Disusun oleh :
Galuh Dwi Astuti 22030114120023
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025 disepakati sebagai berikut:
1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen.
2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5
persen.
3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen.
4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.
5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen.
6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
paling kurang 50 persen.
Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber daya
manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada
masa pra-hamil, saat kehamilannya dan saat menyusui merupakan periode yang
sangat kritis. Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari
pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif karena
akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan
tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi
juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat
dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang
berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Kebutuhan zat gizi sangat tinggi untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat selama kehidupan janin dan 2 tahun pertama kehidupan
setelah lahir. Gizi kurang dan kesehatan yang buruk pada ibu dan anak selama periode
tersebut memberikan dampak buruk bagi kehidupan bayi di masa dewasa yang
bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Gizi kurang bertanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung bagi
sebagian besar kematian yang terjadi pada masa anak-anak (WHO, 2001). Di negara
berkembang, gizi kurang pada ibu hamil dan anak-anak merupakan penyebab dari 1/3
(3,5 juta) kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun (balita). Gizi kurang mencakup
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) atau perlambatan pertumbuhan di dalam
kandungan yang berpengaruh pada berat badan bayi lahir rendah (BBLR);
underweight; stunting; wasting; dan defisiensi zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
Underweight menggambaran berat badan menurut umur (BB/U) yang rendah, stunting
menggambarkan gagal tumbuh dalam tinggi badan yang kronis dan diindikasikan oleh
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang rendah; wasting menggambarkan penurunan
berat badan akut yang diindikasikan oleh berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
yang rendah. Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh pendek,
gemuk dan beberapa penyakit tertentu khususnya PTM disebabkan terutama oleh
faktor genetik. Dengan demikian ada anggapan tidak banyak yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki atau mengubahnya. Namun berbagai bukti ilmiah dari banyak
penelitian dari lembaga riset gizi dan kesehatan terbaik di dunia telah mengubah
paradigma tersebut. Ternyata tubuh pendek, gemuk, PTM dan beberapa indikator
kualitas hidup lainnya, faktor penyebab terpenting adalah lingkungan hidup sejak
konsepsi sampai anak usia 2 tahun yang dapat dirubah dan diperbaiki.
Didalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan
berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti
jantung, hati, dan ginjal. Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin akan
dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan pada saat itu. Sekali perubahan tersebut
terjadi, maka tidak dapat kembali ke keadaan semula. Perubahan tersebut merupakan
interaksi antara gen yang sudah dibawa sejak awal kehidupan, dengan lingkungan
barunya. Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan tersebut menetap atau selesai,
kecuali beberapa fungsi, yaitu perkembangan otak dan imunitas, yang berlanjut
sampai beberapa tahun pertama kehidupan bayi. Kekurangan gizi yang terjadi dalam
kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian.
Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ
tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada
usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau
kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak.
Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya
berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung koroner
dan diabetes dengan berbagai risiko ikutannya pada usia dewasa.
Berbagai dampak dari kekurangan gizi yang diuraikan diatas, berdampak
dalam bentuk kurang optimalnya kualitas manusia, baik diukur dari kemampuan
mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, rendahnya daya saing, rentannya terhadap
PTM, yang semuanya bermuara pada menurunnya tingkat pendapatan dan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain kekurangan gizi dapat
memiskinkan masyarakat. Suatu yang menggembirakan bahwa berbagai masalah
tersebut diatas bukan disebabkan terutama oleh faktor genetik yang tidak dapat
diperbaiki seperti diduga oleh sebagian masyarakat, melainkan oleh karena faktor
lingkungan hidup yang dapat diperbaiki dengan fokus pada masa 1000 HPK. Investasi
gizi untuk kelompok ini harus dipandang sebagai bagian investasi untuk
menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan. Seperti
telah diuraikan diawal, perbaikan gizi pada kelompok 1000 HPK akan menunjang
proses tumbuh kembang janin , bayi dan anak sampai usia 2 tahun, sehingga siap
dengan baik memasuki dunia pendidikan. Selanjutnya perbaikan gizi tidak saja
meningkatkan pendapatan keluarga tetapi juga pendapatan nasional. Di Banglades dan
Pakistan misalnya, masalah kekurangan gizi termasuk anak pendek, menurunkan
pendapatan nasional (GNP) sebesar 2 persen - 4 persen tiap tahunnya.
Masalah kekurangan gizi 1000 HPK diawali dengan perlambatan atau
retardasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation). Di negara berkembang kurang gizi pada pra-hamil dan ibu hamil
berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan BBLR. Kondisi IUGR hampir
separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan (BB) ibu pra-hamil yang
tidak sesuai dengan tinggi badan ibu atau bertubuh pendek , dan pertambahan berat
badan selama kehamilannya (PBBH) kurang dari seharusnya. Ibu yang pendek waktu
usia 2 tahun cenderung bertubuh pendek pada saat meninjak dewasa. Apabila hamil
ibu pendek akan cenderung melahirkan bayi yang BBLR (Victoria CG dkk, 2008).
Apabila tidak ada perbaikan terjadinya IUGR dan BBLR akan terus berlangsung di
generasi selanjutnya, sehingga terjadi masalah anak pendek intergenerasi.
Siklus tersebut akan terus terjadi apabila tidak ada perbaikan gizi dan
pelayanan kesehatan yang memadai pada masa-masa tersebut. Kelompok ini tidak
lain adalah kelompok 1000 HPK yang menjadi fokus perhatian dokumen ini.
Mengapa penting kelompok 1000 HPK diperhatikan. Jawabnya adalah karena akan
mengurangi jumlah anak pendek di generasi yang akan datang dan seterusnya.
Dengan itu, akan ditingkatkan kualitas manusia dari aspek kesehatan, pendidikan dan
produktivitasnya yang akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Para ahli ekonomi dunia perbaikan gizi pada 1000 HPK adalah suatu investasi
pembangunan yang "cost effective".
C. Masa Kritis
1. Kandungan selama 280 hari
Wanita hamil merupakan kelompok yang rawan gizi. Oleh sebab itu penting
untuk menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama kehamilan agar ibu hamil dapat
memperoleh dan mempertahankan status gizi yang optimal sehingga dapat menjalani
kehamilan dengan aman dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang
baik, serta memperoleh energi yang cukup untuk menyusui kelak. Janin memiliki sifat
plastisitas (fleksibilitas) pada periode perkembangan. Janin akan menyesuaikan diri
dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa yang diasup oleh ibunya selama
mengandung. Jika nutrisinya kurang, bayi akan mengurangi sel-sel perkembangan
tubuhnya. Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada anak di 1000 Hari Pertama
Kehidupan menjadi sangat penting, sebab jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka
dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.
Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang.
Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan,
mempunyai tiga resiko, diantaranya:
a. Resiko terjadinya penyakit tidak menular/ kronis, tergantung organ yang
terkena. Bila ginjal, maka akan menderita gangguan ginjal, bila pankreas
maka akan beresiko penyakit diabetes tipe 2, bila jantung akan beresiko
menderita penyakit jantung.
b. Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan
kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif;
c. Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko pendek/stunting .
Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak)
tetapi bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya). Sehingga diperkirakan
dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun, artinya resiko tersebut berasal dari
masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu, dan dampaknya akan berkelanjutan
pada 100 tahun berikutnya
Telah diketahui bahwa kebutuhan zat gizi akan meningkat selama kehamilan,
yaitu tambahan energi sekitar 300 kkal per hari, pertambahan energi terutama di
trimester II. Penambahan konsumsi energi ini diperlukan untuk pertumbuhan jaringan
ibu, seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta
penumpukan lemak. Sepanjang trimester III, energi tambahan dipergunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta.
Kebutuhan protein juga mengalami peningkatan selama kehamilan yaitu
hingga 68%. Protein diperlukan untuk pembentukkan jaringan baru dan pertumbuhan
organ-organ pada janin, perkembangan kandungan ibu, pertumbuhan plasenta, cairan
amnion serta penambahan volume darah. Kekurangan asupan protein dapat
berdampak buruk terhadap janin seperti cacat bawaan, BBLR dan keguguran.
Kebutuhan zat gizi mikro seperti zat besi, asam folat, dan kalsium juga
meningkat. Untuk kebutuhan zat besi selama kehamilan mengalami peningkatan
sebesar 200% sampai 300%. Hal ini diperlukan untuk pembentukan plasenta dan
pembentukan sel darah merah. Untuk menjaga agar tidak kekurangan zat besi maka
wanita hamil disarankan untuk menelan sebanyak 90 tablet besi selama kehamilan.
WHO (2006) menegaskan bahwa semua wanita hamil di daerah prevalensi tinggi gizi
buruk harus secara rutin menerima suplemen zat besi dan folat, untuk mencegah
anemia. kehamilan dengan aman dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental
yang baik, serta memperoleh energi yang cukup untuk menyusui kelak.
Angka kecukupan asam folat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah
600 g per hari. Asam folat merupakan vitamin B9 yang memegang peranan penting
dalam perkembangan embrio, juga membantu mencegah cacat pada otak dan tulang
belakang. Pada ibu hamil, asam folat memiliki peranan penting dalam pembentukan
satu per tiga sel darah merah.
Ibu hamil yang berusia lebih dari 25 tahun membutuhkan kalsium kira-kira
1200 mg/hari dan cukup 800 mg/hari untuk yang berusia lebih muda. Kalsium di
gunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika
ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambil dari cadangan
kalsium pada tulang ibu, ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis
dan tidak jarang ibu hamil yang mengeluh giginya merapuh atau mudah patah.
Kebutuhan yodium penting selama kehamilan. Yodium merupakan bahan
dasar hormon tiroksin yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan otak
bayi. Ibu hamil dianjurkan untuk menambah asupan yodiumnya sebesar 50 g/ hari
dari kebutuhan sebelum hamil yang hanya 150 g/ hari.