TGS Pengantar Kota - Kelompok 2
TGS Pengantar Kota - Kelompok 2
SEMESTER :4
KELAS : GENAP
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memahami parameter dan ukuran kota
2. Tujuan khusus
Memahami parameter kota dari aspek jumlah penduduk, wilayah administrasi,
fasilitas fisik dan pelayanan, sosial budaya, dan ekonomi
Memahami ukuran kota
B. MATERI
Parameter merupakan ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang harus diperkirakan
dari yang terdapat di dalam percontoh. Kota merupakan pemukiman yang terdiri atas
bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat
dan merupakan daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern
serta sebagian besarpenduduknya bekerja diluar pertanian. Jadi dapat disimpulkan parameter
kota adalah ukuran / tolak ukur seluruh populasi di perkotaan yang dapat dilihat dari berbagai
aspek.
1. Parameter kota dari aspek jumlah penduduk
Defenisi kota menurut pandangan ini adalah : daerah tertentu dalam wilayah negara yang
mempunyai aglomerasi jumlah penduduk minimal yang telah ditentukan dimana penduduk
bertempat tinggal pada satuan permukiman yang kompak.
Klasifikasi kota secara numerik berdasarakan jumlah penduduk juga dikemukakan oleh NR.
Saxena. Menurutnya, tahapan kota dilihat dari jumlah penduduknya adalah sebagai berikut.
1) Infant Town dengan jumlah penduduk antara 5.000 sampai 10.000 orang.
2) Township yang terdiri atas adolescent township, mature township, dan specialized
township dengan jumlah penduduk berkisar antara 10.000 sampai 50.000 jiwa.
3) Town-City terdiri atas adolescent town, mature town, specialized town, dan
adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar antara 100.000 sampai 1.000.000
jiwa.
Dalam hal ini sebagian besar berhubungan dengan aspek perencanaan fisik suatu wilayah dan
kota yang merupakan perencanaan fisik yang sangat tampak dalam suatu pembentukan wilayah
dan kota antara lain:
Infrastruktur Transportasi: jalan raya, jalan rel, terowongan, monorail, jembatan, kereta
cepat bawah tanah (MRT) dsb.
Infrastruktur Fasilitas Umum: terminal, bandara, pelabuhan, rumah Sakit, sekolah,
kampus, tempat Ibadah, puskesmas, halte bus, WC umum, sebra cross, pusat
keamanan /kantor polisi, pasar umum, pemakaman umum, tempat rekreasi dsb.
Infrastruktur Rekayasa: Bendungan, Jembatan, Dinding penahan tanah (retaining wall),
bendung, tanggul, saluran air/drainase, sabo dam, bangunan pengendali banjir, gorong-
gorong, kanal, pemecah ombak (break water), bangunan pelindung pantai, reservoir
air/retensi dll.
Infrastruktur Pemukiman: Perumahan/kompleks, Rukan, Rumah susun, dsb.
Infrastruktur Bangunan Komersial: Hotel, Apartemen, Wisma, Pusat perbelanjaan, super
blok, gedung perkantoran dsb.
Infrastruktur Manufaktur: Kawasan industri, pergudangan dan fasilitas pendukungnya.
Infrastruktur Energi: Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, jaringan penerangannya dan
infrastruktur rekayasa pendukungnya.
Infrastruktur Telekomunikasi: Tower telekomunikasi/pemancar, saluran komunikasi
bawah tanah (fiber optic) dan infrastruktur pendukungnya dsb.
Infrastruktur Lingkungan: Ruang Terbuka Hijau/kawasan hijau, danau buatan, instalasi
pengelolahan air limbah, instalasi pengelolahan limbah sampah dsb.
Aspek ini sangat berkaitan erat terhadap interaksi dan masalah-masalah sosial yang dapat
berpotensi timbul dalam interaksi individu dalam masyarakat dalam suatu wilayah dan kota.
Secara umum persoalan-persoalan yang sering timbul dalam kehidupan masyarakat khususnya
pada kawasan perkotaan yang masih baru dan berkembang antara lain masalah kemiskinan,
konflik sosial antar golongan (ras, budaya) maupun masalah perselisihan kepemilikan suatu
wilayah/tanah, kriminalitas, pengangguran, prostitusi, perkumuhan dan masalah sosial lainnya.
Oleh karena persoalan tersebut yang makin meningkat pada masyarakat perkotaan yang sedang
terbentuk dan berkembang maka diperluhkan suatu perencanaan yang baik dan tertata baik yang
bersifat fisik maupuan non fisik (kebijakan dan regulasi) berupa pemerataan kesejahteraan sosial
masyarakat pada suatu wilayah dan kota.
Aspek Budaya
Dalam hal ini berhubungan dengan budaya setempat berupa adat istiadat, situs-situs bersejarah
dan bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi ciri kas dan keunikan tersendiri yang terdapat
dalam suatu wilayah dan kota sehingga menjadi unsur yang perluh diperhatikan dalam membuat
suatu perencanaan wilayah dan kota yang secara tidak langsung menjadi daya tarik bagi kawasan
disekitarnya dan masyarakat di luar wilayah tersebut sebagai prospek kemajuan pariwisata dan
sumber pendapatan pada suatu wilayah dan kota.
Kemajuan perkembangan suatu wilayah dan kota tidak lepas dari parameter tingkat
perekonomiannya. Oleh karena itu perluh direncanakan dan dianalisis untuk memproyeksikan
perkembangan dan peningkatan perekonomian suatu wilayah dan kota untuk jangka waktu ke
depan. Aspek perekonomian berhubungan dengan tingkat pendapatan per kapita suatu
wilayah dan kota dimana dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat dan kesetaraan
masyarakat dalam memperoleh pekerjaan (Penyerapan tenaga kerja) yang layak untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam proses peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Dalam konteks yang lebih berkelanjutan diperluhkan suatu peningkatan
produktivitas masyarakat dalam menunjang perekonomian khususnya sektor produktivitas
produksi dalam/domestik suatu wilayah dan kota itu sendiri maupun ketertarikan pihak
luar/investor dalam menanamkan modalnya pada suatu wilayah dan kota.
6. Ukuran kota
Sejumlah faktor ukuran suatu kota dan penduduk yang bisa didukungnya. Istilah ukuran
dalam bidang arsitektur dapat diartikan : sebuah kota adalah bangunan yang sangat besar
dan sebuah rumah adalah kota yang sangat kecil, artinya ukuran di dalam arsitektur kota
dapat dibedakan berdasarkan prinsip-prinsip arsitekturalnya yang sama, misalnya pada
skalanya yaitu skala mikro dan makro. Ukuran di dalarn arsitektur kota rata-rata dibedakan
berdasarkan skalanya saja, yaitu secara makro (kota) dan mikro (rurnah), sedangkan prinsip-
prinsip Arsitekturalrrya sebenantya sama saja. Pendekatan ini sangat penting dilakukan dalam
perancangan, karena banyak orang menganggap bahwa prinsip-prinsip arsitektur hanya
berlaku pada skala mikro saja dan kurang memperhatikan skala makro. Akan tetapi, skala
makro itu bukanlah sesuatu yang abstrak di luar jangkauan pernikiran orang, melainkan
bersifat nyata sebagai tanda kehidupan perkotaan. Jika kawasan-kawasan perkotaan tidak
merniliki beberapa prinsip arsitektural dalam skala makro, maka akan menimbulkan masalah
yang cenderung fatal (buruk) dalarn kehidupan masyarakat. Jika ukuran sebuah kota dan
wilayahnya yang tidak disusun dengan menciptakan ruang-ruang efektif melalui organisasi
ruang kota berdasarkan hierarki-hierarki tertentu, maka kualitas identitas rnasyarakat
perkotaan terhadap tempat dan lingkungannya akan rnenurun.
Oleh karena itu ukuran suatu kota dapat dilihat dari aspek skala perkotaannya, jika secara
arsitektural dilihat dari sebuah tempat yang sama, Yaitu dipandang dari aspek:
a. kota secara keseluruhan,
b. skala makro besar (wilayah kota),
c. skala makro kecil (kawasan kota),
d. skala mikro (rumah).