Anda di halaman 1dari 73
613.62 Ind S| S Fr Se GANGGUAN/ KESEHATAN AKIBAT, FAKTOR PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2011 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Bila pekerja sehat dan produktif, ekonomi keluarga meningkat dan berdampak pada ekonomi bangsa sehingga angka kemiskinai dapat diturunkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan st serta menurunkan angka IMR dan MMR. £ ce Dalam perkembangan industrialisasi dan teknologi, m bahan dan alat yang digunakan mempunyai risiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja dapat terkena berbagai penyakit baik penyakit menular yang saat ini masih tinggi juga penyakit tidak menular termasuk penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan d lingkungan di tempat kerja. Gangguan kesehatan karena sangat berpengaru produktivitas pekerja dan selanjutnya bila tidal baik akan menyebabkan kecacatan seumur hi Oleh karena itu deteksi dini penyakit, sangat penting dilakukan. Untuk yang cukup bagi diagnosis penya melakukan penanganan yang tepat. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas K Saya menyambut baik adanya pedoman ini, semoga bermanfaat bagi dokter di pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan bagi pekerja. Direktur Jen | Bina Gizi dan KIA DR. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS an Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya buku Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini dapat diselesaikan. Perkembangan industri saat ini sarat akan teknologi yang selain berdampak positif dari segi ekonomi namun juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Dokter di fasilitas kesehatan dasar sangat berperan untuk mencegah timbulnya penyakit dan kecacatan akibat kerja dengan melakukan deteksi dini dan penanganan yang tepat. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup bagi petugas kesehatan, dan dapat membantu dalam mengembangkan program. Terimakasih kami sampaikan kepada PERDOKI yang berperan dalam penyusunan pedoman ini. Terima kasih karena itu kami sangat mengharapkan saran dan masukan unt perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petuc Akhir kata, kami berharap semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan khususnya dokter di fasilitas kesehatan dasar. Jakarta, November 2011 Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga ant, Dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS 3n Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan DAFTAR ISI Halaman IATA ADS TAN ete cert cc rcakscorssa sss csesnereesnscsssseosecseavers Cel IRANIAN ESN GAIN Reese esis cceectseectccvecsicccetecneresce tll ANANSI | rere eters cece eect ccna sesesecssenvvssonvscn eoseace aN BABI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN..... C. SASARAN...... D. RUANG LINGKUP. Ow wo a = BAB II. PATOFISIOLOG! GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT STRESOR PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERQA o.oo. a0 AS OPENGERTIAN). 0. .:2-.2 5 B. JENIS STRESOR PSIKOSOSIAL a0) C. PATOFISIOLOGI GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT STRESSOR PSIKOSOSIAL DI TEMPATIKERU AC ec... 9 BAB III. BERBAGAI GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT STRESOR PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA ....... eee es 1 A. STRES AKIBAT KERJA ~ ld B. BURN Out (Kelelahan berat/Kejenuhan) 2 C. ANSIETAS (Gangguan Cemas)............:0:005 Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan v D. GANGGUAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN ALKOHOL...... mE DEPRES. F. GANGGUAN SOMATOFORM PAID SEE RU AS isi re ae 36 BAB IV. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN ... 39 A. PENCEGAHAN B. PENATALAKSANAAN . DAFTAR PUSTAKA IM PENYUSUN .... nan Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan BAB | PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 Perkembangan globalisasi dan _ industrialisasi memacu persaingan di dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk bekerja secara maksimal dan efisien. Di sisi lain pekerja dapat dihadapkan pada situasi, kondisi atau lingkungan kerja yang tidak kondusif diantaranya bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihan, bekerja monotoni, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja yang merupakan stresor psikososial yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik maupun mental emosional para pekerja. Penelitian BELSTRESS yang bertujuan untuk menemukan hubungan antara stress kerja dan faktor risiko penyakit kardiovaskular meneliti 16.329 pria dan 5.090 wanita yang bekerja pada 25 perusahaan besar di Belgia. Stress kerja pada penelitian ini diukur menurut model yang dikembangkan o Karasek dimana diperkirakan bahwa efek kesehat timbul pada pekerja yang mempunyai pekerjaa yang ditandai oleh tuntutan pekerjaan yang t demands) dan kontrol pekerjaan yang rendah serta dukungan sosial di tempat kerja yang renda social support). Penelitian ini menemukan bahwa pekerjaan secara positif berkaitan dengan tekanan darah kadar kolesterol total pada pria dan hipertensi pada Kontrol pekerjaan berhubungan dengan diabete: pria maupun wanita.* Pelfrene E.; De Backer G.; Mak R. de Smet P.; Kornitzer Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesel Penelitian yang dilakukan oleh Yoshihisa Fujino dkk pada 110.792 pekerja laki-laki di Jepang dari tahun 1988 — 1990 menemukan pekerja yang bekerja_ gilir (rotating-shift) dibandingkan dengan pekerja siang (day worker) memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung iskemik (risiko relatif = 2,32; 95% confidence interval: 1,37 — 3,95; p = 0,002). Selain itu pekerja dengan faktor risiko penyakit jantung koroner seperti hipertensi, kelebihan berat badan, kebiasaan mengonsumsi alkohol, dan merokok sangat rentan terhadap efek dari kerja gilir pada risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik. Prayitno (1993) melakukan penelitian pada 52 pekerja lepas pantai, menemukan adanya pekerja dengan stres berat sebanyak 40,38% dan pekerja dengan penyakit jantung koroner sebesar 4,5%. Widyahening menemukan adanya gangguan mental emosional pada 39,4% pilot dan co pilot penerbangan sipil. Sedangkan Darmadi menemukan adanya 53% pramugari yang mengalami gangguan haid akibat beban kerja kuantitatif yang tinggi. Stresor psikososial pada pekerja dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan antara lain stres kerja, sindroma burn out, kecemasan, depresi dan penyakit kronik lainnya. Hal ini tentunya akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena secara signifikan menyebabkan kerugian ekonomis (economic loss). Sedangkan pada diri pekerja, dampak stresor psikososial juga dapat menimbulkan penurunan gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi hingga terganggunya kesehatan fisik, gangguan psikiatrik hingga keinginan bunuh diri. cardiovascular risk factors — Results from the BELSTRESS study. Arch Public Health. 2002, 60,245 — 268. Fujino, Y; !so, H; Tamakoshi, A; Inaba, Y; Koizumi, A; Kubo, T; et al. A prospective cohort study of shift work and risk of ischemic heart disease in Japanese male workers. American Journal of Epidemiology Vol. 164, No. 2, 128 — 135. 2006. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan Gangguan kesehatan akibat faktor psikososial di tempat kerja harus ditangani sedini mungkin dan bersifat holistik (menyeluruh) agar pekerja dapat melakukan adaptasi dan Mmampu mengatasi masalah stresor psikososial tersebut. Mengingat cukup banyaknya. gangguan kesehatan akibat stresor di tempat kerja, maka diperlukan kemampuan dokter di fasilitas kesehatan dasar untuk dapat melakukan deteksi dan penanganan sedini mungkin serta melakukan rujukan bila perlu dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. B. TUJUAN Sebagai acuan dokter umum di fasilitas pelayanan kesehatan dalam tatalaksana gangguan kesehatan akibat stresor psikososial pada pekerja. C. SASARAN Dokter umum di fasilitas pelayanan kesehatan. D. RUANG LINGKUP Pengenalan/identifikasi pajanan, faktor risiko dan penyakit serta tatalaksana dan pencegahan gangguan kesehatan akibat stresor psikososial pada pekerja. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 3 Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan BAB II PATOFISIOLOGI GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT STRESOR PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA A. PENGERTIAN Masalah psikososial adalah perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor : penyebab terjadinya gangguan fisik dan psikis secara nyata. pada individu tersebut. 2 Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Morgan & King, 1986). Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menja dua, yaitu: Eustress yang merupakan stress yang bersifat seh positif, dan konstruktif (bersifat membangun) dan yang merupakan stres yang bersifat tidak sehat, nega destruktif (bersifat merusak). Stresor Adalah penyebab stres. Stresor Psikososial adalah penyebab stres yang berasal dari risiko baha psikososial. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas K Strain adalah manifestasi fisiologi, psikologi dan perilaku dari stres yang bersifat jangka pendek. Stres kerja adalah respon fisik dan emosional yang berbahaya yang timbul bila tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan pekerja (NIOSH). . JENIS STRESOR PSIKOSOSIAL Potensi bahaya psikososial (psychosocial hazards) menurut definisi dari International Labour Organization (ILO, 1986) mempunyai pengertian interaksi antara job content, organisasi kerja dan manajemen, dan keadaan lingkungan serta organisasi di satu pihak dan kompetensi serta kebutuhan pekerja di pihak lain. Interaksi itu terbukti mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap kesehatan pekerja melalui persepsi dan pengalaman pekerja. Potensi bahaya psikososial di tempat kerja antara lain sebagai berikut: Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan Tabel 1. Potensi bahaya psikososial® Jenis Contoh Job content Kurangnya variasi atau pendeknya siklus kerja, kerja yang dibagi dalam bagian-bagian kecil atau kurang bermakna, kemampuan pekerja lebih tinggi dibandingkan tugas yang dibebankan kepadanya, ketidakpastian status pekerjaan, pekerjaan yang secara rutin harus berinteraksi dengan berbagai karakter manusia. Beban kerja dan Beban kerja berlebih atau kurang, kecepatan mesin kecepatan kerja (machine pacing), terus-menerus berhadapan dengan tenggat waktu yang singkat (continually subject to deadlines) Jadwal kerja Kerja gilir, kerja malam, jadwal kerja yang tidak fleksibel, jam kerja yang tidak pasti, jam kerja panjang, unsociable hours. Kontrol Partisipasi rendah dalam pengambilan keputusan, tidak ada pengendalian terhadap beban kerja dan kecepatan kerja, dll. Lingkungan dan Ketersediaan peralatan yang tidak memadai, peralatan peralatan yang kurang cocok, atau pemeliharaan peralatan yang tidak memadai, keadaan lingkungan kerja yang penuh sesak, pencahayaan yang buruk, bising berlebihan. Budaya dan fungsi | Komunikasi yang buruk, kurangnya dukungan untuk organisasi pemecahan masalah dan pengembangan diri Hubungan antar |solasi sosial atau fisik, hubungan yang buruk dengan pribadi di tempat kerja | atasan, konflik antarpribadi, kurangnya dukungan sosial, bullying, pelecehan. Peran dalam Ketidakjelasan peran (role ambiguity), konflik peran organisasi (role conflict), dan adanya tanggung jawab terhadap orang-orang (responsibility for people) Pengembangan karir | Karir tidak jelas dan mandek, kurang promosi atau promosi berlebihan, bayaran yang buruk, ketidakamanan pekerjaan (job insecurity). 3 Leka, S; Jain, A. Health impact of psychosocial hazards at work: an overview. WHO, 2010. Seri Pedoman Tatalaksana Penyalit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 7 oo Status Kesehatan 7 Faktor risiko fisiologis © Hipertensi © Hiperkolesterolemia © Faktor genetik (keturunan) Faktor risiko perilaku ‘ =merokok © gizi buruk © aktivitas fisik kurang Faktor risiko psikososial Job content Beban dan kecepatan kerja Jadwal kerja Staf yang tidak mencukupi untuk ukuran beban kerja ‘mengakibatkan kerja lembur berlebihan. + Terlalu banyak pos yang tidak terisi, sehingga pekerja harus melakukan tugas tambahan pada pos-pos yang sebelumnya tidak pernah diinstruksikan atau ditraining. + Koordinasi antar departemen yang buruk ing yang kurang memadai untuk dapat erjakan tugas dengan baik menciptakan kpastian dan kurangnya percaya diri dalam gas tersebut. k adekuat sampai pada tahapan | mereka berdiri di mana’ dak ada kendali terhadap beban kerja, beban kerja uasi setiap hari. an Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan + Prosedur kerja yang kaku tanpa pendekatan yang fleksibel * Tidak diberikan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan. 3. Cara organisasi ditangani Gaya manajemen, filosofi, sistem kerja, pendekatan dan tujuan dapat menimbulkan stres individual pada pekerja sebagai akibat dari: * Ketidakkonsistenan dalam gaya dan pendekatan oleh manajer yang berbeda-beda. + Besarnya kompetisi sehingga mengorbankan. keselamatan dan kesehatan prosedur kerja. * Manajemen krisis_sepanjang ~ waktu_ akib ketidakmampuan manajemen dalam merencanakan dan menangani permintaan mendadak yang dibuat oleh klien. + Informasi dipandang sebagai kekuatan oleh beberapa orang mengakibatkan ditahannya informasi penting yang berkaitan dengan tugas, prosedur dan siste dengan sengaja. + Prosedur yang selalu berubah akibat manajemen melakukan riset dasar awal dale Ketergantungan yang berlebihan didasarkan pada asumsi bahwa menerima keuntungan el + Keharusan kerja apat menin efek pada kehidupan rumah tangga pe beberapa kasus. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petuga: 4. Peran dalam organisasi Setiap pekerja memiliki peran, fungsi atau keperluannya dalam organisasi. Stres dapat tercipta akibat: * Ketidakjelasan peran (role ambiguity) * Konflik peran * Tanggungjawab yang terlalu kecil. * Kurangnya dukungan dari manajemen senior * Harus bertanggungjawab terhadap orang dan barang dimana manajer pemula mungkin belum cukup terlatih untuk menangani hal tersebut. . Relasi dalam organisasi Bagaimana orang menjalin hubungan satu sama lain dalam kerangka kerja dan struktur organisasi dapat menjadi penyebab stres yang bermakna akibat: + Buruknya hubungan dengan atasan yang mungkin _ timbul akibat kurangnya pemahaman tentang peranan dan tanggungjawab masing-masing, kebiasaan yang dipegang, dan emosi manusiawi lainnya seperti kerakusan, sirik dan tidak adanya respek. Buruknya hubungan dengan kolega dan bawahan yang diakibatkan oleh beragamnya emosi manusia. Kesulitan dalam mendelegasikan tanggungjawab kibat kurangnya pelatihan manajemen, kebutuhan erjaan harus dikerjakan dengan sebaiknya’, tidak kepercayaan pada bawahan dan tidak ada yang jelas tentang fungsi individual dari pekerja. Konflik pribadi yang timbul akibat perbedaan dalam bahasa, aksen, ras, jenis kelamin, temperamen, gkat pendidikan dan pengetahuan. 1n Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan * Tidak adanya umpan balik dari kolega atau manajemen menimbulkan perasaan terisolasi dan putus asa. 6. Pengembangan karir Stres dapat diakibatkan oleh: + Tidak adanya keamanan pekerjaannya (job security) akibat perubahan berkelanjutan dalam struktur organisasi. Promosi berlebih (overpromotion) akibat seleksi yang tidak tepat atau karena tidak ada orang lain lagi yang tersedia untuk mengisi pos itu secara efektif. Promosi kurang (underpromotion) menciptakan perasaan ‘telah diabaikan’. 4 Ambisi yang terhalang dimana ambisi pribadi pekerj tidak perlu terikat dengan persepsi manajemen tentan, kemampuannya saat ini dan di masa mendatang. + Pekerjaan tersebut tidak mempunyai status yang memadai. + Tidak dibayar sama _ seperti orang lain yang mengerjakan pekerjaan yang sama. 7. Hubungan sosial dan personal Hubungan yang ada antara orang atas da personal seringkali menyebabkan stres m + Kurangnya kesempatan untuk k bekerja akibat sifat alami dari + Pelecahan seksual; + Pelecehan rasial dai a + Konflik dengan tuntutan keluarga * Terbaginya kesetiaan antara kebutuha dan tuntutan organisasi. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petuga: 8. Peralatan Peralatan kerja yang tidak dapat dipercaya, sudah out- of-date, tidak memadai seringkali menyebabkan kondisi stres di antara pekerja. Peralatan mungkin: * Tidak cocok untuk pekerjaan atau lingkungan kerja; + Tua dan/atau dalam kondisi buruk; * Tidak dapat dipercaya atau tidak dipelihara secara semestinya dengan teratur sehingga sering rusak dan menghambat pekerjaan; + Ditempatkan dengan buruk mengakibatkan manual handling berlebihan atau perlu menempuh jarak yang jauh untuk melakukan bagian-bagian lain dari suatu proses kerja. + Desain peralatan dan penempatan mengakibatkan pekerja harus mengadopsi postur yang tidak nyaman dan menetap. + Selain menimbulkan bising dan panas beberapa peralatan menimbulkan ketidaknyamanan dan mengurangi komunikasi verbal yang efektif antar pekerja. mampuan Individu (Individual concerns) nua orang berbeda dalam hal kebiasaan, kepribadian, i dan dalam kemampuan mereka untuk mehadapi iggulangi stressor. Orang dapat mengalami suatu respon stres akibat: + Kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan; + Kurangnya kepercayaan diri dalam mengatasi masalah antarpribadi, seperti akibat agresi, menjadi an-bulanan (bullying) dan pelecehan di tempat Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan + Kurang percaya diri sehingga membiarkan orang lain mendominasi dalam pengertian memutuskan bagaimana melakukan pekerjaan. + Kurang pandai mengatur waktu mengakibatkan tekanan dari penyelia dan pekerja lain agar tugas dapat selesai dengan baik dan tepat waktu; * Kurangnya pengetahuan tentang mengatasi stres. 3. Gejala-gejala stres akibat kerja - Gejala fisiologis berupa otot tegang, jantung berdebar- debar, perut mual, dan keringat dingin. - Gejala psikologis berupa mudah marah, emosi meledak- ledak, mudah panik. - Gejala_ psikosomatik dalam bentuk gangguan musculoskeletal (nyeri otot, kram), gangguan sistem pernafasan (asma, spasmus bronchitis), gangguan kardiovaskuler (migraine, hipertensi), gangguan kulit (eksim, jerawat), kelenjar endokrin (hipertitoid, diabetes, infertilitas), gangguan sistem saraf (neurostenia), mata (glaucoma), gastrointestinal (gastritis, peptic ulcer, diare), genitourinarial (dismenorhea, gangguan haid - Gejala perilaku berupa absensi, menghindari beri atau berkomunikasi dengan orang lain, me! hal yang biasa disukai, sulit tidur, perub: makan, banyak merokok, ganggual kerja, dan penurunan prestasi 4. Diagnosis Padaanamnesis ditanyakanidentitas, riwayatperkem fisik dan mental, pendidikan, penyakit dim kelua pekerjaan dahulu dan sekarang, riwayat p dan sekarang. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petuga: Pemeriksaan psikiatrik dilihat dari penampilan umum: kesadaran, perilaku, sikap, pembicaraan, dil. Keadaan afektif: perasaan dasar, ekspresi, afektif, empati. Fungsi kognitif: daya ingat, daya konsentrasi, daya orientasi, kemampuan menolong diri sendiri dll. Persepsi, proses berpikir, daya nilai sosial, dan tanggapan tentang diri, lingkungan kerja, lingkungan di luar pekerjaan serta keluarga. Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis stres akibat kerja: 1. Dapat dilakukan dengan pengisian kuesioner stress kerja (lihat lampiran) 2. Menentukan pajanan di tempat kerja: beban kerja, waktu kerja, proses kerja, jam istirahat, lama kerja, hubungan antar individu. 3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis. 4. Besarnya pajanan dapat dinilai dari beban kerja melebihi kapasitasnya, jam istirahat yang kurang, tidak adanya pengaturan shift kerja yang baik, waktu kerja yang lama lebih dari 8 jam/hari, pekerjaan yang monoton selama masa kerja, tidak ada refresing selama bekerja, tidak ada kejelasan jenjang karier, job tidak sesuai keahliannya, omunikasi yg buruk di tempat kerja, hubungan atasan jan bawahan, hubungan antar sesama teman lak harmonis dan tidak ada penghargaan bagi individu jenis kepribadian, jenis kelamin, ekerjaan: faktor keluarga, lingkungan ial di masyarakat. is PAK: stress akibat kerja. nan Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 5. Penatalaksanaan Untuk tatalaksana stres akibat kerja dilakukan dengan lima langkah pendekatan: a. Identifikasi bahaya Siapa yg mungkin dirugikan Evaluasi Risiko Mencatat temuan-temuan Review eaog oe pengendalian stress akibat kerja (NIOSH, 1990): Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas masing-masing + Jam kerja disesuaikan dengan tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan + Memberi kesempatan pengembangan karier promosi, dan pengembangan menurut kemampuf n( keahlian tertentu + _Mengupayakan lingkungan sosial yang sehat di tempat kerja + Tugas-tugas pekerja harus dirancang untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja bersangkutan dapat menggunakan keterampilannya * Mengadakan rotasi tugas untuk peningkatan kari pengembangan tugas. + Penilaian Risiko Stres. + Menghilangkan faktor penyebab menghilangkan faktor-faktor yg peningkatan stress. + Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. + Memposisikan pekerja berdasar kemamp dengan pemberian pelatihan yang kerja (job rotation) untuk mencegah Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas, + Melakukan meditasi dan relaksasi + Konseling pekerja (employee counseling) - Merupakan media diskusi tentang permasalahan yang dihadapi, pokok penyebab luapan emosinya agar dapat mempertahankan diri lebih baik - Konseling dapat dilaksanakan oleh tenaga profesional atau dokter maupun supervisor atau teman sekerjanya - Untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik, dengan ciri: merasa nyaman dan merasa mudah berkomunikasi dengan orang lain serta tidak ada kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang mudah. OUT (Kelelahan berat/Kejenuhan) 1. Definisi “Burn out” adalah keadaan kelelahan berat yang prosesnya bertahap di mana seseorang, dalam responnya terhadap stres dan ketegangan fisik, mental dan emosional yang berkepanjangan, melepaskan diri dari pekerjaan dan lbungan bermakna lainnya. Dampaknya_produktivitas run, sinisme, kebingungan, perasaan terkuras, merasa emiliki sesuatu lagi untuk memberi asus, biasanya kelelahan berasal dari pun yang merasa terlalu banyak berisiko mengalami burn out, 0 , pekerja keras yang tidak mendapat atau kenaikan pangkat dan gaji dalam lima tahun. ‘erjadi pada Ibu yang keletihan tinggal di rumah nan Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan et eee rere karena telah berjuang dengan tanggung jawab berat mengurus anak-anak, pekerjaan rumah tangga, serta harus mengurus orangtuanya yang sudah tua. Faktor lain yang berkontribusi terhadap kelelahan, termasuk gaya hidup, ciri kepribadian tertentu (tipe A), apa yang pekerja tersebut lakukan dalam waktu senggangnya, dan bagaimana dia melihat dunia ini apakah menyenangkan, membosankan atau bahkan menakutkan. Penyebab kelelahan terkait kerja: + Merasa mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada otoritas dalam melaksanakan pekerjaannya + Kurangnya pengakuan/imbalan untuk pekerjaan yang baik. _ + Ketidakjelasan fungsi/tugasnya é + Terlalu menuntut atau mempunyai harapan beri pada organisasi tempat dia bekerja. + Melakukan pekerjaan yang monoton/tidak menantang. * Bekerja dalam lingkungan semrawut atau suasana tegang Gaya Hidup penyebab kelelahan: + Bekerja terlalu banyak/berat, tanpa cukup wakt bersantai dan bersosialisasi. + Menjadi orang yang diharapkan sebagai untuk terlalu banyak orang lain. + Mengambil terlalu banyak tai bantuan yang cukup dari orang + Tidak cukup tidur + Kurang baiknya hubungan dengan orang mendukung). Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehal Ciri-ciri kepribadian (type A) dapat berkontribusi pada kelelahan,a.l.: + Kecenderungan perfeksionis, tak ada yang pernah cukup baik + Pesimistis melihat diri dan dunia * Kebutuhan untuk berada dalam posisi mengendalikan, + keengganan untuk mendelegasikan kepada orang lain * Selalu ingin mencapai yg tertinggi/ terbaik 3. Gejala karakteristik burn out + Kecemasan dan depresi. + Sikap sinis + Sikap selalu curiga * Penggunaan alkohol dan obat berlebihan * Penampilan terlalu percaya diri + Berulang-ulang merasa sakit secara fisik dengan _masalah sakit kepala, perut, masuk angin, dll Empat Tahapan ‘Burn out’ . + Phase 1 : Kelelahan fisik, mental dan emosional + Phase 2 : Merasa malu dan penuh keraguan. Tampak semua hal terasa sangat sulit, * Phase 3: Sinisme dan perasaan tak nyaman berkepanjangan. Anda hanya ingin dibiarkan sendirian. Tidak punya energi atau kepentingan lagi untuk hal-hal biasanya Anda kerjakan Merasa jadi orang gagal, tidak berdaya dan krisis yang ditandai dengan merasa tak nan Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan Tanda- tanda menuju ‘Burn out’. Pasien/pekerja mungkin berada dalam kondisi menuju kelelahan jika dia berpendapat: + Setiap hari adalah hari yang buruk. + Mengerjakan pekerjaan maupun kegiatan di rumah seperti membuang energi percuma. * Sudah merasa lelah sepanjang waktu. + Sebagian besar hari dihabiskan pekerja untuk tugas, baik fisiknya maupun pikirannya. + Merasa bahwa apa pun yang dia lakukan tidak akan ada bedanya dan tidak akan dihargai. Tabel 2. Perbedaan antara Stress Kerja dengan Burn Stres Burnout Emosi: reaksi berlebihan Menghasilkan urgensi dan hiperaktif Kehilangan energi Mengarah pada gangguan kecemasan Kerusakan primer adalah fisik Bisa membunuh Anda secara prematur Emosi yang tumpul Menghasilkan ketidakberdayaan dan keputusasaan Kehilangan motivasi, cita-cita, dan harapan Menghasilkan detasemen da Kerusakan primer ad Mungkin mer berguna Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas 4. Diagnosis Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis ‘Burn out’: * Dapat dilakukan dengan pengisian kuesioner burn out (lihat lampiran) + Menentukan pajanan di tempat kerja: beban kerja, waktu kerja, proses kerja, jam istirahat, lama kerja, hubungan antar individu. + Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis. . Penatalaksanaan Faktor yang berkontribusi untuk Burn out pada pekerja adalah beban kerja yang berlebihan, kurang berperan dalam kontrol pekerjaan, kurangnya pengakuan dalam kontribusi kerja, ambiguitas peran, kurangnya peluang untuk kemajuan karir, Kepemimpinan yang kurang baik, dan konflik dengan pimpinan/teman sekerja. Strategi untuk mengurangi burn out + Membuat batas yang sangat jelas antara kerja dan kehidupan pribadi. Memelihara dengan baik dan memberi batas yang tegas antara hubungan profesional dan hubungan pribadi Memastikan bahwa diterapkan istirahat pada hari kerja ara teratur misalnya istirahat minum teh, makan siang, dll diri sendiri dan tim manajemen anda tentang yang mungkin dicapai selama hari kerja. bahaya kesehatan fisik dan mental _dan menempatkan beberapa mekanisme di tempat kerja ntuk mengurangi tekanan apatkan dukungan yang sesuai dari rekan/keluarga al dan informal. man Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan + Makan dengan benar, cukup tidur, dan berolahraga secara teratur. + Tetap berhubungan dengan teman-teman di lingkungan sendiri. * Sediakan waktu untuk berpartisipasi dalam lokakarya eksternal, seminar, melanjutkan pendidikan, dan lain-lain. * Mengambil cuti tahunan untuk istirahat rutin setiap tahun untuk “reenergise” Jika strategi di atas tidak berhasil, cari dukungan profesional yang sesuai dan bantuan dari staf konseling untuk membantu menangani stres pekerja/pasien, dan untuk mendiskusikan pilihan-pilihan lain yg tersedia. C. ANSIETAS (Gangguan Cemas/Gangguan Ansietas Menyeluruh) 1. Gejala Mula-mula pasien memperlihatkan gejala fisik yang berkaitan dengan ketegangan misalnya sefalgia, jantung berdebar keras atau dengan insomnia. Anamnesis lebih lanjut akan menampilkan ciri khas ansietas yang menonjol (kecemasan yang tidak jelas penyebabnya) 2. Diagnosis Pedoman diagnostik: Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkapes ie serta pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan ong Selain ciri khas di atas terdapat pula: + ketegangan mental (cemas/binggung, rasa teafhe atau gugup, konsentrasi buruk) Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 25 + Ketegangan fisik (gelisah, sefalgia, tremor, tidak bisa santai) * Muncul gejala fisik (pusing, berkeringat, denyut jantung cepat dank eras, mulut kering, nyeri perut). Gejala bisa berlangsung berbulan-bulan dan sering muncul kembali. Sering dicetuskan oleh peristiwa yang menegangkan pada mereka yang cenderung khawatir secara kronik. Untuk menegakkan diagnosis ansietas dapat dibantu dengan pemeriksaan mini cex. 3. Penatalaksanaan 1). Terapi non farmakologi a. Edukasi pasien e Sebaiknya dilakukan ke seluruh pasien tanpa memandang gangguan anxietas atau pengobatan tipe apa. e Bantu pasien dan keluarga untuk mengerti bahwa gangguan yang muncul adalah penyakit yang nyata yang membutuhkan perawatan dan dukungan Fokuskan materi edukasi pada hal yang jadi perhatian pasien Meyakinkan dan menyisipkan harapan Bicara dengan pasien di luar masalah somatis Serangan panik: - jelaskan pada pasien bahwa mereka sedang terancam jiwanya. - ajarkan keluarga bahwa serangan panik dapat melumpuhkan penderitanya Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan Diskusikan mengenai pilihan pengobatan dan risiko serta keuntungan dari pengobatan farmakoterapi dan psikososial. b. Teknik relaksasi Mengambil napas dalam dan hembuskan nafas perlahan-lahan Dapat digunakan untuk mengatasi gangguan anxietas menyeluruh Digunakan untuk menurunkan kekambuhan dan mengendalikan manifestasi somatis. Teknik ini akan lebih baik lagi jika dikombinasikan dengan terapi kognitif c. Perubahan gaya hidup Penurunan stres Menurunkan dan menghindari konsumsi alkohol dan kafein Olah raga teratur d. Cognitive Behavioral Therapy Menggunakan pendekatan berorientasi gejala Psikoedukasi Identifikasi gejala pasien, menjelaskan penyebab- dari gejala dan teknik-teknik mengatasi gejala tersebut. Teruskan pengawasan panik Restrukturisasi kognitif - Investigasi dan membalikan rasa takut muncul dari kesalahan interpretasi pad sensasi. - Ajarkan pasien bagaimana berpikir te pendapatnya mengenai suatu situ berbeda dengan sebelumnya ae Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petuga: e. Pajanan di dalam tubuh - Melibatkan pajanan sesungguhnya pada pasien sehingga menyebabkan rasa takut itu tumbuh. 2). Terapi Farmakologi + Benzodiazepine (Alprazolam, bromazepam, clobazam) + Azaspirodecanedione (Buspirone) * Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (Sertraline, fluoxetine) * Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor, SNRI (Venlafaxine) * Tricyclic Antidepressant, TCA (Clomipramine, imipramine) + Antihistamin (Hydroxyzine) * Monoamine oxidase inhibitor (Phenelzine, tranylcypromine) + Beta-Blocker (Propanolol) + Anticonvulsants (Gabapentin, pregabalin) pasien membaik dalam waktu 3 minggu eeiak awal pengobatan dan 77% membaik dalam waktu 9 bulan. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan D. GANGGUAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN ALKOHOL 1. Diagnosis Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 atau lebih gejala di bawah ini dialami dalam masa 1 tahun. a. 2. Tatalaksana Pasien perlu segera dirujuk untuk dirawat di adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk menggunakan zat adiktif. kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat seperti usaha penghentian. keadaan putus zat secara fisiologis ketika terjadi penghentian penggunaan zat yang dibuktikan dengan adanya gejala putus zat yang khas. terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat adiktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah. secara progresif mengabaikan kesenangan atau minat lain yang disebabkan penggunaan zat adiktif. tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adany: akibat yang merugikan kesehatannya. ketergantungan obat. as Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petuga: E. DEPRESI 1. Definisi Depresi adalah perasaan yang sedih dan kehilangan minat terhadap segala sesuatu. Keadaan sedih menyebabkan perubahan pada beberapa jenis neurotransmitter dan pemindaian intraneuronal di otak, yang selanjutnya menyebabkan kehilangan fungsi neuron tertentu dan hambatan yang berlebihan pada hubungan dalam synaps. 2. Penyebab Faktor risiko dan jenis pekerjaan yang menyebabkan depresi sama dengan penyebab stress kerja. 3. Gejala-gejala Gejala utama adalah: a. Afek depresif b. Kehilangan minat dan kegembiraan c. Berkurangnya energi(mudah lelah) Gejala lainnya Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga/kepercayaan diri berkurang Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna Gagasan/perbuatan bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Tanda-tanda: + Rasa lelah yang terus menerus bahkan juga sewaktu beristirahat Jilangnya kesenangan yang biasanya dapat dinikmati i menarik diri dari kegiatan dan interaksi sosial e@>gaoc8 an Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 4. Diagnosis Diagnosa ditetapkan bila; Sekurang kurangnya ada 2 dari 3 gejala utama. Sekurang kurangnya ada 2 gejala lainnya (a-g). Selamanya seluruh episode berlangsung sekurang- kurangnya 2 minggu. Pengelompokan depresi GEJALA | GEJALA DEPRESI | UTAMA LAIN FUNGSI KETERANGAN MINIMAL | MINIMAL Ringan [2 2 Baik Distres + Sedang [2 3dan4 Terganggu | Berlangsung minimal 2 minggu Berat 3 4 Sangat Intensitas gejala berat terganggu Secara klinis praktis umumnya depresi dibedakan sebagai depresi berat atau ringan namun ada pula yang membedakan sebagai berikut: tt Depresi agitatif Ditandai dengan aktivitas yang meningkat, mondar- mandir, | mengejar-ngejar orang, _terus-menerus meremas-remas tangan dll. Depresi dan ansietas Gangguan cemas menyeluruh atau fobia dapat terjadi bersama-sama dengan depresi. Depresi terselubung Tidak munculnya gejala perasaan terdepresi bukanlah suatu halangan untuk mendiagnosis depresi. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 31 4. Somatisasi Gejala somatik dapat menyembunyikan gejala yang sesungguhnya dari gangguan depresi namun dapat pula diperberat dengan adanya depresi 5. Pseudodemensia Istilah ini diperuntukkan bagi pasien depresi yang menunjukkan gangguan memori yang bermakna seperti yang terjadi pada pasien demensia 6. Depresi sekunder pada demensia Pada stadium awal demensia sering dijumpai depresi mungkin sebagai dampak dari insight akan deteriorasi fungsi dan menurunnya kemampuan secara progresif Pemeriksaan pasien depresi Salahsatulangkahawalyangpenting dalam penatalaksanaan depresi yaitu dengan mendeteksi atau mengidentifikasi. Ada 4 pertanyaan yang harus diajukan dalam memeriksa pasien depresi: 1. Apakah pada dasarnya Anda merasa puas dengan kehidupan Anda? 2. Apakah hidup Anda terasa kosong? 3. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri Anda? 4. Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Anda? Pertanyaan tersebut dapat dilengkapi dengan mengeksplorasi hal-hal berikut ini: 1. Apakah pasien mempunyai riwayat depresi? . Apakah pasien terisolasi secara sosial? kah pasien menderita penyakit kronik? h pasien baru saja berkabung? Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi harus dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut: 1. Riwayat klinis/Anamnesis ° Riwayat keluarga « Gangguang psikiatrik yang lampau ¢ Kepribadian + Riwayat sosial + Ide/percobaan bunuh diri + Gangguan-gangguan somatik + Perkembangan gejala-gejala depresi 2. Pemeriksaan fisik + Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik + Depresi dapat merupakan gejala dari suatu penyakit fisik contohnya penyakit cushing, karsinoma paru, usus besar atau pankreas 3. Pemeriksaan kognitif * Penilaian gejala depresi sangat penting dalam mem follow up penatalaksanaan pasien + Bilamana depresi terjadi sekunder pada demensia maka fungsi kognitif pasien tidak akan membaik ketika depresi menghilang, bahkan deteriosasi kognitif akan berlanjut terus 4. Pemeriksaan status mental * Penampilan dan perilaku + Perasaan/suasana perasaan + Pembicaraan ¢ — Isi pikiran * Ansietas * Gejala hipokondrial Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan 33 5. Pemeriksaan lainnya * Ureum dan elektrolit pada darah * Darah lengkap dan hitung jenis * B12 dan folic acid pada darah + Test fungsi tiroid * Thorax foto + Lain-lain: serum sifilis (TPHA, VDRL), EKG, EEG, CT scan, dst . Komorhbiditas Komorbiditas didefinisikan sebagai adanya dua atau lebih gangguan psikiatrik atau gangguan psikiatrik dengan penyakit fisik lain pada seorang pasien pada waktu yang sama. Komorbiditas mempunyai implikasi terhadap diagnosis, terapi dan prognosis. Sakit kepala, putus asa, retardasi psikomotor agak sulit untuk dikaitkan apakah ini suatu problem organik atau mungkin suatu keadaan depresi. Kondisi-kondisi komorbiditas yang sering dijumpai: + Gangguan depresi dan stroke + Gangguan depresi dan diabetes mellitus * Gangguan depresi dan infark miokard/penyakit jantung koroner * Gangguan depresi dan penyakit parkinson * Gangguan depresi dan penyakit lain (Alzheimer, Huntington, dll) . Penatalaksanaan Meningkatnya pengenalan depresi oleh para dokter dan perawat harus diikuti dengan penatalaksanaan yang adekuat dengan menggunakan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan multidisiplin yang menyeluruh. Dapat dipergunakan semua_ teknik-teknik psikoterapi (psychodynamic cognitive behavioural, dll) Intervensi Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai