BAB TA Hallusinasi
BAB TA Hallusinasi
BAB I
PENDAHULUAN
tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering
jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu
sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721
575 ). Gejala umum dari pasien dengan Skizoprenia adalah halusinasi, yaitu
persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang eksternal yang nyata. (
halusinasi itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa
secara teratur.
B. Tujuan Penulisan
Halusinasi
C. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini terbagi dalam lima BAB, dengan urutan sebagai
berikut.
BAB I : Pendahuluan
sistematika penulisan.
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun,
2004 : 119 ). Menurut Rasmun, 2001 : 23 halusinasi dapat terjadi pada kelima
yang lain, pada sindroma otak organik, epilepsi ( sebagai aura ) nerosa
macam kondisi biologi dan psikologi, misal kelelahan yang berat dan obat
baik baik saja ). Kenyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien
mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu ragu atau yakin sekali bahwa hal
misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa
dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien.
Suara suara yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau
inteligensia atau kreatifitas yang tinggi. Sedangkan sumber koping dari keluarga
3. Menarik diri.
a. Tingkat :
b. Karakteristik
bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika
c. Prilaku klien
7
a. Tingkat
b. Karakteristik
c. Prilaku klien
a. Tingkat
b. Karakteristik
c. Prilaku klien
a. Tingkat
Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan
delusi.
b. Karakteristik
c. Perilaku klien
B. ETIOLOGI
1. Panik
2. Menarik diri
Faktor pencetus :
1. Biologis
maladptif yang baru mulai dipahami, yang termasuk dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
Lesi pada area kontrol, temporal dan limbik paling berhubugan dengan
prilaku psikotik.
menunjukkan bahwa :
2. Psikologis
309 ).
3. Sosial Budaya
dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
C. POHON MASALAH
lingkungan.
diri
kronis.
D. PENATALAKSANAAN
pendengaran
pikiran waham
12
mendapat bantuan.
13
dan manfaat, anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan
lima benar.
pendengaran.
dipilih.
mendapat bantuan
frekuensi dan manfaat, anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat
menarik diri
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
klien-perawat-kelompok
lain, dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
16
ruangan.
orang lain
lain
rutin dan bergantian menjenguk klien, beri penguatan positif atas hal-
secara optimal
kemampuannya
lingkungan rumah.
Sasaran jangka pendek : pasien dapat mengakui bahwa ide-ide yang salah
itu terjadi khususnya terjadi pada saat ansietas meningkat dalam dua
minggu.
pikiran waham.
salah tersebut, sementara itu biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak
juga tidak apa-apa bila diperlakukan seperti itu, sikap menerima akan
halusinasinya.
c. Isolasi sosial
Sasaran jangka pendek : pasien siap untuk masuk dalam terapi aktivitas
bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat
inap.
kelompok yang mungkin hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien,
20
masyarakat.
sebanyak mungkin, jujur dan selalu menepati janji, motivasi pasien untuk
BAB III
TINJAUAN KASUS
Penanggung jawab adalah Tn. M, 61 th, laki laki, Tn. M adalah ayah
kandung dari Nn. S yang bertempat tinggal sama dengan klien, pekerjaan buruh.
Klien masuk rumah sakit tanggal 26 Mei 2006 pukul 22.30 WIB. dengan diagnosa
Alasan masuk rumah sakit adalah 1 hari sebelum masuk rumah sakit ( 25
Mei 2006 ) klien mulai sering ngomong sendiri, berjalan mondar-mandir, tidak
bisa tidur, Makan, minum, mandi tidak disuruh. Kadang-kadang klien melamun,
tertawa sendiri, dan mendengar suara suara yang mengatakan bahwa ada yang
klien meninggal. Pada tahun 2000 ( + 4 tahun yang lalu ) klien mengalami putus
cinta selama sekolah klien tidak dapat mengikuti pelajaran sehingga sering pindah
sekolah. Pada tahun 2001, klien pernah dirawat jalan di RS Kardinah Tegal karena
sering melamun dan kluyuran. Lalu pada tahun 2003, klien kambuh lagi saat akan
ujian kelas III Madrasah Aliyah kemudian dirawat di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo semarang. Klien keluar, dan masuk lagi di RS ini pada tahun 2004.
22
ayah klien dan kakak laki-laki no. 7 klien adalah orang yang paling berarti bagi
klien, klien tidak mempunyai peran serta dalam kelompok atau masyarakat
dilingkungannya karena klien tidak mau berkomunikasi dengan yang lain karena
malu. Klien beragama islam dan selama dirawat di RSJ klien masih menjalankan
tidak rapi, pembicaraan klien kadang pelan, selama pengkajian klien tampak
waktu, tempat dan orang baik. Klien mampu menerima penjelasan dan klien
klien baik dan klien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan perawatan.
seperti kebutuhan makan, mandi dan ganti pakaian. Saat dirawat klien mandi 2x
sehari dan ganti pakaian setiap hari sekali. Makan 3x sehari yang disediakan dari
RSJ.
pengantin, namun klien lebih sering mendengar suara yang mengatakan cinta
padanya dari pada melihat. Klien sering ragu-ragu menanggapi suara itu, saat
setelah mendengar klien merasa senang dan percaya dengan suara itu. Suara itu
sering didengarnya pada pagi hari dan malam hari saat menjelang tidur.
nadi 78x/mnt, suhu 370 C, RR 20 x/mnt. Keadaan umum baik, namun kesadaran
masih bingung. Bentuk kepala mesocepal dengan warna rambut hitam lurus
pendek. Hidung bersih dan tidak ada pembesaran polip, telinga simetris dan
mengalami halusinasi dengar. Mulut bersih, tidak ada sariawan, tidak sianosis.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, bentuk dada simetris, datar,
suara nafas vesikuler. Abdomen datar, kulit berwarna sawo matang, turgor cukup.
Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah, tidak ada oedem.
Keterangan :
: Laki laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
24
: Hubungan Keluarga
: Tinggal Serumah
Bagan 3 : genogram
cara musyawarah bersama. Dari keluarga tidak ada yang pernah mengalami
karena jarinya kecil sehingga klien merasa malu. Klien ingin cepat sembuh agar
cepat pulang dan dapat melanjutkan sekolah lagi. Mekanisme coping klien dalam
menghadapi masalah adalah dengan cara diam, karena klien merasa malu untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Daya tilik diri klien, klen menyadari bahwa
10,6 K/uL, Eritrosit : 4,30 m/uL, Limfosit : 1,7% L, LED 1 jam : 8 mm/jam, LED
2 jam : 20 mm/jam, Glukosa sewaktu : 72 mg/100 ml, ureum : 19,3 mg/100 ml,
Creatinin : 0,80 mg/100 ml, kolesterol total : 113 mg/100 ml, trigliserida : 94
mg/100 ml, Protein Total : 7,01 mg/100 ml, Albumin : 4. 57 mg/100 ml. SGOT :
Pohon masalah :
Analisa data :
Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 19 Agustus 2004
pukul 13.30 WIB didapat data subyektif bahwa klien sering mendengar suara
yang mengatakan cinta, klien mendengar suara tersebut pada pagi dan malam hari
saat akan tidur. Data obyektif : klien tampak mendengar suara, klien tampak ragu-
sering mendengar suara-suara itu, tapi klien masih ragu benar atau tidak. Data
subyektif bahwa klien mendengar suara yang mengatakan cinta, kadang suara itu
membuat klien menjadi ragu-ragu benar atau tidak, data obyektif didapat klien
tampak mendengar suara, klien tampak ragu-ragu, emosi klien tampak labil. Maka
26
tindakan kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
perasaannya saat ini secara verbal, ekspresi wajah bersahabat, ada kontak
terapeuitik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
yang disukai oleh klien, jelaskan tujuan interaksi, jujur dan menepati janji,
Agustus 2004 pukul 13.30 WIB adalah menyapa klien dan memperkenalkan
siang mbak, nama saya Siti Kurniatun Hidayah, sukanya dipanggil Yayah .
dengan kriteria hasil : klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi
27
klien yang sedang berhalusinasi tanyakan apa yang didengar, jika klien
menjawab ada maka tanyakan apa yang dikatakan oleh suara itu, mengatakan
menimbulkan halusinasi.
apa yang telah dilakukan klien jika halusinasinya muncul, beri pujian atas
tindakan yang telah dilakukan oleh klien, diskusikan dengan klien cara
telah dilakukan klien, membuat jadwal kegiatan pada kontrak yang akan
datang, menganjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada dirumah sakit
intervensi selanjutnya yang belum selesai pada hari pertama yaitu dilakukan
kegiatan sehari hari selama dirumah sakit. Intervensi yang dapat dilakukan
pukul 13.30 WIB adalah mengevaluasi tujuan khusus ketiga tentang cara
klien, cara memutus halusinasi klien, cara merawat klien yang berhalusinasi
dan beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
adalah klien dapat minum obat secara teratur sesuai aturan minum obat.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah diskusikan dengan klien tentang obat
dan prinsip lima benar minum obat, bantu klien untuk memastikan bahwa
diri rendah.
klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria evaluasi klien
terbuka dan empati, terima klien apa adanya, sapa klien dengan ramah dan
tepati janji.
dan aspek positif yang dimiliki. Kriteria evaluasi klien dapat mendaftar
dan aspek positif yang dimiliki klien, beri kesempatan klien mengungkapkan
klien untuk memilih salah satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit,
bantu klien melakukannya kalau perlu beri contoh, beri pujian atas
31
kegiatan yang telah dilatih baik secara mandiri , dengan bantuan maupun
merawat klien dengan HDR, bantu keluarga memberi dukungan selama klien
mengontrol halusinasi.
32
senang setelah pertemuan selama dua hari interaksi. Klien akan melakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
pada Nn. S yang dihubungkan dengan teori atau konsep teori yang telah ada.
teori yang ada. Intervensi yang penulis buat didasarkan pada prioritas masalah.
1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi.
diarahkan pada diri sendiri dan orang lain yaitu suatu keadaan dimana individu
mengalami prilaku yang membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri
maupun orang lain. Diagnosa ini penulis angkat berdasarkan data yang penulis
peroleh saat pengkajian yaitu klien sering mendengar suara suara yang
mengatakan cinta pada klien, suara itu masih didengar oleh klien selama
dirumah sakit. Sebelum masuk rumah sakit klien sering kluyuran dan berjalan
pertama karena ketika halusinasi itu muncul klien mengatakan ragu ragu
apakah suara itu benar atau salah sehingga klien kemungkinan dapat
34
sendiri, orang lain dan lingkungan. Tujuan umum dari diagnosa ini adalah
tidak terjadi tindakan kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain
yang dialaminya.
terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien tapi tidak bagi perawat
dan yang tidak dapat menimbulkan halusinasi, diskusikan dengan klien apa
tindakan yang telah dilakukan klien bila sedang berhalusinasi, beri pujian atas
kembali cara memutus halusinasi, beri pujian atas upaya klien, diskusikan cara
interaksi selanjutnya.
dan nama panggilan yang disukai klien, bicara spontan, kontak mata ada.
sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien. Menurut
pada tahap interaksi denga klien seorang perawat harus berhaisl dalam
hubungan saling percaya dengan klien Nn. S ditandai dengan klien dapat
perasaannya.
klien.
Implementasi yang telah penulis lakukan pada pukul 14.15 WIB untuk
tujuan khusus kedua ini adalah menyapa dan mengucapkan salam kepada klien,
klien dalam tujuan khusus pertama, menanyakan pada klien tentang masalahnya,
Menurut Boyd dan Nihart ( 1998 : 363 ) klien dengan halusinasi memiliki
pengalaman perceptual tanpa adanya rangsang yang nyata, sehingga klien tidak
berhalusinasi.
halusinasi.
terjadi.
halusinasi yaitu dengan mengatakan tidak percaya pada suara suara yang
tenang.
dan dapat menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengisi waktu luang
2004 pukul 13.30 WIB sampai selesai adalah mengucapkan salam dan
saat dirumah sakit adalah menyapu lantai, evaluasi obyektif klien tampak puas
dan senang.
singkatnya waktu dalam pemberian asuhan, hal ini menyebabkan penulis tidak
mendukung kesembuhan klien dan klien juga perlu memahami tentang obat
obatan yang harus dikonsumsi oleh klien. Keterlibatan keluarga merupakan tujuan
melanjutkan intervensi.
Hasil akhir dari diagnosa keperawatan ini adalah klien dapat mengenal
memutus halusinasi seperti yang telah didiskusikan bersama. Klien juga mau
ada beberapa masalah keperawatan yang tidak diangkat oleh penulis yaitu
isolasi sosial : menarik diri dan perubahan proses pikir : waham berhubungan
dengan harga diri rendah kronis. Diagnosa tersebut tidak diangkat karena tidak
IMPLIKASI KEPERAWATAN
membedakan antara stimulus nyata dan tidak nyata, sehingga sebagai tugas utama
perawat jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu klien
antara lain adalah memberikan alternatif pada klien untuk memutus halusinasi
bicara klien lain, melakukan aktifitas yang bermanfaat dan mengkosumsi obat
secara teratur.
dengan klien sehingga mengurangi waktu melamun atau menyendiri klien. Saat
kontak dengan klien dibutuhkan komunikasi, sehingga setiap perawat juga harus
menguasai tehnik tehnik komunikasi terapeutik baik verbal maupun non verbal.
tahap tahap asuhan keperawatan jiwa yaitu dimulai dengan membina hubungan
saling percaya, karena hubungan saling percaya merupakan modal dasar bagi
interaksi selanjutnya.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus Nn. S penulis hanya mengangkat dua dari lima diagnosa
yang kemungkinan muncul yaitu Resiko mencederai diri sendiri, orang lain
berdasarkan data subyektif dan obyektif pada saat pengkajian yaitu klien
dan ingin menikah dengan klien. Klien merasa ragu ragu untuk
halusinasi. Dan selama dua hari itu, penlis mampu menyelesaikan sampai
mungkin sangat penting untuk mengurangi waktu luang klien untuk melamun.
B. Saran
tehnik yang harus dikuasai oleh perawat yang akan memberikan asuhan
khusus harus dilalui karena terdapat hubungan yang saling berkaitan antara
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, WF, (2004), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Stuart, GW, Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3,
Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
46
SEMARANG
Laporan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Program Diploma III Keperawatan
Disusun oleh :
PUJI SULASMI
NIM.20011383
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
Mengetahui
Telah disahkan oleh tim penguji ujian akhir pendidikan tenaga kesehatan
Pada Hari/Tanggal :
Mengetahui
KATA PENGANTAR
49
Dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari kesulitan dan hambatan
namun berkat ridho-Nya dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak yang
penulis hadapi, sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ilham Setyo Budi, SKp, Mkes., selaku direktur poltekkes semarang
2. Bapak Sarkum Setyo Rahardjo, SKp, Mkes., selaku ketua program studi
keperawatan semarang.
3. Ibu Ns. Sri Endang Windiarti SKp, selaku pembimbing dalam penyusunan
4. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moril dan spiritual, yang
keberhasilan penulis.
50
6. Serta tak lupa semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan
penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca.
memberikan bantuan dan bimbingan mendapatkan imbalan dari Allah SWT dan
Penulis
51
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Definisi .....................................................................................4
B. Etiologi .....................................................................................9
D. Penatalaksanaan .......................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN