Abstrak
Pendahuluan
Surfaktan atau surface active hingga industri makanan. Sebagian
agent adalah senyawa amfifatik yang besar dari surfaktan yang digunakan
terdiri atas komponen hidrofilik dan merupakan surfaktan sintetik yang
hidrofobik serta memiliki berasal dari derivat minyak bumi
kemampuan menurunkan tegangan (Desai and Banat, 1997). Pada
permukaan dua fase dengan beberapa tahun terakhir ini,
kepolaran berbeda. Kemampuan pemanfaatan surfaktan sintetik secara
tersebut menjadikan surfaktan luas dalam berbagai bidang industri
digunakan hampir diseluruh bidang dianggap tidak menguntungkan lagi.
industri mulai dari industri Hal ini dikarenakan surfaktan
petroleum, farmasi, kosmetika sintetik mengandung komponen
kimia derivat minyak bumi yang optimalisasi proses produksi serta
dinilai tidak ramah terhadap kurangnya ketertarikan investasi
lingkungan. Komponen ini industri dalam negeri terhadap
menjadikan surfaktan sintetik tidak biosurfaktan turut menjadi pemicu
dapat didegradasi secara alamiah pemakaian surfaktan sintetis. Oleh
serta memiliki kandungan toksik karena itu diperlukan suatu upaya
yang tinggi. Untuk mencegah pengoptimalan produksi biosurfaktan
terjadinya kerusakan lingkungan dalam negeri (Maneerat, 2005).
yang lebih buruk, maka perlu Salah satu upaya yang dapat
digunakan surfaktan alternatif yang dilakukan dalam mengoptimalkan
ramah terhadap lingkungan dimana proses produksi biosurfaktan adalah
salah satunya adalah biosurfaktan dengan menekan biaya produksi
(Banat et al., 2000). dalam hal penggunaan substrat. Hal
Biosurfaktan merupakan ini dikarenakan baku yang murah
makromolekul ekstraseluler yang akan mempengaruhi sebanyak 50%
dapat diproduksi oleh bakteri, yeast dari total biaya produksi (Nitschke et
maupun kapang pada berbagai al., 2004). Gula cair merupakan
kondisi substrat. Sama halnya salah satu produk pertanian yang
dengan surfaktan sintetik, murah dan mudah ditemukan serta
biosurfaktan juga memiliki memiliki kandungan gula yang
kemampuan menurunkan tegangan relatif stabil sebagai sumber karbon
permukaan suatu fase zat (Raza et bagi mikroba menjadikannya sebagai
al., 2005). Dibandingkan dengan alternatif substrat dalam proses
surfaktan sintetis, biosurfaktan produksi biosurfaktan (Mulligan and
memiliki beberapa keunggulan di Gibbs, 1993).
antaranya mampu didegradasi secara Pada penelitian terdahulu,
alamiah, mempunyai toksisitas yang Richana (2002) telah berhasil
rendah, mampu bekerja efektif mengisolasi biosurfaktan dari isolat
sekalipun dalam kondisi temperatur lokal Bacillus sp. BMN-14 yang
maupun pH yang ekstrim dan ditumbuhkan pada substrat gula hasil
menunjukkan kesesuaian lingkungan hidrolisis pati dengan konsentrasi
yang lebih baik (Desai and Banat, 1,94 g/L. Biosurfaktan yang
1997). dihasilkan Bacillus sp. BMN-14
Peneliti Puslit Kimia Lembaga mampu menurunkan tegangan
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) permukaan supernatan kultur
dalam harian Kompas (2010) mencapai 33,5 dyne/cm (Richana et
menyatakan bahwa sebagian besar al., 2002). Dari penelitian ini, dapat
dari surfaktan yang dipakai di diketahui bahwa bakteri dari genus
Indonesia masih merupakan Bacillus memiliki potensi yang
surfaktan sintesis. Kurangnya besar dalam memproduksi
biosurfaktan dengan memanfaatkan media NA, NB dan media air mineral
gula cair. Namun, sampai saat ini sintetik (AMS) yang merupakan
belum ada penelitian lebih lanjut komposisi dari Pruthi dan Cameotra
tentang kemampuan produksi (1997). Substrat gula cair sebagai
biosurfaktan oleh bakteri Bacillus sumber karbon yang digunakan
subtilis 3KP pada substrat gula hasil merupakan gula cair yang didapatkan
hidrolisis yang diorientasikan pada dari Toko Kue 88 di Surabaya.
pengembangan proses produksi. Kerosin digunakan sebagai
Berdasarkan latar belakang hidrokarbon uji dalam uji aktivitas
tersebut, penelitian ini ditujukan emulsifikasi supernatan kultur
untuk mengetahui konsentrasi Bacillus subtilis 3KP.
minimum gula cair yang dibutuhkan Penelitian ini diawali dengan
untuk pertumbuhan optimal bakteri penyediaan stok bakteri Bacillus
Bacillus subtilis 3KP dan waktu subtilis 3KP pada media Nutrient
inkubasi tercepat dengan tingkat Agar (NA) miring. Kemudian
produksi biosurfaktan tertinggi serta dilanjutkan dengan pembuatan media
kombinasi yang tepat antara air mineral sintetik (AMS), yang
konsentrasi gula cair dan waktu dibuat dengan melarutkan garam-
inkubasi yang cepat sehingga garam mineral ke dalam 1 liter
didapatkan produksi biosurfaktan aquades berdasarkan komposisi dari
secara optimal dari bakteri Bacillus Pruthi dan Cameotra (1997). Tahap
subtilis 3KP. selanjutnya yakni perbanyakan
bakteri dalam media diperkaya yakni
Metode Penelitian media Nutrient Broth (NB) dan
Penelitian ini dilakukan di diinkubasikan selama 24 jam.
Laboratorium Mikrobiologi Setelah itu, dilanjutkan dengan
Departemen Biologi Fakultas Sains pembuatan kultur bakteri.
dan Teknologi Universitas Airlangga Media pertumbuhan yang
Surabaya pada bulan Agustus- digunakan terdiri atas air mineral
September 2011. sintetis dengan penambahan gula cair
Isolat bakteri Bacillus subtilis pada konsentrasi yang berbeda (0, 1,
3KP yang digunakan dalam 2, dan 4%). Pada media tersebut, 4%
penelitian ini merupakan koleksi starter bakteri Bacillus subtilis 3KP
Laboratorium Mikrobiologi (OD = 0,5 pada A = 610 nm)
Departemen Biologi Fakultas Sains diinokulasikan lalu kultur tersebut
dan Teknologi, Universitas diinkubasi pada shaker dengan
Airlangga, Surabaya yang diisolasi kecepatan agitasi 120 rpm dan pada
dari Perairan kali Donan Cilacap, suhu ruang. Produksi biosurfaktan
Jawa Tengah. Adapun media diamati pada waktu inkubasi yang
pertumbuhan yang digunakan adalah berbeda (0, 1, 2, 3, 4, dan 5 hari)
dengan mengukur nilai tegangan perolehan massa produk kasar
permukaan supernatant kultur, nilai biosurfaktan pada masing-masing
aktivitas emulsifikasi supernatant perlakuan.
kultur terhadap kerosin dan
Gambar 1. Grafik nilai tegangan permukaan Gambar 2.Grafik nilai aktivitas emulsifikasi
(mN/m) supernatan kultur Bacillus subtilis (%) supernatan kultur Bacillus subtilis 3KP
3KP pada berbagai konsentrasi gula cair. pada berbagai konsentrasi gula cair.