Pembangunan manusia tidak dapat dipisahkan dari Pemerintahan yang baik UNDP
mendefinisikan manusia sebagai pro-rakyat, pro-lapangan pekerjaan, dan pro-kehidupan.
Hal ini memberikan prioritas terbesar kepada pengurangan kemiskinan, ketenagakerjaan
produktif, integrasi sosial, dan regenerasi lingkungan. Pembangunan manusia tidak hanya
menciptakan pertumbungan ekonomi, namun juga memberikan manfaatnya dengan merata,
menciptakan kembali lingkungan dari pada merusaknya, dan memberikan kekuatan kepada
dari pada membatasi mereka.
Pertanyaan primer dari riset tersebut adalah : Dalam kondisi apa, mengacu kepada
aspek apa dan melalui mekanisme, proses atau prosedur apa desentralisasi sukses
berkontribusi terhadap elemen-elemet kunci pemerintahan yang baik dan pencapaian tujuan
pembangunan manusia yang berkesinambungan, terutama pemberantasan kemiskinan,
kesetaraan gender, dan perbaikan lingkungan?
Penelitian difokuskan kepada kasus lokal dengan tingkat keberhasilan yang relatif di
tiap negara. Kinerja yang bagus ditujukan kepada instansi-instansi dimana aktifitas
desentralisasi memiliki :
Kualitas pemberian pelayanan oleh pemerintah lokal yang meningkat (dalam hal
kuantitas, kualitas, atau pendanaan),
Sementara tidak ada satupun dari semua jenis keberhasilan menjamin penghapusan
kemiskinan jangka panjang dan tujuan-tujuan lebih luas dari pembangunan manusia yang
berkesinambungan, semuanya dapat mulai menggerakan sistem ke arah yang tepat dan
membangun kemungkinan bahwa tujuan untuk jangka lebih panjang lambat laun akan
dicapai. Penting untuk mengingat bahwa konteks berkembangnya aneka keberhasilan
desentralisasi cukup berbeda. Pertama, sistem membedakan jumlah tingkatan pemerintah
yang ada dan keterkaitan diantaranya yang dimandatkan secara konstitusional dan legislatif.
Kedua, kekuasaan-kekuasaan lokal membedakan tingkatan desentralisasi politik mereka
dan legitimasi masyarakat biasa. Ketiga, kekuasaan-kekuasaan lokal membedakan
tingkatan otonomi dalam pertukaran pembuatan keputusan yang meningkat. Keempat,
sistem kekuasaan lokal membedakan tingkatan jenis kapasitas fiskal berbanding kewajiban
layanan. Kelima, pengalaman desentralisasi yang paling dipelajari oleh negara-negara
adalah yang terbaru.
Menyediakan langkah inisiatif dari berbagai level berbeda untuk memulai proses
reformasi dan menggerakannya, dan
Legalitas, yang merupakan dasar konstitusional adalah hal yang vital sebagai
kerangka kerja devolusi kekuatan politik, kekuatan fiskal, kekuasaan administratif, dan
kontrol mobilisasi sosial masyarakat dan pemegang kebijakan untuk berpartisipasi dalam
proses pemerintahan. Hal ini dikonfirmasi oleh riset di Filipina yang menemukan bahwa
Kode Pemerintah Lokal memberi kesempatan para aparat lokal untuk memimpin akselerasi
proses partisipasi dan aktifitas program, sebagaimana kasus di Brazil, Honduras, Polandia,
dan Afrika Selatan.
Memberikan kerangka kerja untuk alokasi dan produksi sumber daya fiskal yang
memberikan manfaat secara merata terhadap seluruh segmen masyarakat.
Kerangka kerja ini harus sesuai dengan sumber daya fiskal untuk kekuasaan dan
wewenang yang diuji.
Namun, kerangka-kerangka kerja seperti itu, walaupun penting, namun tidak dinilai
cukup. Contoh, peran penting yang dimainkan pemimpin lokal digambarkan dalam kasus di
Brazil. Rencana desentralisasi multi-nasional yang dihadirkan dalam reformasi konstitusional
dan legal dimulai dari tingkat pusat; namun, sikap proaktif untuk pemerintah lokal Horizante
Belo menjadikannya sebuah keberhasilan yang hebat dalam implementasi desentralisasi
pelayanan kesehatan dasar melalui Sistem Kesehatan Terpadu Brazil. Melalui advokasi
untuk dan dukungan partisipasi masyarakat, bekerja sama dengan berbagai mitra termasuk
masyarakat sipil dan sektor pribadi dan meningkatkan kapasitas masing-masing untuk
mengembangkan rencana masing-masing. Sambil menyatukan mereka ke dengan tujuan
nasional, Belo Horizonte mengembangkan akses jaminan kesehatan dasar dan berhasil
mengamankan lonjakan sumber daya sistem kesehatan dan pengguna. Sementara itu,
pihak legislatif berperan dalam kepemimpinan proaktif pada tingkat lokal.
Sebaliknya, kasus negara Polandia fokus pada kegiatan yang dilaksanakan oleh
warga kota untuk mempromosikan perkembangan ekonomi seperti menyelesaikan
hambatan administratif untuk membantu pengusaha lokal di Bilgoraj, provisi infrastruktur
untuk membantu kunjungan wisatawan dan perindustrian di Ilawa, dan formulasi rancangan
spatial untuk mendatangkan investor ke Tarnovo.
Partisipasi