Anda di halaman 1dari 28

ASKEP ANEMIA

Februari 7, 2011 33 Komentar

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Konsep Medis
1. 1. Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume
packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

1. 2. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi,
vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan
genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990

1. 3. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan
atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit
akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,
maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya
otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

1. 4. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan
kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia
dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.
Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia
bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
1. 5. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.
Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang
lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

1. 6. Pemeriksaan penunjang

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.


Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH
(hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan
(AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah :
atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia
tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut /
kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan
bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).

1. 7. Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.

1) Transpalasi sel darah merah.

2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1) Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :

Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

1. 1. Pengkajian

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja.
Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun,
postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia :
abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi.

4) Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah
segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri
mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan
berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering,
pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan
dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap
pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

1. 2. Diagnosa Keperawatan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
3. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
5. Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan
1. 3. Intervensi/Implementasi keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.

Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan
kebutuhan intervensi.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan
kompensasi curah jantung.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

*Kolaborasi

awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai
indikasi.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

2) Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam
rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/risiko cedera.

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.


Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.

Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung
dan paru.

Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan,
anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa
kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat
berisiko akibat flora normal kulit.

Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.

Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah
pneumonia.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah
stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal

Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.

Amati eritema/cairan luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.

*Kolaborasi

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.

Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.

Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik.

Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses
infeksi local.

4) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Kecemasan berkurang

Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur

*Mandiri

Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-masan sehingga memudahkan
mengantisipasi rasa cemasnya.

Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

Rasional :Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya berkurang.


Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses penyakitnya.

Beri dorongan spiritual

Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-watan tetapi yang menentukan adalah
Tuhan.

1. 4. EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

1. PENGKAJIAN

Ruangan : Mawar

Tanggal pengkajian : 11 Januari 2011

1. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Tn. A

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Laki Laki

Agama : Islam

Status kawin : Kawin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku bangsa : Tolaki

Alamat : Jalan Saranani

Tgl. MRS : 06 Januari 2011

Dx. Medis : Anemia.

1. Sumber info :

Penanggung Jawab

Nama : Riati

Umur : 45 Tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jalan Saranani

Hubungan dengan klien : Istri

1. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang

1.) Keluhan utama : lemah

2.) Riwayat keluhan utama : lemah dan sakit kepala, pusing, berkeringat.

3.) Sifat keluhan : hilang timbul.

4.) Keluhan bertambah bila beraktifitas.


5.) Riwayat penyebab sebelum masuk rumah sakit :

Sebelum masuk rumah sakit klien merasakan sakit kepala, lemah, pusing, sesak nafas dan panas,

1. Riwayat kesehatan masa lalu

1.) Klien tidak ada riwayat allergi dan obat-obatan

2.) Klien suka minum kopi.

3.) Klien suka merokok

1. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi.

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

Jumlah penghuni keluarga 5 orang.

Generasi 1: Meninggal tidak diketahui penyebabnya.

Generasi 2: Klien mengalami anemia

Generasi 3: anak anak klien tidak mengalami anemia

Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien

1. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum baik
2. Kesadaran komposmentis
3. Tanda tanda vital :
Pernafasan : 28 x/menit

1. Kepala

Inspeksi :

Keadaan rambut dan hygiene kepala

Warna rambut hitam

Tidak mudah rontok

Kebersihan rambut bersih.

Palpasi :

Tidak teraba adanya massa yang abnormal

Tidak ada nyeri tekan.

1. Muka

Inspeksi :

Muka simetris kiri dan kanan

Bentuk wajah lonjong

Ekspresi wajah murung.

Palpasi :

Tidak teraba adanya massa abnormal

Tidak ada nyeri tekan.

1. Mata

Inspeksi :

Palpebra : Tidak ada oedema dan tanda-tanda radang

Sklera : Tidak ada icterus

Konjungtiva pucat

Pupil : Ada refleks bila ada cahaya.


1. Hidung

Inspeksi :

Bentuk hidung simetris kiri dan kanan

Tidak ada sekret pada hidung

Tidak ada sumbatan pada hidung.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan pada hidung.

1. Telinga

Inspeksi :

Posisi telinga simetris kiri dan kanan

Tidak ada serumen pada telinga

Tidak memakai alat bantu pendengaran

1. Mulut

Inspeksi :

Keadaan gigi bersih

Tidak memakai gigi palsu

Tidak ada tanda radang pada gusi.

Lidah bersih

Bibir pucat

Kemampuan bicara kurang baik.

1. Tenggorokan

Inspeksi :

Warna membran mukosa pucat

Tidak ada nyeri menelan

Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan.


1. Leher

Inspeksi :

Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid

Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe

Tidak tampak adanya bendungan vena jugularis

1. Thoraks

Inspeksi :

Bentuk dada simetris kiri dan kanan

Pengembangan dada simetris

Frekwensi pernafasan 28 x/menit

1. Jantung

Inspeksi :

Ictus cordis tidak tampak pada ICS V kiri.

1. Abdomen

Inspeksi :

Permukaan perut tidak datar

Gerakan abdomen mengikuti gerak nafas

Luka tidak ada.

1. Pola Kegiatan Sehari-hari


1. Nutrisi

1.) Kebiasaan

Pola makan : Nasi, sayur, lauk

Frekuensi makan/hari 3 kali

Nafsu makan baik.

Makanan pantang tidak ada


Minum 8 gelas/hari

2.) Perubahan selama sakit

Nafsu makan : menurun

Porsi makan tidak dihabiskan

Minum : menurun menjadi 5-6 gelas/hari

1. Eliminasi

1.) BAB

Kebiasaan :

Frekuensi : 1 2 kali/hari

Warna kuning

Konsistensi keras

Perubahan selama sakit :

Selama di rumah sakit bab 1 kali dalam 3 hari.

2.) BAK

Kebiasaan :

Frekuensi : 3 4 kali sehari

Warna : kuning muda

Jumlah : 500 cc 1000 cc/hari

1. Olah raga dan aktifitas

Klien tidak suka berolah raga

1. Istirahat dan tidur

1.) Kebiasaan

Tidur malam jam 23.00 s.d jam 05.00

Tidur siang kadang-kadang

Klien tidak mudah terbangun


Klien tidak mengalami kesulitan tidur

2.) Perubahan selama sakit

Klien mudah terbangun

Klien mengalami kesulitan tidur

1. Hygiene

1.) Kebiasaan

Mandi 2 kali sehari

Sikat gigi setiap mandi

2.) Selama di rumah sakit tidak pernah mandi.

1. Pola Interaksi Sosial


1. Orang yang terdekat adalah istrinya.
2. Klien mudah mendapat teman
3. Jika ada masalah diatasi dengan keluarga
4. Hubungan dengan keluarga harmonis.
5. Kesehatan sosial

Keadaan rumah menurut klien :

1. Kebersihan rumah memadai


2. Status rumah pribadi
3. Jumlah penghuni 5 orang
4. Jauh dari kebisingan
5. Kegiatan keagamaan

Klien rajin melakukan sholat

1. Perawatan dan Pengobatan


1. Perawatan

Istirahat di tempat tidur

Pemberian diet TKTP

Pemberian kateter tetap

1. Pengobatan
2. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi
Laboratorium
Parameter Hasil Rujukan Satuan ket
BIL-D 3,79 <0,3 Mg/dl H
CREA 0,34 0,6 1,1 Mg/dl L
UA 7,44 3,4 7 Mg/dl H
HDL 11,22 735 Mg/dl L
Tot-BiL 4,58 <1,1 Mg/dl H
HB 6, 7 gr %

Klasifikasi Data

1. Data Subyektif :

Klien mengeluh sakit kepala

Klien mengeluh pusing

Klien merasa lemah

Klien mengeluh sesak bila berjalan

Klien mengeluh mual

Klien mengeluh panas

Klien mengeluh berkerinngat

Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

1. Data Obyektif :

Ekspresi wajah tampak murung

Klien tampak lemah

Aktifitas terbatas

HB 6, 7 gr %

Tanda tanda vital :

Pernafasan : 28 x/menit
Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. Data Subyektif : HB menurun Gangguan perfusi
jaringan.
Klien mengeluh sesak nafas bila
berjalan
Pengangkutan O2 dan nutrisi
Klien mengeluh sakit kepala kejaringan menurun

Klien mengeluh pusing

Data Obyektif : Gangguan perfusi jaringan

Nampak klien lemah

Nampak HB 6,7 gr%

Data subyektif :

Klien mengeluh lemah Hb menurun Kelemahan


2.
Data obyektif :

Wajah pucat Pengangkutan O2 dan nutrisi ke


jaringan menurun
HB 6, 7 gr %

Tampak lemah
Kelemahan

Perubahan status kesehatan


Data subyektif

Klien mengatakan cemas Ansietas/kecemasan.
3 terhadap penyakitnya. Merupakan stressor psikologis

Data obyektif
NO DATA PENYEBAB MASALAH
Klien bertanya tentang Peningkatan ketegangan
penyakitnya.

Klien tampak murung
Pasien menjadi cemas

1. I.

PATODIAGRAM ANEMIA

Kecelakaan Perdarahan atau hemolisis kelainan genetik keracunan obat

Sel darah merah hilang atau menurun

HB menurun

Pengangkutan O2 dan nutrisi kejaringan menurun


kelemahan Gangguan perfusi jaringan Anemia

Perubahan status kesehatan

Hospitalisasi

Informasi inadekuat

Ansietas

1. Diognosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

DS :

Pasien mengeluh sesak nafas bila berjalan

Pasien mengeluh sakit kepala

Pasien mengeluh pusing

DO :

Pasien tampak lemah

Nampak HB 6,7 gr%

1. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Data subyektif :

Pasien mengeluh lemah

Data obyektif :

Wajah Pasien tampak pucat

HB 6, 7 gr %
Pasien Tampak lemah

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

Data subyektif :

Data obyektif

HB 6,7 gr %

Pasien tampak lemah

1. Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan

Data subyektif

Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.

Data obyektif

Pasien bertanya tentang penyakitnya.

Pasien tampak murung

1. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. ANWAR

DENGAN ANEMIA

Nama : Tn. A Tgl. Pengkajian : 11 01 2011

Umur : 49 tahun Tgl. MRS : 06 01 2011

Alamat : Jalan Saranani No. Register :


DX. Medis : Anemia

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN dan
INTERVENSI RASIONAL
criteria hasil
1. Perubahan perfusi jaringan Dalam waktu 1 x Awasi tanda memberikan informasi
berhubungan dengan penurunan 24 jam atau 2 x 24 vital kaji tentang
komponen seluler yang jam perfusi pengisian derajat/keadekuatan
diperlukan untuk pengiriman jaringan adekuat, kapiler, warna perfusi jaringan dan
oksigen/nutrient ke sel ditandai dengan kriteria kulit/membrane membantu menetukan
dengan : hasil : mukosa, dasar kebutuhan intervensi.
kuku.
Data Subyektif : Pasien tidak
pucat
Pasien mengeluh sesak meningkatkan ekspansi
nafas bila berjalan HB 13 gr % Tinggikan kepala paru dan
tempat tidur memaksimalkan
Pasien mengeluh sakit Pasien tidak sesuai toleransi. oksigenasi untuk
kepala sesak bila kebutuhan seluler.
berjalan. Catatan : kontraindikasi
Pasien mengeluh pusing bila ada hipotensi.
dispnea, gemericik
Data Obyektif : menununjukkan
gangguan jantung karena
regangan jantung
Pasien tampak lemah
lama/peningkatan
kompensasi curah
Nampak HB 6,7 gr% jantung.
Awasi upaya
pernapasan ;
auskultasi bunyi
napas
perhatikan bunyi iskemia seluler
adventisius. mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial
risiko infark.

Selidiki keluhan
nyeri
dada/palpitasi. termoreseptor jaringan
dermal dangkal karena
gangguan oksigen.

Hindari
penggunaan
botol
penghangat atau
botol air panas.
Ukur suhu air
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN dan
INTERVENSI RASIONAL
criteria hasil
mandi dengan mengidentifikasi
thermometer. defisiensi dan kebutuhan
awasi hasil pengobatan /respons
pemeriksaan terhadap terapi.
laboraturium.
Berikan sel
darah merah
lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi
(kolaborasi).
Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi
(kolaborasi). memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan.

Aktifitas dapat ter-


penuhi dengan Kaji kemampuan
kriteria : klien dalam
melakukan
Pasien tidak aktifitas sehari-
lemah hari.
2. Kelemahan berhubungan dengan Kaji kehilangan
ketidak seimbangan antara suplai Aktifitas tidak atau gangguan
O2 (pengiriman) dan kebutuhan dibantu. keseimbangan,
ditandai dengan: gaya jalan dan mempengaruhi pilihan
kelemahan otot. intervensi/bantuan.
Data subyektif :

Pasien mengeluh lemah

Data obyektif :
Observasi tanda-
Wajah Pasien tampak tanda vital
pucat sebelum dan menunjukkan perubahan
sesudah neurology karena
HB 6, 7 gr % aktivitas. defisiensi vitamin B12
mempengaruhi
Pasien Tampak lemah keamanan pasien/risiko
cedera.
Berikan manifestasi
lingkungan kardiopulmonal dari
tenang, batasi upaya jantung dan paru
pengunjung, dan untuk membawa jumlah
kurangi suara oksigen adekuat ke
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN dan
INTERVENSI RASIONAL
criteria hasil
bising, jaringan.
pertahankan meningkatkan istirahat
tirah baring bila untuk menurunkan
di indikasikan. kebutuhan oksigen tubuh
Gunakan teknik dan menurunkan
menghemat regangan jantung dan
energi, anjurkan paru.
pasien istirahat
bila terjadi
kelelahan dan
kelemahan,
anjurkan pasien
melakukan
aktivitas
semampunya
(tanpa meningkatkan aktivitas
memaksakan secara bertahap sampai
diri). normal dan memperbaiki
tonus otot/stamina
tanpa kelemahan.

Kaji tingkat
kecemasan
klien.

Kecemasan
berkurang dengan
kri-teria:

Pasien tidak
bertanya tentang
penyakitnya

Untuk mengetahui faktor


Kecemasan berhubungan predis-posisi yang
menimbulkan kece-
3. dengan perubahan status masan sehingga
kesehatan ditandai dengan: memudahkan
Dorong klien mengantisipasi rasa
Data subyektif dapat cemasnya.
mengekspresika
Pasien mengatakan cemas n pera-saannya.
terhadap penyakitnya.
Dengan mengungkapkan
Data obyektif perasa-annya maka
Beri informasi kecemasannya
Pasien bertanya tentang yang jelas proses berkurang.
Memudahkan klien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN dan
INTERVENSI RASIONAL
criteria hasil
penyakitnya. penyakitnya. dalam mema-hami dan
mengerti tentang proses
Pasien tampak murung penyakitnya.

Beri dorongan Kesembuhan bukan


spiritual hanya dipe-roleh dari
pengobatan atau pera-
watan tetapi yang
menentukan adalah
Tuhan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN dan
INTERVENSI RASIONAL
criteria hasil
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN dan
INTERVENSI RASIONAL
criteria hasil

Anda mungkin juga menyukai