1, (2012) 1-6 1
AbstrakBanyaknya sampah organik di lingkungan ITS, produksi sampah yang mampu diangkut dengan mobil bak
berupa sampah daun dan juga limbah eceng gondok. Dengan sampah dalam sehari mencapai 4,8 m3 setara dengan 480,6
kondisi demikian maka perlu dilakukan penelitian untuk kg, dan dari sampah jenis organik yang mampu diproduksi ITS
menanggulangi jumlah sampah yang semakin meningkat menjadi
bahan bakar alternatif (briket). Metodologi yang dilakukan ada
sebesar 1,1 m3 setara dengan 35,6 kg perhari, sehingga dalam
tiga tahap, yakni pre-treatment bahan (pengeringan, pencacahan sebulan ITS mampu memproduksi sampah organik sebesar
bahan, penggilingan dan penyaringan bahan dengan ukuran 1,07 ton. Selain itu juga pertumbuhan eceng gondok yang
partikel 120Mesh), setelah itu tahap pembuatan/pencetakan briket sangat cepat sekitar 3% perhari membuat petugas kebersihan
(dengan tekanan kompaksi 100kg/cm2) dan yang terakhir tahap harus bekerja membersihkan tanaman pengganggu tersebut
pengujian (uji proximate, eksperimental dan analisa ekonomi).
setiap dua hari sekali. Eceng gondok merupakan tanaman
Hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan briket terbaik
berdasarkan uji proximate dengan nilai kalor tertinggi terjadi pada pengganggu sehingga jika tidak dibersihkan maka akan terjadi
briket jenis E1D4 dengan nilai kalor 4.348kal/gr. Sedangkan endapan dan mengakibatkan pendangkalan pada sungai dan
berdasarkan uji eksperimental briket terbaik terjadi pada briket jika musim hujan rawan terjadinya banjir.
jenis E3D2 dengan waktu nyala terlama 53menit dengan laju Dari banyaknya sampah yang mampu diproduksi ITS,
pembakaran rata-rata yang lebih minimum dari pada briket jenis semuanya dibuang secara langsung tanpa adanya pemilahan
lainnya yakni sebesar 0,04gram/menit. Karakteristik briket dengan
hasil tersebut dapat direkomendasikan untuk bahan bakar bagi
sampah untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Berdasarkan
masyarakat di pedesaan yang biasanya menggunakan kayu bakar hasil survey di lapangan bahwa pusat pembuangan sampah di
untuk kebutuhan memasak dan juga trauma akan penggunaan ITS ada dua, yakni untuk sampah di setiap jurusan baik jenis
LPG. organik maupun sampah hasil kegiatan ormawa semuanya
dibuang secara terpusat di Depo pembuangan sementara
Kata kunci: sampah organik, nilai kalor, uji proximate, (belakang ITS), dan yang kedua untuk sampah jenis organik
eksperimental.
yang dihasilkan murni dari pohon-pohon diluar jurusan
dibuang di belakang gedung robotika, sehingga terjadi
penumpukan sampah organik. Sedangkan sampah organik dari
I. PENDAHULUAN eceng gondok dibuang ditepi sungai sehingga areal di sekitar
sungai terlihat kumuh.
I nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya menempati
area seluas 180 hektare, di kampus ini terlihat hijau dan
rindang karena banyak sekali pohon-pohon peneduh antara
lain pohon Angsana, Mahoni, Glodokan, dan masih banyak
jenis pohon lainya yang dalam setiap harinya selalu
menggugurkan daunnya. Tidak hanya itu, di area ITS juga
dikelilingi dengan sungai yang memanjang sehingga terlihat
lebih alami, namun banyak ditemukan tanaman pengganggu
eceng gondok yang pertumbuhannya sangat cepat. Ditinjau
dari aspek lain ternyata di kampus teknologi ini terkenal
dengan aktivitas mahasiswa yang sangat padat mulai dari tugas
Gambar 1. Tumpukan sampah organik di belakang gedung Robotika
kuliah hingga banyaknya kegiatan besar yang sering diadakan
mahasiswa di setiap jurusan sehingga potensi adanya sampah
anorganik yang dihasilkan juga sangat banyak.
A. Sampah Organik
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan
sebagainya. Di negara-negara berkembang komposisi sampah Gambar 4. Tanaman eceng gondok
terbanyak adalah sampah organik,sebesar 60 70%, dan Eceng gondok memiliki kandungan air yang sangat besar
sampah anorganik sebesar 30%. Sampah memiliki potensi hingga 90% dari berat tanaman sebenarnya. Dalam 10kg eceng
untuk memberi sumbangan terhadap meningkatnya emisi gas gondok setelah dikeringkan beratnya hanya 1kg [3]. Akan
rumah kaca, peristiwa ini terjadi pada penumpukan sampah tetapi eceng gondok memiliki nilai kadar karbon yang cukup
tanpa diolah yang melepaskan gas metan/methane (CH4). bagus untuk dimanfaatkan sebagai briket.
Manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan
sampah. Sampah memiliki daya dukung yang besar terhadap
emisi gas rumah kaca yaitu gas metan (CH4). Gas CH4 Tabel 1. kandungan tanaman eceng gondok
memiliki potensi merusak 20 kali lebih besar dari gas CO2
[10] terhadap global warming.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3
Keadaan bahan Kandungan prosentase(%) Bahan baku ini untuk sampah daun sampel yang diambil
Basah kadar air 90 berasal dari belakang gedung robotika dan untuk eceng
protein kasar 13.03 gondok sampel yang diambil berasal dari sungai yang ada di
serat kasar 20.6 ITS. Dan masing-masing membutuhkan bahan 2,5kg-3kg.
Kering lemak 1.1 - Pengeringan bahan
kadar abu 23.8 Pada tahap ini bahan yang sudah dikumpulkan di potong
vortex dan mineral 41.47 kecil-kecil terlebih dahulu setelah itu dimasukkan kedalam
oven.
D. Pembriketan
Dalam pembriketan ada beberapa tahapan agar briket
mendapatkan hasil yang maksimal:
- Pengeringan bahan
- Penggilingan Gambar 5. Proses pengeringan
- Pencampuran bahan perekat
Penentuan bahan perekat yang digunakan sangat - Pencacahan bahan
berpengaruh terhadap kualitas briket ketika dibakar dan Pencacahan ini dilakukan setelah keluar dari oven, dan
dinyalakan. untuk pengigilingan dimesin giling ini sendiri dilakukan
- Pencampuran adonan perulangan sebanyak tiga kali giling hingga didapatkan hasil
Untuk keperluan sendiri, pencampuran adonan arang dan yang paling halus dan setara ukuran tepung terigu.
perekat cukup dengan kedua tangan disertai alat pengaduk
kayu atau logam. Namun, jika jumlah briket diproduksi
cukup besar, kehadiran mesin pengaduk adonan sangat
dibutuhkan untuk mempermudah pencampuran.
- Pengepresan
Pencetakan bertujuan untuk memperoleh bentuk yang Gambar 6. Proses penggilingan
seragam dan memudahkan dalam pengemasan serta
penggunaannya. Dengan kata lain, pencetak briket akan - Penyaringan bahan
memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling lama setelah
Oleh karena itu bentuk ketahanan briket yang diinginkan pengeringan bahan. Mesin crusher bertingkat ini merupakan
tergantung dari alat pencetak yang digunakan. mesin ayakan yang terdiri dari beberapa saringan ukuran
- Pengeringan briket partikel yang tersusun secara vertikal. ukuran partikel bahan
Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dan yang digunakan adalah 120 Mesh
mengeraskannya hingga aman dari gangguan jamur dan
benturan fisik. Berdasarkan caranya, dikenal 2 metode
pengeringan, yakni penjemuran dengan sinar matahari dan
pengeringan dengan oven.
A. Tahap persiapan
yakni meneliti kembali data lapangan mengenai limbah Gambar 7. Mesin crusher bertingkat (untuk mengayak)
sampah organik di ITS agar didapatkan data mengenai
ketersediaan bahan baku, studi literatur juga dilakukan dalam - Analisa proximate bahan
mempelajari ilmu mengenai briket, cara pembuatan briket, Setelah bahan baku melalui proses pre-treatment, langkah
pengaruh pre-treatment bahan serta karakteristik pembakaran selanjutnya melakukan uji proximate yang meliputi uji kadar
pada bahan bakar padat (briket), selain itu juga dilakukan air, vollatile matter, kadar abu, fixed carbon dan nilai kalor.
persiapan alat berupa mesin penggiling, crusher bertingkat,
oven, furnace, bomb calorimeter dan dalam penelitian tugas
akhir ini dilakukan dilaboratorium utilitas yang ada di D3 C. Proses Pembuatan Briket
Teknik Kimia ITS sedangkan untuk uji kalori dilakukan di
Pada proses pembuatan briket ini dilakukan beberapa tahap
Gedung Robotika.
yakni:
B. pre-treatment bahan - Menentukan komposisi bahan sesuai dengan variasi yang
- Pengumpulan bahan baku telah ditentukan. Perbandingan eceng gondok dan daun
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 1:1; 2:3; 3:2;
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4
nyala 47 menit, setelah itu briket E2D3 dengan waktu nyala pembakaran maksimum terjadi pada menit ke-9 sebesar
selama 49 menit, dan kemudian briket E4D1 dengan lama 0.68gr/menit dan laju pembakaran rata-ratanya sebesar
nyala 50 menit. Dan yang terakhir dengan lama nyala terlama 0,04gr/menit.
terjadi pada briket E3D3 yakni menjadi abu pada menit ke 53.
Berdasarkan analisa diatas maka terjadinya penurunan E. Analisa Ekonomi
massa pada saat pembakaran ternyata berbanding terbalik Pada penelitian ini penulis memiliki tujuan pada poin
dengan lama nyala briket. Semakin besar penurunan massa terakhir adalah sebagai rekomendasi untuk bahan bakar
yang terjadi maka semakin cepat juga briket tersebut menjadi alternatif skala rumah tangga. Berikut adalah tabel
abu. Dan itu semua dipengaruhi oleh karakter/ sifat briket perbandingan antara produk briket hasil penelitian dengan
dengan kadar volatile nya. Semakin besar kadar volatile maka bahan bakar lain yang meliputi minyak tanah, LPG dan briket
briket tersebut semakin mudah terbakar dan semakin cepat batu bara yang dianalisa berdasarkan nilai ekonomis produk.
menjadi abu. Tabel 5. Perbandingan dengan bahan bakar lain
Bahan Nilai Harga Harga
Bakar kalor (perkg atau perKkal
(Kkal/Kg) perliter) (Rp)
(Rp)
Minyak
10,800 11,000 1.019
Tanah [11]
LPG [12] 11,200 4,333 0.387
Batu bara 6,000 3,000 0.500
Briket
hasil 4,348 4,000 0.920
penelitian
Gambar 8. Laju penurunan massa dan waktu nyala Pada tabel diatas terlihat bahwa minyak tanah saat ini
harganya sudah terlampau mahal jika dibandingkan dengan
- Berdasarkan laju pembakaran LPG, batu bara dan briket hasil penelitian. Akan tetapi nilai
Berdasarkan laju pembakarannya dapat dilihat seperti pada kalor nya sangat tinggi dan hampir mendekati nilai kalor LPG.
grafik berikut: Sedangkan pada briket hasil penelitian sendiri, nilai kalornya
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan batubara, dan
harganya pun lebih murah batu bara. Hal ini dikarenakan
batubara di Indonesia ini dijual dengan skala yang sangat besar
untuk keperluan industri. Sedangkan harga termurah adalah
LPG dengan harga perkilokalori hanya 0,387 rupiah. Nilai ini
jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lainya.
Berdasarkan nilai kalornya memang briket hasil penelitian
paling rendah. Tetapi bukan berarti briket ini tidak layak untuk
diaplikasikan, karena masih ada beberapa hal yang akan
dianalisa sehingga pada masing-masing bahan bakar dapat
Gambar 9. Laju pembakaran digunakan sesuai kebutuhan sehari-hari.