Anda di halaman 1dari 4

RS.

Bunda Surabaya
DERMATITIS ATOPIK
Jl. Raya Kandangan 23
Surabaya No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/4
Ditetapkan oleh,
Direktur R.S. Bunda Surabaya
Tanggal terbit
10 Juni 2011
PROSEDUR
TETAP dr. I Made Agus Budhi Aryawan, MARS

Merupakan keradangan kulit, yang bersifat gatal, menahun, residif, dan dapat
terjadi pada bayi, anak, dewasa dan pada penderita sering didapatkan riwayat
PENGERTIAN
atopi pada dirinya sendiri atau pada keluarga berupa Dermatitis Atopik (DA),
rinitis alergika, asma bronkial
Penyebab DA diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang berpengaruh
antara lain faktor imunologik, genetik, dan gangguan biokimiawi. Difisiensi
imunologik berupa peningkatan IgE dan gangguan fungsi limfosit T, juga
didapatkan pada DA. Diduga pada patogenesis DA terdapat early phase
reaction (EPR) dan late phase reaction (LPR). Pada EPR, setelah alergen
terikat pada IgE yang terdapat pada permukaan sel mast, terjadilah
degranulasi pada sel mast sehingga terjadi pengeluaran histamin dan
PATOFOSIOLOGI beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR yaitu timbulnya
ekspresi beberapa molekul adhesi pada dinding yang dipengaruhi beberapa
sitokin pada EPR. Sel radang akan tertarik pada dinding pembuluh darah di
tempat molekul adhesi berada. Akhirnya sel radang akan keluar dari
pembuluh darah menuju jaringan sehingga timbul reaksi radang.
Antihistamin generasi II, disamping berkhasiat sebagai antihistamin generasi
I juga berkhasiat dalam pencegahan penarikan sel radang pada dinding
pembuluh darah di tempat molekul adhesi berada.
Kelainan kulit terutama berupa iktiosis, reaksi radang berupa makula
yang eritematus yang diatasnya terdapat vesikule, papule folikuler, dan
akhirnya dapat timbul likenifikasi. DA dapat berlangsung terus sejak bayi
GEJALA KLINIS sampai dewasa atau hanya timbul pada fase tertentu saja. Pada fase lanjut
sebagai akibat kurangnya kadar air mengakibatkan rasa gatal pada kulit, dan
juga mengakibatkan penurunan fungsi sawar kulit sehingga lebih muda
mengalami reaksi iritasi jika terpapar bahan iritan.

RS. Bunda Surabaya DERMATITIS ATOPIK


Jl. Raya Kandangan 23 No. Dokumen No. Revisi Halaman
Surabaya 2/4
Ditetapkan oleh,
Direktur R.S. Bunda Surabaya
Tanggal terbit
10 Juni 2011
PROSEDUR dr. I Made Agus Budhi Aryawan, MARS
TETAP
Bentuk klinis:
1. Dermatitis atopik pada bayi
2. Biasanya mulai 2 bulan sampai 2 tahun (tetapi dapat pula tampak
sejak lahir). Lokasi pada skalp, muka, leher dan badan bagian atas
berupa papul dan vesikel di atas makula yang eritematus yang
akhirnya akan menjadi lesi yang eksudatif sehingga terbentuk krusta.
GEJALA KLINIS 3. Drmatitis pada anak
Mulai umur 2-10 tahun. Lokasi terutama di fosa kubiti, fosa poplitea,
pergelangan tangan, muka dan leher. Lesi lebih kering dari pada fase
bayi, tampak makula eritematus, papul, ekskoriasi, dan likenifikasi.
4. Dermatitis atopik pada dewasa
Lokalisasi pada fosa kubiti, fosa poplitea, leher dan pergelangan
tangan berupa papul, vesikel dan likenifikasi.
Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan didapatkan sekurang-kurangnya 3
kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria diagnosis menurut Hanifin
dan Rayka yaitu :
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2. Morfologi dan distribusi lesi khas
3. Didapatkan dermatitis kronik dan sering kambuh.
4. Riwayat atopi
DIAGNOSIS
Kriteria minor:
Xerosis, iktiosis, reaksi alergi tipe I, kenaikan kadar IgE, infeksi kulit, timbul
pada usia muda, dermatitis pada tangan, dermatitis pada puting susu,
kheilitis, konjungtivitis yang rekuren, kerutan kulit pada daerah infra orbital,
keratokonus, katarak subkapsular anterior, daerah mata berwarna gelap,
kepucatan dan kemerahan pada muka, ptiriasis alba, lipatan pada leher
depan, gatal waktu berkeringat, intoleran terhadap wool, white
dermographisme dan perjalanan penyakit yang dipengaruhi faktor
lingkungan dan emosi
RS. Bunda Surabaya
DERMATITIS ATOPIK
Jl. Raya Kandangan 23
Surabaya No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/4
Ditetapkan oleh,
Direktur R.S. Bunda Surabaya
Tanggal terbit
10 Juni 2011
PROSEDUR
TETAP dr. I Made Agus Budhi Aryawan, MARS

1. Dermatitis seboroik
DIAGNOSIS 2. Dermatitis kontak
3. Sindrom Wiskott-Aldrich
BANDING 4. Dermatitis numularis
5. Penyakit Darier
Menghindari faktor penyebab eksaserbasi antara lain: menjaga agar kulit
tidak kering misalnya mencegah perubahan suhu yang mendadak, mencegah
udara dengan kelembaban yang rendah, mencegah terlalu sering disabun, dan
menggunakan sabun pH netral dan pelembab. Hal ini disebabkan kulit yang
kering meningkatkan rasa gatal. Diusahakan agar penderita tidak menggaruk
kulit, menghindari pemakaian wool atau pakian yang terlalu ketat,
mengendalikan emosi, diet (makanan yang menimbulkan kekambuhan)

Pengobatan sistemik
1. Antihistamin
- Diphenhidramin HCl i.m
Dewasa : 10-20 mg/dosis, sehari 3 kali
PENATALAKSANAAN
Anak : 0,5 mg/kg/dosis, sehari 3 kali
- Chlorpeneramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 3 kali
Anak : 0,09 mg/kg/dosis, sehari 3 kali p.o
- Ceterizine 10 mg/dosis, sehari 1 kali p.o
- Loratadine 10 mg/dosis, sehari 1 kali p.o
2. Kortikosteroid
Hanya untuk kasus yang akut dan berat, diberikan dalam jangka
pendek, dihentikan bertahap (tappering-off)
- Prednisone
Dewasa, 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali
Anak : 1 mg/kgBB/hari
RS. Bunda Surabaya
DERMATITIS ATOPIK
Jl. Raya Kandangan 23
Surabaya No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4
Ditetapkan oleh,
Direktur R.S. Bunda Surabaya
Tanggal terbit
10 Juni 2011
PROSEDUR
TETAP dr. I Made Agus Budhi Aryawan, MARS

- Dexamethasone
Dewasa, 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali
Anak : 0,1 mg/kgBB/hari

Pengobatan topikal
Tergantung pada keadaan lesi:
- Akut dan eksudatif diberi kompres dengan larutan faali
PENATALAKSANAAN
- Kering dan tidak eksudatif, diberi pelembab (urea 10%) kemudian
diberi kortikosteroid yaitu emolien hydrocortisone acetat, emolien
diflucortolone valerat atau betamethasone valerat 0,1%
- Antibiotik:
Hanya diberikan bila ada infeksi sekunder
Erythromycine : Dewasa 250-500 mg/dosis, sehari 3-4 kali p.o
Anak : 15-25 mg/kg/dosis, sehari 3 kali p.o

Anda mungkin juga menyukai