Anda di halaman 1dari 5

LO.1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi pada Upper Respiratory

1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Saluran Napas Atas

1. HIDUNG

Vestibulum : Pada permukaan dalam nares, terdapat Kelenjar sebasea, kelenjar


keringat dan rambut tebal pendek / vibrissa

Fosa Nasal

i. Konka media dan konka inferior ditutupi oleh epitel respirasi

ii. Konka superior epitel olfaktorius (bertingkat silindris)

iii. Epitel olfaktorius disusun oleh :

1. sel penyokong

2. sel basal

3. sel olfaktorius

iv. Di dalam lamina propria konka terdapat pleksus venosa besar yang dikenal sebagai
badan pengembang (Suell Bodies). Reaksi alergi dan inflamasi dapat menyebabkan
pengembangan badan-badan pengembang secara abnormal dalam kedua fosa dan berakibat
sangat menghambat aliran udara.

2. SINUS PARANASALIS

Sinus paranasal adalah rongga buntu dalam tulang frontal, maksila, ethmoid dan
sphenoid

Mereka dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet
(sedikit)

Mukus yang dihasilkan mengalir ke dalam saluran nasal sebagai akibat aktivitas sel2
epitel bersilia.

Sinusitis adalah proses radang dari sinus dalam waktu lama terutama pada sumbatan
lubang keluarnya. Sinusitis menahun /kronik adalah komponen sindrom silia imotil yang
ditandai oleh gangguan kerja dari silia.

3. NASOFARING

Dilapisi oleh epitel jenis respirasi (bagian yang kontak dengan palatum mole)

4. LARING

Tulang rawan pada laring tersebut diikat oleh ligamen, kebanyakan berartikulasi oleh
otot intrinsik laring, yang merupakan otot rangka.
Tulang-tulang rawan tsbt berfungsi :

1. Sebagai penyokong (menjaga agar jalan nafas tetap terbuka)

2. Sebagai katup (untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan memasuki trakea

3. Sebagai alat penghasil nada untuk fonasi

5. EPIGLOTIS

Menjulur keluar dari tepian laring, meluas ke dalam faring

Memiliki permukaan lingual dan laringeal

Seluruh permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng, mendekati basis
epiglotis pada sisi laringeal, epitel ini mengalami peralihan menjadi epitel bertingkat silindris
bersilia

Pasangan atas membentuk pita suara palsu ( plika vestibularis) yang ditutupi oleh
epitel respirasi biasa dan dibawahnya terdapat banyak kelenjar serosa di L. Propria.
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis
Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.
Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rinitis alergi yang khas
ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang
encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai
dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat
merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien. Perlu
ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi
faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis
alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Rinitis alergi dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih
5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung
tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif .

2. Pemeriksaan Fisik
Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shinner, yaitu bayangan
gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Selain itu,
dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian
sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering digosok-gosok oleh punggung
tangan (allergic salute). Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah,
berwarna pucat atau livid dengan konka edema dan sekret yang encer dan banyak. Perlu juga
dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung
tersumbat. Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau penyakit yang
berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. In vitro
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan
IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai normal, kecuali
bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi
juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio
Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test).
Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna
sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan
kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan,
sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.
b. In vivo
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET). SET dilakukan untuk
alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat
kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis
inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Untuk alergi makanan, uji kulit seperti tersebut
diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan
provokasi (Challenge Test). Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu
lima hari. Karena itu pada Challenge Test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien
setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis
makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang
dengan meniadakan suatu jenis makanan.
Pemeriksaan penunjang diagnosis dipertimbangkan sesuai dengan fasilitas yang ada
1. Uji kulit cukit (Skin Prick Test).
Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi.Pemeriksaan ini
dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak-anak.Tes ini mempunyai sensitifitas
dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik.Akan lebih ideal jika bisa
dilakukan Intradermal Test atau Skin End Point Titration Test bila fasilitas tersedia.
2. IgE serum total.
Kadar meningkat hanya didapati pada 60% penderita rinitis alergi dan 75% penderita
asma.Kadar IgE normal tidak menyingkirkan rinitis alergi.Kadar dapat meningkat pada
infeksi parasit, penyakit kulit dan menurun pada imunodefisiensi.Pemeriksaan ini masih
dipakai sebagai pemeriksaan penyaring tetapi tidak untuk diagnostik.
3. IgE serum spesifik.
Pemeriksaan ini dilakukan apabila pemeriksaan penunjang diagnosis rinitis alergi seperti tes
kulit cukit selalu menghasilkan hasil negatif tapi dengan gejala klinis yang positif. Sejak
ditemukan teknik RAST (Radioallergosorbent test) pada tahun 1967, teknik pemeriksaan IgE
serum spesifik disempurnakan dan komputerisasi sehingga pemeriksaan menjadi lebih efektif
dan sensitif tanpa kehilangan spesifisitasnya, seperti Phadebas RAST, Modified RAST,
Pharmacia CAP system dan lain-lain. Waktu pemeriksaan lebih singkat dari 2-3 hari menjadi
kurang dari 3 jam saja.
4. Pemeriksaan sitologis atau histologis, bila diperlukan untuk menindaklanjuti respon
terhadap terapi atau melihat perubahan morfologik dari mukosa hidung.
5. Tes provokasi hidung (Nasal Challenge Test).
Dilakukan bila ada keraguan dan kesulitan dalam mendiagnosis rinitis alergi, dimana
riwayat rinitis alergi positif, tetapi hasil tes alergi selalu negatif.
6. Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRi.
Diagnosis Banding
1. Rhinitis Vasomotor
suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanyainfeksi, alergi, eosinofilia, perubahan
hormonal dan pajanan obat.
2. Rhinitis Medikamentosa
suatu kelainan hidung berupa gangguan responnormal vasomotor yang diakibatkan oleh
pemakaian vasokonstriktor topikaldalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan
sumbatan hidungyang menetap.
3. Rhinitis Simpleks
penyakit yang diakibatkan oleh virus. Biasanya adalah rhinovirus. Sangat menular dan gejala
dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh.
4. Rhinitis Hipertrofi
hipertrofi chonca karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh bakteri primer atau
sekunder.
5. Rhinitis Atrofi
infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang chonca.
Tambahan untuk Manifestasi Klinis

Pada anak-anak, akan ditemukan tanda yang khas seperti:


1. Allergic salute: adalah gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karenagatal.
2. Allergic crease: adalah alur yang melintang di sepertiga bawah dorsum nasiakibat sering
menggosok hidung
3. Allergic shiner: adalah bayangan gelap di bawahmata yang terjadi akibat stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung.
4. "Bunny rabbit" sound: adalah suara yang dihasilkan karena lidah menggosok palatum
yang gatal dangerakannya seperti kelinci mengunyah.

Anda mungkin juga menyukai