Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR KIMIA KLINIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
ARIF FEBRIANTO (P07234016044)
FIRDA ATIKAH RANA (P072340160)
MIRA MEILANI (P072340160)
THERESA HELENA (P072340160)
WIDYA INDRAWATI F.L (P072340160)
YOLANDA ADELLA S (P072340160)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala
curahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
metabolism karbohidratini. Adapun makalah metabolism karbohidratini telah
penulis usahakan dengan semaksimal mungkin.Penulis sangat berterima kasih
kepada berbagai pihak atas bantuannya, sebab penulis dapat dengan lancar dalam
membuat makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang metabolisme


karbohidrat.Adanya makalah ini sangat diharapkan dapat menambah serta
memperkaya ilmu pengetahuan tentang metabolisme karbohidrat.Namun tidak
lepas dari semua itu, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.Banyak kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.Penulis berharap
semoga dari makalah ini, pembaca dapat mengambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan informasi dan inspirasi terhadap pembaca.Amin.

Samarinda, Maret2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 4
Bab II Isi .................................................................................................................. 5
A. Definisi Metabolisme Karbohidrat ........................................................... 5
B. Klasifikasi Karbohidrat ........................... Error! Bookmark not defined.
C. Fungsi Karbohidrat .................................. Error! Bookmark not defined.
D. Sifat-Sifat Karbohidrat ........................................................................... 10
E. Metabolisme Karbohidrat ........................ Error! Bookmark not defined.
Bab III Kesimpulan ............................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin,
sputum, cairan otak, ginjal, sekret. Pemeriksaan laboratorium yang
berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin, atau cairan tubuh
lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik
antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi
pancreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis .
Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, dokter melakukan
pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen
yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di
laboratorium klinik. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan
prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita.
Resensi Ilmu Laboratorium Klinik dimaksudkan untuk memberikan
penilaian perseorangan tentang pengetahuan praktis dan teoritis yang
dibutuhkan oleh sarjana laboratorium klinik. Resensi Ilmu Laboratorium
Klinik direncanakan untuk membantu secara khusus mengenal kelebihan,
kekurangan, dan kesenjangan dalam dasar ilmu pengetahuan yang dimiliki.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sampel kimia klinik?
2. Apa saja macam sampel kimia klinik?
3. Apa yang dimaksud dengan sampel control?
4. Apa saja macam sampel control?
5. Apa yang dimaksud dengan sampel blanko?
6. Apa saja macam sampel blanko?

3
7. Apa yang dimaksud dengan spektrofotometer?
8. Sampel apa saja yang menggunakan metode spektrofotometri?

C. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
pengertian dan macam sampel kimia klinik, sampel control, sampel blanko,
dan spektrofotometer

4
BAB II

ISI

A. DEFINISI PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

B. MACAM-MACAM SAMPEL KIMIA KLINIK


1. Urine
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. Urinalisa adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia, dan
makroskopis. Tes urine menjadi popular karena dapat membantu menegakkan
diagnosis, mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme
tubuh. Tes ini merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh para klinisi.
Tes urine menjadi lebih popular karena dapat membantu menegakkan
diagnosis.
Jenis urine pemeriksaan laboratorium kinik meliputi:
a. Urine pagi. Urine pagi adalah urine pertama yang dikeluarkan pada pagi
hari setelah bangun tidur. Urine ini lebih pekat daripada urin yang
dikeluarkan pada siang hari. Biasanya urine ini digunakan untuk
pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, atau HCG.
b. Urin Postprandial. Sampel urine ini berguna untuk pemeriksaa glukosuria.
Urine ini didapat 90 menit-3 jam setelah makan.
c. Urine 24 jam. Urine ini digunakan untuk penetapan kuantitatif suatu zat
dalam urine (pemeriksaan kreatinin klirens untuk mendeteksi adanya
gejala penyakit ginjal kronik). Cara mengumpulkannya sebagai berikut :
Misalnya pukul 6 pagi pasien mengeluarkan urine, urine ini dibuang.
Semua urine yang dikeluarkan kemudian, termasuk urine pada jam 6 pagi
keesokan harinya harus ditampung pada botol urine yang tersedia. Untuk
mengumpulkan urine 24 jam, diperlukan botol besar bervolume 1,5 liter
atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Botol itu harus bersih dan

5
biasanya memerlukan suatu zat pengawet (missal: toluene, timol,
formaldehide, asam sulfat pekat, dan natrium karbonat).

Wadah untuk menampung urine pemeriksaan harus ersih dan kering.


Adanya air dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman yang kelak
berkembang dengan baik dalam urine dan mengubah susunannya. Wadah
urine terbaik adalah gelas bermulut lebar yang dapat ditutup rapat. Sebaiknya
urine dikeluarkan langsung dalam wadah tersebut. Apabila hendak
memindahkan urine dari satu tempat ke tempat yang lain, dikocok terlebih
dahulu agar endapan ikut berpindah tempat. Wadah urine harus dieri etiket
mencakup nama dan nomor registrasi atau kode yang lain. Wadah yang
digunakan untuk pemeriksaan urine kultur harus steril.

Bahan pengawet urine berfungsi untuk melindungi sampel urine 24 jam


dari dekomposisi (berubahnya komposisi zat didalam urine) dan kontaminasi.
Macam-macam pengawet urine:
a. Toluen. Toluen menghambat perombakan urine oleh kuman. Digunakan 2-
5 ml toluene untuk mengawetkan glukosa, aseton, dan asam asetoaset.
b. Timol. Sebutir timol mempunyai daya pengawet seperti toluene. Dipakai
sebagai pengawet sedimen urine.
c. Formaldehide dan kloroform. Digunakan 1-2 ml larutan formaldehide
40% (formalin) atau 50 tetes kloroform untuk mengawetkan urine 24 jam.
Dipakai untuk mengawetkan sedimen.
d. Asam sulfat pekat. Pengawet untik menetapkan kuantitatif kalsium,
nitrogen dan zat anoeganik lainnya. Diberikan dalam jumlah tertentu
sehingga pH urine tetap >4,5 yang dikontrol dengan kertas nitrazin. Reaksi
asam mencegah terlepasnya unsur N (Nitrogen) dalam bentuk amoniak
(NH4) dan mencegah terjadinya endapan kalsium posfat.
e. Natrium Karbonat. Digunakan 5 gram natrium karbonat bersama dengan
beberapa ml toluene, khusus untuk pengawet urobilinogen.

6
f. Asam Klorida 10 mlatau asam borat 50 g. Digunakan sebagai pengawet
urine 24 jam untuk mencegah dekomposisi bahan/zat pada medium alkali.

Pemeriksaan urine meliputi pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan


kimawi, dan pemeriksaan mikroskopis.
a. Pemeriksaan Makroskopis Urine; Volume urine, Warna dan kejernihan
urine, Bau urine, Keasaman urine, dan Berat jenis urine.
b. Pemeriksaan Kimiawi Urine; Protein Urine, Protein Bence Jones, Reduksi
Urine, Pemeriksaan Bilirubin, Pemeriksaan Uroilin, Pemeriksaan
Urobilinogen, Pemeriksaan Zat Keton, Pemeriksaan Kalsium, dan
Pemeriksaan Sulfonamid.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine; Pemeriksaan Sedimen Urine

2. Cairan Serebrospinalis
Cairan otak (serebrospinalis, CSS) adalah cairan jernih dan tidak berwarna
yang dibentuk oleh pleksus koroideus didalam ruang atau ventrikel tertius,
ventrikel quartus, dan ventrikel lateralis melalui sekresi yang melibatkan
transport aktif dan ultrafiltrasi plasma darah.
Cairan otak biasanya didapatkan dengan pungsi ke dalam rongga
subaraknoid bagian lumbal. Selain di tempat tersebut, pungsi dapat pula
dilakukan pada area soksipital ke dalam sistem interna magna atau melalui
pungsi ventrikel, sesuai dengan indikasi klinik. Sakus lumbalis antara L4-L5
merupakan lokasi pungsi yang paling sering dipilih karena pada lokasi
tersebut terdapat genangan cairan otak dan hamper tidak mungkin
menimbulkan cedera system saraf. Pada anak-anak , medulla spinalis berada
leih kaudal dari orang dewasa, yaitu pada L3-L4 sampai usia 9 bulan.
Indikasi pungsi lumbal:
a. Membantu diagnosis
b. Mengetahui perjalanan suatu penyakit
c. Mengidentifikasi penyakit meningitis
d. Melakukan tindakan terapi terhadap gangguan saraf.

7
Cara penampungan bahan pemeriksaan disesuaikan dengan jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan dengan dugaan jenis penyakit. Untuk
melakukan berbagai macam pemeriksaan, biasanya diperlukan sekitar 15 ml
CSS. Tabung pemeriksaan harus bersih dan jernih karena hasil pemeriksaan
makroskopis, mikroskopis, dan kimia menjadi tidak berarti karena kondisi
tabung yang tidak memenuhi syarat.
Persiapan pemeriksaan:
a. Bila tanpa pemeriksaan bakteriologis, siapkan sedikitnya 3 tabung untuk
menampung cairan otak.
Tabung pertama: menampung beberapa tetes yang keluar pertama dari
jarum pungsi. Jangan dipakai untuk pemeriksaan karena mungkin
sekali mengandung sedikit darah karena tindakan pungsi.
Tabung kedua: diisi 2-4 ml tabung (sama banyak dengan tabung
ketiga)
Tabung ketiga : diisi 2-4 ml. Tabung kedua dan ketiga digunakan
untuk pemeriksaan non-bakteriologis.
b. Jika hendak melakukan pemeriksaan bakteriologis maka tabung ketiga
harus steril.
c. Selalu sediakan tabung yang berisi larutan natrium sitrat 20% (0,01 ml
larutan natrium sitrat untuk 1 ml cairan otak). Tabung ini digunakan
apabila diperkirakan cairan otak akan membeku, misalnya cairan otak
yang mengalir keruh, xantokromia, atau ercampur darah.

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan maksimal kurang dari 1 jam setelah


pengambilan sampel untuk menghindari kontaminasi dan perubahan sampel.
Pemeriksaan cairan otak meliputi:
a. Pemeriksaan makroskopis (warna, kekeruhan, sedime, bekuan)
b. Pemeriksaan mikroskopis (hitung jumlah sel, hitung jenis sel,
bekterioskopis)
c. Pemeriksaan kimia (protein, glukosa, klorida, kalsium, LDH, asam
laktat, pemeriksaan khusus untuk meningitis tuberkulosa, glutamin)

8
d. Pemeriksaan serologis
e. Pemeriksaan bakteriologis

3. Cairan Pleura
Cairan pleura berfungsi sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua
pleura pada waktu pernafasan. Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari
dua lapisan yaitu pleura viseralis yang membungkus paru dan pleura
parietalis yang melapisi rongga dada.
Efusi pleura merupakan suatu keadaan akumulasi cairan pleura abnormal
dala rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi berlebihan. Efusi pleura
dibagi menjadi dua kelompok besar menurut jenis cairan pleura, yaitu bentuk
efusi transundat dan efusi eksudat.
Pengelompokan jenis efusi pleura ini penting untuk mengenali
penyebabnya. Penyebab efusi eksudat adalah infeksi Mycobacterium
Tuberculosis. Penyebab efusi transudate disebabkan oleh penyakit infeksi,
misalnya payah jantung dan sirosis hati.

Perbedaan antara proses transudasi dan eksudasi, yaitu:


a. Transudasi: akumulasi cairan akibat proses non-inflamasi atau bukan
radang didalam rongga pleura. Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh
kelainan pada tekanan normal didalam paru, seperti perubahan

9
tekanan hidrostatik atau tekanan kolois, atau penimbunan cairan yang
bukan disebabkan oleh perubahan permeabilitas pembuuh darah.
b. Eksudasi: akumulasi cairan akibat proses imflamasi didalam rongga
serosa yang ditandai dengan perubahan permeabilitas membrane pada
permukaan pleura atau akibat bertambahnya permeabilitas pembuluh
darah terhadap protein.

DEFINISI SAMPEL CONTROL

10
C. MACAM-MACAM SAMPEL CONTROL
1

D. DEFINISI SAMPEL BLANKO


E. MACAM-MACAM SAMPEL BLANKO
F. DEFINISI SPEKTROFOTOMETER

1
Yazid, Estien dan Lisda Nursanti. 2015. Biokimia Praktikum Analis Kesehatan. (Jakarta:EGC).
Hlm. 2

11
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

12
DAFTAR PUSTAKA

Bender, David A. (2014).Biokimia Harper. Jakarta: EGC

Hutagalung, Halomoan. (2004). Karbohidrat. Medan: USU Digital Library 5

Kennelly, Peter J. (2014). Biokimia Harper. Jakarta: EGC

Khristiyono. (2015). Seri Pendalaman Materi Biologi SMA dan MA. Jakarta:
Penerbit Erlannga

Poedjiadi, Anna. (2007). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Yazid, Estien dan Lisda Nursanti.(2015). Biokimia Praktikum Analis


Kesehatan.Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai