Anda di halaman 1dari 3

Bab I

Pendahuluan

Hipertiroidisme dikarakteristikkan dengan adanya peningkatan konsentrasi

hormon tiroid dalam jaringan yang disebabkan oleh peningkatan sintesis hormon

tiroid. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin terbanyak dalam kehamilan

selain diabetes mellitus. Penyakit ini terjadi pada 2- 5% pada seluruh wanita dan

mengenai 1-2% wanita pada usia reproduktif (Aydin et al, 2007). Hipertiroidisme

selama kehamilan masih merupakan hal yang jarang terjadi. Hipertiroidime dalam

kehamilan muncul dalam 0,05-3% kehamilan (Azizi dan Amouzegar, 2011).

Hipertiroidisme pada kehamilan diperankan oleh adanya human chorionic

gonadotropin (hCG). hCG merupakan family dari hormon glikoprotein, termasuk

TSH, dengan alfa-subunit dan beta-subunit. Konsentrasi hCH akan meningkat

segera setelah fertilisasi dan puncaknya pada kehamilan minggu ke-10 hingga ke

12. Pada masa puncak tersebut juga diiringi dengan peningkatan serum total T4

dan T3. Konsentrasi T4 dan T3 bebas akan meningkat dan konsentasi TSH akan

menurun. Karena adanya perubahanan hormon tiroid yang fisiologis selama

kehamilan, maka perlu dilakukan pemeriksaan TSH dan fT4 pada trimester

tertentu kehamilan (Ross, 2015).

Hipertiroidisme dalam kehamilan dapat berupa penyakit Grave,

tirotoksikosis gestasional, dan krisis tiroid. Namun, penyakit Grave merupakan

penyebab hipertiroidisme dalam kehamilan yang sering terjadi. Penyakit ini

merupakan suatu keadaan autoimun yang dikarakteristikkan dengan adanya


penurunan TSH, tingginya T4 atau T3 serta adanya TSH receptor stimulating

antibodies (TRAb) (Aydin et al, 2007).

Diagnosis klinis dari hipertiroidisme pada wanita hamil seringkali sulit

dilakukan, tanda dan gejala yang muncul diantaranya seperti mudah berkeringat,

dyspnea, takikardi dan murmur sistolik yang juga biasa terjadi pada wanita hamil

yang normal. Temuan spesifik lainnya ialah adanya penurunan berat badan, goiter

dan oftalmopati, yang seringkali ditemukan pada pasien penyakit Grave (Aydin et

al, 2007).

Diagnosis hipertiroidisme harus selalu dilakukan dengan penilaian tiroksin

bebas (fT4) dan TSH. Konsentrasi T4 baik yang total maupun yang bebas

sangatlah bervariasi selama kehamilan normal. Selain itu, nilai rentang normal

fT4 dan total T4 serta tri-iodotironin (T3), dan kadar TSH juga akan terus

meningkat pada trimester kehamilan. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan baik

secara klinis maupun pemeriksaan laboratorium yang akurat dalam penegakan

diagnosis penyakit ini (Azizi dan Amouzegar, 2011).

Hipertiroidisme memiliki dampak buruk pada bayi yang dilahirkan.

Sehingga penanganan yang tepat sangatlah penting pada wanita yang hamil

dengan penyakit ini. Hingga saat ini terapi medikamentosa masih menjadi pilihan

utama, sedangkan radioiodine masih kontra indikasi dilakukan pada wanita hamil.

Selain itu, tiroidektomi juga membutuhkan obat anti tiroid sebagai terapi awal dan

ada kemungkinan ada efek samping dari tindakan operasi. Medikamentosa yang

umumnya digunakan dalam hipertirodisme dalam kehamilan ialah obat-obatan

tioamide. Banyak dokter merekomedasikan konsumsi propiltiourasil (PTU)


karena obat ini menghambat perubahan T4 menjadi T3 serta lebih sedikit

melewati sawar darah plasenta bila dibandingkan dengan methimazole (Casey dan

Leveno, 2006).

Anda mungkin juga menyukai