BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan struktur beton ini harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan
peraturan yang berlaku supaya bangunan aman dari kegagalan konstruksi.
Dari seluruh uraian pentingnya struktur pada bangunan, maka perencanaan struktur
beton ini harus dilakukan dengan baik dan benar, agar dapat memenuhi syarat keamanan,
efisien dan ekonomis.
1.2 Permasalahan
Dalam perencanaan struktur gedung, yang paling utama adalah kemampuan struktur
untuk menahan beban, yang dalam hal ini adalah struktur yang direncanakan adalah struktur
beton. Untuk mampu melayani pembebanan yang terjadi, maka perencanaan harus
dilakukan sebaik mungkin dan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. Adapun data-data tugas pada desain ini yaitu
sebagai berikut:
1. Gedung yang direncanakan adalah gedung dengan fungsi sebagai hotel
2. Bangunan gedung terletak di Kota Bandung
3. Bangunan gedung tersebut akan berdiri pada jenis tanah lunak
4. Gedung direncanakan memiliki 13 tingkat lantai dengan tinggi antar lantai adalah
sebesar 3,2 m, dan panjang bentang balok adalah sebesar 5 m dan 6 m.
Perhitungan konstruksi beton bertulang mengacu pada metode ultimit sesuai dengan
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan Gedung, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
(PPIUG) tahun 1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726-2012 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Tugas yang harus dilakukan yaitu mendesain dimensi dan penulangan pelat, balok dan
kolom, serta menyajikan hasil desain komponen struktur tersebut sesuai dengan gambar
teknik.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Pembebanan
Spesifikasi pembebanan dapat mengacu pada peraturan pembebanan Indonesia (SNI)
atau peraturan pembebanan Amerika (ACI).
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari seluruh bagian bangunan yang permanen, besar beban
tetap dan lokasinya juga tetap. Beban mati bergantung pada berat jenis material bangunan.
Sebagai contoh untuk material beton berat normal. Berat jenis 2400 kg/m3. Contoh beban
mati antara lain:
Berat struktur seperti dinding, lantai, atap, langit-langit dan tangga.
Perlengkapan bangunan yang sifat tetap seperti HVAC, perpipaan, kabel dan
sebagainya.
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang dihasilkan akibat pemanfaatan struktur, yang
biasanya berupa beban maksimum yang mungkin terjadi akibat pemanfaatan bangunan.
Besarnya beban hidup yang diambil tidak boleh lebih kecil dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam peraturan. Tergantung pada jenis elemen struktur dan beban yang di tinjau,
nilai beban hidup dapat direduksi.
c. Beban lingkungan
Gempa bumi
Angin
Tekanan tanah / air
Genangan air hujan
Perbedaan suhu dan perbedaan penurunan
d. Beban atap
Beban atap adalah beban minimum pekerja dan peralatan / material konstruksi selama
masa pembangunan dan perawatan / perbaikan.
Kombinasi-kombinasi beban:
Kombinasi beban mati dan beban hidup:
U = 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau R)
2) Material beton cocok digunakan untuk fungsi arsitektural (dapat dibentuk) dan
struktural
4) Kekakuan
Kekakuan dan massa yang lebih besar sehingga dapat mengurangi goyangan
akibat angin dan getaran lantai (akibat pengaruh orang berjalan).
6) Ketersediaan material
Pasir, kerikil, semen, air, dan fasilitas pencampuran beton mudah diperoleh.
Baja tulangan: lebih mudah dibawa ke lokasi konstruksi dibanding profil baja.
1) Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang.
2) Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral sengkang atau lateral.
3) Kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja.struktural di dalamnya
dengan/tanpa diberi tulangan pokok memanjang.
2.3.2 Balok
Kontruksi balok-T
Pada konstruksi balok-T, sayap dan badan balok harus dibangun menyatu atau
bila tidak harus dilekatkan bersama secara efektif.Lebar slab efektif sebagai sayap
balok-T tidak boleh melebihi seperempat panjang bentang balok dan lebar efektif
sayap yang menggantung pada masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi:
(a) Delapan kali tebal slab; dan
(b) Setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.
Untuk balok dengan slab pada satu sisi saja, lebar sayap efektif yang
menggantung tidak boleh melebihi:
(a) Seperduabelas panjang bentang balok;
(b) Enam kali tebal slab; dan
(c) Setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.
Balok yang terpisah, dimana bentuk-T digunakan untuk memberikan sayap untuk
luasan tekan tambahan, harus mempunyai ketebalan sayap tidak kurang dari setengah
lebar badan dan lebar efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar badan.Bila
tulangan lentur utama pada slab yang dianggap sebagai sayap balok-T (tidak termasuk
konstruksi balok usuk) paralel dengan balok, tulangan tegak lurus terhadap balok
harus disediakan pada sisi teratas slab sesuai dengan berikut ini:
1) Tulangan transversal harus didesain untuk memikul beban terfaktor pada
lebar slab yang menggantung yang diasumsikan bekerja sebagai
kantilever. Untuk balok yang terpisah, seluruh lebar sayap yang
menggantung harus diperhitungkan. Untuk balok-T lainnya, hanya lebar
efektif slab yang menggantung perlu diperhitungkan.
Konstruksi balok jois terdiri dari kombinasi monolit rusuk berspasi beraturan
dan slab di atasnya yang disusun untuk membentang dalam satu arah atau dua arah
ortogonal.Lebar rusuk tidak boleh kurang dari 100 mm, dan harus mempunyai tinggi
tidak lebih dari 3 kali lebar minimum badannya.Spasi bersih antar rusuk tidak boleh
melebihi 750 mm.jika Konstruksi balok jois yang tidak memenuhi batasan yang telah
disebutkan maka harus dirancang sebagai slab dan balok.
Bila saluran atau pipa seperti yang diizinkan oleh Butir 6.3 SNI-2847-2013
ditanam dalam slab, tebal slab harus paling sedikit 25 mm lebih besar dari tinggi total
keseluruhan saluran atau pipa di semua titik. Saluran atau pipa tidak boleh
mengurangi kekuatan konstruksi secara berlebihan. Untuk konstruksi balok jois, Vc
diizinkan 10 persen lebih besar dari yang ditetapkan dalam Pasal 11 SNI-2847-2013.
2.3.3 Pelat
Kekuatan geser slab dan fondasi tapak di sekitar kolom, beban terpusat, atau
reaksi dikendalikan oleh yang lebih berat dari dua kondisi:
(a) Tepi atau sudut kolom, beban terpusat, atau daerah reaksi; dan
BAB III
DESAIN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY DESIGN)
3@5 m 3@6 m
13 @3,2 m
Karena dalam denah bangunan terdapat balok dengan satu ujung maupun dua ujung
menerus, maka untuk simplifikasi desain, digunakan tinggi balok yang paling besar, yaitu:
Karena fy tidak sama dengan 420 MPa, maka harus dikoreksi dengan faktor:
digunakan tinggi penampang balok dan lebar penampang balok, h = 600 mm b = 300 mm.
3.5 Prediksi tebal balok anak
Dengan menggunakan metode yang sama dengan Prediksi tebal balok induk
Tinggi balok diprediksi dengan rumus (dari SNI Tabel 9.5(a)):
Karena dalam denah bangunan terdapat balok dengan satu ujung maupun dua ujung
menerus, maka untuk simplifikasi desain, digunakan tinggi balok yang paling besar, yaitu:
Karena fy tidak sama dengan 420 MPa, maka harus dikoreksi dengan faktor:
= 170,67
Dicoba h = 180 mm
Selain itu, tebal pelat perlu juga dikontrol terhadap SNI pasal 9.5.3.3:
ln max = 6000 - 1/2 . 300 1/2 . 300 = 5700 mm
ln min = 5000 - 1/2 . 300 1/2 . 300 = 4700 mm
= ln max / ln min = 5700/4700 = 1,213
Kemudian dihitung faktor :
Menurut Wight dan MacGregor (Reinforced Concrete Mechanics and Design), luasan
yang digunakan untuk menghitung Ib dan Is adalah:
5m
Untuk menentukan Ib, perlu ditentukan dulu lokasi titik pusat luasan:
A = 180.(300+600-180) + (300.(600-300)) = 255600,00 mm2
yc = ((129600 . 90) + (126000 . 390))/255600 = 237,887 mm (dari atas)
Ib = I0 + A . y2 = 7951979155mm4
720 mmb
A1 180 mm
600 mm
A2
420 mm
300 mm 420 mm
No. A1 A2
y
Balok b (mm) h (mm) A (mm2) b (mm) h (mm) A (mm2)
1&2 720 180 129600 300 420 126000 9
3&4 1140 180 205200 300 420 126000 9
5700*(0.8+400/1400)
= = 131,911 mm
36 + 5 . 1,21
A1 150 mm
6 m 600 mm
A2 450 mm
5m 300 mm 450 mm
No. A1 A2
y
Balok b (mm) h (mm) A (mm2) b (mm) h (mm) A (mm2)
1, 2, 3 &
4 1140 180 205200 300 420 126000 9
No Ib Is
1 9432109565 2916000000 3.235
2 9432109565 2430000000 3.882
3 9432109565 2916000000 3.235
4 9432109565 2430000000 3.882
m = (1+2+3+4)/4 = 3,558
5700*(0.8+400/1400)
= =
36 + 9 . 1
BAB IV
PEMBEBANAN
(LOAD IDENTIFICATION)
4.2 Pembebanan
1. Pelat Lantai
A. Atap
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 5 2, 5 0 kg/m2
Water proofing = 5, 0 0 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 2 5, 0 0 kg/m2
Plafon + penggantung = 1 8, 0 0 kg/m2 +
1 0 0, 5 0 kg/m2
= 0,986 kN/m2
C. Lantai 1 (Dasar)
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 5 2, 5 0 kg/m2
Lantai (Spesi + Keramik) = 34, 5 0 kg/m2 +
87,50 kg/m2 =0,85347 kN/m2
2. Balok Tepi
Beban balok tepi dimaksudkan bahwa hanya pada balok tepi struktur yang
menggunakan dinding, selanjutnya pembatas ruangan diasumsikan menggunakan fiber yang
dianggap tidak membebani balok interior ataupun struktur. Adapun beban balok tepi hanya
dibebankan pada balok tepi struktur lantai 1 (dasar) hingga lantai 12, sedangkan atap tidak
dibebani (tidak ada lagi dinding atau ruangan di atasnya), dan beban balok tepi merupakan
beban mati (DL).
Berikut besar beban balok tepi tersebut:
Berat dinding pasangan bata merah = 2 50,00 kg/m2
Maka berat dinding pada balok adalah berat dinding dikalikan dengan tinggi dinding
(per lantai), yaitu:
3. Beban Gempa
Data Bangunan
Lokasi : Kota Bandung
Jenis bangunan : Gedung umum (gedung hotel)
Jenis tanah : Tanah lunak
Jumlah tingkat : 13
Tinggi bangunan : 41,6 m (tinggi per tingkat adalah 3,2 m)
A. Statik Equivalen
Fa = 1 (SNI Tabel 4, Pasal 6.2)
SMS = Fa . SS = 1,1
SDS = 2/3 . SMS = 0,733
CS = SDS / (R / I) = 0,01375
Cs = SD1/ (T(R/Ie)) = 0,0127
Dipakai Cs yang terkecil
Beban Geser Dasar (V) = CS . Wt = 4490757,36 kg
K = 2,42
Faktor Reduksi Beban hidup = 0,3
Untuk meninjau gempa
Tabel perhitungan beban gempa per lantai bangunan
Lantai Wi
Zi (m) (KN) Wi x Zi ^k cvx Fi (Kn)
Atap 41.6 2664.37 21876305 0.19065986 110.79
Lantai
12 38.4 3361.13 22741656 0.19820171 115.18
lantai
11 35.2 3361.13 18427359 0.16060106 93.33
Lantai
10 32 3361.13 14634930 0.12754867 74.12
Lantai 9 28.8 3361.13 11343986 0.09886691 57.45
Lantai 8 25.6 3361.13 8532916.1 0.07436743 43.22
Lantai 7 22.4 3610.15 6636427.1 0.05783885 33.61
Lantai 6 19.2 3637.90 4606871.8 0.04015054 23.33
Lantai 5 16 3637.90 2964658.5 0.02583806 15.01
Lantai 4 12.8 3637.90 1728548.3 0.01506492 8.75
Lantai 3 9.6 3637.90 862233.91 0.00751468 4.37
Lantai 2 6.4 3637.90 323519.51 0.00281959 1.64
Lantai 1 3.2 3637.90 60550.739 0.00052772 0.31
base 0 846.52 0 0 0.00
Jumlah 1.14739961
T Ta SA (g)
0 0 0.348
T0 0.078927 0.87
Ts 0.394636 0.87
Ta = Periode
TS+0 0 0.394636 0.782
Sa TS+0.1 0.1 0.494636 0.711 (g) = Spektrum
Gempa TS+0.2 0.2 0.594636 0.651
TS+0.3 0.3 0.694636 0.601
Berikut gambar hasil perhitungan
TS+0.4 0.4 0.794636 0.558
fungsi yang TS+0.5 0.5 0.894636 0.52 dimasukkan ke
spektrum respons TS+0.6 0.6 0.994636 0.488 desain di ETABS :
TS+0.7 0.7 1.094636 0.459
TS+0.8 0.8 1.194636 0.433
TS+0.9 0.9 1.294636 0.41
TS+1 1 1.394636 0.39
TS+1.1 1.1 1.494636 0.371
TS+1.2 1.2 1.594636 0.354
TS+1.3 1.3 1.694636 0.339
TS+1.4 1.4 1.794636 0.325
TS+1.5 1.5 1.894636 0.312
TS+1.6 1.6 1.994636 0.3
TS+1.7 1.7 2.094636 0.289
TS+1.8 1.8 2.194636 0.278
TS+1.9 1.9 2.294636 0.269
TS+2 2 2.394636 0.26
TS+2.1 2.1 2.494636 0.251
TS+2.2 2.2 2.594636 0.243
TS+2.3 2.3 2.694636 0.236
TS+2.4 2.4 2.794636 0.229
TS+2.5 2.5 2.894636 0.222
TS+2.6 2.6 2.994636 0.216
TS+2.7 2.7 3.094636 0.21
TS+2.8 2.8 3.194636 0.205
TS+2.9 2.9 3.294636 0.2
Gambar 2.1 Spektrum TS+3 3 3.394636 0.195 respons desain
TS+3.1 4 4.394636 0.194
maka digunakan tinggi penampang kolom dan lebar penampang kolom, h = b = 850
mm.
Beban gempa (E) dianggap bekerja 100% pada sumbu utama (arah x) bersamaan
dengan 30% pada daerah tegak lurus sumbu utama (arah y). Maka kombinasi beban di atas
dapat dijabarkan menjadi 18 kombinasi sebagai berikut:
1) 1,4 DL Kombinasi 1
2) 1,2 DL + 1,6 LL
Keterangan:
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban hidup (Live Load)
E = Beban gempa (Earthquake)
Ex = Beban gempa arah x
Ey = Beban gempa arah y
BAB V
PERENCANAAN BALOK
(BEAM DESIGN)
5.1 Umum
Untuk penyederhanaan, balok yang akan direncanakan adalah balok dengan gaya
dalam yang terbesar. Dalam keruntuhan balok yang paling mempengaruhi adalah gaya
momen, maka dalam perencanaan balok ini didasarkan pada balok dengan gaya momen
terbesar.
Desain balok mencakup desain tuangan lentur (longitudinal bar) dan tulangan
transversal / sengkang (stirrups).
s
5.2 Gambar Denah Balok Rencana
Balok yang direncanakan adalah balok B57, balok interior yang berada pada bagian
belakang Hotel lantai 12.
5.3 Perencanaan Balok
Dari hasil analisis struktur dengan software ETABS, balok B53-lantai 12 memiliki
gaya dalam momen terfaktor maksimum sebesar:
Vkiri = -79,05
V kanan = 59,33
Tu = 1,43 kN.m < Tth = 2,396 kN.m, maka balok tidak butuh tulangan torsi
hf = 150 mm fc = 24,9MPa
hw = 420 mm fy = 400 MPa
h = 600 mm bw = 300 mm
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = 83,95 kN.m
d = (600 - 40 - 10) = 390 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
Karena pada momen positif perlu ditambahkan tulangan torsi (Al = 902,131 mm2),
maka luas tulangan perlu menjadi:
As = n (0,25 . . db2) = 1519,76 mm2 ( > As perlu = 1185,69 mm2 ... OK !!! )
Karena . Mn = 289,66 kN.m > Mu = 53,34 kN.m, maka besar penampang balok
cukup menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Perkiraan Tulangan
j = 0,95
= 0,90
Mu = -76,62 kN.m
d = (600 - 40 - 10) = 540 mm (digunakan selimut bersih = 40 mm)
Karena . Mn = 290,48 kN.m > |Mu| = 76,62 kN.m, maka besar penampang balok
cukup besar untuk menahan momen tarik yang terjadi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi syarat.
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik distribusi gaya
geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat tumpuan (6 m), Vu:
Vu kiri = -78,05 kN
Vu kanan = 59,33 kN
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d = 380,5 mm
Vu di d = {59,33 - [(600 + 539) / 5000] . [(59,33) - (-78,05)]/0,75
bw = 300 mm
fc = 24,9 MPa
fyt = 400 MPa
Karena 0,5 . Vc = 68,58 kN < |Vu| = 37,38 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu balok menahan gaya geser Vu,Namun untuk memudahkan pengerjaan
dalam pengecoran beton atau menempatkan tulangan maka tulangan sengkang dibutuhkan.
Karena (Vc + Vs maks) = 502,28 kN > |Vu| = 37,38 kN, maka penampang balok
cukup besar untuk menahan gaya geser.
Karena (Av+t)/s perlu < (Av+t)/s min, maka digunakan (Av+t)/s = 0,44 mm2/mm.
Digunakan sengkang diameter 10 mm dengan 2 kaki:
0,33 . fc0,5 . bw . d = 266,27 kN (>Vs perlu=0,00 kN, abaikan SNI Pasal 11.4.5.3 )
Karena s > smaks, maka spasi sengkang perlu adalah s = 269,5 mm. Digunakan spasi
sengkang s = 250 mm.
BAB VI
PERENCANAAN KOLOM
(COLUMN DESIGN)
6.1 Umum
Untuk penyederhanaan, kolom-kolom bangunan akan didesain dengan dimensi dan
detail penulangan yang sama, menggunakan beban kolom terbesar (momen biaksial dan
gaya aksial).
Penggambaran diagram interaksi menggunakan software SPColumn, dengan
persyaratan lainnya akan dicek secara manual.
Dari hasil software ETABS , kolom C6-Story 1 memiliki gaya dalam sebagai berikut:
Dengan software SPColumn, diperoleh penuangan dan diagram interaksi gaya aksial
- momen biaksial sebagai berikut:
Digunakan
Tulangan longitudinal:
20 D 19
Tulangan transversal:
bw = 300 mm = 1
fc = 24,9 MPa |Nu| = -4368,68 kN
fyt = 400 MPa |Vu| = -0,8754 kN
d = 750-(40+10+(0,519)=690,5 mm
Vc = 0,17 . [(1 + Nu) / (14 . Ag)] fc0,5 . bw . d = 175,72 kN (SNI Pers. 11- 4)
0,5 . . Vc = 87,86 kN
Karena 0,5 . Vc = 71,86061 kN > |Vu| = -0,8754 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu kolom menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 643,46 kN > |Vu| = -0,8754 kN, maka kekuatan geser
nominal tambahan dari sengkang mampu menahan gaya geser Vu.
SNI 7.7.1
2. Kolom 65/65
Dari hasil software ETABS , kolom C6-lantai 4 memiliki gaya dalam sebagai berikut:
Dengan software SPColumn, diperoleh penuangan dan diagram interaksi gaya aksial
- momen biaksial sebagai berikut:
Digunakan
Tulangan longitudinal:
16D19
Tulangan transversal:
Sengkang persegi
D - 10
Maka dari gambar diagram interaksi di atas dapat disimpulkan bahwa penulangan
kolom di atas sudah memenuhi syarat kekuatan. Akan tetapi, masih ada persyaratan detail
penulangan yang harus diperiksa secara manual.
b = 650 mm = 1
h = 650 mm fc = 24,9 Mpa
Karena 0,5 . Vc = 178,758 kN > |Vu| = 5,1479 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu kolom menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 1131,503 kN > |Vu| = 5,1479 kN, maka kekuatan geser
nominal tambahan dari sengkang mampu menahan gaya geser Vu.
SNI 7.7.1
3. Kolom 60/60
Dari hasil software ETABS , kolom C6-lantai 7 memiliki gaya dalam sebagai berikut:
Dengan software SPColumn, diperoleh penuangan dan diagram interaksi gaya aksial
- momen biaksial sebagai berikut:
Digunakan
Tulangan longitudinal:
16 D 19
Tulangan transversal:
Gopal Adya Ariska
1307113245
DESAIN STRUKTUR BETON 2
Sengkang persegi
D - 10
b = 600 mm = 1
h = 600 mm fc = 24,9 Mpa
|Nu| = -1915,02 kN fyt = 400 Mpa
|Vu| = -7,1293 kN
d = 600-(40+10+(0,519) = 540,5 mm
Karena 0,5 . Vc = 62,653 kN > |Vu| = 7,1293 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu kolom menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 802,829 kN > |Vu| = 7,1293 kN, maka kekuatan geser
nominal tambahan dari sengkang mampu menahan gaya geser Vu.
SNI 7.7.1
4. Kolom 45/45
Dari hasil software ETABS , kolom C6-Story 12 memiliki gaya dalam sebagai
berikut:
Digunakan
Tulangan longitudinal:
12D 19
Tulangan transversal:
Sengkang persegi
D - 10
Gambar detail penulangan kolom dengan software SPColumn
Maka dari gambar diagram interaksi di atas dapat disimpulkan bahwa penulangan
kolom di atas sudah memenuhi syarat kekuatan. Akan tetapi, masih ada persyaratan detail
penulangan yang harus diperiksa secara manual.
b = 450 mm = 1
h = 450 mm fc = 24,9 Mpa
|Nu| = 274,251 kN fyt = 400 Mpa
|Vu| = 4,4679 kN
d = 450-(40+10+(0,519)=390,5 mm
Karena 0,5 . Vc = 167,074 kN > |Vu| = 4,4679 kN, maka tidak dibutuhkan sengkang
untuk membantu kolom menahan gaya geser Vu.
Karena (Vc + Vs maks) = 461,87 kN > |Vu| = -4,4679 kN, maka kekuatan geser
nominal tambahan dari sengkang mampu menahan gaya geser Vu.
SNI 7.7.1
7.1 Umum
Untuk penyederhanaan, desain pelat lantai 1 (dasar) sampai lantai atap akan
disamakan dengan mengambil gaya dalam terbesar.
a) Gambar Denah Pelat Lantai 1 (Dasar) - 7 b) Gambar Denah Pelat Lantai 8 - Atap
1 0,85
0,05 f c' 28
0,85
0,05 24,9 28
0,872
7 7
382,5 1 f c, 600 f y 225 1
600 f
Kmaks 2
y
b. Rasio tulangan ()
Rasio tulangan pelat pelat lantai dihitung berdasarkan mutu beton dan tulangan yang
digunakan, sesuai dengan ketentuan berikut.
Rasio tulangan minimum (min):
f c' 24,9
min 0,003119
4f y 4 400
Rasio tulangan seimbang (balance):
1 0,872
2 3,738
1 1 125
0,85 24,9
24,476 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen negatif yang dipasang pada daerah
tumpuan bentang pendek, yakni besi D10 dan spasi tulangan 200 mm.
2 1,638
1 1 125
0,85 24,9
10,077 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
2 5,159
1 1 125
0,85 24,9
35,511 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
Dari hasil perhitungan diperoleh tulangan momen negatif yang dipasang pada daerah
tumpuan bentang panjang, yakni besi D10 dan spasi 130 mm.
2 5,016
1 1 125
0,85 24,9
34,342 mm
0,85 f c' a b
As perlu
fy
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh kombinasi beban yang
dibantu dengan software ETABS, maka dari perencanaan struktur bangunan Hotel 13 lantai
ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
o Dari perhitungan kontrol masing-masing elemen aksial dan momen yang
menggunakan mutu beton fc = 24,9 MPa dan mutu tulangan fy = 400 MPa, diperoleh
bahwa desain masing-masing elemen telah memenuhi syarat dan aman digunakan
untuk portal gedung 13 lantai.
o Balok menggunakan dimensi 600.300 mm, dengan tulangan momen negatif 4D22,
tulangan momen positif 4D22 dan sengkang D10-250. Balok aman terhadap momen.
o Kolom menggunakan dimensi 750.750 mm, dengan tulangan longitudinal 20D19
dan sengkang D10-150. Kolom aman terhadap gaya tekan aksial dan momen.
o Kolom menggunakan dimensi 650.650 mm, dengan tulangan longitudinal 16D19
dan sengkang D10-200. Kolom aman terhadap gaya tekan aksial dan momen.
o Kolom menggunakan dimensi 650.650 mm, dengan tulangan longitudinal 16D19
dan sengkang D10-200. Kolom aman terhadap gaya tekan aksial dan momen.
o Kolom menggunakan dimensi 600.600 mm, dengan tulangan longitudinal 16D19
dan sengkang D10-150. Kolom aman terhadap gaya tekan aksial dan momen.
o Kolom menggunakan dimensi 450.450 mm, dengan tulangan longitudinal 12D19
dan sengkang D10-150. Kolom aman terhadap gaya tekan aksial dan momen.
o Pelat lantai menggunakan ketebalan sebesar 150 mm, dengan tulangan momen arah
X D10-150 dan momen arah Y D10-150. Pelat lantai aman terhadap momen.
8.2 Saran
Berdasarkan proses dalam perencanaan struktur bangunan kantor ini, saran yang perlu
dikembangkan pada perencanaan ini adalah:
Perlu dilakukan analisis struktur secara menyeluruh. Perlu ditambahkan beban lateral yaitu
angin agar struktur bangunan lebih teruji sebagai bangunan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai kantor.
Pada pembebanan yang ada, perlu ditambahkan beban yang lebih detail lagi, seperti beban
tangga, lift, pendingin ruangan dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, H. A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2002). SNI 07-2052-2002 Baja Tulangan Beton.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2012). SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional
1. Balok
Tabel hasil untuk balok diurutkan dari momen 3-3 paling besar
TABLE: Beam Forces
Story Beam Load Case/Combo Station P V2 V3 T M2 M3
m kN kN kN kN-m kN-m kN-m
Story11 B53 (1) 1,4DL Max 0.3 0 -78.0473 0 3.5014 0 -76.6204
Story11 B53 (1) 1,4DL Min 0.3 0 -78.0473 0 3.5014 0 -76.6204
Story11 B57 (1) 1,4DL Max 5.7 0 77.049 0 1.0807 0 -76.2131
Story11 B57 (1) 1,4DL Min 5.7 0 77.049 0 1.0807 0 -76.2131
Story10 B53 (1) 1,4DL Max 0.3 0 -77.4748 0 2.9178 0 -75.2404
Story10 B53 (1) 1,4DL Min 0.3 0 -77.4748 0 2.9178 0 -75.2404
Story10 B56 (1) 1,4DL Max 5.7 0 77.1907 0 -2.405 0 -75.0156
Story10 B56 (1) 1,4DL Min 5.7 0 77.1907 0 -2.405 0 -75.0156
Story10 B57 (1) 1,4DL Max 5.7 0 76.6234 0 1.1324 0 -74.9633
Story10 B57 (1) 1,4DL Min 5.7 0 76.6234 0 1.1324 0 -74.9633
Story9 B53 (1) 1,4DL Max 0.3 0 -77.1621 0 2.5352 0 -74.5264
Story9 B53 (1) 1,4DL Min 0.3 0 -77.1621 0 2.5352 0 -74.5264
Story11 B56 (1) 1,4DL Max 5.7 0 74.6368 0 -3.6528 0 -74.4937
Story11 B56 (1) 1,4DL Min 5.7 0 74.6368 0 -3.6528 0 -74.4937
Story9 B56 (1) 1,4DL Max 5.7 0 76.9216 0 -2.4628 0 -74.3117
Story9 B56 (1) 1,4DL Min 5.7 0 76.9216 0 -2.4628 0 -74.3117
Story9 B57 (1) 1,4DL Max 5.7 0 76.397 0 1.2511 0 -74.2258
Story9 B57 (1) 1,4DL Min 5.7 0 76.397 0 1.2511 0 -74.2258
Story12 B53 (1) 1,4DL Max 0.3 0 -77.0329 0 3.4062 0 -73.9062
Story12 B53 (1) 1,4DL Min 0.3 0 -77.0329 0 3.4062 0 -73.9062
Story12 B57 (1) 1,4DL Max 5.7 0 75.9861 0 0.9793 0 -73.5608
Story12 B57 (1) 1,4DL Min 5.7 0 75.9861 0 0.9793 0 -73.5608
Story8 B53 (1) 1,4DL Max 0.3 0 -76.5123 0 2.2687 0 -72.9688
Story8 B53 (1) 1,4DL Min 0.3 0 -76.5123 0 2.2687 0 -72.9688
Story8 B56 (1) 1,4DL Max 5.7 0 76.3454 0 -2.2646 0 -72.8652
Story8 B56 (1) 1,4DL Min 5.7 0 76.3454 0 -2.2646 0 -72.8652
Story8 B57 (1) 1,4DL Max 5.7 0 75.8655 0 1.2566 0 -72.7335
Story8 B57 (1) 1,4DL Min 5.7 0 75.8655 0 1.2566 0 -72.7335
Story12 B56 (1) 1,4DL Max 5.7 0 73.6608 0 -3.4654 0 -71.7937
Story12 B56 (1) 1,4DL Min 5.7 0 73.6608 0 -3.4654 0 -71.7937
DESAIN STRUKTUR BETON 2
Contoh B53-lantai 12
DESAIN STRUKTUR BETON 2
DESAIN STRUKTUR BETON 2
DESAIN STRUKTUR BETON 2
2. Kolom
Tabel diurutkan berdasarkan pu terbesar
TABLE: Column Forces
Story Column Load Case/Combo Station P V2 V3 T M2 M3
m kN kN kN kN-m kN-m kN-m
Story1 C6 (1) 1,4DL Max 0 -4368.6809 -0.1616 -0.2833 -0.0385 0.2498 -0.8754
Story1 C6 (1) 1,4DL Min 0 -4368.6809 -0.1616 -0.2833 -0.0385 0.2498 -0.8754
Story1 C6 (1) 1,4DL Max 1.3 -4344.586 -0.1616 -0.2833 -0.0385 0.618 -0.6653
Story1 C6 (1) 1,4DL Min 1.3 -4344.586 -0.1616 -0.2833 -0.0385 0.618 -0.6653
Story1 C7 (1) 1,4DL Max 0 -4325.182 0.0042 -0.3706 -0.0385 0.0423 -0.7084
Story1 C7 (1) 1,4DL Min 0 -4325.182 0.0042 -0.3706 -0.0385 0.0423 -0.7084
Story1 C15 (1) 1,4DL Max 0 -4324.6221 1.8052 -2.3103 -0.0385 -1.7927 0.963
Story1 C15 (1) 1,4DL Min 0 -4324.6221 1.8052 -2.3103 -0.0385 -1.7927 0.963
Story1 C6 (1) 1,4DL Max 2.6 -4320.4911 -0.1616 -0.2833 -0.0385 0.9863 -0.4552
Story1 C6 (1) 1,4DL Min 2.6 -4320.4911 -0.1616 -0.2833 -0.0385 0.9863 -0.4552
Story1 C7 (1) 1,4DL Max 1.3 -4301.087 0.0042 -0.3706 -0.0385 0.524 -0.7138
Story1 C7 (1) 1,4DL Min 1.3 -4301.087 0.0042 -0.3706 -0.0385 0.524 -0.7138
Story1 C15 (1) 1,4DL Max 1.3 -4300.5272 1.8052 -2.3103 -0.0385 1.2107 -1.3838
Story1 C15 (1) 1,4DL Min 1.3 -4300.5272 1.8052 -2.3103 -0.0385 1.2107 -1.3838
Story1 C7 (1) 1,4DL Max 2.6 -4276.9921 0.0042 -0.3706 -0.0385 1.0058 -0.7192
Story1 C7 (1) 1,4DL Min 2.6 -4276.9921 0.0042 -0.3706 -0.0385 1.0058 -0.7192
Story1 C15 (1) 1,4DL Max 2.6 -4276.4322 1.8052 -2.3103 -0.0385 4.2141 -3.7306
Story1 C15 (1) 1,4DL Min 2.6 -4276.4322 1.8052 -2.3103 -0.0385 4.2141 -3.7306
Story1 C10 (1) 1,4DL Max 0 -4014.2121 -1.2872 -3.5991 -0.0385 -3.2108 -2.1529
Story1 C10 (1) 1,4DL Min 0 -4014.2121 -1.2872 -3.5991 -0.0385 -3.2108 -2.1529
Story2 C6 (1) 1,4DL Max 0 -4002.3244 -1.4465 0.3848 -0.1123 0.7392 -2.3591
Story2 C6 (1) 1,4DL Min 0 -4002.3244 -1.4465 0.3848 -0.1123 0.7392 -2.3591
Story1 C10 (1) 1,4DL Max 1.3 -3990.1172 -1.2872 -3.5991 -0.0385 1.4681 -0.4796
Story1 C10 (1) 1,4DL Min 1.3 -3990.1172 -1.2872 -3.5991 -0.0385 1.4681 -0.4796
Story2 C6 (1) 1,4DL Max 1.3 -3978.2295 -1.4465 0.3848 -0.1123 0.239 -0.4786
Story2 C6 (1) 1,4DL Min 1.3 -3978.2295 -1.4465 0.3848 -0.1123 0.239 -0.4786
Story2 C15 (1) 1,4DL Max 0 -3973.1449 0.3736 -2.1245 -0.1123 -4.1907 1.6733
Story2 C15 (1) 1,4DL Min 0 -3973.1449 0.3736 -2.1245 -0.1123 -4.1907 1.6733
Story1 C10 (1) 1,4DL Max 2.6 -3966.0222 -1.2872 -3.5991 -0.0385 6.1469 1.1937
Story1 C10 (1) 1,4DL Min 2.6 -3966.0222 -1.2872 -3.5991 -0.0385 6.1469 1.1937
Story2 C7 (1) 1,4DL Max 0 -3958.8776 0.9696 0.0822 -0.1123 0.221 0.2718
Story2 C7 (1) 1,4DL Min 0 -3958.8776 0.9696 0.0822 -0.1123 0.221 0.2718
Story2 C6 (1) 1,4DL Max 2.6 -3954.1345 -1.4465 0.3848 -0.1123 -0.2611 1.4019
Story2 C6 (1) 1,4DL Min 2.6 -3954.1345 -1.4465 0.3848 -0.1123 -0.2611 1.4019
Story2 C15 (1) 1,4DL Max 1.3 -3949.05 0.3736 -2.1245 -0.1123 -1.4289 1.1877
Story2 C15 (1) 1,4DL Min 1.3 -3949.05 0.3736 -2.1245 -0.1123 -1.4289 1.1877
Story2 C7 (1) 1,4DL Max 1.3 -3934.7827 0.9696 0.0822 -0.1123 0.1142 -0.9886
Story2 C7 (1) 1,4DL Min 1.3 -3934.7827 0.9696 0.0822 -0.1123 0.1142 -0.9886
Story2 C15 (1) 1,4DL Max 2.6 -3924.955 0.3736 -2.1245 -0.1123 1.3329 0.702
Story2 C15 (1) 1,4DL Min 2.6 -3924.955 0.3736 -2.1245 -0.1123 1.3329 0.702
Story2 C7 (1) 1,4DL Max 2.6 -3910.6878 0.9696 0.0822 -0.1123 0.0074 -2.249
Story2 C7 (1) 1,4DL Min 2.6 -3910.6878 0.9696 0.0822 -0.1123 0.0074 -2.249
Story1 C6 (2) 1,2DL+1,6LL Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (6) 1,2DL+LL-FX-0.3FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (5) 1,2DL+LL-FX+0,3FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (4) 1,2DL+LL+FX-0,3FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (3) 1,2DL+LL+FX+0,3FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (11) 1.2 DL+LL+0.3FX+FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (12) 1.2DL+LL+0.3FX-FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (13) 1.2DL+LL-0.3FX+FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (14) 1.2DL+LL-0.3FX-FY Min 0 -3744.5837 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.7504
Story1 C6 (2) 1,2DL+1,6LL Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (6) 1,2DL+LL-FX-0.3FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (5) 1,2DL+LL-FX+0,3FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (4) 1,2DL+LL+FX-0,3FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (3) 1,2DL+LL+FX+0,3FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (11) 1.2 DL+LL+0.3FX+FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (12) 1.2DL+LL+0.3FX-FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (13) 1.2DL+LL-0.3FX+FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
Story1 C6 (14) 1.2DL+LL-0.3FX-FY Min 1.3 -3723.9309 -0.1386 -0.2428 -0.033 0 -0.5703
DESAIN STRUKTUR BETON 2
Contoh lantai 1 C6
DESAIN STRUKTUR BETON 2
3. Plat lantai
My dengan mengambil nilai maksimum
Mu+ dan mu-
DESAIN STRUKTUR BETON 2
Mx dengan mengambil nilai maksimum
Mu+ dan mu-
DESAIN STRUKTUR BETON 2