~1~
pertolongan persalinan. Tetapi tidak berlangsung lama
karena tidak ada pelatihan kebidanan. Tetapi pada saat
itu pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada
orang-orang Belanda yang berada di Indonesia.
~4~
1954, dibuka pendidikan guru bidan, lama
pendidikan mulanya 1 thn, lalu 2 thn
kemudian 3 tahun.
1972, insitusi ini dilebur jadi SGP (sekolah
guru peerawat)
1970, dibuka Program pendidikan bidan dari
SPR + 2 thn, disebut Sekolah Penddikan
lanjutan Jurusan kebidanan (SPLJK).
1974, penyederhanaan pendidikan tenaga
kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup,
dan dibuka SPK, tapi tidak berhasil.
1975 1984, institusi pendidikan bidan
ditutup, selama 10 thn tdk menghasilkan
bidan, namun IBI masih hidup.
1981, dibuka pendidikan diploma I kesehatan
ibu & anak, hanya berlangsung 1 tahun.
1985, dibuka PPB, dari lulusan SPR & SPK,
lamanya 1 thn, khusus institusi ttt yg
mengirimnya.
1989, dibuka crash program pendidikan bidan
A (PPB A) secara nasional, status PNS gol II,
ditempatkan di desa. Mulai 1996 mjd Bidan
PTT, kontrak 3 thn, boleh perpanjang 2 3 thn
1993, dibuka PPB B, lulusan Akper, lamanya 1
thn, sbg tenaga pengajar pada PPB A, hanya 2
angkatan.
1993, dibuka juga PPB C, lulusan SMP, lama
pendidikan 6 semester, di 11 propinsi : Aceh,
bengkulu, Lampung, Riau, Kalbar, Kaltim,
Kalsel, Sulsel, NTT, Maluku, Irian Jaya.
~5~
1994-1995, pendidikan bidan jarak jauh
(distance learning), di Jabar, Jateng, Jatim, 22
modul, koordinator Pusdiklat.
1996, pelatihan LSS (life saving skill),
koordinator direktorat kesehatan keluarga
ditjen binkesmas
1996, ACNM mengadakan training of trainer
u/ pelatih LSS.
1995-1998, IBI bekerjasama dg mother care
melakukan pelatihan dan peer review bagi
bidan RS, PKM dan bides di prop kalsel.
1996, dibuka AKBID
2000, dibuka program Diploma IV kebidanan
2000, ada tim pelatih APN,koordinator MNH
2000,dibuka Prog DIV kebid di UGM, 2 smt
2002, DIV kebid Unpad
2004, DIV kebid di USU
2003, D IV kebid di Stikes NWU Semarang
2003, DIV Kebid di STIKIM Jakarta
2004, S1 kebid di Unair
2006, S2 Kebidanan di Unpad
~6~
1. DHIMAS GINANJAR, Jakarta
~ 10 ~
Akhirnya, dia berpikir agar warga desa bisa
mandiri. Saat panas-panasnya reformasi 1998, Eulis
mulai menjalankan strateginya memberdayakan warga
desa. Dia mulai membentuk kelompok arisan WC.
Tujuannya, meningkatkan jumlah WC di setiap RT.
Maklum, saat itu, sangat sedikit warga yang
mempunyai WC di rumahnya. "Harapan saya,
kesehatan warga bisa membaik," terangnya.
~ 13 ~
Saat ini, warga Desa Ujung Genteng telah
merasakan manfaat pemikiran Eulis. Kegigihan Eulis
membuat dirinya dinobatkan sebagai bidan teladan.
Saat ini, dia masih menjadi satu-satunya bidan di desa
tersebut. Dia berharap gubernur tidak mengingkari
janjinya untuk membangun puskesmas.
~ 14 ~
tak lebih dari sekadar profesi sampingan yang tidak
bisa dijadikan sandaran hidup.
~ 15 ~
beranak. Jaman dahulu masyarakat masih saja percaya
dukun daripada tenaga media. papar Wanti.
~ 17 ~
menjabat sebagai Kabid Sumber Daya Kesehatan,
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.
DIPROTES
~ 18 ~
kompetensi diri. Saya beri motivasi mereka hingga
akhirnya mereka sepakat untuk kompak membangun
IBI, urai Wanti.
~ 19 ~
3. SUSILAWATI: BIDAN DAN PARAJI
HARUS BERDAMPINGAN
~ 21 ~
4. JADI BIDAN SIAPA TAKUT ?
~ 24 ~
dikerubung orang kampung kerabat mereka yang
antar hehehehe, untung selamat pasiennya. Lega deh.
Ketika saya mau pulang ke Jawa dapat ucapan
terimakasih patung asli dari salah satu pasien suku
Sasak dan berbagai oleh- oleh yang akkhirnya saya
tinggal di asrama karena over bagasi hehehehe.
~ 25 ~
letak dan mengapa harus operasi Caesar. Tetapi
dengan menangis dia tetap tidak mau, pokoknya mau
tidur di Klinik kami semalam. Dia hanya punya uang
Rp 600 ribu rupiah. Padahal biaya operasi sekitar 6
juta rupiah. Sebagai buruh Tani dia tidak punya biaya.
Saya ijinkan menginap malam itu. Di kamar saya
berdoa semoga ada mukjizat Tuhan untuk ibu miskin
itu. Saya juga minta suaminya sembahyang dan
berzikir. Keputusan akan kami bicarakan besok
paginya. Ketika itu belum ada Jampersal. Ketika
pagi- pagi saya periksa, ternyata bayinya sudah posisi
kepala kendati masih agak sedikit miring. Untungnya
memang bayinya kecil, 2500 gram. Tanpa saya
lakukan tindakan apapun si bayi memutar sendiri.
Mungkin si bayi tahu orangtuanya tidak mampu dan
Tuhan menolong ibu itu. Saat itu saya tolong
melahirkan dengan lancar. Ibu si pasien sampai
menangis dan bersujud pada saya mengucapkan
terimakasih. Saya bilang Tuhan yang menolong, saya
hanya perantara saja.
~ 28 ~
CHIP'S" . Masih ingat kan, dulu ada film seri
CHIP'S..itu lho yang film tentang POLISI. he he he.
~ 29 ~
6. BIDAN MERUJUK KAMBING
~ 31 ~
8. KISAH NYATA ARWAH BIDAN DEWI
TEROR EKSEKUTOR
~ 32 ~
Polresta Medan. Arwah Dewi menuntut balas atas
kematian sadis yang dideritanya dengan
meninggalkan tetesan darah. Hi, seram!
~ 34 ~
itu heboh. "Asli tidak tidur aku bang, sampai aku
diperiksa. Aku ceritakan ke polisi tapi nggak percaya
polisinya. Ujarnya.
~ 35 ~
lain masih dijerat dengan turut serta dalam
pembunuhan berencana ini. Untuk ancaman hukuman
bagi para tersangka sebagaimana diatur dalam pasal-
pasal yang kita sangkakan itu cukup berat. Bahkan
hukuman maksimalnya bisa sampai hukuman mati.
Ungkapnya Antiny Simamora.
~ 36 ~
"Aku nekad melakukan itu karena sudah
hampir 1 tahun aku menganggur dan sudah banyak
utang. Lagi pula, anak aku saat itu sedang kena sakit
kuning dan butuh biaya Rp25 juta. Saat melakukan
penembakan itu juga aku seperti ada yang
mengendalikan, makanya hasil tembakannya seperti
penembak profesional," ungkapnya.
~ 37 ~
9. LIKU DAN TANTANGAN MENEKUNI
PROFESI BIDAN
~ 39 ~
pelayanan. Sebagai contoh, bila sudah memutuskan
untuk membuka praktek, pintu klinik harus terbuka
setiap saat. Siaga 24 jam penuh didatangi pasien dan
calon ibu yang akan melahirkan. Karena proses
kelahiran kerap tak mengenal waktu. Kapanpun bisa
terjadi, tak peduli pada dinihari, waktu saat
kebanyakan orang beristirahat.
~ 40 ~
lalai terhadap prosedur. Namun lagi-lagi, waktu
proses kelahiran kerap tak ada yang bisa
mengaturnya. Ini hak prerogatif Tuhan. Seringkali,
sebelum dokter datang, pasien sudah tak tahan untuk
mengejan.
~ 41 ~
traumatis. Membuat ibuku tak bisa tidur berhari-hari
karena terus dihantui rasa bersalah. Terbayang selalu
wajah si pasien saat meregang nyawa. Rasa bersalah
yang terus terbawa bahkan sampai ke mimpinya.
Membuat hari-hari ibuku diliputi stress
berkepanjangan. Mentalnya tak cukup kuat
menghadapi kasus traumatis itu.
~ 42 ~
Menyaksikannya, benar-benar pengalaman
mendebarkan bagi orang awam sepertiku. Terkesima
saat kepala bayi lahir dari lubang kecil yang sangat
sempit namun juga sangat elastis itu.
Subhanallah...benar-benar menakjubkan. Meski aku
melihatnya sambil mengernyit setengah ngeri. Tak
terbayang bila kepala bayi macet dijalan lahir karena
si ibu kelelahan dan berhenti mengejan. Tentu ini bisa
membuat bayi membiru kehilangan nafas.
~ 43 ~
pekerjaan tanpa resiko. Dan aku pikir ibuku tak
cukup punya mental itu. Tak heran ia pension dini.
~ 44 ~
Aku sudah satu tahun ditugaskan pemerintah,
menjadi bidan desa di kecamatan Tegalgondo,
tepatnya di Desa Tahunan, sejak tahun 2000. Aku
berasal dari Kota Nganjuk, provinsi yang sama juga.
Perkenalanku dengan Mas Hardi, akhirnya
membuatku hidup menetap di daerah terpencil
tersebut dalam ikatan perkawinan. Aku dan Mas Hardi
sama-sama perantauan. Ia bertugas mengajar di SD
Tahunan, dan aku menjadi bidan desa di sana.
Bedanya dia berasal dari kota Kediri, dan saya dari
Kabupaten Nganjuk.
~ 45 ~
tanyaku sambil membenahi dipan persalinan. "Iya bu,
suamiku masih di Tegalgondo..
~ 47 ~
Assalamualaikum Bapak!
~ 48 ~