Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem
saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidak
teraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat,
kesulitan pada saat memulai pergerakan dan kekakuan otot. (Arif Muttaqin,
2009)
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh
James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817.
Penyakit Parkinson di jumpai disegala bangsa, dan satu sampai lima
diantara seribu penduduk menderita penyakit ini. Kebanyakan penderita
penyakit ini pada usia 40-60 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan
wanita 5:4. Faktor genetik mungkin mempunyai peranan penting pada
beberapa keluarga, khususnya bila terdapat pada usia di bawah 40 tahun
(Parkinsonismus juvenilis). Secara keseluruhan, pengaruh usia pada
umumnya mencapai 1% di seluruh dunia dan 1,6% di Eropa, meningkat dari
0,6% pada usia 6064 tahun sampai 3,5% pada usia 8589 tahun.
Meskipun telah dikemukakan sejak tahun 1817 oleh james Parkinson
dalam tulisannya yang berupa buku kecil berjudul An Essay on the Shaking
Palsy, namun penelitian mengenai penyakit ini terus berlangsung sampai
saat ini. James Parkinson sendiri menggunakan istilah paralisis agitans atau
shaking palsy, dan baru pada tahun 1887 dinamakan penyakit Parkinson
oleh Jean Marthin Charcot. Pada tahun 1921, Charles Foix berhasil
mengungkapkan secara tepat kelainan dibatang otak, yaitu disubtansi nigra
mecencefalon sebagai substrat penyakit Parkinson. Pemeriksaan
makroskopik memperlihatkan daerah yang pucat (depigmentasi) pada parks
kompakta substansi nigra yang dengan jelas menunjukkan lenyap atau
berkurangnya jumlah sel-sel neuromelanin yang menghasilkan dopamine
pada penyakit Parkinson. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
adanya badan-badan Lewy yang merupakan inclusion body dan mendesak
granula-granula neuromelanin yang tersisa ke tepi.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada
juga yang menjadi pikun perawatan penderita penyakit parkinson
pengobatan penyakit parkinson memiliki sejarah yang cukup panjang. Fakta
menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar dopamin pada Penyakit
Parkinson di awal tahun 1960-an, membawa dunia pengobatan kepada
penemuan obat levodopa, suatu prekursor dopamin, yang secara efektif
dapat memperbaiki gejala-gejala pada Penyakit Parkinson (kajian oleh
Barbeau 1962; Birkmayer & Hornikewicz 1962; serta Cotzias et al 1967).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan klien dengan penyakit
Parkinson
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Parkinson.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Parkinson
3. Untik mengetahui patofisiologi dari perkinson.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Parkinson.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Parkinson.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Parkinson.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Parkinson

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang
mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan
gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degenerative pada system saraf
(neurodegenerative ) yang bersifat progresif ditandai dengan ketidakteraturan
pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada
saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. (Arif Mutaqqin, 2009)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan
tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks postural.
Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik (produksi
dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra dengan korpus striatum
(nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal ganglia adalah bagian dari
sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi,
mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan otomatis.

Gambar 2.1 Anatomi Otak ( Anne Waugh, 2011 )

2.2 Anatomi Fisiologi Saraf Pusat


Sistem Saraf Pusat (Anne Waugh,2011)
A. Otak

Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk
seluruh alat tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang
dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak didalam rongga
kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak awal, yang disebut otak
depan, otak tengah dan otak belakang. Beberapa karateristik khas Otak
orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan
dan mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta
membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari.

Bagian Otak:
a. Otak depan (Forebrain): Sereberum I,II, dan III
b. Otak tengah ( Midbrain) : Thalamus dan Hypotalamus
c. Otak belakang (Hindbrain) : Serebelum, Batang Otak ( Medulla
Oblongata dan Pons )

1. Forebrain
a) Serebrum (Otak Besar)
Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-
masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum
terdiri dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan
serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut
kortex. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, yaitu
massa substansi putih yang terdiri dari serabut saraf. Disebelah bawahnya
lagi terdapat kelompok substansi kelabu atau ganglia basalis.
Serebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri
dan keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis. Hemisperium cerebri
terbagi menjadi hemisper kanan dan kiri. Hemisper kanan dan kiri ini
dihubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisfer
cerebri dibagi menjadi lobus-lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang
diatasnya (Wingo, 1995)., yaitu:
a) Lobus frontalis (depan), bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
frontalis
b) Lobus parietalis (tengah), bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
parietali
c) Lobus occipitalis (belakang), bagian cerebrum yang berada dibawah
tulang occipitalis
d) Lobus temporalis (samping), bagian cerebrum yang berada dibawah
tulang temporalis

Antara bagian tengah dan belakang merupakan pusat


perkembangan kecerdasan,ingatan,kemauan dan sikap. Kortex serebri
terdiri dari dari banyak lapisan sel saraf. Di bagi menjadi beberapa
daerah, sebagian memiliki fungsi motorik, dan sebagiannya fungsi
sensorik.

Ganglia basalis, beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang


disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam substansi putih
pada setiap hemisfer. Yang merupakan bagian sistem ekstra-piramidal,
mempengaruhi tonus dan sikap tubuh, menyatukan dan menyesuaikan
gerakan otot sadar utama, yang merupakan tugas jalur motorik
desendens yang besar. Struktur yang tercakup dalam ganglia basal
meliputi:
a) Nukleus kaudatus, dinamakan sesuai dengan bentuknya yang seperti
ekor, dihubungkan dengan pergerakan otot rangka tak sadar.
b) Nukleus amigdaloid, bagian ekor nukleus kauda.
c) Nukleus lentikular, terdiri dari dua bagian, putamen dan globus
pallidus, yang bila disatukan disebut korpus striatum karena adanya
persilangan pada tampilan serabut termielinisasi. Globus pallidus
mengatur tonus otot dan ketepatan gerakan otot.
d) Klaustrum adalah lapisan tipis substansi abu-abu yang ditemukan
diantara putamen dan lobus insular serebrum, yang terletak jauh di
dalam sulkus lateral.

2. Hindbrain
a) Serebelum (Otak Kecil)
Terletak berada di belakang pons dan dibawah bagian posterior
serebrum yang ditempati fossa kranial posterior. Di bagian depannya
terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari
berat batang otak seluruhnya. serebelum berbentuk oval ,Cerebellum
dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh suatu garis tengah yang sempit disebut vermis. Fungsi cerebellum
pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot
volunter/ sadar, postur dan keseimbangan, sehingga gerakan dapat
terlaksana dengan sempurna. (Wingo, 1995). Kerusakan area ini dapat
menyebabkan gerakan otot yang tidak terkoordinasi, kikik, dan gaya
berjalan diseret.
b) Batang Otak ( Truncus Serebri )
Menghubungkan otak dengan sum-sum tulang belakang. Terdiri
dari 2 daerah :
1) Medulla Oblongata
Sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. terbagi
menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna
kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar
berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum
tulang belakang adalah mengatur reflex fisiologis, seperti
kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah,
dan kegiatan lain yang tidak disadari

2) Pons
Pons berada di depan serebelum, dibawah otak tengah.
Pons terdiri atas serat saraf yang membentuk jembatan
antara hemisfer serebelum, dan serat yang melalui antara
posisi otak yang lebih tinggi dan medulla spinalais.
Terdapat nuclei yang membentuk pusat pneumotaksik dan
apnustik yang berhubungan dengan pusat pernapasan di
medulla oblongata. Fungsi pons salah satu adalah
menyampaikan sinyal dari sereberum ke serebelum.
3. Midbrain
a) Talamus

Pusat pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke


serebrum

b) Hipotalamus

a. Berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yg


melakukan

fungsi vegetative penting untuk kehidupan seperti pengaturan


frekuensi jantung, TD, Suhu tubuh, keseimbangan air, selera
makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual

b. Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,

kegembiraan dan kemarahan.

c. Memproduksi hormone yg mengatur pelepasan atau inhibisi


hormion kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan
system endokrin.

B. Medula Spinalis

Merupakan bagian SSP yang terletak di dalam canalis cervikalis


bersama ganglion radix pos yang terdapat pada setiap toramen
intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan

Fungsi sumsum tulang belakang adalah :

1. Penghubung impuls dari dan ke otak

2. Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks

3. Organ ini mengurus persyarafan tubuh,anggota badan dan

bagian kepala.

2.3 Etiologi
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi
nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Beberapa hal
yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai
200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan
reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama
pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit -sinuklein pada lengan panjang parkinson. Yaitu mutasi pada
gen kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal
dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan
delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
3. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik: Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria
b. Infeksi: Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi
faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia
nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan
substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
c. Diet: Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress
oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit
parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
d. Trauma kepala: Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit
parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
e. Stress dan depresi: Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat
mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi
peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.

2.4 Patofisiologi
(Menurut Arif Muttaqin,2011) Dua hipotesis yang disebut juga
sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah:
hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan
radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk
mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut
mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam
menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan
gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi
informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan
gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program
untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan
pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal
adalah gerakan involunter. (Arif Muttaqin,2011)
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus,
putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia
nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Piramidal: kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan
reflek superfisial yang abnormal
2. Ekstrapiramidal: didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3. Serebelar: ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai
nistagmus
4. Neuromuskuler: kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek
tendon yang menurun.
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan
defisiensi serotonin, dopamin dan noradrenalin. (Arif Muttaqin,2011)
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang
meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra,
area ventral segmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin,
nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia
otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi
didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi
antara 50%-85%, sedangkan pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0%-
45%, dan pada nukleus ganglia basalis antara 32%-87%. Inti-inti subkortikal
ini merupakan sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini
mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus (berkurang
sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%), hipotalamus (berkurang
sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus sereleus, 52% di
substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin berkurang 40% di
nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan 30% di lobus
temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi pengurangan
nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi P dan
bombesin. (Arif Muttaqin,2011)
.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan
neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan.
Sistem transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme
motivasi, dan respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses
reward dan reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa
abnormalitas sistem neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan
mengurangi keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia,
kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan pentingnya
peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah laku
terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi
dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan
ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya
keinginan melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk
mengontrol diri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri
sendiri dapat bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan
harga diri.

Salah satu neurotransmitter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian


laen pada system saraf pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi
penting dalam menghambat gerakan pada pusat control gerak. Dopamine
merupakan salah satu mediator yang dibutuhkan oleh otak untuk bisa
mengatur serta bisa mengkoordinasi kapan serta jenis gerakan apa yang
harus dilakukan oleh otot kita Secara normal dopamine memiliki
konsentrasi yang tinggi di bagian-bagian otak tertentu, jika sela saraf tadi
mengalami kerusakan yang membuat produksi dari dopamine mengalami
penurunan ( konsentrasi dopamine menipis dalam subtansia nigra dank opus
striatum ) maka kemampuan dari otak dalam mengendalikan serta
mengkoordinasi suatu gerakan juga akan mengalami gangguan dengan
munculnya suatu resiko gerakan yang tidak normal. Penipisan kadar
dopamine dalam bangsal ganglia yang berhubungan dengan adanya
bradikenesia, kekakuan, dan tremor.
Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit
Parkinson dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data patologis dan
biokimiamenunjukkan bahwa klien dimensia dengan penyakit Parkinson
mengalami penyakit penyerta Alzheimer. Pada kebanyakan klien, penyebab
penyakit tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme arteriosklerosis terlihat
lebih sering terjadi pada kelompok usia lanjut. Kondisi ini menyertai
ensefalitis, keracunan, atau toksisitas (mangan, karbon monoksida),
hipoksia, atau dapat akibat pengaruh obat.

Manifestasi utama penyakit Parkinson adalah gangguan gerakan, kekakuan


otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya reflek postural.
Gejala awal yang dialami klien kaku ekstremitas dan kaku pada semua
gerakan. Klien mengalami kesulitan dalam memulai, mempertahankan, dan
membentuk aktifitas motorik dan lambat dalam menghasilkan aktivitas
normal. Gejala yang terlihat sebagai pertanda awal bahwa penyakit telah
berlanjut adalah tremor, sering kali pada salah satu tangan dan lengan,
kemudian kebagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor
ini tetap unilateral.

Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-


supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari
terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan
ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan
muncul pada saat klien beristirahat. Karakteristik lain adalah penyakit ini
mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Klien mengalami
kehilangan ayunan tangan normal, sehingga menyebabkan keterbatasan otot,
wajah mengalami sedikit ekspresi. Hal ini dapat terlihat saat klien berbicara,
wajah klien seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada
muncul sekilas. Klien mengalami kehilangan reflek postural, berdiri dengan
kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti
didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah
satunya kedepan atau kebelakang) dapat menyebabkan klien sering terjatuh.
Tanda depresi yang muncul pada klien belum dapat ditetapkan apakah
depresi sebagai reaksi terhadap gangguan atau yang berhubungan dengan
abnormalitas biokimia di dalam substansia nigra pada otak.

Rigiditas pada penyakit Parkinson jelas sekali memperlihatkan tahanan


yang bergelombang sehingga dinamakan cogwheel rigidity. Pada rigiditas
deserebrasi terdapat tahanan pada gerakan fleksi dan ekstensi pasif anggot
gerak yang mempunyai segi spastic juga. Rigiditas deserebrasi merupakan
manifestasi hilangnya pengaruh inhibisi dan meningkatnya pengaruh
eksitasi terhadap gamma loop akibat kerusakan di bagian rostral batang
otak. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa sebenarnya pengaruh inhibisi
pada susunan ekstrapiramidal adalah faktor utama terjadinya genesis
rigiditas deserebrasi.

Rigiditas deserebrasi memperlihatkan juga pengaruh penurunan impuls


vestibularis terhadap sikap tubuh yang serba kaku itu. Sikap tubuh yang
kaku tersebut adalah seluruh tubuh kaku, dengan kedua lengan dirotasika
pada sendi bahu dan lurus pada sendi siku. Kedua tangan bersikap pronasi
dengan jari-jari lurus tapi ditekuk di sendi-sendi metakarpofalangeal. Kedua
tungkainya bersikap lurus di sendi panggul dan lutut, sedangkan kaki dan
jari-jarinya berfleksi kaku. Jika kepala diputar ke kanan, lengan kiri akan
melakukan gerakan fleksi di sendi siku secara reflekstorik. Bila kepala
ditengahdahkan secara pasif, sikap deserebrasi seperti yang digambarkan
diatas menjadi berlebihan.

Manifestasi otonom penyakit Parkinson antara lain adalah berkeringat,


kulit berminyak, dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan,
konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obatan
antikolinergik dan hipertrifi prostat.

Gangguan saraf okulomotorius terlihat saat klien melakukan konvergensi,


penglihatan menjadi kabur karena klien tidak mampu mempertahankan
kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan kedua bola mata untuk menatapkan
mata pada sesuatu tidak selalu berjalan searah, melainkan bisa juga berjalan
kea rah yang berlawanan. Gerakan bola mata yang sinkron dengan arah
yang berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata kea rah nasal. Dalam
gerakan itu, bola mata kiri bergerak ke kanan dan bola mata kanan bergerak
ke kiri. Gerakan kedua bola mata ke arah nasal dinamakan gerakan
konvergen, yang terjadi karena kedua otot rektus medialis (internus)
berkontraksi.

Krisis oligurik menyertai parkinsonisme jenis pasca-ensefalitis, yaitu


terjadi spasme pada otot-otot konjugasi mata, mata terfiksasi biasanya ke
atas selama beberapa menit sampai beberapa jam. Saat ini, krisi oligurik
jarang ditemukan karena jumlah klien yang masih bertahan hidup dengan
tipe parkinsonisme ini semakin sedikit.

Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri. Otot-otot kelelahan karena
terjadi rigiditas pada otot. Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan
efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan
darah oleh system saraf otonom. Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi
berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, asrpirasi makanan atau saliva,
dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran pernafasan
2.5 WOC
Faktor predisposisi lesi di substansia
nigra : usia dan arteriosklerotis, post-
ensefalitis, induksi obat, dan keracunan
logam berat

Dopamin menipis dalam substansia nigra


dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang


abnormal

Impuls globus palidus ini tidak melakukan


inhibisi terhadap korteks piramidalis dan
ekstrapiramidalis

Kerusakan kontrol gerakan volunter yang


memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan
otomatis

Aliran darah Tremor ritmik


Gangguan S. III Manifestasi Gangguan S. VIII bradikinesia
serebral
otonom
regional
menurun
Gangguan Rigiditas
Berkeringat, kulit Perubahan wajah
kontraksi otot- deserebrasi
berminyak, sering dan sikap tubuh
otot bola mata
dermatitis, rasa lelah
Manifestasi
berlebihan, dan otot
psikiatrik Perubahan gaya
terasa nyeri, hipotensi
Gangguan berjalan, MK :
postural, penurunan
konvergensi kekakuan dalam Gangguan
kemampuan batuk efektif
Perubahan beraktivitas citra diri
kepribadian,
psikosis,
demensia, dan Pandangan MK : Hambatan
konfusi akut kabur mobilitas fisik
MK :
MK :
Kognitif perubahan 1. Resiko tinggi
Penurunan
persepsi persepsi bersihan jalan
aktivitas fisik
sensorik napas tidak efektif
akut 2. Resiko penurunan umum
visual
perfusi perifer
3. Nyeri otot
4. Gangguan
MK : pemenuhan ADL Resiko
konstipasi
1. Kerusakan
komunikasi verbal
2. Perubahan proses MK : Gangguan
eliminasi alvi
pikir
3. Koping individu
tidak efektif

Sumber : Arif Muttaqin. 2011


2.6 Manifestasi klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik
penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu. (Arif
Muttaqin 2011)
1. Gejala Motorik
a. Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam,
dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua.
Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor
(bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta
melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang
disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang
logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-
ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-
tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor).Semua itu terjadi pada
saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-
goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya,
jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor
hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor
bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b. Rigiditas/kekakuan
Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi
di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi
seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan
berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan
pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek.
c. Akinesia/Bradikinesia
Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan
sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan
diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi
tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi.
Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks
menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak
asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai
berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah
dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang,
misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang,
berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari
mulut.
d. Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau
mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi
sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi.
e. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi
cepat (marchea petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada,
bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
2. Gejala non motorik
a. Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama, inkontinensia dan hipotensi ortostatik, kulit berminyak dan
infeksi kulit seborrheic, pengeluaran urin yang banyak, gangguan
seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku.
b. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
c. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
d. penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas
perubahan posisi badan, berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra
perasa bau (microsmia atau anosmia).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalus eks vakuo). (Arif Muttaqin,2011)

2.8 Penatalaksanaan
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistic meliputi berbagai bidang pada saat ini tidak
ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini , tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul
Pengobatan penyakit Parkinson bersifat individual dan simtomatik ,
obat-obatan yang biasanya diberikan adalah untuk pengobatan penyakit
atau menggantikan atau meniru dopamin yang memperbaiki tremor,
rigiditas , dan slowness perawat pada penderita penyakit Parkinson
bertujuan untuk memperlamabat dan menghambat perkembangan dari
penyakit itu.perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan
terapi fisik seperti terapi berjalan , terapi suara / berbicara dan pasien
diharapakan tetap melakuakan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi obat-obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penyakit Parkinson :
a. Antikolinergik
Contohnys Benzotropine ( Cogentin ) ,trihexypenidyl ( Artane ) ,
berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson dan
untuk mengakuskan pergerakan.
b. Carbopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit Parkinson.
Di dalam otak lavodapa dirubah menjadi dopamine . L-dopa akan
diubah menjadi dompmine pada neuron dopaminergic oleh L-
aromatik asam amino dekarboksilase ( dopa dekarboksilase ) .
walupun demikian , hanya 15% dari L-dopa memasuki neuron
dopaminergic, sisinya dimetabolismr di sembarang tempat,
mengakibatkan efek samping yang luas.Levodapa mengurangi
tremor ,kekakuan otot dan memperbaiki gerakan . penderita
penyakit Parkinson ringan bisa kembali mejalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama bersama carbidopa
untuk meningkat efektivitasnya dan mengurangi efeknya
sampingnya.
c. COMT inhibitors
Contohnya Entacapone ( tolcapone ),talcapone (tasmar) . untuk
mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat
levodopa. Talcapone adalah penggamabat enzim COMT ,
memperpanjang efek L Dopa . Tapi karena efek samping yang
berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan . Jenis yang
sama entacapone , tidak menimbulkan penurunan fungsi liver
a. Agonis dopamine
Agonis dopamine seperti bromokriptin ( parlode) , pergolid
( permax ),pramipexol ( Mirapex) ropinirol, kabergolin ,
apomorfin dan lisurid dianggap cukep efektif untuk mengobati
gejala .Parkinson obat ini berkerja dengan merangsang reseptor
akan tetapi obata ini juga menyebabkan penurunan reseptor
dopamine secara progesif yang xelanjutnya akan menimbulkan
gejala penyakit Parkinson. Obat ini dapat berguna untuk
pengobatan pasien yang pernah mengalami serangan
berfluktuasi dan dyskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis
tinggi apomorfin dapat diinjeksikan subkutan . Dosis rendah
yang diberikaan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala
motoric.
b. MAO-B inhibitor
Contohnya selegline (Eldepry ),Rasagline (Azilect). Inhibitor
MAB diduga berguna pada penyakit Parkinson karena
neuotrannsmisi dopamine dapat ditinggkatkan dengan
mencegah perusakannya.selegiline dapat pula memperlamabat
memperburuknya penyakit Parkinson, dengan demikan terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu .Berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu
untuk menghaluskan pergerakan . selegilin dan rasagilin
mengurangi gejala dengan menginhibisi monomine oksidase B
( MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang
dikelurkan olehneuron dopaminergic.metabolotnya
mengandung L-ampehetamin and L-dopa dapat meningkatkan
angka kematian , yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan
secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini dalah stomatitis.
c. Amantadine ( symmetrel )
Berguna untuk perawatan akinesia,dyskinesia,gemetaran
d. Inhibitor dopa dekarboksilas dan levodopa
Untuk mecegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamine
diluar otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor
enzim dopa dekarboksilaase . Untuk maksud ini dapat
digunakan karbidopa atau benserazide (madopar ). Dopamine
dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah.
Dengan demekian lebihbanyak levodopa yang dapat sawar-
otak-darah. Untuk kemudian dikonversi menjadi dompamine di
otak.

2. Deep Brain Stimulation ( DBS)


Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan
elektroda yang memancarkan implus listrik frekuensi tinggi terus-
menerus ke dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation
( DBS). DBS adalah tindakan minimal invasive yang dioperasikan
melalui paduan computer dengan tingkat kerusakan minimal untuk
mencangkokkan alat media yang disebut neurostimulator untuk
menghasilkan stimulus elektrik pada wilayahtargetdidalam otak yang
terlibat dalam pengendalikan gerakan.terapi ini memberikan stimulus
elektrik rendah pada thalamus. Stimulus ini degerakan oleh alat medis
implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan kemungkinan
penekana pada semua gejalah dan efek samping , dokter menargetkan
wilayah subthalamic nucleus ( STN ) dan globus pallidus (GP) sebagai
wilayah stimulus elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada
penelian klins DBS ini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih
baik dengan kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan
penyakit Parkinson.
3. Terapi Fisik
Sebagian besar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi
fisik. Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan
dirumah, dengan diberikan pentunjuk atau latihan contoh klinik terapi
fisik. Program terapi fisik pada penyakit prakinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada
rigiditas, tremor atau hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur,
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
dan meningkatan mobilitas, fleksibitas, kesemimbangan, range on
motion. Latihan dasan selalu dianjurkan seperti membawa tas,
memakai dasi, menguyah keras, dan memindahkan makanan didalam
mulut.

4. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan
penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment
(LSVT). LSVT focus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi
menemuukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik
indra pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk
meningkatkan kejernihan suara.
5. Terapi Gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hinga tahap terapi
gen yang melibatkan pengunaan virus yang tidak berbahaya yang
dikirim kebagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen
yang digunakan memerinthkan untuk memproduksi sebuah enzim
yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat
produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
6. Pencangkokan Saraf
Cangkok sel stem secara genetic untuk memproduksi dopamine atau
sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized
double-blind sham-placebo dengan pencangkokan yang gagal
menunjukan mutu hidup pasien dibawah umur.
7. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak
ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan
prakinson yang sudah parah dimana terapi dengan obat tidak
mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
8. Terapi Neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
akan diinduksi progesifitas penyakit. Adapun yang sering digunakan
diklinnik adalah manomine oxidase inhibitors (selegline and
rasagline). Dopamine agonnis, dan compleki mitochondrial fortifier
coenzyme Q10.
9. Nutrisi
Vitamin C dan Vitamin E dosis yang tinggi secara teori dapat
mengurangi kerusakan sel yang akan terjadi pada pasien Parkinson.
Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide
dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang
dapat merusak sel. Belum lama ini Koenzim Q10 juga telah digunakan
dengan cara yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu z
at sintesis baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan
koenzim Q10.
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PARKINSON

3.1 Pengkajian
Menurut Arif Muttaqin,2011 Pengkajian pada klien yang mengalami
Parkinson sebagai berikut :
1. Data pribadi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan,
kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan hilangnya
refleks postural.
b. Riwayat penyakit sekarang : sering klien mengeluhkan adanya
tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian
yang lain dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap
unilateral.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pengkajian yang dilakukan adalah
dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, pengobatan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
d. Riwayat penyakit keluarga : Walaupun tidak di temukan adanya
hubungan penyakit parkinson dengan sebab genetik yang jelas,
perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada
keluarga.
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis
(kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis
(membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila
salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan
abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis stroke, cara
berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas
atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler.

4. Body Of System
a. Keadaan Umum

Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami


penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu
bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.

b. Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga


bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional
mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.

c. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.

Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan


kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan


paru.

Auskultasi, ditemukan bunyi nafas tambahan seperti nafas


berbumyi, stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi
secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan
pada klien dengan inaktivitas..
d. B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah
oleh sistem saraf otonom.
e. B3 (Brain)
Pada inspeksi umum ditemukan perunbahan pada gaya berjalan,
tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh
gerakan
f. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural.
g. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan
nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan
dalam menelan, konstipasi karena penurunan aktivitas
h. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan
otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko
pada trauma fisik bila melakukan aktivitas sehari-hari. Adanya
gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku.
i. Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka
panjang
j. Pemeriksaan Saraf Kranial
1) Saraf I: biasanya pada klien tidak ditemukan kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
2) Saraf II: Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan
sesuai tingkat usia,
3) Saraf III, IV, dan VI: sewaktu melakukan konvergensi
penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
4) Saraf V: Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya
ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan
otot wajah menyebabka ekspresi wajah klien mengalami
penurunan, saat bicara wajah seperti topeng (sering
mengedipkan mata).
5) Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal
6) Saraf VIII: adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang
berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah
regional.
7) Saraf IX dan X: ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
8) Saraf XI: tidak ada atrofi sternokleidomastoideus dan trapezius
9) Saraf XII: lidah simetris. Indra pengecapan normal.
k. Sistem motorik
Inspeksi umum ditemukan perubahan gaya berjalan ,tremor dan
kaku pada seluruh gerakan Klien sering mengalami rigiditas
deserebrasi.
Tonus otot, ditemukan meningkat
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan
karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya
berjalan, tremor dan kaku pada seluruh gerakan
l. Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan
sensorik yang ada merupakan hasil dar neuropoati. Selama periode
ini, dilakukan katerisasi intermiten dengan teknik steril. Dan kaku
pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila
melakukan aktivitas

g. Pemeriksaan refleks

Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk


berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan
berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau
ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot
2. Nyeri otot berhubungan dengan kekakuan/regiditas otot
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan
medikasi dan penurunan aktivitas
4. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-
otot wajah
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit.
6. Perubahan proses pikir b.d penurunan kognitif, persepsi, dan akut
7. Gangguan citra diri b.d perubahan wajah dan sikap tubuh
8. Resiko tinggi kebersihan jalan napas tidak efektif b.d penurunan
kemampuan batuk efektif
9. Resiko gangguan perfusi perifer b.d hipotensi postural

3.3 Intervesi Keperawatan


Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak tertjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan Mengetahui tingkat kemampuan
kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motoric klien dalam melakukan aktivitas
Lakukan program latihan yang meningkatkan Meningkatkan koordinasi dan
kekuatan otot ketangkasan
Lakukan latihan postural Latihan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher
tertarik kedepan dan kebelakang
Ajarkan teknik berjalan khusus Teknik berjalan khusus dapat juga
1. Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan dipelajari untuk mengimbangi gaya
tegak berjalan menyeret
2. Klien dianjurkan untuk latihan berjalan
dengan diiringi music marching band atau
lagu
3. Latihan bernapas sambil berjalan
4. Melakukan periode istirahat yang sering
Anjurkan mandi air hangat dan masase otot Mandi hangat dan masase dapat
membantu otot-otot rileks
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri, Untuk memelihara fleksibilitas sendi
sesuai toleransi sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik Peningkatan kemampuan dalam
klien mobilisasi ekstermitas

Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan


penurunan aktivitas
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi
Kriteria hasil : Klien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan
obat,konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon bising usus normal (15-30
x/mnt)
Intervensi Rasional
Monitor adanya konstipasi Klien Parkinson mempunyai masalah konstipasi
berat.
Berikan penjelasan pada klien dan Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab
keluarga tentang penyebab konstipasi konstipasi
Modifikasi defekasi yang teratur. Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun
Anjurkan pada klien untuk makan semangat klien untuk mengikuti pola yang teratur
makanan yang mengandung serat
Atur posisi duduk toilet Dudukkan toilet ditinggikan untuk memudahkan
aktivitas toileting karena sulit bergerak dari posisi
berdiri ke posisi duduk
Bila klien mampu minum, berikan Asupan cairan adekuat membantu mempertahankan
asupan cairan yang cukup (2 konsistensi feses yang sesuai pada usus dan
liter/hari) jika tidak ada membantu eliminasi regular
kontraindikasi
Kolaborasi dengan tim dokter dalam Pelunak feses meningkatkan efiensi pembahasan air
pemberian pelunak feses (laksatif, pada usus
supositoria, enema)

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,


pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang
dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Kriteria hasil : Klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi Gangguan bicara ditemukan pada banyak
klien dengan parkinson
Menentukan cara-cara komunikasi Mempertahankan kontak mata akan membuat
klien tertarik selama komunikasi
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter intravena yang terpasang di tangan
terpasang kateter intravena akan mengurangi kebebasan klien
dalammenulis atau memberi isyarat
Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan Ketergantungan klien pada ventilator akan
klien dan berikan penjelasan cara membuat klien lebih baik dan rileks
menggunakannya
Buatlah catatan di kantor perawat tentang Meningkatkan staf perawat untuk berespon
keadaan klien yang tak dapat berbicara dengan klien selama memberikan perawatan
Buat rekaman pembicaraan klien Rekaman pembeciraan klien dalam pita kaset
secara periodic dibutuhkan dalam memantau
perkembangan klien
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat Keluarga dapat merasa akrab dengan klien
dengan klien untuk berbicara dengan klien, dan berada dekat klien selama berbicara
memberikan informasi tentang keluarganya
dan keadaan yang sedang terjadi
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan membantu petugas kesehatan

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam, koping individu menjadi efektif
Kriteria hasil :Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negative
Intervensi Rasional
Kaji perubahan gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan menyusun rencana perawatan
Dukung kemampuan koping klien Kepatuhan terhadap program latihan dan
berjalan membantu memperlambat
kemajuan penyakit
Catat ketika klien menyatakan sekarat atau Mendukung penolakan terhadap bagian
mengingkari dan menyatakan inilah kematian tubuh atau perasaan negative
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan Membantu klien untuk melihat bahwa
tubuh perawat menerima kedua bagian
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh Klien penyakit Parkinson sering merasa
malu, apatis, tidak adekuat, bosan dan
merasa sendiri
Bantu dan ajarkan perawatan yang baik Membantu meningkatkan perasaan harga
dengan memperbaiki kebiasaan diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan
Buat rencana program aktivitas harian pada Program aktivitas pada keseluruhan hari
keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak
yang dapat mengarah pada tidak adanya
keinginan beraktivitas dan apatis
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk kemandirian dan membantu perkembangan
dirinya harga diri
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
peningkatan minat dalam aktivitas rehabilitasi dan pengertian tentang peran individu masa
mendatang
Monitor gangguan tidur, peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
kesulitan konsentrasi, latergi dan penolakan
Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
dan konseling bila ada indikasi penting untuk perkembangan perasaan

BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. C DENGAN MASALAH


GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR : PARKINSON

KASUS
Seorang laki laki bernama Tn. C berusia 56 tahun datang dengan
keluhan kepala terasa kepala terasa pusing, ekstremitas atas dan bawah terasa
kaku - kaku, sulit berjalan, mual (-), muntah (-),sulit menelan (-) sulit bicara (+),
BAK (-), BAB (-). Sejak 2 tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit
berdiri tegak, sulit menulis, sukar bicara serta tangan kanan gemetar.

4.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. C
b. Usia : 56 tahun
c. Alamat : Jl.cokroaminoto No.2
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Pendidikan : Diploma 1 Agribisnis
h. Med reg : 22
i. Tanggal masuk : 04 Novemeber 2014

2. Identitas penanggung jawab


a. Nama : Tn. J
b. Usia : 35 tahun
c. J.kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Guru
e. Hub dengan klien : Bapak kandung

3. Keluhan Utama
Klien mengeluh kepalanya pusing, kekakuan pada estremitas atas dan
bawah, sulit berjalan,sulit bicara, tremor pada tangan kanannya. Sejak 2
tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit berdiri tegak, sulit
menulis, sukar bicara.

4. Riwayat penyakit saat ini


Klien mengeluhkan adanya tremor pada tangan dan lengan kananya
kemudian ke bagian yang lain,dan akhirnya bagian kepala,walaupun
tremor ini tetap unilateral.Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap
tubuh,dan gaya berjalan. Adanya keluhan sulit menulis, dan sulit berdiri
tegak selain itu klien juga mengalami kesulitan bicara. Adanya keluhan
rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita
dermatitis seboroik.

5. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan
obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.

6. Riwayat penyakit keluarga


Dalam keluarga klien ada yang memiliki riwayat hipertensi yaitu ayah dari
klien.

7. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.

8. Pemeriksaan fisik
1) TTV
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 68 x/ menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36,5 C
e. KU : Baik
f. Kesadaran : CM
2) Pemeriksaan kepala : normal
3) Pemeriksaan leher :
a. meningeal sign (-)
b. bruzinski I (-)
4) Toraks : tidak ada kelainan

9. Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : tidak ada penurunan kemampuan untuk batuk efektif , tidak
ada peningkatan produksi sputum, sesak napas (-) , dan tidak ada
penggunaan otot bantu napas. Auskultasi : tidak ditemukan bunyi napas
tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
2) B2 (Blood)
Tidak terjadi Hipotensi postural
3) B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh
otot,dan kaku pada seluruh gerakan. Tingkat kesadaran : compos mentis
4) B4 (Bladder)
Tidak adanya Penurunan refleks kandung kemih perifer yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum.
5) B5 (Bowel)
Napsu makan baik, tidak mengalami kesulitan dalam menelan.
6) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,kelelahan
otot,tremor dan kaku pada seluruh gerakan.

10. Pemeriksaan fungsi serebri


1) Status mental : penurunan status kognitif,penurunan persepsi
2) Sistem motorik
a. Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan
b. Tonus otot, ditemukan meningkat
c. Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan
karena adanya kelemahan otot,kelelahan,perubahan pada gaya
berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan
3) Sistem Sensorik
Tidak Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif

11. Pemeriksaan saraf kranial


1) Saraf I
Fungsi penciuman tidak ada kelainan
2) Saraf II
Tidak mengalami Penurunan ketajaman penglihatan
3) Saraf III, IV, dan VI
Sewaktu melakukan konvergensi penglihatanya tidak mengalami kabur
karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata
4) Saraf V
Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien
mengalami penurunan,saat bicara wajah
5) Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal
6) Saraf VIII
Tidak Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional
7) Saraf IX dan X
Tidak ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
8) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
9) Saraf XII
Lidah simetris,tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi

4.2 Analisa data

NO Analisa data Etiologi Masalah keperawatan


1 Ds : Gangguan Saraf VIII Hambatan mobilitas
Pasien mengatakan fisik .
mengalami kesulitan Regiditas Desebrasi
berjalan dan berdiri
tegak Perubahan gaya berjalan
Do: dan kekakuan dalam
Adanya tremor , beraktivitas
akinesa (tak ada
gerakan) atau Hambatan mobilitas
bradikinesia fisik
(melambatnya
gerakan).
Kekakuan yang
terjadi pada
ekstremitas atas dan
bawah.
2 Ds : Aliran darah serebral Hambatan komunikasi
Klien mengatakan regional menurun verbal
bahwa klien kesulitan
dalam berbicara Manifestasi Psikiatrik
Do :
Artikulasi bicara Perubahan kepribadian,
pasien kurang jelas psikosis, demensia, dan
Pelo konfusi akut.
Wajah kaku

Kognitif menurun,
persepsi menurun, akut
menurun.


Hambatan komunikasi
verbal

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tremor
2. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
4.4 Intervensi Keperawatan

No. Tgl / jam Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. 14 Nov Hambatan mobilitas Tujuan umum : 1. Periksa 1. Mengidentifika
2014/10.00 fisik berhubungan Pasien tidak kemampuan si kemungkinan
dengan tremor lagi mengalami dan keadaan kerusakan
Ds : kesulitan secara secara
Pasien mengatakan berjalan dan fungsional fungsional dan
mengalami sudah bisa pada mempengaruhi
kesulitan berjalan berdiri tegak. kerusakan pilihan
dan berdiri tegak yang terjadi. intervensi yang
Do: TuTujuan khusus : 2. Kaji derajat akan dilakukan.
Adanya tremor , Tremor (-) immobilisasi 2. Pasien mampu
Kekakuan pada
akinesa (tak ada dengan mandiri (nilai
ekstremitas (-)
gerakan) atau menggunakan 0), memerlukan
bradikinesia skala bantuan/
(melambatnya ketergantunga peralatan yang
tt
gerakan). n (0-4) minimal (nilai
Kekakuan yang 3. Letakkan 1) memerlukan
terjadi pada pasien pada bantuan
ekstremitas atas dan posisi tertentu sedang/ dengan
bawah. untuk pengawasan/
menghindari diajarkan (nilai
kerusakan 2) memerlukan
karena bantuan/
tekanan. peralatan yang
terus-menerus
dan alat khusus
(nilai 3),
tergantung
secara total
pada pemberi
asuhan (nilai
4).
3. Perubahan
posisi yang
teratur
menyebabkan
penyebaran
terhadap berat
badan dan
meningkatkan
sirkulasi pada
seluruh bagian
tubuh.

2 15 nov Hambatan Tujuan umum : 1. Ajarkan klien 1. Dengan


2014/ 12.00 komunikasi verbal Komunikasi latihan wajah melakukan
yang berhubungan klien lancar dan latihan wajah
dengan penurunan menggunakan dengan metode
volume bicara, Tujuan khusus : metoda nafas maka
pelambatan bicara, Artikulasi bicara bernafas. akan
ketidakmampuan pasien jelas 2. Anjurkan mempebaiki
menggerakkan otot- untuk kata-
otot Pelo wajah tidak melakukan kata,volume
Ds : kaku nafas dalam dan intonasi
Klien mengatakan sebelum 2. Dengan
bahwa klien berbicara melakukan
kesulitan dalam untuk terapi ini maka
berbicara meningkatkan gangguan
Do : volume suara komunikasi
Artikulasi bicara dan jumlah klien dapat
pasien kurang jelas kata dalam diperbaiki.
Pelo kalimat setiap 3. Latihan bicara
Wajah kaku bernafas. akan
3. Latih mempercepat
berbicara proses
dalam kalimat penyembuhan
pendek, klien.
membaca
keras di depan
kaca atau ke
dalam
perekam suara
(tape recorder)
untuk
memonitor
kemajuan

4.5 Catatan perkembangan pasien

No Tgl / Implementasi Tgl / Evaluasi


jam jam
1. 17 Memeriksa kemampuan dan 17 NovS: S : pasien tidak lagi
nov keadaan secara fungsional pada 2014/ mengalami kesulitan
2014/ kerusakan yang terjadi. 16.00 berjalan dan sudah
15.00 bisa berdiri tegak.
Mengkaji derajat immobilisasi
dengan menggunakan skala TuO : Tremor (-)
ketergantungan (0-4) Kekakuan pada
Meletakkan pasien pada posisi
ekstremitas (-)
tertentu untuk menghindari
kerusakan karena tekanan. A: Masalah teratasi
P: Implementasi di
hentikan
2. 18 Mengajarkan klien latihan 18 mei S : Komunikasi klien
nov wajah dan menggunakan 2014/ lancar
2014/ metoda bernafas. 12.00 O : artikulasi bicara
11.00 Menganjurkan untuk pasien jelas

melakukan nafas dalam sebelum pelo wajah tidak

berbicara untuk meningkatkan kaku

volume suara dan jumlah kata A : Masalah Teratasi

dalam kalimat setiap bernafas. P : Implementasi di


hentikan

Melatih berbicara dalam


kalimat pendek, membaca keras
di depan kaca atau ke dalam
perekam suara (tape recorder)
untuk memonitor kemajuan

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Parkinsonisme adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor
ritmik, bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural.
(Arif Muttaqin, 2009). Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degenerative
pada system saraf (neurodegenerative ) yang bersifat progresif ditandai
dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat
istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. (Arif
Mutaqqin, 2009)
Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui. Pada penyakit
Parkinson dopamin menipis dalam subtansia nigra dan korpus stratum.
Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya
bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional menurun
pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia yang
tinggi. Penatalaksanaan medis meliputi pemberian Antihistamin, terapi anti
koligenergik, amantadin hidrokhlorida, terapi levodopa, Derivat Ergoet-
Angonis Dopamin, Inhibitor MAO, dan antidepresan.
5.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien Parkinson dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2011. Gangguan Persarafan. Jakarta : Salemba Medika


Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Nurarif, Amin Huda . 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Waugh, Anne . 2011 . Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi . Jakarta : SEA

45

Anda mungkin juga menyukai