Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan
intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu
kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan
intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis
komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan,
promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi).

Teori Pengetahuan

Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2005) pengetahuan merupakan hasil Tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu
tindakan seseorang.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

61
Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2.1. Tahu (know)


Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, Tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang telah dipelajari antara lain : menyabutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2.2.2.2. Memahami (comprehension)


Memehami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang menganai obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan meteri tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan, contoh menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya
terhadap obyek yang telah dipelajari.

2.2.2.3. Aplikasi (application)


Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

62
2.2.2.4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.
Dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.

2.2.2.5. Sintesis (synthesis)


Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

2.2.2.6. Evaluasi (evaluation)


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-
penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu sebagai berikut :

a. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka
makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang
dihadapi (Azwar, 2009).

63
b. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 Masehi, J. Largevelt, yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk
menjadi kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974), yang dikutip oleh Azwar (2009). Mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung
akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar
pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
d. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah
sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh
perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media massa.
e. Sosial budaya
Sosial, termasuk di dalamnya pandangan agama dan kelompok etnis,
dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam penerapan
nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya. Disini dilihat
tentang bagaimana interaksi sosial; semakin baik interaksi sosialnya,
maka akan semakin baik pula pengetahuan yang akan didapatkan.

64
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka
sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
f. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
berbagai hal.

Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu cara tradisional (non-ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

Cara tradisional (non-ilmiah)


Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara
penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain:
Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan
kemungkinan yang lain.
a) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
ditemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau
membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris
atau berdasarkan penalaran sendiri.
b) Berdasarkan pengalaman pribadi

65
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman
pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan
dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan
benar, diperlukan berpikir kritis dan logis.
c) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

Cara modern (ilmiah)


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan
terhadap semua fakta sebelumnya dengan obyek penelitian (Notoatmodjo,
2005).

Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.
Sumber pengalaman dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik
formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
sebagainya. (Notoatmodjo, 2005).

Teori Tentang Pengetahuan Rumah Sehat

Kriteria Rumah Sehat


Rumusan yang dikeluarkan oleh APHA (American Public Health
Association) bahwa persyaratan rumah sehat :

1. Harus memenuhi kebutuhan kebutuhan fisiologis

2. Harus memenuhi kebutuhan kebutuhan psikologis

3. Harus terhindar dari penyakit menular

66
4. Harus terhindar dari kecelakaan kecelakaan

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi


kriteria sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan


dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan
air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.

Syarat Rumah Sehat


Menurut Winslow dan APHA, pemukiman sehat dirumuskan sebagai
suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk
bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung
dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis,
dan bebas dari berbagai penularan penyakit. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:

2.6.2.1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain :


1. Pencahayaan.

67
1.1 Pencahayaan alam.

Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari


kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian
bangunan yang terbuka.

Cahaya matahari sangat berguna selain untuk penerangan juga


dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh
kuman-penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-
lain.

Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi


syarat kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO dimana salah
satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60
120 Lux.

Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari


secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ketimur. Luas
jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10 20 % dari luas
lantai.

1.2 Pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat


dipengaruhi oleh

a. Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-


langit.
b. Konstruksi sumber cahaya di dalam ornamen yang
dipergunakan.
c. Luas dan bentuk ruangan.
d. Penyebaran sinar dari sumber cahaya.

2. Ventilasi (penghawaan)

Ventilasi digunakan untuk pergantian udara di dalam ruangan,


udara perlu diganti agar mendapat kesegaran badan selain itu agar kuman-

68
kuman penyebab penyakit dalam udara, antara lain bakteri dan virus, dapat
keluar dari ruangan sehingga tidak menjadikan sarana penyebaran
penyakit.

Orang-orang yang batuk dan bersin bersin mengeluarkan udara


yang penuh dengan kuman-kuman penyakit (TBC, pneumonia,dll) yang
dapat menginfeksi udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang
penularannya dengan perantara udara, antara lain : TBC, bronchitis,
pneumonia, dll.

Hawa yang segar sangat diperlukan dalam rumah untuk mengganti


udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur
kamar 220C - 300C sudah cukup segar. Untuk memperoleh kenyamanan
udara seperti dimaksud diatas diperlukan adanya ventilasi yang baik.

Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan


sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan
sakit. Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela harus serasi dengan
luas kamar dan sesuai dengan iklim ditempat itu.

Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin, jangan membuat


lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja. Tetapi di
daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat
dibuat agak lebih besar.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat


lainnya, diantaranya

1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.


Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan
ditutup) minimum 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10 % kali luas
lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga
udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.

69
2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan
lain-lain.

3. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan


lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara
ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya
almari, dinding sekat dan lain-lain.

Udara di alam bebas pada umumnya mempunyai komposisi yang


terdiri dari unsur-unsur yang bermanfaat bagi kesehatan dan unsur-unsur
yang kurang bermanfaat bagi kesehatan. Unsur udara bebas pada
umumnya terdiri :

1. Nitrogen (zat lemas) 78,8 %.


2. Oksigen (zat asam) 20,7 %.
3. Karbondioksida (Gas asam arang) 0,04 %.
4. Uap air 0,46 %.
5. Ozon (0.3%), Amoniak (NH3), Gas cair (H2) dan lain-lain.

Unsur yang bermanfaat bagi kesehatan manusia yaitu Oksigen


(O2). Kandungan CO2 adalah unsur yang kurang bermanfaat bagi
kesehatan. CO2 banyak terdapat di udara terutama di dalam ruangan yang
dipadati oleh sekelompok manusia. Produksi CO2 terjadi akibat proses
pernafasan.

Adapun berbagai sumber penghawaan yaitu penghawaan dari alam


dan penghawaan buatan :

1. Penghawaan alam

Penghawaan alam ini mengandalkan pergerakan udara


bebas (angin dari alam), temperatur udara luar dan
kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang hawa,
maka penghawaan alam pun dapat diperoleh dari pergerakan
udara sebagai hasil sifat poreus dinding ruangan, atap dan lantai.

70
Lubang ventilasi sebaiknya diatur agar tidak terlalu
rendah, maksimal 80 cm dari langit langit. Tinggi jendela yang
dapat dibuka (ditutup) dari lantai minimal 80 cm. jarak dari
langt-langit terhadap jendela minimal 30 cm. Untuk mencegah
gangguan binatang sebaiknya dipasang kasa nyamuk.

2. Penghawaan buatan, antara lain :

2.1 Fan (kipas angin)

Perputaran baling baling pada kipas dapat menghasilkan


pergerakan udara yang mengarah ke depan. Udara yang
digerakkan oleh kipas angin adalah udara yang ada di dalam
ruangan itu sendiri, sehingga tidak ada pertukaran udara.

2.2 Exhauster

Baling baling penyedot udara dari dalam ataupun dari luar


ruangan untuk mengganti udara yang telah terpakai. Pada
pemakaian Exhauster harus diimbangi dengan penempatan
lubang ventilasi yang berseberangan dengan alat tersebut.

2.6.2.2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain :


1. Cukup aman, nyaman bagi masing-masing penghuni (Kepadatan hunian)

Kepadatan hunia di dalam rumah dapat menimbulkan efek negatif


terhadap fisik, mental maupun moril bagi penghuninya. kepadatan
memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama melalui saluran
pernafasan. Ada 2 cara untuk menilai kepadatan hunian didalam rumah
yaitu :

1.1 Jumlah orang dibanding dengan jumlah kamar tidur.

Tabel 2.1.

Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur

No Jumlah Kamar Jumlah penghuni

1 Satu 2 orang

71
2 Dua 3 orang

3 Tiga 5 orang

4 Empat 7 orang

5 Lima atau lebih 10 orang

Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985.

Dengan ketentuan bahwa untuk setiap penambahan satu kamar tidur


diatas lima tersebut diperkenankan menambah penghuni sebanyak 2 orang.

1.2 Jumlah orang dibanding dengan luas lantai kamar.

Tabel 2.2

Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur :

No Luas lantai kamar Jumlah penghuni maksimal

1 4,64 m2 0

2 4,64 6,5 m2 0,5

3 6,5 8 m2 1

4 8 10 m2 1,5

5 Lebih dari 10 m2 2

Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985.

Dengan ketentuan anak di bawah umur 1 tahun tidak diperhatikan,


umur 1 10 tahun dihitung setengah.

Menurut Tupasi, kepadatan hunian di tentukan dengan jumlah kamar


tidur di bagi jumlah penghuni, dinyatakan :

Baik : Bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7

Cukup : Bila kepadatan antara 0,5 0, 7

Kurang : Bila kepadatan kurang dari 0,5

72
1.3 WC dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah.

Suatu rumah harus mempunyai WC dan kamar mandi sendiri dan


terpelihara kebersihannya. Bila tidak mempunyai WC sendiri, maka buang
air besar dilakukan di sembarang tempat (sungai, kebun, empang, dan lain
lain) yang sebenarnya tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan dan
memudahkan penyakit-penyakit tertentu dapat ditularkan melalui
pembuangan kotoran yang tidak sehat.

2.6.2.3. Mencegah penularan penyakit.


Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus
memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit bagi
penghuninya, antara lain :

1) Bebas dari serangga dan tikus.


Menghindari adanya kehidupan serangga (lalat, tikus dan
kecoa), dengan cara atau usaha kebersihan dan kesehatan
lingkungan di dalam dan di luar rumah.
2) Pembuangan sampah.
Sampah dibedakan menjadi : sampah basah, sampah kering
dan sampah sukar busuk (kaleng, kaca, paku dan lain-lain). Sampah
jangan dibuang di tempat terbuka lebih dari 24 jam karena akan
menyebabkan lalat dan tikus untuk bersarang.
3) Pembuangan tinja.
Usahakan setiap rumah mempunyai jamban sendiri, selalu
bersih dan tidak berbau (konstruksi leher angsa). Jarak cukup jauh
dari sumber air dan letaknya di bagian hilir air tanah. WC harus
selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi.

Teori Tentang Pengetahuan Ventilasi di Dalam Rumah

Pengertian dan Fungsi Ventilasi


Ventilasi adalah pertukaran udara secara bebas di dalam ruangan. Fungsi
utama ventilasi dan jendela antara lain adalah sebagai lubang masuk dan
keluar angin sekaligus sebagai lubang pertukaran udara atau lubang

73
ventilasi yang tidak tetap (sering berupa jendela atau pintu); Sebagai lubang
masuknya cahaya dari luar (sinar matahari). (KBBI ONLINE)

Fungsi ventilasi udara diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar.

Karena jika dalam suatu bangunan sangat minim adanya ventilasi maka
aliran udara dari dan ke luar rumah menjadi tidak lancar sehingga terjadi
peningkatan kadar CO2 (karbondioksida) di dalam rumah dan kadar
oksigen (O2) menurun. Sedangkan karbondioksida yang merupakan
hasil respirasi/pernapasan ini apabila dalam konsentrasi tinggi bisa
berbahaya bagi hewan dan manusia. Seseorang yang menghirup terlalu
banyak CO2 akan kesulitan bernapas, hingga menyebabkan tak sadarkan
diri.

2. Untuk menjaga agar rumah selalu tetap di dalam kelembapan yang


optimum

Kurangnya lubang ventilasi di dalam suatu bangunan akan menyebabkan


kelembaban di dalam ruangan meningkat karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Sehingga dengan adanya
lubang ventilasi udara yang memadai akan memberikan manfaat di sisi
pencahayaan apabila penempatannya tepat. Dengan adanya cahaya dari
luar ruangan yang masuk ke dalam rumah melalui lubang ventilasi udara
maka akan mengurangi kelembaban dalam suatu ruangan.

3. Untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri patogen yang bisa


menyebabkan penyakit

Kurangnya lubang ventilasi udara di dalam rumah akan menyebabkan


kelembaban udara dalam ruangan meningkat, sedangkan kondisi ruangan
yang lembab akan memudahkan tumbuhnya jamur dan bakteri patogen
yang bisa mempengaruhi kualitas kesehatan penghuni rumah.

74
Syarat Ventilasi
Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela
sebagai berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan
dan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5% luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80
cm dari langit-langit.
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari
lantai dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
3. Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan
lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara
ini diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari,
dinding, sekat-sekat, dan lain-lain.
5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
Untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara:
1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara
alamiah,dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela,
pintu, atau lubang angin yang sengaja dibuat.
2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan
menggunakan :
2.1 AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara
dalamruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam
ruangan.
2.2 Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan
kedepan.
2.3 Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam
dan luar ruangan untuk proses pergantian udara yang
sudah dipakai.

Bentuk Ventilasi

75
Secara umum kita mengenal beberapa bentuk ventilasi :
Ventilasi alami (Natural Ventilation)
Merupakan suatu bentuk pertukaran udara secara alamiah tanpa bantuan
alat-alat mekanik seperti kipas. Ventilasi alami masih dapat dimungkinkan
membersihkan udara selama pada saat ventilasi terbuka terjadi pergantian
dengan udara yang segar dan bercampur dengan udara yang kotor yang
ada dalam ruangan.
Standar luas ventilasi alami (Sumamur, 1987) lebih dari 20 % luas lantai
tempat kerja. Penggunaan ventilasi alami tidak efektif jika digunakan
dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas, debu dan vapours ditempat
kerja. Hal ini disebabkan tingkat kesulitan yang tinggi pada ventilasi alami
terkait penentuan parameter yang harus kita ketahui menyangkut
kecepatan angin, tekanan angin dari luar, arah angin, radiasi panas dan
berapa besar pengaruh lubang-lubang yang ada pada dinding dan
atap.Ventilasi alami biasanya digunakan dengan tujuan untuk memberikan
kesegaran dan kenyamanan pada tempat Kerja yang tidak memiliki sumber
bahaya yang tinggi. (Sumamur, 1987)
Ventilasi Umum (General Ventilation)
General ventilation atau ventilasi umum biasanya digunakan pada tempat
kerja dengan emisi gas yang sedang dan derajat panas yang tidak begitu
tinggi.Jenis ventilasi ini biasanya dilengkapi dengan alat mekanik berupa
kipas penghisap.Sistem kerja yang dibangun udara luar tempat kerja di
hisap dan di hembuskan oleh kipas kedalam rungan bercampur dengan
bahan pencemar sehingga terjadi pengenceran.Kemudian udara kotor yang
telah diencerkan tersebut dihisap dan di buang keluar.

Dampak asap bagi kesehatan menurut WHO


Dampak Asap Bagi KesehatanMenurut WHO tahun 2002, dampak indoor
air pollution bagi kesehatan yaitu dapat meningkatkan resiko kesehatan
anak dan dewasa seperti berat badan lahir rendah, kematian perinatal, asma,
otitis media atau infeksi telinga tengah, TBC,kanker nasofaring, katarak,
kebutaan, dan penyakit kardiovaskular.

76
Jika dilihat dari kandungannya, asap memiliki kandungan CO
(karbonmonoksida), Amonia, Nitrogen Oksida, dan Hidrogen Sianida.
Karbon monoksida
Adalah sejenis gas yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara
normal berbentuk gas yang tidak berwarna. CO mempunyai potensi
bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin, yang dapat
mengakibatkan kurangnya oksigen di dalam otak. Tanda-tanda bila
keracunan carbon monoksida antara lain pusing, sakit kepala, dan
mual,menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan
kardiovaskuler,serangan jantung. Hubungan antara konsentrasi CO
dengan lama terpapar danefek yang ditimbulkan sebagai berikut:
1. Konsentrasi CO 100 ppm dengan frekuensi paparan sebantar
tidak menimbulkan efek.
2 . Konsentarsi CO 30 ppm dengan frekuensi paparan 8 jam, efek
yang ditimbulkan pusing dan mual
3.Konsentarsi CO 1000 ppm denagn frekuensi paparan 1 jam, efek
yang ditimbulkan pusing, kulit berubah kemerahan.

Amonia dan nitrogen oksida


Merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Bila terisap
dapatmenyebabkan gangguan pernafasan seprti bronkhitis dan merusak
indera penciuman.

77
KERANGKA TEORI
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Notoatmodjo
(2003). Kerangka teori yang dikembangkan sebagai dasar penelitian ini
digambarkan sebagai berikut :

PENDIDIKAN

INFORMASI

USIA
PENGETAHUAN
PENGALAMAN

SOSIAL
BUDAYA

EKONOMI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Notoatmodjo (2003)

78
2.9. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT
02 RW 04, Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

PENDIDIKAN

INFORMASI
PENGETAHUAN
PENGALAMAN VENTILASI RUMAH
YANG BAIK
SOSIAL
BUDAYA

EKONOMI

Gambar 2.2 Kerangka konsep diagnosis dan intervensi komunitas mengenai


Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Ventilasi Rumah Yang Baik Di
Kampung Sukasari Rt 02 Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode Oktober 2015

79
2.10. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta mengembangkan
instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2006). Adapun definisi operasional dalam
penelitian ini sebagai berikut :

80
Tabel 2.3 : Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang
Ventilasi Rumah Yang Baik Di Kampung Sukasari Rt 02 Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Periode Oktober 2015.

DEFINISI
No VARIABEL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL SKALA
OPERASIONAL

1. Pengetahuan mengenai Wawasan responden Kuesioner Wawancara Sangat baik : poin Ordinal
ventilasi rumah yang mengenai segala masalah terpimpin 11-14
baik yang meliputi definisi, Baik : poin 6-10
fungsi, contoh, dan syarat Kurang baik : poin
ventilasi rumah yang 1-5
baik.

2. Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Wawancara Tinggi : SMA atau Ordinal


formal terakhir yang terpimpin Keatas
pernah diikuti oleh Menengah : SMP
responden. atau Sederajat
Rendah :
SD/Tidak Sekolah

81
Tabel 2.3 (lanjutan): Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Pengetahuan Keluarga Binaan
Tentang Ventilasi Rumah Yang Baik Di Kampung Sukasari Rt 02 Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Periode Oktober 2015.

DEFINISI
No VARIABEL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL SKALA
OPERASIONAL

3. Ekonomi Jumlah pendapatan Kuesioner Wawancara Tinggi : bila di Ordinal


responden setiap bulannya. terpimpin atas Rp. 2.300.000
Menengah : bila
diantara Rp.
2..300.000 Rp.
1.000.000
-
Rendah : bila
kurang dari Rp.
1.000.000
4. Sosial budaya Interaksi dengan responden Kuesioner Wawancara Baik : poin 5-8 Ordinal
yang mempengaruhi perilaku terpimpin Kurang baik :
responden mengenai ventilasi poin 1-4
rumah yang baik

82
Tabel 2.3 (Lanjutan): Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Pengetahuan Keluarga
Binaan Tentang Ventilasi Rumah Yang Baik Di Kampung Sukasari Rt 02 Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode Oktober 2015.

DEFINISI
No VARIABEL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL SKALA
OPERASIONAL

5. Informasi Sumber informasi yang Kuesioner Wawancara Baik : poin 4-6 Ordinal
pernah dilihat dan didengar terpimpin Kurang baik : poin
responden mengenai ventilasi 0-3
yang baik.

6. Pengalaman Sesuatu yang pernah Kuesioner Wawancara Baik : poin 5-8 Ordinal
dirasakan, dan dialami oleh terpimpin Kurang baik :
responden mengenai ventilasi poin 1-4
rumah yang baik.

83
84

Anda mungkin juga menyukai