LANDASAN TEORI
6
berarti "doing more and more with less and less", artinya memproduksi semakin
banyak dalam waktu yang semakin singkat, dengan modal lebih sedikit. Dengan
ruang produksi yang lebih kecil, jumlah mesin, tenaga kerja dan material yang lebih
sedikit.
Lean Production adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi
dan mengeliminasi pemborosan, yaitu kegiatan yang tidak memberi nilai tambah
melalui aktifitas peningkatan terus-menerus serta mengoptimalkan value stream.
Penerapan Lean Production akan menciptakan proses produksi yang mengalir yang
ditarik dan dikendalikan sesuai dengan derap permintaan pelanggan. Penerapan
Lean Production juga ditujukan untuk mengeliminasi inventori yang belum
diperlukan (berlebih).
Dalam menganalisa proses lean terdapat beberapa tools/ alat yang bisa
digunaka, diantarannya adalah sebagai berikut.
a. Process Mapping
b. Value Stream Mapping
c. Pareto Analysis
d. 5S (Workplace Organization)
e. Fish bone analysis
f. Poke Yoke (error proofing)
Tools/ alat diatas tentunya tidak harus dipakai semua, melainkan harus
dipilih secara tepat sesuai dengan penyesuaian kondisi yang dibutuhkan dalam
analisa lean. Tiap teknik bisa dipakai untuk bermacam macam level dan pada
macam macam tahapan.
7
proses kerja, bukan melakukan pemetaan proses produk. Hal ini berbeda dengan
pendekatan Lean.
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas
sepanjang proses value stream itu.
4. Mengorganisasikan agar material, informasi, dan produk itu mengalir secara
lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull
system).
5. Mencari terus-menerus berbagai teknik dan alat-alat peningkatan (improvement
tools and techniques) untuk mencapai keunggulan (excellence) dan peningkatan
terus-menerus (continuous improvement)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang
berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah Jadi)
tetapi tidak ada order / pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan adanya
Overproduction (kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup Mesin yang lama,
Kualitas yang rendah, atau pemikiran Just in case ada yang memerlukannya.
8
c. Waste Over Processing (Proses yang berlebihan)
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang
diproduksi maupun customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini
merupakan pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya : proses inspeksi
yang berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati banyak orang, proses
pembersihan. Semua Customer menginginkan produk yang berkualitas, tetapi yang
terpenting adalah bukan proses Inspeksi berulang kali yang diperlukan tetapi
bagaimana menjamin Kualitas Produk pada saat pembuatannya. Yang harus kita
lakukan adalah Carikan Root Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan
ambilkan tindakan (countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya
kerusakkan (defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan biaya
tambahan yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam
perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
9
g. Waste Of Transportation (Transportasi)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi
yang buruk, peng-organisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga
memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contohnya Letak Gudang yang jauh dari Produksi.
10
digunakan untuk menggambarkan suatu sistem secara keseluruhan beserta aliran
nilai (value stream) yang terdapat dalam perusahaan.
11
produksi tersebut dimulai dari adanya permintaan produk, perencanaan produksi
dan pemesanan bahan baku.
Selain itu perusahaan perlu mengadakan evaluasi proses produksi yang
terjadi di dalam perusahaan secara berkesinambungan. Atas latar belakang itulah
perusahaan memandang perlunya memperbaiki performansi perusahaan dengan
cara meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja secara optimal. Permasalahan
yang dihadapi perusahaan saat ini adalah terjadinya in-efisiensi pada proses
produksi yang disebabkan oleh banyaknya aktivitas non value added atau sering
disebut dengan pemborosan (waste) yang dapat merugikan perusahaan, seperti
jumlah cacat proses yang masih tinggi.
Value Stream Mapping adalah suatu metoda yang digunakan untuk
memetakan alur produksi dan alur informasi untuk memproduksikan suatu produk.
Semua aktivitas, semua informasi di petakan dalam sebuah gambar yang sederhana
tetapi sangat informatif , mulai dari supplier, input, proses, output dan customer,
dimana ini adalah salah satu alat strategic level untuk penerapan Lean dalam
perusahaan.
Value Stream Mapping selain digunakan untuk mengidentifikasi
pemborosan, juga digunakan untuk menyusun action plan untuk mengintegrasikan
teknik-teknik Lean dalam mewujudkan Lean Manufacturing. Value Stream
Mapping juga digunakan untuk membangun sense of urgency diantara anggota
organisasi mengenai pentingnya implementasi Lean serta merupakan alat
komunikasi untuk memperlancar implementasi Lean Manufacturing.
Terdapat 7 macam detailed mapping tools yang paling umum digunakan
(Hines and Rich, 1997), yaitu:
1. Process Activity Mapping (PAM)
Tool ini dipergunakan untuk mengidentifikasi lead time dan produktivitas
baik aliran produk fisik maupun aliran informasi, tidak hanya dalam ruang lingkup
perusahaan maupun juga pada area lain dalam supply chain. Konsep dasar dari tools
ini adalah memetakan setiap tahap aktivitas yang terjadi mulai dari operasi,
transportasi, inspeksi, delay, dan storage, kemudian mengelompokkannya ke dalam
tipe-tipe aktivitas yang ada mulai dari value adding activities (VA), necessary but
non-value adding activities (NNVA), dan non-value adding activities (NVA).
12
Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk membantu memahami aliran proses,
mengidentifikasikan adanya pemborosan, mengidentifikasikan apakah suatu
proses dapat diatur kembali menjadi lebih efisien, mengidentifikasikan perbaikan
aliran penambahan nilai.
Ada lima tahap pendekatan dalam process activity mapping secara umum :
1. Memahami aliran proses
2. Mengidentifikasi pemborosan
3. Mempertimbangkan apakah proses dapat disusun ulang pada rangkaian
yang lebih efisien
4. Mempertimbangkan aliran yang lebih baik, melibatkan aliran layout dan
rute transportasi yang berbeda
5. Mempertimbangkan apakah segala sesuatu yang telah dilakukan pada tiap
stage benar-benar perlu dan apa yang akan terjadi jika hal-hal yang
berlebihan tersebut dihilangkan.
13
4. Quality Filter Mapping (QFM)
Merupakan tool yang digunakan untuk mengidentifikasi letak permasalahan
cacat kualitas pada rantai suplai yang ada. Tools ini mampu menggambarkan 3 tipe
cacat pada kualitas, yakni product defect (cacat fisik produk) yang lolos ke
customer karena tidak berhasil diseleksi pada saat proses inspeksi, scrap defect
(cacat masih berada dalam internal perusahaan, sehingga berhasil diseleksi dalam
tahap inspeksi), dan service defect (permasalahan yang dirasakan customer
berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan).
14
Pada tabel 2.1 berikut ditunjukkan korelasi dan kegunaan dari tiap value
stream mapping tools terhadap tiap jenis waste.
Tabel 2.1 Valsat (Hilnes & Taylor, 2000)
Demand
Process Activity Supplay Chain Production Quality Filter Decision Point Physical
Waste/ Structure Amplification
Mapping Response Matrix Variety Funnel Mapping Analysis Structure
Mapping
Over Production L M L M M
Waiting H H L M M
Transportation H L
Inappropriate
Processing H M L L
Unecesary
Inventory M H M H M L
Unecesary
Inventory H L
Defect L H
Overall Structure L L M L H M H
Value Stream Analysis Tool (Hines & Taylor , 2000)
Catatan :
H ( High correlation and usefullness)
M ( Medium correlation and usefullness)
L ( Low correlation and usefullness)
Sektor pertanian dan perkebunan sampai saat ini merupakan masih sebagai
tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah dan
devisa maupun sebagai sumber penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian
besar penduduknya. Industri perkebunan kelapa sawit sekarang mulai menjadi
alternatif bagi berbagai pengusaha, mengingat bisnis kelapa sawit menjanjikan
untung yang besar, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bisnis kelapa sawit mengikuti harga dunia, yakni Dollar Amerika. Seperti
yang kita tahu, nilai dollar semakin lama semakin menguat terhadap rupiah.
Hal ini merupakan suatu keuntungan sendiri karena standard perniagaan
Anda adalah dalam kurs mata uang Dollar Amerika.
2. Hasil kelapa sawit dilimpahkan pada penadah di luar negeri, yang secara
tidak langsung menjadi eksportir. Untuk mengolah kelapa sawit menjadi
produk lainnya dibutuhkan teknisi dan mesin canggih dan negara Indonesia
belum mampu mengolah semua hasil produksi kelapa sawit.
3. Bisnis hulu maupun hilir dapat dilakukan. Bisnis hulu tentu saja menjadikan
kelapa sawit sebagai produk utamanya. Namun sebagai pelaku bisnis hilir,
15
Anda dapat memproses kelapa sawit yang sudah diproses menjadi barang
jadi seperti minyak, mentega, dan sebagainya.
FFB (fresh fruit bunch) merupakan tandan buah segar hasil dari
pemeliharaan tanaman kelapa sawit setelah 4 tahun dan merupakan raw materials/
bahan baku dari produk CPO (crude palm oil). Kualitas CPO sangat dipengaruhi
oleh kualitas tandan buah segarnya, yang mana CPO dengan kualitas yang baik
adalah hasil olah dari FFB yang tidak mentah dan tidak lewat matang, akan tetapi
ketika buah benar-benar matang.
16
Gambar 2.1 Grafik Perkembangan dan Proyeksi Produksi CPO Indonesia (2004,
Susila, W. R.)
Volume produksi CPO tersebut dihasilkan dari kurang lebih 205 pabrik
kelapa sawit yang sebagian besar berlokasi di Sumatera (177 pabrik), dan lainnya
di Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Sebagai ilustrasi, produksi TBS Indonesia pada
tahun 2004 diperkirakan sebesar 53.762 juta ton TBS. Produksi ini akan terus
meningkat dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 64.000 juta ton TBS.
17
Karena saling ketergantungan ini, maka setiap stasiun harus beroperasi
dengan maksimal sesuai dengan ketentuan dan kapasitas yang terpasang. Bila hal
ini tidak dapat terlaksana dengan baik, maka hal ini sangat berpengaruh terhadap
jam kerja pabrik dan akan mengakibatkan tidak tercapainya kapasitas olah pabrik
(Throughput ), dan kehilangan produksi ( Losses ) menjadi meningkat.
18
TBS
100%
Tandan Buah Rebus Air Kondesat
(88 - 92%) (8 - 12%)
Tandan Kosong Buah Terpipil
(20 - 23%) (55 - 65%)
Mesokarp Biji
(43 - 53%) (12 - 16%)
Minyak Kernel
(20 - 23%) (5 - 7%)
Air Cangkang
(13 - 23%) (7 - 9%)
Serat
(10 - 12%)
2.5.3 Sterilizer
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi kemudian
diangkut menggunakan lori menuju tempat perebusan (Sterilizer). Dalam tahap ini
terdapat tiga cara perebusan TBS yaitu Sistem satu puncak (Single Peak), Sistem
dua puncak (double Peak) dan Sistem tiga puncak (Triple Peak). Sistem satu
19
puncak (Single Peak) adalah sistem perebusan yang mempunyai satu puncak akibat
tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola
perebusan selama proses peerebusan satu siklus. Sistem dua puncak adalah jumlah
puncak yang terbentuk selama proses perebusan berjumlah dua puncak akibat
tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian dilanjutkan dengan
pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selama perebusan satu siklus.
Sedangkan sistem tiga puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama
perebusan berjumlah tiga sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan
uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama
proses perebusan satu siklus. Perebusan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak
tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan
sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 3,0
Kg/cm2.(Polnep,2003).
2.5.4 Threshing
Tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan buah dari
tandan. Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut dengan dua cara yaitu
pertama, dengan menggunakan Hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher
melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Cara yang kedua
adalah dengan menggunakan Happering yang kemudian diangkut dengan elevator
(Auto Fedder). Pada proses ini tandan buah segar yang telah direbus kemudian
dirontokkan atau dipisahkan dari janjangnya. Pemipilan dilakukan dengan
membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah
yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan ditampung oleh Fruit elevator dan
dibawa dengan Distributing Conveyor untuk didistribusikan keunit-unit Digester.
20
2.5.5 Digester
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah
terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di
dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada
pros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan
diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3
kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/ pelumatan berlangsung
selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian
dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
2.5.7 Klarifikasi
Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki Klarifikasi (Clarifier
Tank). prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah
melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga
campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua
jenis bahan yaitu Crude oil dan Slude . Minyak kasar yang dihasilkan kemudian
ditampung sementara kedalam Oil Tank. Di dalam oil tank juga terjadi pemanasan
(75-80C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
21
2.6. Proses Penjualan CPO
Penjualan produk CPO yang dilakukan oleh PT. X yaitu dengan sistem
kontrak penjualan bersama induk perusahaan, yaitu tidak menjual langsung ke
pembeli/ customer yang akan mengolah menjadi barang yang siap pakai oleh
konsumen secara luas untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, seperti minyak
goreng, kosmetik dan bahan bakar biodiesel, namul PT. X menjual produk CPOnya
langsung kepada perusahaan induk dengan standard dan ketentuan yang telah
ditentukan dalam kontrak penjualan, yang kemudian dari pihak induk perusahaan
baru akan menjual kepada customer.
22
6