Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH


CYANOPHYTA

OLEH :
KELOMPOK 3 C GANJIL
ANGGOTA KELOMPOK :

1. ANNISA DARMIS (1310421011)


2. SONIA MARDHATILLAH (1310421035)
3. LIZA GUSMAYENI (1310421039)
4. NURJATMI PUTERI MAYANG SARI (1310421043)
5. SEPRIYOGA VIRDANA (1310421059)
6. RAHMADIA AS (1310422039)

ASISTEN PENDAMPING :
SULIS SETIAWATI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak lama organisme ini disebut Alga (ganggang) karena mereka mirip dengan alga

lainnya dalam hal habitatnya dan dalam cara fotosintesisnya. Meskipun demikian,

algae hijau-biru ini adalah prokariota dan dengan demikian jauh lebih dekat

kerabatnya dengan bakteri daripada dengan alga lainnya yang bersifat eukariotik.

Untuk alasan inilah, para peneliti sekarang lebih suka menggunakan pemakaian

istilah cyanobacteria (bakteri Hijau-Biru) untuk organisme itu (Kimball, 1987).


Kelompok yang beranggotakan 1.500 spesies ini biasanya bercirikan warna

hijau kebiru-biruan, yang disebabkan suatu pigmen tambahan selain klorofil dan

karotenoid. Kadang-kadang pigmen merah juga ada dan variasi dalam perbandingan

pigmen-pigmen ini menghasilkan kisaran yang sangat luas dalam hal warna pada

tumbuhan kelas ini. Laut Merah diberi nama demikian karena kadang-kadang

ganggang hijau-biru ini terdapat dalam jumlah amat besar, sehingga pigmen merah

yang lebih banyak itu jadi tampak (Kimball, 1987).


Dalam beberapa hal, organisasi selular ganggang hijau-biru berbeda dengan

yang ada pada tumbuhan tingkat tinggi dan malahan menyerupai bakteri.

Pembelahan sel terjadi dengan perluasan dinding selnya arah ke dalam berbentuk

cincin. Belum ditemukan satu pun struktur yang sama benar dengan nukleus

sebagaimana pada organisme lain, yang dilengkapi dengan kromosom, membran

nuklir dan nukleolus. Bahan nuklir yang dijumpai pada struktur yang tidak beraturan

namun kaya akan DNA, biasanya dinamai benda kromatin, dan cenderung terpusat di

bagian tengah sel, tetapi dapat juga tersebar. Seperti halnya pada tumbuhan tingkat

tinggi, klorofil terikat tetapi tidak berkumpul menjadi grana. Pada kebanyakan

spesies, lamela fotosintetik ini membentuk jalinan kompleks yang menyebar ke

seluruh sel dan menembus sitoplasma. Tetapi, pada beberapa spesies, lamela tersusun

dalam lapisan paralel di bagian luar sel. Jadi, di dalam sel algae hijau-biru tidak ada

benda khusus seperti nukleus, plastid, atau sitoplasma (Kimball, 1987).


Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber

makanan alternatif, misalnya Spirulina sp. Beberapa spesies ganggang hijau-biru


yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi) nitrogen bebas, sehingga menambah

kesuburan tanah, misalnya : Anabaena azollae. Didalam klasifikasi, ganggang biru

digolongkan ke dalam Divisio Cyanophyta (Kimball, 1987).


Untuk mempermudah mengenal jenis-jenis mikro alga, khusunya divisi

Cyanophyta, maka dilakukan praktikum taksonomi tumbuhan tingkat rendah.

Pelaksanaan praktikum ini selain mengenal jenis-jenis mikro alga yang tersebar

diperairan, juga melakukan identifikasi dengan menggunakan parameter morfologi

bentuk dari Cyanophyta tersebut. Maka dengan dilakukannya identifikasi ini maka

kita dapat mengelompokkannya sesuai dengan karakteristik yang telah diidentifikasi

sehingga dapat membentu kita untuk mengetahui jenis-jenis spesies yang ada

diperairan disekitar kita. Selain itu, identifikasi dilakukan dengan beberapa proses.

Salah satunya yaitu menentukan kunci determinasinya. Dengan dilakukannya

praktikum ini, maka praktikan dapat mempelajari bagaimana menggunakan kunci

determinasi sehingga mempermudah dalam proses pengklasifikasian.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengenal karakter, mengidentifikasi

dan membuat deskripsi dari divisi Cyanophyta.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ganggang biru-hijau adalah organisme yang tak tampak oleh mata, tetapi tersebar

sangat luas. Walaupun ganggang hijau-biru ini merupakan komponen utama

fitoplankton baik diperairan asin maupun tawar, yang pada keadaan tertentu mungkin

kehilangan warna airnya karena populasi ganggang yang luar biasa banyaknya

sehingga membentuk apa yang disebut ledakan. Ganggang ini paling sering

dijumpai pada tanah lembab dan di permukaan-permukaan, misalnya permukaan pot


tanaman, dinding tembok, atau permukaan karang yang selalu lembap. Sifat yang

berperan pada penyebaran ganggang hijau-biru ini ialah bahwa ganggang ini dapat

tahan terhadap keadaan yang sangat tidak cocok baginya. Jenis-jenis tertentu dapat

dijumpai pada sumber air panas, sedangkan jenis-jenis lain dapat hidup di daerah

dengan kisaran suhu hariannya dari - 60C sampai + 50C. Ganggang hijau-biru juga

tumbuh pada tempat yang terkena cahaya matahari penuh, atau di tempat gelap

gulita, dan di perairan dengan kandungan garam sebanyak 27%. Beberapa dapat

hidup bersimbiosis, baik dengan tumbuhan maupun dengan hewan (Loveless, 1998).
Semua ganggang hijau-biru mudah dikenal karena struktur selnya yang

prokariota, oleh karena itu jelas berbeda dengan struktur ganggang lain. Jika sebuah

sel tunggal diamati di bawah mikroskop biasa berkekuatan tinggi, yang akan tampak

hanyalah sebuah dinding yang membungkus sebuah protoplasma berbutir (granular

protoplasma), yang dalam beberapa jenis berwarna hijau-biru, tetapi dapat bervariasi

dari keabu-abuan, melalui warna kuning, hijau dan biru sampai merah. Dindingnya

sangat berbeda dengan dinding sel kebanyakan bakteri. Dinding sel ini dilapisi oleh

sarung luar sel, yang pada beberapa jenis susunannya kaku, tetapi pada jenis-jenis

lain berupa gelatin yang membungkus rapat. Dindingnya sendiri memiliki struktur

kompleks dan hanya dapat dibedakan dari plasmalemanya dengan susah payah

(Loveless, 1998).
Protoplasma selnya tidak terbagi atas sitoplasma dan inti, juga tidak ada

organel yang jelas. Walaupun begitu, di bawah mikroskop elektron dapat dilihat

adanya dua bagian. Bagian luar disebut kromatoplasma dan berisi berbagai selaput

fotosintesis pipih yang disebut kromatofor, sedangkan bagian dalam disebut

sentroplasma. Protoplasmanya sendiri tampaknya memiliki konsistensi seperti selai

kental. Aliran protoplasmanya tidak pernah dapat diamati, dan tidak ada vakuola

tengah yang penuh cairan seperti halnya pada kebanyakan sel tumbuhan. Vakuola-

vakuola kecil yang tersebar kadang-kadang terlihat, tetapi vakuola ini terisi gas
(suatu fenomena jarang yang terdapat hanya pada bakteri dan protozoa tertentu)

(Loveless, 1998).
Anggota ganggang hijau biru tersebar di berbagai tempat, yaitu di perairan, di

tanah di batu dan rekahan batu. Ganggang hijau biru mengandung jenis klorofil a,

selain mempunyai klorofil dan berbagai karotenoid organisme ini juga memiliki

fikosianin dan kadangkala fikoeritrin. Adanya fikosianin menyebabkan ganggang

hijau biru memiliki warna yang khas, yitu hijau kebiru-biruan. Akan tetapi tidak

semua ganggang hijau-biru berwarna hijau-biru, ada yang hitam, coklat, kuning,

merah, hijau rumput dan warna campuran. Sebagai contoh laut yang berwarna merah

disebabkan oleh ganggang hijau-biru yang mengandung sejumlah besar fikoeritrin.

Ganggang hijau biru berperan sebagai tubuhan perintis, yaitu dengan cara

membentuk lapisan pada permukaan tanah gundul dan berperan penting dalam

menambah materi organik (Loveless, 1998).


Ciri-ciri ganggang hijau-biru, Intinya tidak diselubungi oleh membran,

dinding sel terletak di antara plasmalema dan selubung lendir.Beberapa ganggang

hijau biru yang berkoloni dengan bentuk filamen memiliki heterotista dan spora

istirahat. Heterotista adalah sel yang lebih tebal dan tidak memiliki inti. Spora

istirahat merupakan spora yang dindingnya sangat tebal dan di dalamnya berisi sel.

Bentuk organisme ini bisa uniseluler sel yang membentuk koloni adalah serupa

sedangkan bentuk filamen tersusun dari sekumpulan sel yang membentuk rantai

trikoma (seperti tabung), dan selubung (Tjitrosoepomo, 1994).


Perkembangbiakan ganggang hijau-biru perkembangbiakan dilakukan dengan

pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan spora. Pembelahan sel, melalui cara

ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk koloni. Fragmentasi,

fragmentasi terutama pada ganggang yang berbentuk filament, misalnya :

Oscillatoria sp. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati, maka sel mati

itu membagi filamen menjadi dua atau lebih masing-masing potongan disebut

hormogonium. Bila hormogonium terlepas dari filamen induk maka akan menjadi
individu baru, misalnya pada Plectonema boryanum Spora, pada keadaan yang

kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang sebenarnya merupakan sel

vegetatif, spora ini membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan. Ganggang

hijau biru dapat bergerak dengan gerakan meluncur, tetapi gerakan ini sangat lambat,

kira-kira 250 mikrometer permenit (Tjitrosoepomo, 1994).


Kelompok ganggang ini mempunyai warna biru-hijau, dan sebagian besar

hidup pada air tawar, sedang yang hidup di laut hanya sebagian kecil saja. Warna

kebiru-biruan pada ganggang ini disebabkan oleh pigmen yang disebut fikobilin. Di

antara jenis ganggang ini dapat hidup pada air yang bertemperatur tinggi sampai

85C, yaitu yang didapatkan pada sumber air panas, air pendingin dan sebagainya

(Tjitrosomo, 1983).
Seperti halnya bakteri peluncur, alga hijau biru terbungkus dalam dinding

peptidoglikan yang dikelilingi selubung bergetah. Beberapa spesies bersel satu,

beberapa tumbuh sebagai filamen dari sel-sel yang berhubungan. Bakteri-bakteri

yang mampu berlokomosi melakukan dengan meluncur,kira-kira 2000 spesies yang

telah diidentifikasikan (Kimball, 1987).


Sejumlah alga hijau biru berfilamen dapat mengikat nitrogen atmosfer. Hal

ini dilakukan dalam heterosista, yaitu sel yang tidak berwarna yang berserakan

diantara sel-sel fotosintetik dalam rantai. Spesies inilah yang mekar bilamana fosfat

tersedia didanau dan diperairan lainnya yang air tawar. Ganggang hijau biru yang

mengikat nitrogen juga penting karena menjaga kesuburan padi (Kimball, 1987).
Walaupun alga hijau biru itu berfotosintesis dan bersifat prokariotik, mereka

berbeda dengan bakteri fotosintetik dalam banyak hal penting. Klorofilnya adalah

klorofil a, yaitu molekul yang sama enggan dijumpai pada tumbuhan alaga lain.

Selain itu mereka mampu menggunakan air sebagai sumber elektron dan dengan

mereduksi karbondioksida menjadi karbohidrat (Kimball, 1987).


III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah mengenai Cyanophyta

dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2015 di Laboratorium Pendidikan I, Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,

Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, pipet tetes, kaca objek,

cover glass, dan kamera. Adapun bahan yang digunakan adalah sampel air kolam

biasa, air kolam hijau, air sungai hulu, air sungai tengah, air sungai hilir, air laut

pantai Padang, air laut pantai Nirwana dan tisu.


3.3 Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan, lalu diteteskan satu per satu sampel air pada kaca objek,

diamati Cyanophyta yang didapatkan di bawah mikroskop, kemudian diidentifikasi,

dicatat pada laporan sementara ciri dan spesiesnya dan lakukan dokumentasi dengan

cara memotret spesies tersebut.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Nostocapsa

kingdom : Plantae

Divisi : Cyanophyta

kelas : Cyanophyceae

Ordo : Hormogonales

famili : Nostocaceae

genus : Nostoc

spesies : Nostocapsa

Gambar 1. Nostocapsa (Sumber: 1B)


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri

talus mikro atau agar-agar makroskopik, amorf atau bulat, kemudian tidak teratur

bola, lobate, halus atau berkutil di permukaan, berserabut atau membentuk datar

agar-agar atau "kertas seperti" (saat kering) koloni, biasanya dengan periderm yang

berbeda pada permukaan kolonial.


Filamen Nostoc terdiri dari sel-sel bulat atau gentong ukuran sama dan

berwarna hijau kebiruan atau zaitun. Filamen membungkuk, tertekuk, atau melingkar

panjang, isopolar. Koloni berukuran mikroskopik atau makroskopik, halus atau

berkutil di tekstur, longgar atau padat, dan bulat, datar, agar-agar, atau tikar teratur.

Koloni bulat biasanya marmer berukuran, tetapi mungkin sama besar dengan 30-50

cm. Selubung mucilaginous yang tegas dan lebar, kuning, coklat, atau warna hitam,

dan paling mudah dilihat dalam koloni muda.

Heterosis biasanya soliter, berbentuk gentong atau bulat, dan dapat kabisat

atau terletak di ujung trikoma. Lebih dari 200 spesies Nostoc yang umum dan luas di
beragam habitat. Nostoc kebanyakan ditemukan di habitat terestrial, seperti batu

lembab dan tebing, tanah alkali, padang rumput basah, dan tepi danau dangkal, dan

berhubungan dengan tanaman berbagai macam pembuluh darah, lumut, pakis, dan

jamur di lumut. Genus ini juga ditemukan di sebagian besar habitat bentik danau

tercemar, kolam, sungai, dan sungai. Nostoc sering melimpah di sawah tergenang di

mana kemampuan fiksasi nitrogen dari heterosis yang membantu untuk membuahi

dua juta hektar. Nostoc kadang-kadang ditempati oleh larva nyamuk air dan

kemudian menghasilkan koloni telinga.

4.1.2 Oscillatoria sp

Phylum : Cyanophyta

Class : Cyanophyceae

Ordo : Oscillatoriales

Family : Oscillatoriaceae

Genus : Oscillatoria

Spesies : Oscillatoria sp.

Gambar 2. Oscillatoria sp (Sumber: 7C)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri
Oscillatoria sp yang diambil dari kata oscilla yaitu bergetar, berbentuk benang tebal
terdiri atas sel-sel pipih dan dapat bergerak dengan cara bergetar. Oscillatoria sp
terdiri atas berbagai jenis yaitu Oscillatoria acuminata merupakan salah satu jenis
Oscillatoria yang sel ujungnya meruncing, Oscillatoira foreani yaitu Oscillatoria
yang benang koloninya kecil.
Oscillatoria probocidae ujung koloninya seperti belalai, Oscillatoria
princeps ujung koloninya berbentuk kepala. Oscillatoria sp adalah genus dari
cyanobacteria yang berfilamen. Ia dinamakan Oscillatoria sp karena gerakannya
yang berosilasi. Oscilatoria sp biasanya hidup dan banyak ditemukan pada
lingkungan air tawar, termasuk mata air panas (Hutagulung, 1997).
Filamen dalam koloni Oscillatoria sp dapat bergeser kedepan dan kebelakang
berlawanan dengan yang lainnya hingga seluruh massanya mendapatkan cahaya dari
sumber cahaya. Biasanya berwarna hijau-biru atau hijau-coklat. Oscillatoria sp
bereproduksi dengan cara fragmentasi. Ia membentuk filamen sel panjang yang
terpatah-patah menjadi beberapa fragmen yang disebut hormogonia. Hormogonia
dapat tumbuh menjadi filamen baru yang lebih panjang. Pematahan dalam filamen
biasanya terjadi dimana adanya sel mati atau necridia. Oscillatoria sp menggunakan
fotosintesis untuk reproduksi dan bertahan hidup. Tiap filamen pada Oscillatoria sp
terdiri dari trikoma yang terdiri dari barisan sel.
Ujung dari trikoma berosilasi seperti pendulum
(Nybakken,1992).

4.1.3 Aphanocapsa C.Ngeli, 1849

Klasifikasi
Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Chrooccales
Family : Merismopediaceae
Genus : Aphanocapsa
Spesies: Aphanocapsa sp

Gambar 6. Aphanocapsa sp (Sumber: 6C)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri

koloni bersel banyak, tidak teratur, biasanya amorf, mikroskopis (terutama bentik,

planktonik, perifiton, metaphytic) atau makroskopik (perifiton, aerophytic, epipelic),

agar-agar, dengan sel tidak teratur, longgar atau padat didistribusikan; lendir

berwarna, halus, meresap atau terbatas (di kecil, koloni mikroskopis), jarang

kekuningan, kecoklatan atau kebiruan (terutama dalam koloni makroskopik). Sel

bulat, setelah pembagian setengah bola, pucat keabu-abuan biru atau biru-hijau,
jarang terang biru-hijau atau hijau zaitun, kadang-kadang dengan chromatoplasm

perifer terlihat.

Reproduksi dengan disosiasi koloni, kadang-kadang sampai kelompok-

kelompok kecil sel, dan dengan sel soliter dibebaskan dari koloni. Sebagian besar

spesies tumbuh di perifiton, benthos dan metaphyton dari biotop air tawar stagnan

dan streaming (biasanya dengan air yang jernih, biasanya di danau), beberapa spesies

yang dikenal dari pesisir laut (psammon, perifiton), mata air panas, atau dari biotop

endolithic subaerophytic atau terendam Spesies karakteristik tumbuh

subaerophytically pada batuan basah dan dinding atau di antara lumut di Moor dan

rawa gambut. Spesies plankton memerlukan revisi

(jenis pembelahan sel). Didistribusikan di seluruh

dunia, namun beberapa spesies ekologis tajam

terbatas dan terjadi di daerah geografis terbatas

(Komarek, 2003).

4.1.4 Hyella sp. .Bornet & C.Flahault, 1888

Filum : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Pleurocapsales

Famili : Pleurocapsacae

Genus : Hyella

Spesies : Hyella sp

Gambar 2. Hyella sp (Sumber: 1B)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri

terdiri dari filamen seperti, baris teratur sel merayap pada substrat (biasanya karbonat

kaya) atau dan membosankan ke dalamnya. Awal (permukaan) tahap dikumpulkan


kelompok sel diselimuti oleh sendiri, berbeda, tidak berwarna, sarung perusahaan

(tahap chroococcalean).

Pseudofilaments tumbuh menjadi substrat berbatu dari "basal" koloni

nematoparenchymatous, uniseriate atau (jarang) polyseriate, lateral pseudobranched

(divaricated) dengan frekuensi yang berbeda, diselimuti oleh tipis atau tebal,

perusahaan atau mucilaginous, sarung kadang berlapis, lurus atau sedikit

melengkung di berakhir dengan jelas memanjang terminal dan subterminal sel. Sel

membelah secara tidak teratur di bidang yang berbeda, dalam membosankan

pseudofilaments terutama melintang. Sel membesar membagi kadang-kadang

menjadi nanocytes, biasanya di bagian permukaan talus. Reproduksi dengan

nanocytes dan oleh sel soliter, dikelilingi oleh amplop agar-agar; mereka membagi

teratur dan pseudofilaments membedakan

dari mereka. Semua spesies tumbuh dalam

biotop terendam, pada substrat batu kapur,

baik dalam laut (berbatu dan pesisir laut

berbatu, kerang, terumbu karang tua), atau

dalam biotop air tawar (biasanya dalam

sungai tercemar). Spesies laut mungkin

dengan distribusi yang luas di seluruh lautan zona tropis dan subtropis. Terlepas dari

itu, sebagian besar spesies yang kurang dikenal dan perlu penelitian lebih lanjut.

Distribusi spesies air tawar kurang dikenal (Nybakken, 1992).

4.1.5 Tolypothrix sp. (Bornet & Flahault) Lemmermann, 1910

Filum : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Hormogonales

Famili : Scytonemataceae

Genus : Tolotrophix
Spesies : Tolypothrix sp.

Gambar 5. Tolypothrix sp. (Sumber: 1C)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri

filamen heteropolar, bersatu dalam fasciculate, koloni caespitose, atau (kemudian)

klaster atau tikar berbulu, dengan bagian-bagian basal dengan heterocytes dan ujung

apikal gratis, biasanya palsu bercabang, biasanya dengan soliter cabang lateral.

Sel silinder hingga gentong, isodiametric atau sedikit lebih panjang atau lebih

pendek dari lebar, tanpa aerotopes, kadang-

kadang dengan beberapa butiran, biru-hijau,

hijau zaitun, keabu-abuan atau kemerahan, sel

akhir sedikit menyempit atau melebar dan

bulat, kadang-kadang sampai bola , selalu

tanpa calyptra, kadang-kadang vacuolized.

Akinetes dikenal jarang di beberapa spesies.

Tumbuh di littorals waduk air tidak tercemar pada batu atau di antara ganggang dan

tanaman air lainnya, di mata air, mata air mineral, sungai, kolam renang, dll.

Beberapa spesies ekologis terbatas (mereka tumbuh hanya dalam Moor, rawa bersifat

alkali, di daerah kapur, dll). Beberapa spesies dijelaskan dari habitat aerophytic

(tanah berpasir basah, kulit pohon, batu basah, berkapur atau dinding batu pasir, dll)

(Komarek, 1992).

4.1.6 Chroococcus turgidus Gardner, N.L. (1927)


Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Chroococcales

Famili : Chroococcaceae
Genus : Chroococcus

Spesies : Chroococcus turgidus


Gambar 6. Chroococcus turgidus (Sumber: 2A)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka

didapat spesies dengan ciri-ciri ganggang bersel

tunggal, struktur tubuh masih sangat sederhana,

ukuran mikroskopis, tubuh ditutupi lendir,

merupakan uniselular atau tidak berkoloni tanpa

spora, warna biru kehijauan.

Chroococcus sp banyak ditemukan diperairan-perairan air tawar seperti pada


kolam. tumbuh pada suhu dan pH optimum yaitu pada rentan suhu 32-35C dan pH
6,0. Biasanya hidup dilingkungan yang sedikit asam hingga basa, tumbuhan ini
menyebabkan air menjadi berwarna kehijauan. Penemuan baru yang masih terus diuji
coba dalam penelitian menunjukkan bahwa Cyanophyceae jenis Chroococcus sp
dapat digunakan sebagai pestisida hayati yang dapat membunuh laeva nyamuk Aides
aigepty (Whitton, 2002).

4.1.7 Stigonema sp.

Klasifikasi

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Famili : Stigonemataceae

Genus : Stigonema

Spesies : Stigonema sp

Gambar 7. Stigonema sp. (Sumber: 2A)


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri

thallus berbulu talus atau berkerak, terdiri dari bebas, melingkar, filamen bercabang

benar, biasanya menempel pada substrat, tidak diversifikasi jelas dalam filamen dan

cabang basal. Trikoma dua atau multiseriate (hanya dalam trikoma muda dan pada

ujung cabang uniseriate), kadang-kadang

sangat tebal, tidak teratur lateral benar

bercabang (T dan V-jenis bercabang), tidak

teratur melingkar, kadang-kadang menyempit

(dengan jumlah kurang dari baris sel).

Sel gentong atau bulat-bulat tidak

teratur, biasanya dihubungkan dengan satu pori ("koneksi pit") satu dengan yang lain,

yang menghilang dalam beberapa segmen trikoma; isi sel biru-hijau atau hijau

zaitun, biasanya dengan butiran soliter menonjol. Heterocytes intercalar, soliter,

jarang lateral, dalam bentuk yang sama seperti sel-sel vegetatif neighbournig.

Akinetes tidak diketahui. Kadang-kadang kelompok sel chroococcoid muncul.

Biasanya menempel pada substrat atau tanah, tetapi tidak sangat umum. Banyak

terdapat di daerah tropis. Banyak spesies tumbuh aerophytically atau

subaerophytically pada kulit pohon atau batu basah, dari dataran rendah ke zona

alpine pegunungan tinggi (spesies yang berbeda). Beberapa spesies yang dikenal dari

kolam, rawa, dan dataran, di mana mereka tumbuh di metaphyton atau melekat pada

batu dan kayu. Penting adalah spesies tanah di habitat tropis (Komarek, 1992).

4.1.8 Cyanocystis versicolor Borz 1882

Filum : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Chroococcales

Famili : Chroococcaceae
Genus : Cyanocystis

Spesies : Cyanocystis versicolor

Gambar 7. Cyanocystis versicolor

(Sumber: 1C)

Berdasarkan praktikum yang telah

dilakukan, maka didapat spesies dengan

ciri-ciri Sel soliter atau pipih atau

hemispherical kelompok (secara paralel

atau radial diatur), menempel pada substrat, Sel heteropolar, biasanya sedikit atau

jelas memanjang, luas oval, obovoid, klub berbentuk atau berbentuk buah pir, jarang

hampir bulat atau setengah bola.

Sel-sel pada koloni ukuran variabel, dengan homogen, pucat biru-hijau, hijau

zaitun atau konten violet. Selubung (pseudovaginae) tipis, perusahaan, tidak

berwarna. Menurut Komarek (1992), sel ssoliter atau kelompok sel, bergabung pada

akhir basal ke substrat). Isi sel kelabu biru-hijau, zaitun merah hijau atau merah

muda, halus granular, selalu tanpa aerotopes. Semua spesies hidup di biotop air, yang

melekat pada tanaman yang berbeda. Delapan spesies (inklusif spesies jenis) adalah

air tawar (sungai gunung, tidak tercemar sungai, rawa, kolam, stagnan perairan

streaming yang tropis), terjadi terutama pada lumut air atau ganggang lainnya,

dengan berbagai bidang distribusi. Spesies laut terjadi melekat pada alga yang lebih

tinggi pesisir.

4.1.9 Gleocapsa sp.

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanopyhcae

Ordo : Chrococcale
Famili : Chrococcaceae

Genus : Gleocapsa

Spesies : Gleocapsa sp.

Gambar 9. Gleocapsa sp. (Sumber: 2A)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri
ganggang bersel tunggal, struktur tubuh masih sangat sederhana, tubuh ditutupi oleh
lendir, warna biru kehijauan namun juga kadang kemerahan, ukuran mikroskopis dan
tidak memiliki spora.
Gloeocapsa sp banyak ditemukan diperairan-perairan air tawar yang sedikit
tercemar seperti air got. tumbuh pada suhu dan pH optimum yaitu pada rentan suhu
32-35C dan pH 6,0. Biasanya hidup dilingkungan yang sedikit asam hingga basa.
Gloeocapsa sp dapat menambat atau menangkap Nitrogen dan melakukan fiksasi
nitrogen yaitu mengubah nitrogen (N2) menjadi ammonia (NH3) untuk digunakan
tumbuhan sebagai bahan untuk mensintesis senyawa organik (asam amino) sehingga
dapat menyuburkan tanah (Whitton, 2011)
4.1.10 Gloeotricia echinulata P.G.Richter 1894

Filum : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Famili : Rivulariaceae

Genus : Gloeotricia

Spesies : Gloeotricia echinulata

Gambar 10. Gloeotricia echinulata (Sumber: 2A)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapat spesies dengan ciri-ciri

Filamen kolonial, trikoma heteropolar dengan heterocytes basal dan rambut seperti

apikal berakhir dengan selubung sendiri, bersatu radial menjadi agar-agar,

hemispherical atau bulat koloni, yang mikroskopis sampai beberapa cm, hijau zaitun,

kuning-hijau, coklat atau biru tua kehitaman.

Sel-sel pada beberapa spesies (terutama di hormogonia) mengandung

aerotopes (spesies planktic). eberapa spesies berkembang periphytically pada

tanaman air dan batu terendam dan hutan, tetapi kemudian kadang-kadang

membebaskan dari substrat dan mengalir di permukaan air. Beberapa spesies hidup

di detritus (metaphyton) di rawa-rawa dan waduk dengan vegetasi air yang

melimpah. Mayoritas spesies bidang distribusi (tropic, Nordik, dll) terbatas. Semua

spesies air tawar, hanya planktic G. echinulata tumbuh di kedua segar dan di perairan

payau zona beriklim (misalnya di Laut Baltik) (Komarek, 1992).


4.2 Kunci Determinasi

1 a. Hidup di perairan air tawar................................................................................(2)


b. Hidup melekat pada bebatuan (perifitik)...........................................................(9)
2 a. Berbentuk coccus...............................................................................................(3)
b. Berbentuk filament............................................................................................(5)
3 a. Organisme dalam bentuk agregat........................................Chrococcus turgidus
b. Organisme tidak dalam bentuk agregat.............................................................(4)
4 a. Memiliki baeocyt...................................................................Aphanocapsa sp
b. Tidak memiliki baeocyt...................................................................Gleocapsa sp.
5 a. Tidak memiliki cabang......................................................................................(6)
b. Memiliki cabang................................................................................................(7)
6 a. Trikom seperti manik-manik
Nostocapsa
b. Trikom seperti barisan sel..............................................................Oscilatoria sp.
7 a. Mempunyai pertumbuhan apical....................................................Stigonema sp.
b. Tidak mempunyai pertumbuhan apical.............................................................(8)
8 a. Percabangan palsu membentuk gumpalan........................Gloeotricia echinulata
b. Percabangan palsu membentuk trikom..............................Tolypothrix sp.
9 a. Hidup di perifitik yang bergelatin..........................................................Hyella sp.
b. Hidup di perifitik yang tidak bergelatin............................Cyanocystis versicolor
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Nostocapsa memiliki filamen yang terdiri dari sel-sel bulat atau gentong ukuran

sama dan berwarna hijau kebiruan atau zaitun.

2. Oscillatoria sp memiliki filamen yang dapat bergeser kedepan dan kebelakang

berlawanan dengan yang lainnya hingga seluruh massanya mendapatkan cahaya

dari sumber cahaya. Biasanya berwarna hijau-biru atau hijau-coklat.

3. Aphanocapsa sp memiliki sel yang berbentuk bulat, beberapa berbentuk

setengah bola, berwarna pucat keabu-abuan biru atau biru-hijau, jarang terang

biru-hijau atau hijau zaitun.

4. Hyella sp terdiri dari filamen seperti, baris teratur sel merayap pada substrat.

Umumnya tidak berwarna.

5. Chroococcus turgidus bersel tunggal, struktur tubuh masih sangat sederhana,

ukuran mikroskopis, tubuh ditutupi lendir, merupakan uniselular atau tidak

berkoloni tanpa spora, warna biru kehijauan.

6. Gleocapsa sp bersel tunggal, struktur tubuh masih sangat sederhana, tubuh

ditutupi oleh lendir, warna biru kehijauan namun juga kadang kemerahan,

ukuran mikroskopis dan tidak memiliki spora.

7. Cyanocistis versicolor memiliki sel yang berkoloni dengan ukuran variabel,

berwarna pucat biru-hijau, hijau zaitun atau konten violet.

8. Tolypothrix sp memiliki sel silinder hingga gentong, sedikit lebih panjang atau

lebih pendek dari lebar, berwarna biru-hijau, hijau zaitun, keabu-abuan atau

kemerahan.

9. Stigonema sp memiliki thallus berbulu talus atau berkerak, terdiri dari bebas,

melingkar, filamen bercabang, biasanya menempel pada substrat. Trikoma dua


atau multiseriate (hanya dalam trikoma muda dan pada ujung cabang uniseriate),

berwarna hijau-biru atau zaitun.

10. Gloeotricia echinulata memiliki filamen yang berkoloni, trikoma heteropolar

dengan heterocytes basal dan rambut seperti apikal berakhir dengan selubung.

Berwarna hijau zaitun, kuning-hijau, coklat atau biru tua kehitaman.


DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Sahala dan Stetwart M. Evans. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton.


Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hutabarat,Sahala. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Hutagalung et al., 1997. Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan
Oscillatoria sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Kimball, J . 1987 . Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Komrek, J. (1992). Coccoid and colonial cyanobacteria. In: Freshwater Algae of
North America. Ecology and Classification. (Wehr, J.D. & Sheath, R.G.
Eds), pp. 59-116. Amsterdam Boston London New York Oxford Paris San
Diego San Fransisco Singapore Sydney Tokyo: Academic Press.
Loveless, A.R. 1998. Prinsip - Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Nybakken, James W, 1992. Biologi laut,suatu pendekatan ekologis. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Tjitrosomo, dkk. 1983. Botani Umum 3. Bandung : Angkasa.
Whitton, B.A. 2002. Phylum Cyanophyta (Cyanobacteria). In: The Freshwater Algal
Flora of the British Isles. An identification guide to freshwater and
terrestrial algae. (John, D.M., Whitton, B.A. & Brook, A.J. Eds), pp. 25-
122. Cambridge: Cambridge University Press.
Whitton, B.A. 2011. Cyanobacteria (Cyanophyta). In: The freshwater algal flora of
the British Isles. An identification guide to freshwater and terrestrial
algae. Second edition. (John, D.M., Whitton, B.A. & Brook, A.J. Eds), pp.
31-158. Cambridge. Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai