PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan klien dengan penyakit
Parkinson
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Parkinson.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Parkinson
3. Untik mengetahui patofisiologi dari perkinson.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Parkinson.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Parkinson.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Parkinson.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Parkinson
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang
mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan
gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degenerative pada system saraf
(neurodegenerative ) yang bersifat progresif ditandai dengan ketidakteraturan
pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada
saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. (Arif Mutaqqin, 2009)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan
tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks postural.
Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik (produksi
dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra dengan korpus striatum
(nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal ganglia adalah bagian dari
sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi,
mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan otomatis.
Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk
seluruh alat tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang
dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak didalam rongga
kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak awal, yang disebut otak
depan, otak tengah dan otak belakang. Beberapa karateristik khas Otak
orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan
dan mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta
membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari.
Bagian Otak:
a. Otak depan (Forebrain): Sereberum I,II, dan III
b. Otak tengah ( Midbrain) : Thalamus dan Hypotalamus
c. Otak belakang (Hindbrain) : Serebelum, Batang Otak ( Medulla
Oblongata dan Pons )
1. Forebrain
a) Serebrum (Otak Besar)
Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-
masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum
terdiri dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan
serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut
kortex. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, yaitu
massa substansi putih yang terdiri dari serabut saraf. Disebelah bawahnya
lagi terdapat kelompok substansi kelabu atau ganglia basalis.
Serebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri
dan keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis. Hemisperium cerebri
terbagi menjadi hemisper kanan dan kiri. Hemisper kanan dan kiri ini
dihubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisfer
cerebri dibagi menjadi lobus-lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang
diatasnya (Wingo, 1995)., yaitu:
a) Lobus frontalis (depan), bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
frontalis
b) Lobus parietalis (tengah), bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
parietali
c) Lobus occipitalis (belakang), bagian cerebrum yang berada dibawah
tulang occipitalis
d) Lobus temporalis (samping), bagian cerebrum yang berada dibawah
tulang temporalis
2. Hindbrain
a) Serebelum (Otak Kecil)
Terletak berada di belakang pons dan dibawah bagian posterior
serebrum yang ditempati fossa kranial posterior. Di bagian depannya
terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari
berat batang otak seluruhnya. serebelum berbentuk oval ,Cerebellum
dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh suatu garis tengah yang sempit disebut vermis. Fungsi cerebellum
pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot
volunter/ sadar, postur dan keseimbangan, sehingga gerakan dapat
terlaksana dengan sempurna. (Wingo, 1995). Kerusakan area ini dapat
menyebabkan gerakan otot yang tidak terkoordinasi, kikik, dan gaya
berjalan diseret.
b) Batang Otak ( Truncus Serebri )
Menghubungkan otak dengan sum-sum tulang belakang. Terdiri
dari 2 daerah :
1) Medulla Oblongata
Sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. terbagi
menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna
kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar
berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum
tulang belakang adalah mengatur reflex fisiologis, seperti
kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah,
dan kegiatan lain yang tidak disadari
2) Pons
Pons berada di depan serebelum, dibawah otak tengah.
Pons terdiri atas serat saraf yang membentuk jembatan
antara hemisfer serebelum, dan serat yang melalui antara
posisi otak yang lebih tinggi dan medulla spinalais.
Terdapat nuclei yang membentuk pusat pneumotaksik dan
apnustik yang berhubungan dengan pusat pernapasan di
medulla oblongata. Fungsi pons salah satu adalah
menyampaikan sinyal dari sereberum ke serebelum.
3. Midbrain
a) Talamus
b) Hipotalamus
B. Medula Spinalis
bagian kepala.
2.3 Etiologi
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi
nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Beberapa hal
yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai
200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan
reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama
pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit -sinuklein pada lengan panjang parkinson. Yaitu mutasi pada
gen kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal
dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan
delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
3. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik: Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria
b. Infeksi: Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi
faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia
nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan
substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
c. Diet: Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress
oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit
parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
d. Trauma kepala: Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit
parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
e. Stress dan depresi: Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat
mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi
peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
2.4 Patofisiologi
(Menurut Arif Muttaqin,2011) Dua hipotesis yang disebut juga
sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah:
hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan
radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk
mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut
mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam
menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan
gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi
informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan
gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program
untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan
pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal
adalah gerakan involunter. (Arif Muttaqin,2011)
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus,
putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia
nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Piramidal: kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan
reflek superfisial yang abnormal
2. Ekstrapiramidal: didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3. Serebelar: ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai
nistagmus
4. Neuromuskuler: kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek
tendon yang menurun.
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan
defisiensi serotonin, dopamin dan noradrenalin. (Arif Muttaqin,2011)
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang
meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra,
area ventral segmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin,
nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia
otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi
didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi
antara 50%-85%, sedangkan pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0%-
45%, dan pada nukleus ganglia basalis antara 32%-87%. Inti-inti subkortikal
ini merupakan sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini
mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus (berkurang
sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%), hipotalamus (berkurang
sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus sereleus, 52% di
substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin berkurang 40% di
nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan 30% di lobus
temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi pengurangan
nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi P dan
bombesin. (Arif Muttaqin,2011)
.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan
neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan.
Sistem transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme
motivasi, dan respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses
reward dan reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa
abnormalitas sistem neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan
mengurangi keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia,
kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan pentingnya
peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah laku
terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi
dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan
ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan dengan berkurangnya
keinginan melakukan aktivitas, menurunnya perasaan kemampuan untuk
mengontrol diri. Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri
sendiri dapat bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan
harga diri.
Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri. Otot-otot kelelahan karena
terjadi rigiditas pada otot. Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan
efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan
darah oleh system saraf otonom. Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi
berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, asrpirasi makanan atau saliva,
dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran pernafasan
2.5 WOC
Faktor predisposisi lesi di substansia
nigra : usia dan arteriosklerotis, post-
ensefalitis, induksi obat, dan keracunan
logam berat
2.8 Penatalaksanaan
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistic meliputi berbagai bidang pada saat ini tidak
ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini , tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul
Pengobatan penyakit Parkinson bersifat individual dan simtomatik ,
obat-obatan yang biasanya diberikan adalah untuk pengobatan penyakit
atau menggantikan atau meniru dopamin yang memperbaiki tremor,
rigiditas , dan slowness perawat pada penderita penyakit Parkinson
bertujuan untuk memperlamabat dan menghambat perkembangan dari
penyakit itu.perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan
terapi fisik seperti terapi berjalan , terapi suara / berbicara dan pasien
diharapakan tetap melakuakan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi obat-obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penyakit Parkinson :
a. Antikolinergik
Contohnys Benzotropine ( Cogentin ) ,trihexypenidyl ( Artane ) ,
berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson dan
untuk mengakuskan pergerakan.
b. Carbopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit Parkinson.
Di dalam otak lavodapa dirubah menjadi dopamine . L-dopa akan
diubah menjadi dompmine pada neuron dopaminergic oleh L-
aromatik asam amino dekarboksilase ( dopa dekarboksilase ) .
walupun demikian , hanya 15% dari L-dopa memasuki neuron
dopaminergic, sisinya dimetabolismr di sembarang tempat,
mengakibatkan efek samping yang luas.Levodapa mengurangi
tremor ,kekakuan otot dan memperbaiki gerakan . penderita
penyakit Parkinson ringan bisa kembali mejalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama bersama carbidopa
untuk meningkat efektivitasnya dan mengurangi efeknya
sampingnya.
c. COMT inhibitors
Contohnya Entacapone ( tolcapone ),talcapone (tasmar) . untuk
mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat
levodopa. Talcapone adalah penggamabat enzim COMT ,
memperpanjang efek L Dopa . Tapi karena efek samping yang
berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan . Jenis yang
sama entacapone , tidak menimbulkan penurunan fungsi liver
a. Agonis dopamine
Agonis dopamine seperti bromokriptin ( parlode) , pergolid
( permax ),pramipexol ( Mirapex) ropinirol, kabergolin ,
apomorfin dan lisurid dianggap cukep efektif untuk mengobati
gejala .Parkinson obat ini berkerja dengan merangsang reseptor
akan tetapi obata ini juga menyebabkan penurunan reseptor
dopamine secara progesif yang xelanjutnya akan menimbulkan
gejala penyakit Parkinson. Obat ini dapat berguna untuk
pengobatan pasien yang pernah mengalami serangan
berfluktuasi dan dyskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis
tinggi apomorfin dapat diinjeksikan subkutan . Dosis rendah
yang diberikaan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala
motoric.
b. MAO-B inhibitor
Contohnya selegline (Eldepry ),Rasagline (Azilect). Inhibitor
MAB diduga berguna pada penyakit Parkinson karena
neuotrannsmisi dopamine dapat ditinggkatkan dengan
mencegah perusakannya.selegiline dapat pula memperlamabat
memperburuknya penyakit Parkinson, dengan demikan terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu .Berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu
untuk menghaluskan pergerakan . selegilin dan rasagilin
mengurangi gejala dengan menginhibisi monomine oksidase B
( MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang
dikelurkan olehneuron dopaminergic.metabolotnya
mengandung L-ampehetamin and L-dopa dapat meningkatkan
angka kematian , yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan
secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini dalah stomatitis.
c. Amantadine ( symmetrel )
Berguna untuk perawatan akinesia,dyskinesia,gemetaran
d. Inhibitor dopa dekarboksilas dan levodopa
Untuk mecegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamine
diluar otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor
enzim dopa dekarboksilaase . Untuk maksud ini dapat
digunakan karbidopa atau benserazide (madopar ). Dopamine
dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah.
Dengan demekian lebihbanyak levodopa yang dapat sawar-
otak-darah. Untuk kemudian dikonversi menjadi dompamine di
otak.
4. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan
penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment
(LSVT). LSVT focus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi
menemuukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik
indra pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk
meningkatkan kejernihan suara.
5. Terapi Gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hinga tahap terapi
gen yang melibatkan pengunaan virus yang tidak berbahaya yang
dikirim kebagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen
yang digunakan memerinthkan untuk memproduksi sebuah enzim
yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat
produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
6. Pencangkokan Saraf
Cangkok sel stem secara genetic untuk memproduksi dopamine atau
sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized
double-blind sham-placebo dengan pencangkokan yang gagal
menunjukan mutu hidup pasien dibawah umur.
7. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak
ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan
prakinson yang sudah parah dimana terapi dengan obat tidak
mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
8. Terapi Neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
akan diinduksi progesifitas penyakit. Adapun yang sering digunakan
diklinnik adalah manomine oxidase inhibitors (selegline and
rasagline). Dopamine agonnis, dan compleki mitochondrial fortifier
coenzyme Q10.
9. Nutrisi
Vitamin C dan Vitamin E dosis yang tinggi secara teori dapat
mengurangi kerusakan sel yang akan terjadi pada pasien Parkinson.
Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide
dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang
dapat merusak sel. Belum lama ini Koenzim Q10 juga telah digunakan
dengan cara yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu z
at sintesis baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan
koenzim Q10.
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PARKINSON
3.1 Pengkajian
Menurut Arif Muttaqin,2011 Pengkajian pada klien yang mengalami
Parkinson sebagai berikut :
1. Data pribadi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan,
kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan hilangnya
refleks postural.
b. Riwayat penyakit sekarang : sering klien mengeluhkan adanya
tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian
yang lain dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap
unilateral.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pengkajian yang dilakukan adalah
dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, pengobatan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
d. Riwayat penyakit keluarga : Walaupun tidak di temukan adanya
hubungan penyakit parkinson dengan sebab genetik yang jelas,
perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada
keluarga.
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis
(kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis
(membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila
salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan
abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis stroke, cara
berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas
atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler.
4. Body Of System
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran
c. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
g. Pemeriksaan refleks
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam, koping individu menjadi efektif
Kriteria hasil :Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negative
Intervensi Rasional
Kaji perubahan gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan menyusun rencana perawatan
Dukung kemampuan koping klien Kepatuhan terhadap program latihan dan
berjalan membantu memperlambat
kemajuan penyakit
Catat ketika klien menyatakan sekarat atau Mendukung penolakan terhadap bagian
mengingkari dan menyatakan inilah kematian tubuh atau perasaan negative
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan Membantu klien untuk melihat bahwa
tubuh perawat menerima kedua bagian
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh Klien penyakit Parkinson sering merasa
malu, apatis, tidak adekuat, bosan dan
merasa sendiri
Bantu dan ajarkan perawatan yang baik Membantu meningkatkan perasaan harga
dengan memperbaiki kebiasaan diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan
Buat rencana program aktivitas harian pada Program aktivitas pada keseluruhan hari
keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak
yang dapat mengarah pada tidak adanya
keinginan beraktivitas dan apatis
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk kemandirian dan membantu perkembangan
dirinya harga diri
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
peningkatan minat dalam aktivitas rehabilitasi dan pengertian tentang peran individu masa
mendatang
Monitor gangguan tidur, peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
kesulitan konsentrasi, latergi dan penolakan
Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
dan konseling bila ada indikasi penting untuk perkembangan perasaan
BAB 4
KASUS
Seorang laki laki bernama Tn. C berusia 56 tahun datang dengan
keluhan kepala terasa kepala terasa pusing, ekstremitas atas dan bawah terasa
kaku - kaku, sulit berjalan, mual (-), muntah (-),sulit menelan (-) sulit bicara (+),
BAK (-), BAB (-). Sejak 2 tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit
berdiri tegak, sulit menulis, sukar bicara serta tangan kanan gemetar.
4.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. C
b. Usia : 56 tahun
c. Alamat : Jl.cokroaminoto No.2
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Pendidikan : Diploma 1 Agribisnis
h. Med reg : 22
i. Tanggal masuk : 04 Novemeber 2014
3. Keluhan Utama
Klien mengeluh kepalanya pusing, kekakuan pada estremitas atas dan
bawah, sulit berjalan,sulit bicara, tremor pada tangan kanannya. Sejak 2
tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit berdiri tegak, sulit
menulis, sukar bicara.
7. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.
8. Pemeriksaan fisik
1) TTV
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 68 x/ menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36,5 C
e. KU : Baik
f. Kesadaran : CM
2) Pemeriksaan kepala : normal
3) Pemeriksaan leher :
a. meningeal sign (-)
b. bruzinski I (-)
4) Toraks : tidak ada kelainan
9. Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : tidak ada penurunan kemampuan untuk batuk efektif , tidak
ada peningkatan produksi sputum, sesak napas (-) , dan tidak ada
penggunaan otot bantu napas. Auskultasi : tidak ditemukan bunyi napas
tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
2) B2 (Blood)
Tidak terjadi Hipotensi postural
3) B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh
otot,dan kaku pada seluruh gerakan. Tingkat kesadaran : compos mentis
4) B4 (Bladder)
Tidak adanya Penurunan refleks kandung kemih perifer yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum.
5) B5 (Bowel)
Napsu makan baik, tidak mengalami kesulitan dalam menelan.
6) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,kelelahan
otot,tremor dan kaku pada seluruh gerakan.
Hambatan komunikasi
verbal
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Parkinsonisme adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor
ritmik, bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural.
(Arif Muttaqin, 2009). Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degenerative
pada system saraf (neurodegenerative ) yang bersifat progresif ditandai
dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat
istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. (Arif
Mutaqqin, 2009)
Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui. Pada penyakit
Parkinson dopamin menipis dalam subtansia nigra dan korpus stratum.
Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya
bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional menurun
pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia yang
tinggi. Penatalaksanaan medis meliputi pemberian Antihistamin, terapi anti
koligenergik, amantadin hidrokhlorida, terapi levodopa, Derivat Ergoet-
Angonis Dopamin, Inhibitor MAO, dan antidepresan.
5.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien Parkinson dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
45