Anda di halaman 1dari 6

Penyelenggaraan kegiatan tersebut dengan berpegang pada definisi kerja

sebagai berikut : a. Pengembangan Teknologi Tepat Guna sebagai kegiatan


untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam bentuk desain, fungsi dan
manfaat dari suatu teknologi melalui proses penelitian, pengkajian, uji coba,
dan fasilitasi; b. Penerapan teknologi tepat guna adalah suatu proses atau
rangkaian kegiatan untuk mempercepat alih teknologi dari pencipta atau
pemilik kepada pengguna teknologi; c. Pemberdayaan masyarakat adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu membangun diri
dan lingkungannya secara mandiri.

Teknologi Tepat Guna Untuk


Mendukung Penguatan Sistem
Inovasi di Daerah
12 May 2016

Konferensi Nasional Teknologi Tepat Guna III Tahun 2016


"Teknologi Tepat Guna Untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi di Daerah"
Kerja Sama :
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI, Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi secara signifikan oleh Perkembangan
ekonomi global. Implikasinya pembangunan ekonomi masyarakat makin perlu diarahkan pada
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) yang lebih
menekankan pada aspek pengetahuan dan inovasi. Dalam konteks tersebut pemanfaatan iptek
menjadi basis pengembangan ekonomi masyarakat. Di sisi lain, Pengembangan pengetahuan
(dan teknologi) perlu difokuskan pada upaya pengembangan yang berbasiskan
potensi/kekayaan sumber daya yang dimiliki. Oleh karenanya, keragaman potensi daerah/lokal,
teknologi masyarakat (indigenous/grassroot technology) dan penguatan usaha kecil menengah
(UKM) merupakan hal penting dalam agenda pembangunan ekonomi daerah yang berdaya
saing baik secara secara lokal, nasional, maupun internasional. Taufik (2005:5) menyatakan
bahwa daya saing global makin ditentukan oleh kuatnya faktor-faktor lokalitas yang ada dan
upaya peningkatannya serta diiringi dengan penguatan kohesi sosial masyarakat yang maju.

Dalam cara pandang demikian, pembangunan berbasis pengetahuan mewujud dalam


Pengembangan Sistem Inovasi Nasional yang menjadi agenda nasional sesuai dalam UU no 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025 dan
UU no 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Penguatan Sistem Inovasi Nasional menjadi wahana utama dalam
meningkatkan daya saing dan kohesi sosial demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,
maju, mandiri, dan beradab. Implikasinya, pembangunan daerah makin diarahkan pada
penguatan potensi lokal yang menjadi pendukung utama pelaksanaan pembangunan ekonomi
berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Pembangunan ekonomi daerah itu sendiri
merupakan suatu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru,
pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk
menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru. Setiap upaya pembangunan
ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja
untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena
itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan
sumberdaya yang ada harus memanfaatkan potensi sumberdaya yang mempunyai nilai tambah
jual dalam membangun perekonomian daerah (Lincolin Arsyad, 1999).

Lahirnya Peraturan Bersama Menteri Riset dan Teknologi, dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia No. 3 Tahun 2012 dan No. 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah
menjadi landasan pemerintah dalam menumbuhkembangkan peningkatan produktivitas daya
saing nasional maupun daerah yang menuntut adanya peningkatan kapasitas inovatif. Dalam
peningkatan daya saing dan kapasitas inovatif diperlukan adanya agenda strategis yang harus
dilaksanakan dengan komitmen tinggi. Agenda strategis disusun berdasarkan landasan sistem
inovasi daerah, termasuk penguatan kelembagaan, mekanisme hubungan dan dokumen
rencana.

Dalam implementasi sistem inovasi di daerah, syarat penting dalam meningkatkan kapasitas
daya saing daerah terletak pada harmonisasi dan sinkronisasi yang menghasilkan sinergi positif
antarsektor pembangunan ekonomi dan Iptek. Agar Penguatan sistem inovasi wilayah
mempunyai kontribusi positif dalam memperkuat ekonomi daerah, maka penguatan sistem
inovasi di daerah harus merupakan bagian integral Rencana Induk Pembangunan (RIP) lima
tahunan Provinsi/Kabupaten yang tertuang dalam RPJMD Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Membangun daya saing daerah merupakan suatu strategi yang potensial untuk diterapkan di
Provinsi/Kabupaten dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. Untuk
mewujudkan interaksi antarsektor riil di dan antardaerah diperlukan adanya pendekatan yang
terintegrasi dan strategi kebijakan yang menyeluruh, oleh karena itu, penguatan sistem inovasi di
daerah diharapkan dapat memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

Salah satu strategi untuk mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat dalam menghadapai
persaingan global adalah melakukan percepatan pembangunan melalui upaya pemberdayaan
masyarakat di berbagai bidang kehidupan melalui implementasi teknologi tepat guna. Peranan
Teknologi Tepat Guna (TTG) apabila dimanfaatkan secara optimal diyakini akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan nilai tambah produk, perbaikan mutu dan
membantu dalam mewujudkan usaha produktif yang efisien. Implementasi Teknologi Tepat
Guna dipandang sebagai sebuah strategi untuk mengoptimalkan pendayagunaan semua aspek
sumberdaya lokal (alam, manusia, teknologi, sosial) secara berkelanjutan yang mampu
memberikan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan pada gilirannya
akan memberikan kontribusi dalam peningkatan daya saing bangsa. Secara teknis teknologi
tepat guna merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Dalam proses
pengalihan teknologi tepat guna kerap ditemukan adanya kesenjangan yang cukup besar antara
pemberi teknologi dengan masyarakat sebagai penerima teknologi. Mengingat faktor-faktor
tersebut dan adanya keterbatasan modal maka dalam proses alih teknologi kepada masyarakat
diperlukan bantuan berbagai pihak yang berkepentingan, baik Pemerintah maupun non-
Pemerintah, termasuk skema pendanaan mikro (microfinancing) baik dari perbankan mapun
lembaga keuangan lainnya.

Dalam konteks ini pemanfaatan teknologi tepat guna memiliki peran yang sangat strategis di
dalam mendorong tumbuhkembangnya kegiatan inovatif di masyarakat. Strategisnya peran
tersebut menjadi lebih relevan mengingat Indonesia harus bersiap menghadapi ketatnya
persaingan usaha dengan pemberlakuan kawasan yang terintegrasi secara ekonomi yang
dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Salah satu aspek yang menjadi fokus MEA
adalah terbentuknya kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan
memprioritaskan pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kemampuan daya saing UMKM
tersebut perlu dilindungi dengan kebijakan pemerintah yang memberikan akses yang lebih luas
terhadap informasi, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan
kemampuan, keuangan, serta teknologi. Saat ini disadari iklim usaha di Indonesia belum
kondusif untuk para pelaku UMKM. Sebagai salah satu perangkat ekonomi masyarakat ekonomi
lemah dan miskin, UMKM sudah seharusnya dijadikan prioritas pembangunan. Apabila UMKM
berkembang maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, dan pada
gilirannya akan memperkecil kesenjangan pendapatan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi
tepat guna yang sesuai dengan situasi lokal pada gilirannya akan mendorong optimalisasi
sumber daya alam sehingga melahirkan kemandirian masyarakat yang dibarengi dengan
kegiatan-kegiatan inovatif.

Dengan dasar pemikiran tersebut di atas maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang merupakan kebutuhan mendasar bagi pertumbuhan ekonomi, pencapaian kesejahteraan
dan peningkatan kegiatan inovasi masyarakat. Akan tetapi, tanpa mempertimbangkan unsur
ketepatgunaan, teknologi (iptek) belum tentu mampu berperan sebagai pendongkrak
pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berkeadilan. Pemberdayaan masyarakat tidak serta
merta dapat dicapai hanya melalui pemanfaatan teknologi saja. Di dalam Instruksi Presiden No 3
tahun 2001 tentang Pengembangan dan Penerapan Teknologi Tepat Guna, kepentingan
masyarakat harus diletakkan di depan, sehingga untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi yang
merata dan berkelanjutan strategi pengembangan, penerapan dan pemasyarakatan teknologi
harus mempertimbangkan aspek sosial budaya yang berkembang dan mengakar.

Berbagai jenis dan ragam teknologi tepat guna sudah dikembangkan oleh berbagai pihak, baik
dari pemerintah, akademisi dalam lingkup penelitan dan perekayasaan maupun dari dunia
usaha. Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan TTG yang dilakukan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia TTG pun
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis teknologi, seperti: alat TTG pengolahan pangan,
alat TTG pemanfaatan energi, alat TTG penyediaan infrastruktur, alat TTG pengelolaan
lingkungan dan alat TTG pemampuan ekonomi. Tentunya alat-alat TTG tersebut dirancang dan
disesuaikan dengan kebutuhan, potensi sumber daya alam dan kemampuan masyarakat
penggunanya sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.

Didasari pemikiran tersebut di atas, dan sebagai kelanjutan pelaksaan KNTTG I 2014 dan II
2015, konferensi ini dirancang sebagai forum pertemuan dan pertukaran pendapat para
pemangku kepentingan Teknologi Tepat Guna guna membahas isu penting tentang (1) upaya-
upaya peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam mendukung penguatan sistem
inovasi di daerah; (2) mengevaluasi pelaksanaan rumusan hasil KSNTTG II ; dan (3)
merumuskan strategi peningkatan upaya-upaya pemanfaatan TTG untuk mendukung sistem
inovasi di daerah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan
KSNTTG III 2016 ini sendiri merupakan kegiatan kerjasama antara Pusat Pengembangan
Teknologi Tepat Guna- LIPI, Kemenristekdikti dan Pemerintah Provinsi Daerah Jawa Tengah
dan menjadi bagian dari rangkaian kegiatan HAKTEKNAS sekaligus merupakan bagian dari
peringatan Ulang tahun LIPI dan Ulang Tahun Provinsi Jawa Tengah.

Maksud dan Tujuan


Maksud penyelenggaraan Konferensi dan Seminasr Nasional Teknologi Tepat Guna ke III ini
adalah sebagai pertemuan lanjutan dari Konferensi dan Seminar Nasional TTG (KSNTTG) I di
Bandung tahun 2014 dan KSNTTG II di Musi Banyuasin tahun 2015.

Tujuan Umum
Secara Umum, pelaksanaan Konferensi dan Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna ini
diharapkan mampu menyumbangkan pemikiran strategis dalam merumuskan pendekatan
pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendukung kebijakan penguatan inovasi wilayah yang
berbasis ekonomi kerakyatan.

Tujuan Khusus
Tujuan dari penyelenggaraan Konferensi dan Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna ke III ini
antara lain :

1. Mempertemukan kembali para pemangku kebijakanTeknologi Tepat Guna di Indonesia.


2. Merumuskan strategi peningkatan upaya-upaya pemanfaatan TTG untuk mendukung
penguatan sistem inovasi di daerah
3. Merumuskan rencana tindak strategis (action plan) pemanfaatan teknologi tepat guna
untuk mendukung kebijakan penguatan sistem inovasi wilayah yang berbasis ekonomi
kerakyatan.

Bentuk Kegiatan
Konferensi Nasional Teknologi Tepat Guna ke III ini berupa rangkaian acara selama 3 (tiga) hari
yang diisi dengan orasi, diskusi dan seminar ilmiah, serta pameran Teknologi Tepat Guna. Orasi
ilmiah akan diberikan oleh narasumber Nasional yang akan mempresentasikan arti penting TTG
dalam mendukung penguatan sistem inovasi wilayah. Diskusi akan diselenggarakan untuk
merumuskan langkah-langkah strategis untuk diimplementasikan dalam kebijakan yang lebih
luas. Seminar akan diisi oleh para akademisi, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Pameran TTG akan diisi oleh berbagai hasil inovasi Masyarakat, UKM maupun Industri yang
diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi peserta yang hadir.

Luaran
Luaran yang Diharapkan :

1. Deklarasi Jawa Tengah tentang rumusan strategis Pemanfaatan TTG untuk Mendukung
Penguatan Sistem Inovasi di daerah.
2. Mengevaluasi hasil-hasil rumusan KSNTTG sebelumnya.
3. Rekomendasi Kebijakan
4. Rencana program RPJMN bidang pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

Peserta
Peserta Konferensi, terbatas pada undangan, yakni :

Pembicara Kunci
Perwakilan dari lembaga penyelenggara program teknologi tepat guna (kementerian,
pemerintahan, perguruan tinggi dan praktisi), antara lain:
Kemenristek Dikti, Kemendes, dan lain-lain.
LPNK riset dan pengembangan: BPPT, LIPI, dan lain-lain
Badan Perencana: Bappenas, Bappeda
Lembaga Keuangan
Assosiasi
Kantor PMD seluruh Kabupaten
Institusi riset di Pemda: Balitbangda
Para Profesional: Peneliti, akademisi, pengusaha, pengelola industri, dan lain-lain.

Penyelenggara
Konferensi Nasional TTG III ini diselenggarakan atas kerja sama antara Pusbang TTG - LIPI
Subang, Jawa Barat, Kemenristek Dikti, dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Format Konferensi dan Seminar

Konferensi
Konferensi ini dirancang sebagai sarana pertukaran informasi dan pengalaman berbagai
lembaga (pemerintah dan non pemerintah), akademisi dan praktisi terkait pengembangan dan
pemasyarakatan teknologi tepat guna, maka beberapa hal berikut menjadi ketentuan :

Peserta Konferensi akan dibagi dalam 3 (tiga) komisi, yang membahas 3 (tiga) topik utama
sesuai dengan tema konferensi, yakni "Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung Penguatan
Sistem Inovasi di Daerah", yaitu:

Tema pokok adalah : "Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi
di Daerah".

Pokok Bahasan berasal dari Materi Presentasi Pembicara Kunci dan isu spesifik yang
dipandang penting sesuai tema pokok

Diskusi berupa komunikasi interaktif - yang dipandu oleh Fasilitator


Hasil Diskusi akan dirangkum oleh Tim Perumus dan didokumentasikan dalam bentuk
DEKLARASI RUMUSAN AKHIR untuk disampaikan pada peserta konferensi dan diteruskan
kepada lembaga relevan yang menangani kebijakan dan pemanfaatan teknologi tepat guna

1. Pengembangan Wahana TTG untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi di Daerah


2. Strategi Pengembangan SDM untuk mendukung penguatan sistem inovasi di daerah.
3. Program dan Skema Pendanaan TTG untuk mendukung penguatan sistem inovasi di
daerah.
Seminar
Kegiatan seminar akan dibagi ke dalam 3 (tiga) bidang sesuai dengan tema konferensi. Bidang-
bidang tersebut adalah :

Reviewer yang terlibat dalam kegiatan seminar terdiri dari unsur akademisi, lembaga litbang dan
kementrian terkait. Semua makalah yang diterima dan lolos seleksi akan diterbitkan di prosiding
nasional.

1. Ketahanan Pangan Berbasis Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung


Penguatan Sistem Inovasi di Daerah
2. Energi Baru dan Terbarukan Berbasis Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk
Mendukung Penguatan Sistem Inovasi di Daerah
3. Diseminasi Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung Penguatan Sistem
Inovasi di Daerah

Keynote Speaker dan Narasumber


Keynote Speaker
Keynote speaker yang akan diisi oleh Menteri Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi.

Narasumber
Narasumber merupakan pakar, tenaga ahli, praktisi dan pemangku kebijakan nasional baik dari
kementrian, lembaga pemerintah non kementrian, perguruan tinggi, pemerintah provinsi/daerah,
pelaku usaha dan praktisi. Adapun tema yang diusung masing-masing narasumber adalah
sebagai berikut :

LIPI
Peranan lembaga litbang dalam pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung
Peningkatan Sistem Inovasi di Daerah

Bappenas
Perencanaan dan program Nasional Pemanfaatan TTG untuk Mendukung Peningkatan Sistem
Inovasi di Daerah

Kemenristekdikti
Pembangunan Ekonomi Berbasis Iptek Melalui Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Kemendes
Penerapan UU Desa dalam Upaya Pemanfaatan TTG dalam Mendukung Penguatan Sistem
Inovasi di Daerah.

Anda mungkin juga menyukai