ini menegaskan bahwa
memberikan hasil nilai TP, AE dan konsentrasi gula cair sebagai sumber
perolehan produk kasar biosurfaktan karbon memegang peranan penting
yang berbeda pula. Dari hasil uji dalam proses produksi biosurfaktan
statistik yang dilakukan, diketahui dimana semakin sedikit konsentrasi
bahwa konsentrasi gula cair 0% gula cair yang digunakan maka
semakin rendah pula nilai TP, AE dan 27,39%. Sedangkan perolehan
dan produk kasar biosurfaktan yang massa produk kasar biosurfaktan
dihasilkan begitu juga sebaliknya. Bacillus subtilis 3KP terbanyak
Nilai penurunan tegangan permukaan diperoleh pada konsentrasi 4% yakni
dan nilai aktivitas emulsifikasi sebesar 4,31 g/L.
tertinggi diperoleh pada konsentrasi
2% dengan nilai sebesar 9,69 mN/m

Gambar 4. Grafik nilai tegangan permukaan Gambar 5. Grafik nilai aktivitas


(mN/m) supernatan kultur Bacillus subtilis emulsifikasi (%) supernatan kultur Bacillus
3KP dengan lama waktu inkubasi yang subtilis 3KP dengan lama waktu inkubasi
berbeda. yang berbeda.

Gambar 6. Grafik perolehan massa produk


kasar biosurfaktan (g/L) Bacillus subtilis
3KP dengan lama waktu inkubasi yang
berbeda.
Grafik 4, 5, dan 6 diperoleh pada lama inkubasi hari
menunjukkan bahwa penggunaan ke-1 dengan nilai 2,48 mN/m, nilai
konsentrasi gula cair yang berbeda aktivitas emulsifikasi tertinggi
memberikan hasil nilai TP, AE dan diperoleh pada lama inkubasi hari
perolehan produk kasar biosurfaktan ke-5 dengan nilai 30,37 % sedangkan
yang berbeda pula. Nilai penurunan perolehan massa produk kasar
tegangan permukaan tertinggi biosurfaktan terbanyak diperoleh
pada lama inkubasi hari ke-4 yakni sebesar 5,66 g/L.

Gambar 7. Grafik nilai tegangan permukaan Gambar 8. Grafik nilai aktivitas


(mN/m) supernatan kultur Bacillus subtilis emulsifikasi (%) supernatan kultur Bacillus
3KP pada kombinasi konsentrasi gula cair subtilis 3KP pada kombinasi konsentrasi
dengan lama waktu inkubasi gula cair dengan lama waktu inkubasi

Gambar 9. Grafik perolehan massa produk


kasar biosurfaktan (g/L) Bacillus subtilis
3KP pada pada kombinasi konsentrasi gula
cair dengan lama waktu inkubasi.

Berdasarkan uji yang telah konsentrasi gula cair 4% dengan


dilakukan diketahui bahwa waktu inkubasi hari ke-3 yakni
kombinasi antara konsentrasi gula sebesar 6,48 mN/m. Francy et al.
cair dengan lama waktu inkubasi (1991) menyatakan bahwa bakteri
berpengaruh terhadap nilai dikatakan berpotensi menghasilkan
penurunan tegangan permukaan, biosurfaktan apabila dapat
aktivitas emulsifikasi dan perolehan menurunkan nilai tegangan
massa produk kasar biosurfaktan permukaan sebesar 10 mN/m. Nilai
Bacillus subtilis 3KP. Dari Gambar 7 penurunan tegangan permukaan yang
dapat diketahui bahwa nilai tidak optimal dalam penelitian ini
penurunan tegangan permukaan diduga disebabkan oleh kondisi pH
terbesar didapatkan pada kombinasi kultur yang terlalu asam. Penurunan
pH pada masa kultivasi memang Nilai aktivitas emulsifikasi
tidak memberikan pengaruh yang paling tinggi pada Gambar 8 dicapai
signifikan pada pertumbuhan bakteri, pada konsentrasi 4% dengan lama
namun tidak begitu halnya dengan waktu inkubasi hari ke-4 yakni
produksi biosurfaktan sebagai sebesar 44,37%. Setingkat
senyawa aktif permukaan. Kondisi dibawahnya, terdapat konsentrasi 1%
pH berpengaruh terhadap produksi dengan waktu inkubasi yang lebih
biosurfaktan di mana pH optimal lama yakni hari ke-5 dengan nilai
dalam produksi biosurfaktan adalah aktivitas emulsifikasi sebesar
pH 7. Tingkat produksi akan 38,37%. Selanjutnya ada konsentrasi
menurun pada saat pH berada dalam 2% dengan waktu inkubasi yang
kondisi asam (Kokare et al, 2007). lebih cepat yakni hari ke-3 walaupun
Menurut Desai dan Banat hanya dengan nilai aktivitas
(1997), biosurfaktan tidak selalu emulsifikasi sebesar 37,56%.
memiliki kemampuan yang tinggi Pencapaian perlakuan-perlakuan
dalam mengemulsi dan menurunkan optimum ini tergolong cepat bila
tegangan permukaan sekaligus. dibandingkan dengan penelitian yang
Beberapa jenis biosurfaktan dilaporkan oleh Ulum (2004) di
diketahui hanya bersifat menurunkan mana perlakuan optimum produksi
tegangan permukaan saja tetapi biosurfaktan oleh Bacillus subtilis
bukan agen pengemulsi yang baik, 3KP pada substrat molase baru
begitu pun sebaliknya. Oleh karena dicapai pada hari ke-10.
itu, nilai tegangan permukaan yang Pada Gambar 9 terlihat bahwa
tinggi bukan berarti meniadakan perolehan massa produk kasar
produksi biosurfaktan. biosurfaktan terbanyak didapatkan
Gambar 8 menunjukkan pada kombinasi antara konsentrasi
adanya aktivitas emulsifikasi yang 4% dengan lama waktu inkubasi hari
tinggi terhadap minyak uji kerosin. ke-4 sebanyak 10,2 g/L. Perolehan
Pola fluktuasi nilai aktivitas massa produk kasar pada kombinasi
emulsifikasi antar konsentrasi juga konsentrasi 4% dengan lama waktu
terlihat hampir serupa dengan inkubasi hari ke-4 ini nampak
perlakuan optimum yang berbeda memiliki pola yang sesuai jika
pada masing-masing konsentrasi. Hal dibandingkan dengan nilai aktivitas
ini mengindikasikan bahwa emulsifikasi terbesar yang juga
biosurfaktan Bacillus subtilis 3KP diperoleh pada kombinasi
tergolong bioemulsifier (agen konsentrasi 4% dengan lama waktu
pengemulsi yang baik) bila inkubasi hari ke-4. Hal ini
dibandingkan dengan mengindikasikan bahwa perolehan
kemampuannya dalam menurunkan massa produk kasar biosurfaktan
tegangan permukaan. pada konsentrasi gula cair dan lama
waktu inkubasi yang berbeda produk kasar biosurfaktan oleh
sebanding dengan nilai aktifitas bakteri Bacillus subtilis 3KP pada
emulsifikasi masing-masing media molase yang hanya mencapai
supernatan. 8,18 g/L pada konsentrasi 4% dan
Dalam upaya pengembangan lama waktu inkubasi mencapai 6
skala produksi yang lebih besar hari, maka perolehan produk kasar
(scale up), hasil perolehan produk biosurfaktan oleh bakteri Bacillus
kasar biosurfaktan oleh bakteri subtilis 3KP dengan media gula cair
Bacillus subtilis 3KP dalam pada penelitian ini lebih tinggi yakni
penelitian ini menunjukkan potensi mencapai 10,2 g/L pada konsentrasi
yang besar untuk dikembangkan. 4% dan lama waktu inkubasi yang
Dibandingkan dengan perolehan lebih cepat yakni 4 hari.

Kesimpulan dan Saran 3. Kombinasi antara konsentrasi


1. Konsentrasi gula cair gula cair dengan lama waktu
berpengaruh terhadap nilai inkubasi berpengaruh terhadap
penurunan tegangan permukaan, nilai penurunan tegangan
aktivitas emulsifikasi dan permukaan, aktivitas
perolehan massa produk kasar emulsifikasi dan perolehan
biosurfaktan Bacillus subtilis massa produk kasar biosurfaktan
3KP. Bacillus subtilis 3KP.
2. Lama waktu inkubasi Dari penelitian ini dapat
berpengaruh terhadap aktivitas disarankan bahwa kombinasi
emulsifikasi dan perolehan konsentrasi gula cair 4% dengan
massa produk kasar biosurfaktan waktu inkubasi 4 hari dapat dijadikan
Bacillus subtilis 3KP tetapi tidak acuan dalam upaya scale up produksi
berpengaruh terhadap nilai biosurfaktan Bacillus subtilis 3KP.
penurunan tegangan permukaan.

Daftar Pustaka Of Microbial Surfactants.


Appl. Microbiol.
Anonimus. 2010. Harian Kompas Biotechnol., 53: 495508.
Online ; Permintaan Migas Desai, J.D. and Banat, M., 1997.
Terus Meningkat. Microbial Production of
http://kompas.realviewusa.c Surfactant and
om/default.aspx?iid=41877 Commercial Potential.
&startpage=page0000002. Microbiology and
Diakses tanggal 09 Molecular Biology Reviews.
Desember 2010 Vol.61, No.1 : 47-64.
Banat, M., R. S. Makkar., S. S. Francy, D.S., Thomas, J.M.,
Cameotra., 2000. Potential Raymond, R.L., and Word,
Commercial Applications C.H., 1991. Emulsification
of Hydrocarbon by Applied Biochemistry and
Subsurface Bacteria. J. Biotechnology, Vol : 112 :
Ind. Microbiol. 8(4) 237- 163-172.
246. Raza, Z.A., M.S. Khan, Z.M. Khalid
Kokare C R., S S Kadam, K R and A. Rehman., 2005.
Mahadik and B A Chopade. Production of
Studies on Bioemulsifier Biosurfactant Using
Production from Marine Different Hydrocarbons
Streptomyces sp. S1. Indian by Pseudomonas
Journal of Biotechnology aeruginosa EBN-8
Vol 6, January 2007, pp 78- Mutant. Naturforsch, 61c,
84 87-94.
Makkar, R.S. and Cameotra S.S., Richana, Nur., Ani Suryani., Helena
1997. Utilization of Yusuf Makagiansar dan Tun
Molasses for Biosurfactant Tedja Irawadi., 2000.
Production by Two Berbagai Cara Hidrolisis
Bacillus Strains at Pati untuk Media
Thermophilic Conditions. Pertumbuhan Bacillus sp.
JAOCS, 74 : 887-889. BMN14 Penghasil
Maneerat, S., 2005. Production of Biosurfaktan Lipopeptida.
Biosurfactants Using Jurnal Mikrobiologi
Substrates from Indonesia, September 2000,
Renewable Resources. him. 29-31.
Songklanakarin Journal Ulum, Bahriyatul, 2004. Pengaruh
Science Technology, Vol.27 Konsentrasi Molase dan
No.3 : 675-683. Natrium Nitrat terhadap
Mulligan, Catherine N. and Bernard Produksi Biosurfaktan
F. Gibbs, 1993. The Bacillus subtilis 3KP.
Economics of Skripsi. FMIPA Universitas
Biosurfactant. N. Kosaric Airlangga, Surabaya.
(ed) In : Biosurfactant :
Production, Properties,
Application, Marcel Dekker
Inc, New York, p.329-368.
Nitschke, M., Ferraz, C., Pastore,
G.M., 2004. Selection of
Microorganisms for
Biosurfactant Production
Using Agroindustrial
Wastes. Brazilian Journal
of Microbiology, 35 : 81-85
Nitschke, M., and Pastore, G.M.,
2004. Biosurfactant
Production by Bacillus
subtilis Using Cassava-
Processing Effluent.

Anda mungkin juga menyukai