Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA


ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA
DAN MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)
DI RUANG NIFAS RSUD DR H MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

NAMA : PUTRI MAYANG SARI


NIM : S.D IV.15.440

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA


ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA DAN
MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)
DI RSUD DR H MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Banjarmasin, Desember 2015

Pembimbing Pendidikan(CT) Pembimbing Lahan Praktik (CI)

Sismeri Dona, M. Keb Irlida Jumini Yanti, Am.Keb


NIK NIP 19710917 199303 2 005
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA


ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA DAN
MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)
DI RSUD DR H MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Banjarmasin, Desember 2015


Mengesahkan ,
Pembimbing Pendidikan(CT) Pembimbing Lahan Praktik (CI)

Sismeri Dona, M. Keb Irlida Jumini Yanti, Am.Keb


NIK NIP 19710917 199303 2 005

Mengetahui,
Koordinator I

Fitri Yuliana, SST


NIK 19.44.2010.044
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmad dan hidayah-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul asuhan kebidanan pada ibu
post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita
(MOW) di ruang nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang
merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses
pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yayasan Indah Sari Mulia Banjarmasin
2. Dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia
Banjarmasin
3. Adriana Palimbo, S.Si.T.,M.Kes selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
4. Elvine Ivana Kabuhung, SST selaku bagian Praktik Klinik Program Studi DIV Bidan
Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
5. Sismeri Dona, M.Keb selaku Pembimbing Pendidikan (CT) Di Program Studi DIV Bidan
Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
6. Irlinda Jumini Yanti, Am.Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik (CI) Di Ruang Nifas
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
7. Kakak-kakak bidan dan perawat serta teman-teman yang telah memberi banyak masukan
dalam laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Banjarmasin, Desember 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................... 4
C. Manfaat .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................... 6
A. Masa Nifas ............................................................................ 5
1. Pengertian ........................................................................................ 5
2. Tahapan Masa Nifas ........................................................................ 5
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas .............................................................. 5
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas ............................................ 6
B. Sectio Caesarea .............................................................................. 9
1. Pengertian ........................................................................................ 9
2. Indikasi ............................................................................................. 10
3. Komplikasi ........................................................................................ 11
4. Penatalaksanaan.............................................................................. 11
C. Medis Operatif Wanita (MOW) ......................................................... 12
1. Pengertian ........................................................................................ 12
2. Program MOW ................................................................................. 13
3. Syarat Melakukan MOW ................................................................. 13
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................. 14
A. Data Subjektif .......................................................................... 14
B. Data Objektif ............................................................................ 17
C. Analisa Data ............................................................................ 19
D. Penatalaksanaan .................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN 23
BAB V PENUTUP................................................................................ 25
A. Kesimpulan ........................................................................... 25
B. Saran .................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran sang buah hati tentunya menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh setiap
ibu hamil, namun tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan normal. Hal
tersebut harus melihat kondisi ibu maupun janin benar-benar mampu untuk bersalin
normal, apabila terindikasi ataupun terancam jiwa baik ibu maupun bayi maka persalinan
dengan tindakanpun harus dilakukan demi menyelamatkan keduanya.
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia. Meskipun dictum
Once a Caesarean always a Caesarean di Indonesia tidak dianut, tetapi sejak dua
dekade terakhir ini telah terjadi perubahan tren sectio caesareadi Indonesia. Dalam 20
tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi sectio caesarea dari 5% menjadi 20%. Menurut
Depkes RI (2010) secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit
pemerintah adalah sekitar 20 25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit
swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 80% dari total persalinan. Peningkatan
ini disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi bertambah baik, operasi berlangsung lebih
asepsis, teknik anestesi bertambah baik, kenyamanan pasca operasi dan lama
perawatan yang menjadi lebih singkat. Di samping itu morbiditas dan mortalitas maternal
dan perinatal dapat diturunkan secara bermakna (Dewi, 2007).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka
kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi
sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3
persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO
(World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari
jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-
resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Andon, 2008).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas (Maritalia,
2012).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi
masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu,
infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan
sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi
pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada
kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi
pun akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata
angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Menurut
Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%, eklampsi
24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%. Sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu di Indonesia adalah usia yang terlalu muda, usia yang terlalu tua saat
melahirkan, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak anak yang dilahirkan atau yang
sering disebut dengan istilah empat terlalu. Dalam rangka menekan angka kelahiran yang
menyangkut penyebab tidak langsung angka kematian ibu, pemerintah menganjurkan
pada wanita atau laki-laki dengan kriteria tertentu untuk mengikuti program keluarga
berencana dengan metode kontrasepsi mantab (SDKI, 2012).
Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas,
maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi
tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi
kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan
perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh dan berkelanjutan
(Handayani, 2010).
Indonesia merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah
penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah
penduduk Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) saat ini yaitu 1,35% atau 3,2 juta jiwa per tahun. Bila tanpa pengendalian yang
berarti maka jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 249 juta jiwa pada
tahun 2010 dan 293,7 juta jiwa pada tahun 2015.
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif Wanita
(MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita (MOW) sering dikenal
dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba fallopisehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan
Medis Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomiyaitu memotong atau
mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi (Handayani,
2010).
Data register selama penulis praktik klinik kebidanan di ruang nifas RSUD dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin terdapat sebanyak 15 kasus persalinan Sectio Caesarea
dan sebanyak 23 kasus persalinan normal. Sedangkan data akseptor Keluarga
Berencana dengan MOW sebanyak 4 orang. Oleh karena itu sebagai seorang tenaga
kesehatan harus mampu memberikan asuhan kebidanan yang baik dan benar secara
berkesinambungan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Penulis
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus asuhan
kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis
Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat
sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch
Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif secara sistematis pada ibu post
sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)
di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang pada ibu post sectio
caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di
Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Mahasiswa mampu menganalisa data pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat
sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch
Ansari Saleh Banjarmasin.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu post sectio caesarea atas
indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD
Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang
profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu post
sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan
asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
dan Medis Operatif Wanita (MOW)
4. Bagi Pasien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas dengan sectio
caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-
alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
2. Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB (Saleha, 2009).
3. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan
kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan
pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu,
mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan
perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap
tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan
anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak
(Sulistyawati, 2009).
4. Perubahan fisiologis pada masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi.
Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic
hormone dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
1) Uterus
Tinggi fundus dan kontraksi uterus, akibat proses involusi TFU mengalami penurunan
sampai keadaan sebelum hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan
sebaliknya.
Involusi uterus TFU
Hari ke-1 Setinggi pusat
Hari ke-2 1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3 Pertengahan simpisis
Hari ke-7 3 jari diatas simpisis
Hari ke-9 1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-12 Tidak teraba dari luar
Sumber : Sarwono, 2007
2) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa
nifas. Jenis Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
1) Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa sisa selaput ketuban, sel sel
desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada
hari ke 3 7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7 14
pasca persalinan.
4) Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5) Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha, 2009).
4) Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah seperti
corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
b. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena
makanan padat dan kurang berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang
air besar, sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas dan jangan
takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah
persalinan (Sulistyawati, 2009).
c. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada
keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala
yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
d. Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-pembuluh
darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retropleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita
mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
e. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat naik
kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat
celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali
normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada pasien.
2) Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi
Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada
pendarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya
denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh.
3) Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan
semula.
4) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009)

B. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006)
Bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui
vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum
sebagai pengganti kelahiran normal (Dewi, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea adalah pengeluaran hasil konsepsi
dengan cara pembedahan yang menembus abdomen sampai ke uterus.
2. Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka dikelompokkan 4
kategori (Edmonds,2007) :
a. Kategori 1 atau emergency
Dilakukan sesegera mungkin untuk menyelamatkan ibu atau janin. Contohnya abrupsio
plasenta, atau penyakit parah janin lainnya.
b. Kategori 2 atau urgent
Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu mengancam jiwa ibu
ataupun janinnya. Contohnya distosia.
c. Kategori 3 atau scheduled
Tidak terdapat penyulit.
d. Kategori 4 atau elective
Dilakukan sesuai keinginan dan kesiapan tim operasi.
Menurut Impey dan Child (2008), mengelompokkan 2 kategori, yaitu emergency
dan elective Caesarean section. Disebut emergency apabila adanya abnormalitas pada
power atau tidak adekuatnya kontraksi uterus. Passenger bila malaposisi ataupun
malapresentasi. Serta Passage bila ukuran panggul sempit atau adanya kelainan
anatomi.
a. Indikasi Ibu
1) Panggul Sempit Absolut
2) Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi
3) Plasenta Previa
4) Ruptura Uteri
5) Disfungsi Uterus (Prawirohardjo, 2009)
6) Solutio Plasenta
b. Indikasi Janin
Kelainan Letak
1) Letak Lintang
2) Presentasi Bokong (Decherney,2007)
3) Presentasi Ganda atau Majemuk (Prawirohardjo, 2009)
4) Gawat Janin (Prawirohardjo, 2009).
5) Ukuran Janin
c. Indikasi Ibu dan Janin
1) Gemelli atau Bayi Kembar
2) Riwayat Sectio Caesarea
3) Preeklampsia dan Eklampsia (Decherney,2007).
d. Indikasi Sosial
3. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro (2002)
a. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam
masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding
uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a. Penatalaksanaan secara medis
1) Analgesik diberikan setiap 3 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian
antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya
pemberiannya dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Periksa dan catat tanda tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Mobilisasi
a) Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu
paling sedikit 2 kali.
b) Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
4) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah
operasi (Bobak, 2004)
C. Medis Operatif Wanita (MOW)
1. Pengertian
Kontrasepsi merupakan suatu usaha untuK mencegah kehamilan. Alat
kontrasepsi ini ada yang berjangka pendek dan berjangka panjang (Handayani,
2010).
MOW (Medis Operatif Wanita) adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba
fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiyatini, 2009).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
(Noviawati dan Sujiayatini, 2009). Jadi, dasar dari MOW ini adalah mengokulasi
tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hartanto, 2004)
2. Program MOW
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
a. Program rumah sakit
1) Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
2) Mempunyai penyakit ginekologi
b. Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval
3. Syarat melakukan MOW (Medis Operatif Wanita)
Syarat dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:
a. Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara
kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan
tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005)
b. Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri
sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak
terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro, 2005)
c. Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi syarat
kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani
kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat
memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang
tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalami
peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil
atau dicurigai sedang hamil (BKKBN, 2006)
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : Selasa, 15 Desember 2015


Jam : 11.00 WITA
Tempat pengkajian : Ruang Nifas

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas pasien
Istri Suami
Nama Ny. H Tn. Z
Umur 32 Tahun 45 Tahun
Agama Islam Islam
Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Suku/ Bangsa SD SMP
Ibu Rumah Tangga Swasta
Pendidikan Desa Sungai Punggu Desa Sungai Punggu
Pekerjaan Baru RT 8 Baru RT 8
Alamat

2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian luka bekas operasi pada jam 08.50 WITA,
serta keluar darah melalui kemaluan cair merembes dan bergumpal sebanyak 1/3 bagian
pampers ibu saat menggerakkan kaki.

3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 17 tahun dengan suami sekarang sudah 15
tahun.
4. Riwayat Obtetri
PIVA0
Kehamilan Persalinan Bayi
Penyuli K
N Tah Peny Tempat/ Peny Keadaa
Car P Se t et
o un UK u- UK Penolon u- BB n
a B ks Nifas .
lit g lit Lahir
250 4
39
200 39 Spt RS/ Tdk 0 9 Normal
1. mg - Lk - -
1 mgg BK Bidan ada gra c Hidup
g
m m
230 4
40
200 40 RS / Tdk 0 8 Normal
2. mg - SC Lk - -
6 mgg Dokter ada gra c Hidup
g
m m
230 5
39
201 39 RS / Tdk 0 0 Normal
3. mg - SC Lk - -
3 mgg Dokter ada gra c Hidup
g
m m
201
4. Ini
5

5. Riwayat Persalinan Sekarang


a. Umur kehamilan saat melahirkan: 40 minggu
b. Tanggal / jam melahirkan : Selasa, 15 Desember 2015 /
08.50 WITA
c. Tempat / penolong : Rumah Sakit / Dokter
d. Cara persalinan : Sectio Caesarea
e. Penyulit saat persalinan : Preeklamsi Berat
Riwayat Sectio Caesarea 2 kali
f. Keadaan bayi : Hidup, Segera menangis
JK : Laki-laki
BB : 3350 gram
PB : 49 cm

6. Riwayat Keluarga Berencana


a. Jenis : Suntik 3 bulan
b. Lama : 1 tahun
c. Masalah : tidak ada
7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan menderita tekanan darah tinggi saat hamil, ibu tidak pernah
menderita penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes Mellitus dan penyakit menular
seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak ada riwayat kembar.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti Asma, jantung, Diabetes Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS
serta tidak ada riwayat kembar.

8. Pola Kebutuhan
Pukul 08.50 11.00 WITA
a. Nutrisi
Selama menjalani perawatan ibu hanya diberikan nutrisi melalui cairan infus
RL dan D5%
b. Eliminasi
1) BAB : Ibu belum BAB
2) BAK
a) Dower Cateter : Terpasang
b) Volume : 700 cc sejak setelah operasi
c) Warna : Kuning
d) Masalah : Tidak ada
c. Personal Hygiene
1) Frekuensi mandi : Hanya diseka
2) Frekuensi gosok gigi :-
3) Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
d. Aktifitas : Menggerakkan kaki
e. Pola stirahat/ Tidur
Selama 2 jam post operasi ibu hanya istirahat selama 30 menit
f. Pemberian ASI
Ibu belum memberikan ASI kepada bayi karena mobilisasi ibu 2 jam terakhir baru bisa
menggerakkan kaki dan bayi masih dirawat di ruang bayi.

9. Data Psikologis, sosial dan spiritual


a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya: Senang
b. Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya : Baik
c. Tanggapan ibu terhadap proses persalinan : Tidak mudah
d. Pengetahuan ibu terhadap perawatan bayi : Orang tua
Dan Bidan
e. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
f. Hubungan sosial ibu dengan keluarga : Baik
g. Orang yang membantu merawat bayi : Orang Tua
h. Adat kebiasaan yang berkaitan dengan perawatan bayi : Tasmiyah,
dan Aqiqah
i. Kegiatan spiritual yang dilakukan pada masa nifas : Berdoa

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan : 65 kg
d. Tinggi : 150 cm
e. Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Suhu : 36 C
Respirasi : 24 x/menit
Nadi : 80 x/menit
ala Nyeri : 1-3, Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
Smeltzer, S.C bare B.G (2002)
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok
dan tidak ada ketombe.
Muka : Tampak pucat, tidak tampak oedema.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva pucat
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran serumen.
Hidung : Tidak tampak pergerakan cuping hidung, tidak
ada polip dan tidak ada pengeluaran secret.
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak sariawan, tidak pecah-
pecah.
Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan
pembengkakkan kelenjar tiroid.
Dada : Tidak ada retraksi dada saat inspirasi dan
ekspirasi.
Mamae : Simetris, puting susu menonjol
Abdomen : Tampak luka bekas operasi dan tidak ada tanda-
tanda infeksi
Genetalia : Tampak selang DC, pengeluaran darah cair
sedikit merembes dan menggumpal sebanyak
500 ml
Tungkai : Simetris, tampak oedem dan tidak tampak
varises.

b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis dan
pembengkakkan kelenjar tiroid.
Mamae : Tidak ada nyeri tekan atau massa, terdapat
pengeluaran colostrum.
Abdomen : TFU teraba keras 2 jari dibawah pusat
Tungkai : Teraba oedem dan tidak teraba varises.
c. Perkusi
Reflek Patella : kiri / kanan, (+) / (+)
Cek Ginjal : tidak dilakukan karena pasien belum bisa duduk
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 12 Desember 2015
Haemoglobin : 6,4 gr/dl normal 11-16 gr/dl

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan : PIVA0 post Sectio Caesarea atas indikasi riwayat
Sectio Caesarea 2kali dan Medis Operatif Wanita
(MOW) hari ke-0
2. Masalah : Anemia berat, nyeri perut luka bekas operasi
3. Kebutuhan : KIE, Kolaborasi dengan Dokter

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, TD: 120/90 mmHg,
N: 80 x/menit, R: 24 x/menit, T: 36oC, konjungtiva ibu pucat, TFU: 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, pengeluaran darah sebanyak 1/3 bagian pampers ibu dan HB : 6,4 gr/dl
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami anemia berat dimana kadar haemoglobin dalam
darah ibu <7 gr/dl
Ibu mengetahui keadaan yang ibu alami
3. Memberitahu ibu bahwa nyeri perut yang dirasakan adalah pengaruh obat oksitosin yang
dicampur kedalam infus untuk merangsang kontraksi uterus proses pengembalian uterus
kedalam bentuk seperti sebelum hamil dan mencegah terjadinya perdarahan.
Ibu mengerti penyebab keluhan
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung,
kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres bagian
yang nyeri dengan air hangat.
Ibu mengetahui teknik relaksasi
5. Mengobservasi keadaan umum ibu,vital sign dan jumlah pengeluaran darah pervaginam
6. Membantu ibu dalam melakukan mobilisasi bertahap yaitu menggerak-gerakan kedua
kaki ibu.
Ibu mampu melakukan mobilisasi bertahap
7. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter, yaitu:
a. Cairan infus D5 % : RL,1:1 20 tetes/menit
b. Drip Oksitosin 1 ampul dalam cairan RL 20 tetes/menit
c. Drip Ketorolac 2x1 ampul dalam cairan RL 20 tetes/menit
d. Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV

CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari, Tanggal / Catatan Perkembangan
Jam
1. Rabu, 16 Desember S:
2015 Ibu mengatakan nyeri luka operasi
Dinas Pagi berkurang, pengeluaran darah pervaginam
berkurang, sudah bisa duduk
O:
- k/u : baik Kesadaran : CM
- Konjungtiva pucat
- Kontraksi uterus baik
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Lochea Rubra, tanda-tanda infeksi luka
post operasi (-), perdarahan aktif (-)
- TD :130/90 mmHg, N : 90 x/menit
R : 21 x/menit, T : 37oC DC : 700 ml
A:
PIVA0 post Sectio Caesarea atas indikasi
riwayat Sectio Caesarea 2kali dan Medis
Operatif Wanita (MOW) hari ke-1 dengan
anemia berat
P:
- Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
- Mengajarkan ibu teknik relaksasi
- Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
makan dan minum ibu
- Mengobservasi keadaan umum, tanda vital
dan jumlah pengeluaran darah pervaginam
- Memberikan terapi sesuai dengan advis
dokter, yaitu:
Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV
Drip Oksitosin 1 ampul
Drip Ketorolac 2x1 ampul
Rencana transfusi darah 2 kolf
2. Rabu, 17 Desember S:
2015 Ibu mengatakan nyeri luka operasi
Dinas Malam berkurang, pengeluaran darah pervaginam
sedikit, sudah bisa berjalan
O:
- k/u : baik Kesadaran : CM
- Konjungtiva kemerahan
- Kontraksi uterus baik
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Lochea Rubra, tanda-tanda infeksi luka
post operasi (-), perdarahan aktif (-)
- TD :140/100 mmHg, N : 88 x/menit
R : 24 x/menit, T : 36,9oC BAK :+
A:
PIVA0 post Sectio Caesarea atas indikasi
riwayat Sectio Caesarea 2kali dan Medis
Operatif Wanita (MOW) hari ke-2 dengan
anemia berat
P:
- Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
- Mengajarkan ibu teknik relaksasi
- Menganjurkan ibu makan/minum yang
bergizi
- Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan diri, daerah genetalia dan luka
bekas operasi
- Memotivasi ibu untuk tetap memberikan
ASI kepada bayi secara on demand
- Memberikan terapi sesuai dengan advis
dokter, yaitu:
IVFD RL 20 tpm
Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV
Drip Ketorolac 2x1 ampul
Injeksi Lasix 1x1 ml per IV
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 14 Desember 2015 ibu datang ke IGD RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin bersama dengan suaminya mengeluh perut mules dan ingin
melahirkan. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, kemudian
ibu diantar ke ruang bersalin. Dari hasil anamnesa ibu berumur 32 tahun, ini adalah
kehamilan keempat, ibu sudah pernah melahirkan melalui operasi sectio caesarea
sebanyak 2 kali. Ibu mengatakan ingin dilakukan sterilisasi atas dasar suka rela dan
diketahui oleh suami. Hal ini sesuai dengan teori menurut Decherney (2007) bahwa
indikasi dilakukannya sectio caesarea yaitu atas indikasi ibu dan bayi salah satunya
adalah riwayat sectio caesarea. Sehingga pada tanggal 15 Desember 2015, ibu
direncanakan untuk operasi sectio caesarea. Dan berdasarkan program rumah sakit
MOW dilakukan setelah operasi serta syarat MOW salah satunya adalah syarat suka
rela.
Setelah operasi ibu diantar ke ruang nifas untuk diobservasi dan menjalani
perawatan. Selama di ruang nifas ibu dilakukan observasi pemeriksaan dan pencatatan
tanda-tanda vital tiap 15 menit jam pertama, 30 menit 4 jam selanjutnya, diberikan terapi
sesuai dengan advis dokter yaitu pemberian cairan melalui intra vena, analgetik,
antibiotik, kateterisasi serta mobilisasi bertahap. Karena ibu mengalami penurunan kadar
haemoglobin maka ibu harus mendapatkan transfusi darah sesuai dengan advis dokter.
Setelah dirawat selama 2 hari, keadaan ibu mulai membaik, dihari ketiga hasil
pemeriksaan dokter mengatakan bahwa keadaan ibu sudah lebih baik dari hari kedua.
Ibu diizinkan pulang tetapi sebelumnya dilakukan perawatan luka operasi, ganti perban,
melepas infus dan kateterisasi. Sebelum ibu pulang, petugas kesehatan memberikan
konseling tentang perawatan luka operasi untuk tetap bersih dan kering, menjaga
personal hygene ibu dan bayi, cara merawat tali pusat bayi, diet tinggi protein seperti
mengkonsumsi tahu, tempe, ikan, susu dan sebagainya, serta menganjurkan ibu untuk
kontrol ulang di poli kebidanan RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada
tanggal 22 Desember 2015. Hal ini sesuai dengan teori menurut Bobak (2004), bahwa
perawatan post SC dilaksanakan berdasarkan perawatan medis dan keperawatan yaitu
observasi tanda-tanda vital pasca operasi, pemberian analgetik, antibiotik, kateterisasi,
mobilisasi dan transfusi darah bila terjadi perdarahan. Apabila keadaan ibu sudah
membaik dan tidak ada komplikasi lain maka ibu diperbolehkan pulang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Laporan kasus asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. H mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan sesuai
dengan teori yang ada bahwa Ny.H telah memiliki riwayat sectio caesarea dan kurang
dari 2 tahun sehingga untuk kehamilan yang sekarang ibu harus dilakukan sectio
caesarea kembali. Serta untuk mencegah ibu tidak hamil kembali dan sudah disetujui
oleh suami dengan suka rela ibu melakukan medis operatif wanita (MOW).
Penatalaksanaan selama post operasi yang dilakukan di ruang nifas sesuai dengan teori
yang ada, Penatalaksanaan perawatan medis dan keperawatan yaitu observasi tanda-
tanda vital pasca operasi, pemberian analgetik, antibiotik, kateterisasi, mobilisasi dan
transfusi darah bila terjadi perdarahan. Serta ibu tidak mengalami komplikasi sehingga
ibu diperbolehkan pulang.

B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu
pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan
khususnya pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan medis
operatif wanita (MOW)
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas
indikasi riwayat sectio caesarea dan medis operatif wanita (MOW)
4. Bagi Pasien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa
nifas post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan medis operatif wanita
(MOW)
DAFTAR PUSTAKA
Andon, H., Tabloid Nakita, No.493/Th. X13 September 2008
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BKKBN.2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling.
Jakarta
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity Nursing
(Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah. Jakarta: Egc
Depkes RI. 2010. Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2010. Jakarta: Departement
Kesehatan RI.
Dewi, Y. 2007. Operasi Caesar. Pengantar Dari A Sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihanna.
Hartanto Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Edmonds, Dk. 2007. Dewhursts Textbook Of Obstetrics And Gynaecology, Seventh Edition.
Blackwell Publishing.
Impey, Child, 2008. Disorderof Early Pregnancy. In: Obstetric And Gynaecology. 3rd Edit Ion.Uk
: Wiley-Blackwell
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Editor Sujono Riyadi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Maryunani,Anik.2012.Biologi reproduksi dalam kebidanan.Jakarta:Trans Info Media
Noviawati,Dyah setia arum dan Sujiyatini. 2009.Panduan Lengkap Pelayanan KB
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP
SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rahmawati, Suherni, Widyasih, Hesty &, Anita. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta :
Fitramaya.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta : Fitramaya
Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi Offset
Terkini. Mitra cendekia : Jogjakarta.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Editor Monica
Ester. Jakarta : Egc
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
SUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY.R DENGAN
PRE SC ATAS INDIKASI PEB

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

SUBJEKTIF (S)

A. IDENTITAS

Istri Suami
Nama : Ny. R Tn. B
Umur : 43 tahun 46 tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : IRT Tani
Alamat : RT 01/ 03 Mulya Asri No.719 Tulang Bawang

B. ANAMNESA

1. Keluhan Utama

Ibu datang melalui UGD tanggal 12 Desember 2009 pukul 21.00 WIB dengan keluhan kepalanya
pusing, bengkak pada kelopak mata, nyeri ulu hati, mual, penglihatannya kabur dan bengkak pada
kakinya sejak 1 minggu yang lalu. Ibu mengaku hamil 9 bulan.

2. Riwayat kehamilan ini

2.1 Riwayat menstruasi


Menarche : 11 tahun
Siklus : 28 hari/ teratur
Banyaknya : 2- 3 kali ganti pembalut dalam sehari
Sifat : cair
Dismenore : Tidak ada
HPHT : 10 Maret 2009
TP : 17 Desember 2009
Usia kehamilan : 39 minggu 4 hari

2.2 -ANC : Ya, sering

-Keluhan : Tidak ada


-Kenaikan BB : 10 kg
-Imunisasi TT : Ya, lengkap TT1 dan TT2

Pergerakan fetus dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 20 minggu pergerakan dirasakan 2-
3 kali sehari dalam 10 menit.

2.3 Keluhan yang dirasakan pada saat hamil


Rasa lelah : Ada
Muntah- muntah : Hanya di awal trimester 1
Nyeri perut : Tidak ada
Panas menggigil : Tidak ada
Sakit kepala berat terus menerus : Tidak ada
Penglihatan kabur : Tidak ada
Rasa nyeri/ panas terus menerus : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : Tidak ada

2.4 Pola makan/ Diet


Pola makan sehari- hari 3 kali sehari denagn porsi sedang, 1 piring nasi dengan sayur dan lauk
seperti tempe, tahu, telur dan lain- lain dan makan buah. Ibu minum air putih 7- 8 gelas/ hari Dan
minum susu 2X/ hari.
2.5 Pola Eliminasi
Sebelum hamil : BAK 3-4X/ hari, BAB 1X/ hari
Selama hamil : BAK 6-7X/ hari, BAB 2-3X/ hari
Ciri khas : BAK : Warna : kuning jernih
Bau : khas air seni
BAB : Warna : kuning
Konsistensi : lembek

2.6 Pola istirahat dan tidur


Ibu tidur 8 jam sehari, tidur siang 1 jam.

2.7 Riwayat Imunisasi


TT1 dan TT2 lengkap dilakukan di rimah bidan.

3. Riwayat Kehamialn, Persalinan dan Nifas yang lalu

No. Tahun Tempat Usia Jenis Penolong Anak PB BB Ket


partus partus Kehamilan Partus JK
1. 1987 BPS aterm Spontan Bidan L 49 3000 sehat
2. 1992 BPS aterm Spontan Bidan P 48 2800 sehat
3. 2000 BPS aterm Spontan Bidan L 49 3200 sehat
4. 2005 BPS aterm Spontan Bidan L 48 2900 sehat
5. Hamil
ini

4. Riwayat kesehatan

4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita


Ibu menyatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit yang parah.
4.2 Perilaku Kesehatan
Merokok/ makan sirih : tidak pernah
Penggunaan alcohol/ obat- obatan sejenis : tidak pernah
Obat/ oabatan/ jamu : tidak pernah
Pencucian vagina : tidak pernah

5. Riwayat Sosial

5.1 Apakah kehamilan ini direncanakan/ diinginkan : Ya


5.2 Status perkawinan sah, 1 kali menikah, lamanya 23 tahun
5.3 Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas ; tidak ada

6. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam silsilah keluargannya ataupun suaminya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil

2. Tanda- tanda vital

TD : 160/ 110 mmHg R : 22X/ menit


N : 86X/ menit S : 36,8 C
3. Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : Sebelum hamil : 60 kg
Saat hamil : 70 kg
Kenaikan berat badan sesuai usia kehamilan

4. Pemeriksaan fisik
a. Muka
Kelopak mata : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : An ikterik
Strabismus : Tidak ada
Cloasma : tidak ada
Oedem : Ada

b. Mulut dan gigi


Lidah : Bersih
Gigi dan geraham : Tidak ada caries

c. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran


d. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
e. Dada : Simetris kanan dan kiri
Jantung : Normal, terdengar bunyi lup dup dan teratur
Simetris : Ya
Rasa nyeri : tidak ada
Pengeluaran : Tidaka ada
Benjolan : Tidak ada
Areola : terdapat hyperpigmentasi
f. Punggung dan pinggang
Posisi : Lordosis
Nyeri ketuk pinggang : Tidak

g. Ekstremitas atas dan bawah


Oedema : Ada
Varices : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Reflek patella : kanan dan kiri (+)

h. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran : Ada, sesuai usia kehamilan
Konsistensi : Lunak
Pembesaran lien dan liver : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada

i. Anogenital
Perineum : Tidak ada luka
Vulva dan vagina : Warna : Lividae (kebiru-biruan)
Luka : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
Kelenjar bartholini : Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Rasa nyeri : Tidak ada
Anus : Tidak ada haemoroid

5. Pemeriksaan kebidanan
Abdomen
Ascites : Tidak ada
Pembesaran lympha : tidak ada
Tumor : Tidak ada

Uterus
old I : TFU 3 jari di bawah px, pada fundus teraba satu bagian besar, lunak dan tidak melenting
(bokong).
old II : Pada perut kiri ibu teraba satu bagian keras, besar, datar, rata, dan
memanjang dari atas ke bawah (punggung). Pada bagian kanan perut ibu terababagian- bagian
kecil janin.
old III : Pada bagian bawah perut ibu teraba satu bagian yang bulat dan
melenting (kepala)
old IV : Divergent

Auskultasi
DJJ (+), terdengar di 3 jari di bawah pusat sebelah kiri perut ibu, frekuensi 132X/ menit.
TBJ (Rumus Niswander) =(1,2xTFU-7,7)x100150gr
(1,2x34-7,7)x100150gr
3160-3460 gr

Pemeriksaan Dalam atas indikasi apakah pasien sudah in partu atau belum
Dinding vagina : Tidak sistokel, rektokel
Portio : Tebal
Arah : Searah jalan lahir
Konsistensi : lunak
Pendataran :-
Pembukaan :-
Presentasi : Kepala
Penunjuk : Belum jelas
Posisi : Belum jelas
Penurunan :-

6. Pemeriksaan Laboratorium
- HB : 10,7 gr %
- Golongan darah :B
- Urine : Protein : +2
Glukosa :-

ASSESMENT
Diagnosa
Ibu : Ibu G5P4A0 hamil 39 minggu 4 hari belum inpartu dengan PEB
Janin : Janin tuinggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala.

Masalah :
Ibu mengeluh kepalanya pusing, bengkak pada kelopak mata, nyeri ulu hati, mual,
penglihatannya kabur dan bengkak pada kakinya

Kebutuhan :
Penjelasan tentang kaedaan ibu dan janinnya
Penanganan PEB

PLANNING

1. Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan(diputuskan untuk melakukan tindakan


operasi sectio caesarea)

Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan telah dilakukan

2. Memberikan penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayinya serta
akan dilakukan tindakan operasi

Keluarga mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan setuju akan dilakukan tindakan operasi
3. Melakukan informed consent dengan suami / keluarga terdekat sebagai perlindungan
hukum untuk Rumah Sakit.

Keluarga mengerti dan telah menandatangani surat persetujuan dengan dokter.

4. Memasang infuse RL untuk menghindari dehidrasi pada ibu.

Infus telah terpasang dengan tetesan 30 tetes/ menit.


Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan Nifedipine 3x10 mg untuk antihipertensi
MgSO4 4 gr/IM setelah 6 jam diberikan 4 gram dalam cairan RL 500 mg 30 tetes per menit
sebagai anti kejang dan kedacilin 1 amp melalui IV untuk pencegahan terjadinya infeksi.
Telah diberikan Nifedipine 3x10 mg untuk antihipertensi, MgSO4 4 gr/IM untuk anti kejang dan
kedacilin 1 ampul/IV untuk pencegahan terjadinya infeksi.

5. Memasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih ibu.

Kateter telah terpasang dan kandung kemih ibu telah kosong.

6. Mengobservasi TTV, refleks, keadaan umum ibu dan DJJ

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda- tanda vital
TD : 160/ 110 mmHg R : 22X/ menit
N : 86X/ menit S : 36,8 C
Reflek patella : kanan dan kiri (+)
DJJ 132x/menit

7. Pasien dipuasakan 6 jam sebelum melakukan operasi untuk mencegah terjadinya muntah
akibat efek dari anestesi.

Pasien sedang puasa sejak pukul 03.00 WIB


PRE-OPERASI
Tanggal : 14 Desember 2009
Pukul : 10.00 Wib

SUBJEKTIF (S)
Ibu mengatakan masih merasa cemas dengan keadaan diri dan bayinnya.

OBJEKTIF (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD : 168/ 112 mmHg R : 24 X/ menit
N : 90 X/ menit T : 36,10 C
Hasil pemeriksaan dalam

Dinding vagina : Tidak ada sistokel dan rektokel


Portio : Tebal
Arah : Searah jalan lahir
Konsistensi : lunak
Pendataran :-
Pembukaan :-
Presentasi : Kepala
Penunjuk : Belum jelas
Posisi : Belum jelas
Penurunan :-

ASSESMENT (A)
Diagnosa :
Ibu G5P4Ao hamil 39 minggu 4 hari belum inpartu dengan PEB
Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala
Masalah : Ibu merasa cemas dengan tindakan yang akan dilakukan
Kebutuhan : - Rasa nyaman
- Nutrisi untuk menghindari terjadinya dehidrasi

PLANNING (P)

1. Memberikan penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayinya serta
tindakan operasi yang akan dilakukan.

Keluarga dan ibu mengerti dan menyerahkan semuanya kepada dokter.

2. Memberikan O2 pada ibu 2 Liter/menit ( Ibu diberikan penjelasan tujuan dan gunanya).

O2 telah terpasang

3. Menganjurkan pasien miring ke kiri

Pasien dalam posisi miring ke kiri

4. Menyiapkan pasien pre SC yaitu dengan melakukan klisma pada ibu untuk mengosongkan
rectum sehingga operasi akan lebih lancar dan memastikan bahwa pasien tidak memakai
gigi palsu dan perhiasan.

Pasien telah di persiapkan

5. Memberitahu ahli anestesi dan ahli perinatologi bahwa akan dilakukan opersai sehingga
dapat segera mempersiapkan hal- hal yang dibutuhkan untuk tindakan selanjutnya.

Ahli anestesi telah hadir dan melakukan anestesi spinal kepada pasien, ahli perinatologi telah hadir
di ruang OKA dan telah mempersiapkan hal- hal yang dibutuhkan.

6. Memberikan suntikan profilaktik antibiotic cefotaxime 1 gr IV yang sebelumnya dilakukan


skin test untuk memastikan tidak terjadi alergi.

Antibiotik telah di suntikkan pada pasien

7. Mengantarkan ibu ke ruang OK


Ibu telah diantar ke ruang OK

8. Serah terima pasien kepada petugas di ruang OK

Ibu telah diserahkan dan diterima petugas di ruang OK

Anda mungkin juga menyukai