Sistem pemerintahan awal yang digunakan oleh Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensial.
Namun, seiring datangnya sekutu dan dicetuskannya Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16
November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap
dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945. Berdasarkan Maklumat Pemerintah 14
November 1945 ini, kekuasaan eksekutif yang semula dijalankan oleh presiden beralih ke tangan
menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.
Adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dengan delegasi Belanda menghasilkan
keputusan pokok bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat
dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
Dengan diteteapkannya konstitusi RIS, sistem pemerintahan yang digunakan adalah parlementer.
Namun karena tidak seluruhnya diterapkan maka Sistem Pemerintahan saat itu disebut Parlementer
semu
UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950
hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih
Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga
berlarut-larut. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang
diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 antara lain :
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dikeluarkannya dekrit presiden ini diiringi dengan perubahan sistem pemerintahan dari parlementer
ke presidensial.
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari negara manapun,
melainkan suatu sistem yang khas bagi bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dari proses pembentukan
bangsa NKRI yang digali dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Menurut UUD 1945,
kedudukan Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sistem ketatanegaraan yang
kepala pemerintahannya adalah Presiden dinamakan sistem presidensial . Presiden memegang
kekuasaan tertinggi negara di bawah pengawasan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam
pelaksanaan sistem pemerintahan ini, terdapat beberapa perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan
Indonesia, sebelum dan sesudah Amandemen UUD 1945.
Sehingga muncul suatu reformasi untuk menjaga adanya penyalahgunaan wewenang dengan
melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen tersebut dilakukan pada 19 Oktober 1999,
18 Agustus 2000, 9 November 2001, 11 Agustus 2002.
3. Pembagian Hukum
Pembagian hukum dalam beberapa golongan hukum yaitu:
Undang-
undang
Menurut
sumbernya
Yurisprudensi Traktat
a.
Menurut sumbernya hukum dapat dibagi dalam:
b. Menurut bentuknya
Menurut bentuknya hukum dapat dibagi dalam hukum yang dikodifikasikan, tertulis, dan tidak
tertulis.
1) Hukum tettulis
Hukum tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundangan. Hukum
tertulis ada dua macam, antara lain sebagai berikut :
b) Hukum tertulis yang telah dikodifikasikan seperti KUH Perdata/BW (Burgerlijk Wetboek) dan
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana). Kodifikasi adalah pembukuan bahan-bahan hukum
yang sejenis secara sistematis dan lengkap dalam satu kitab undang-undang.
c) Hukum tertulis yang belum terkodifikasikan misalnya hukum perkoperasian.
1) Hukum nasional : Hukum nasional adalah hukum yang berlaku dalam suatu negara.
2) Hukum internasional : Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
dalam dunia internasional.
3) Hukum asing : Hukum asing adalah hukum yang berlaku dalam negara lain.
1) Ius Constitutum (Hukum positif) : Hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat
tertentu dalam suatu daerah tertentu. Contohnya UUD 1945.
2) Ius Constituendum : Hukum yang diharapkan dapat berlaku di masa yang akan datang (hukum
yang dicita-citakan). Contohnya Aturan Peralihan Pasal 1 UUD 1945.
3) Ius Naturale/Hukum Asasi (Hukum alam) : Hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas waktu melainkan berlaku
untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat. Contohnya keadilan.
a) Hukum pidana.
b) Hukum perdata.
c) Hukum dagang.
2) Hukum formil (Hukum proses atau hukum acara) : Hukum yang memuat peraturan-peraturan
yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau
peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka
pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim memberi putusan. Contoh:
Hukum yang memaksa adalah hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai
paksaan mutlak. Misalnya dalam perkara pidana: seorang pencuri tertangkap karena sedang
membongkar jendela rumah orang tuanya pada malam hari. Kemudian diproses untuk diajukan ke
pengadilan, lalu diputus perkaranya. Walaupun orang tuanya tidak mempermasalahkan anaknya
mencuri bahkan tidak perlu diajukan ke pengadilan, tetapi hukum mewajibkan perkara tersebut harus
diproses (tanpa pandang bulu).
Hukum yang mengatur adalah hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian. Biasanya dilakukan dalam
perkara-perkara perdataan. Contoh: Alfans meminjam uang pada Benny dan berjanji akan
mengembalikannya sebulan kemudian. Ternyata sudah melewati batas yang telah ditentukan Alfans
tidak mau melunasi utangnya dengan alasan belum punya uang. Menurut Pasal 1365 KUH Perdata,
yang menyatakan: Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Berdasarkan pasal tersebut ada dua:
1) Hukum objektif
Hukum objektif adalah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenal orang atau
golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebutkan peraturan hukum saja yang mengatur hubungan
hukum antara dua orang atau lebih.
2) Hukum subjektif (hak)
Hukum subjektif adalah hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang
tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak. Pembagian jenis ini jarang digunakan orang.
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan
orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perorangan. Yang termasuk hukum
privat adalah hukum perdata, yaitu hukum yang mengatur hubungan antarperorangan, dengan
menitikberatkan pada kepentingan perorangan (antara mereka yang berperkara). Hukum privat
mencakup antara lain:
a) Hukum perorangan yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan tentang manusia sebagai
subjek hukum dan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan untuk bertindak sendiri
melaksanakan hak-haknya.
b) Hukum keluarga yaitu hukum yang memuat aturan tentang perkawinan beserta hubungan dalam
hukum harta kekayaan antara suami istri, tentang hubungan orang tua, anak, perwalian, dan
pengampuan.
c) Hukum harta kekayaan yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum yang dapat dinilaikan
dengan uang. Hukum ini meliputi hak mutlak (hak-hak yang berlaku terhadap seseorang atau suatu
pihak tertentu).
d) Hukum waris yaitu hukum yang mengatur tentang benda/kekayaan seseorang yang sudah
meningal.
e) Hukum dagang yaitu hukum yang mengatur tentang hubungan antara produsen dan konsumen
dalam jual beli barang dan jasa.
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat perlengkapan
atau hubungan antara negara dengan perorangan (warga negara). Hukum publik itu terdiri dari:
a) Hukum tata negara yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan suatu negara
serta hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapan negara satu sama lainnya dan hubungan
antara negara (pemerintah) dengan bagian-bagian negara.
b) Hukum tata usaha negara atau hukum tata pemerintahan yaitu hukum yang mengatur cara-cara
menjalankan tugas dari kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.
c) Hukum internasional yang meliputi hukum perdata internasional dan hukum publik internasional.
d) Hukum pidana yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan pidana kepada siapa yang melanggar serta mengatur bagiamana cara-cara mengajukan
perkara-perkara ke muka pengadilan.
Hukum pidana menitikberatkan pada perlindungan kepentingan umum atau negara. Hukum pidana
berisi:
(1) Peraturan-peraturan hukum yang melarang perbuatan tertentu, misalnya: mencuri, menipu,
memeras dan mengancam, membunuh, menganiaya dan lain-lain.
(2) Peraturan-peraturan yang mengharuskan dilakukan perbuatan-perbuatan tertentu, misalnya:
(a) Kewajiban memberitahukan kepada polisi tentang adanya permufakatan melakukan kejahatan.
(b) Kewajiban memberikan pertolongan kepada orang yang sedang diancam bahaya maut sedang ia
mampu berbuat untuk menolongnya.
Peraturan-peraturan hukum pidana diatur dalam KUHP dan peraturan-peraturan lainnya yang memuat
hukuman ancaman pidana. Jenis-jenis hukuman pidana sebagaimana diatur dalam pasal 10 KUHP
adalah:
(1) Hukuman pokok : Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati, penjara, kurungan, dan denda.
(2) Hukuman tambahan : Hukuman tambahan berupa pencabutan beberapa hak-hak tertentu,
misalnya: hak untuk dipilih dalam pemilu atau hak untuk diangkat sebagai TNI. Hukuman tambahan
berupa rampasan barang-barang tertentu, misalnya pengumuman keputusan hakim.
4. UUD yang mengatur hukum
Pasal 1 ayat 3 berbunyi "Negara Indonesia Adalah Negara Hukum". Artinya Negara yang
menegakkan kekuasaan hukum tertinggi untuk menegakkan kebenaan dan keadilan, dan tidak ada
kekuasaan yang tidak dipertanggung jawabkan.
UUD 1945
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
5. Pengertian Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi adalah bentuk
pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasibaik
secara langsung atau melalui perwakilandalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
6. Hak-hak Demokrasi
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi " Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan ".
2. Hak membela negara.
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara".
3. Hak Berpendapat.
Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang".
4. Hak kemerdekaan memeluk agama.
Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi, ayat (1) "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa", ayat (2) "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaan itu".
5. Hak kewajiban dalam membela negara.
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara".
6. Hak untuk mendapatkan pengajaran.
Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi, ayat (1) "Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan", ayat (2) "Setiap negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya".
7. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
Pasal 32 ayat (1) UUD 1945 berbunyi "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya".
8. Hak ekonomi atau hak mendapatkan kesejahteraan sosial.
Pasal 33 ayat (1) sampai (5)
1. Pasal 33 ayat (1) berbunyi "Perekomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan".
2. Pasal 33 ayat (2) berbunyi "Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banak dikuasai oleh negara".
3. Pasal 33 ayat (3) berbuni "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".
4. Pasal 33 ayat (4) berbunyi "Perekonmian nasional diselenggarkan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional".
5. Pasal 33 ayat (5) berbunyi "ketetntuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini
diatur dalam undang-undang".
9. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial.
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 berbunyi "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Tantangan
Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan.
Hambatan
Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki
tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak konsepsional.
Gangguan
Gangguan m erupakan hal atau usaha yang muncul dari luar yang memiliki sifat atau bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak terarah.
31. Faktor penyebab ATHG + -
32. Contoh membangun sikap integritas dalam berbagai kehdiupan sosbundankam
33. Macam budaya politik
a. Parokial
- Masyarakat tidak menaruh minat pada politik/pastisipasi politik rendah
- Adanya kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kekuasaan politik dalam
masyarakat dipegang oleh kepala adat/suku
- Tidak ada spesialisasi tugas
b. Subjek (kaula)
- Masyarakat berminat dengan politik
- Pasif karena tidak ada keinginan untuk menilai sehingga hanya menurut saja
c. Partisipan
- Masyarakat berminat dan aktif dalam politik
- Dfdsf
34. HAM dalam nilai instrumental sila-sila Pancasila
a) UUD NRI 1945 Pasal 28A 28J
b) Tap MPR XVII/MPR/1998 tentang HAM
c) UU RI No. 5. Th 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dll
d) UU RI No. 39. Th 1999 tentang HAM
e) UU RI No. 26. Th 2000 tentang Pengadilan HAM
f) UU RI No. 11. Th 2005 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil
g) UU RI No. 12. Th 2005 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-hak ekonomi
35. Jenis Pelanggaran HAM
Menurut UU RI No. 26 Th 2000:
a. Genosida
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh
atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
1) Membunuh anggota kelompok
2) Mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat
3) Menciptakan konfisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
4) Memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran
5) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Bagian dari serangan yang meluas dan sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
1) Pembunuhan 5) Perbudakan
2) Pemusnahan 6) Permerkosaan
3) Kejahatan apartheid 7) Pengusiran/penghilangan secara paksa
4) Penyiksaan 8) Perampasan kemerdekaan
36. Contoh pelanggaran HAM
- 12 Desember 1946
Pembunuhan massal terhadap 40ribu rakyat Sulawesi Selatan oleh tentara Belanda
(dipimpin Kapten Westerling)
- 5 Desember 1947
Pembunuhan 431 penduduk Rawagede oleh tentara Belanda
- 12 September 1984
Kerusuhan Tanjung Priok
- 7 Februari 1989
Peristiwa Talangsari
- 12 Mei 1998
Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti
- 13 November 1998 & 24 September 1999
Tragedi Semanggi 1 & 2
37. Kasus pelanggaran HAM Internasional dibagi menjadi 4 kategori:
a. Kejahatan genosida
My Lai (Vietnam), Shabra Shatila (Lebanon)
b. Kejahatan melawan kemanusiaan
Pembunuhan rakyat Uganda dan Kamboja
c. Agresi
Irak ke Iran, AS (+sekutu) ke Irak
d. Kejahatan perang
38. Sanksi yang diterapkan pada negara pelanggar HAM Intl
Travel warning
Pengalihan investasi
Pemutusan hubungan diplomatik
Pengurangan bantuan ekonomi
Pengurangan tingkat kerja sama
Pemboikotan produk ekspor
Embargo ekonomi
39. Pasal 23
1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undan-gundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. ***)
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah. ***)
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tahun yang lalu.***)
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.****)
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan undang-undang. ****)
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang.
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang.
45. Kewenangan BPK
- menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan kekuangan negara
- Membina jabatan fungsional
- Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan
- Menentukan obyek pemeriksaan, merencanakan, memeriksa, dll
- Meminta keterangan atau dokumen yang wajib diberikan semua instansi/perorangan
- Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara
46. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
1) Menguji UU terhadap UUD 1945
2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945
3) Memutus pembubaran parpol
4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilu
47. Teori tujuan negara
a. Plato
Memajukan kesusilaan manusia
b. Negara Kekuasaan (Shang Yang, Nicholo Machiavelli)
Mengumpulkan kekuasaan sebesar-besarnya, rakyat harus tunduk kepada negara
c. Teokratis (Thomas Aquinas, Agustinus)
Mencapai kesejahteraan dibawah pimpinan Tuhan
d. Negara polisi (Immanuel Kant)
Menjaga keamanan dan melindungi hak warga
e. Negara hukum (Krabbe)
Yang berkuasa hanya hukum
f. Negara kesejahteraan (Mr. Kranenburg)
Mewujudkan kesejahteraan umum
48. Rumusan tujuan NKRI
Tujuan Indonesia (Pembukaan UUD 1945):
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Indonesia menganut teori Negara Kesejahteraan (Pembukaan UUD 1945) dan Negara Hukum
(UUD 1945 Pasal 1 ayat 3 Negara Indonesia adalah negara hukum.
49.