Anda di halaman 1dari 8

Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor tanaman pangan.

Pada saat
proses produksi atau dalam fase budidaya, tanaman jagung juga tidak luput dari serangan penyakit, seperti
halnya tanaman pertanian lain. Kerugian akibat serangan hama penyakit jagung bisa dibilang tidak kecil,
bahkan beberapa diantaranya berpotensi menimbulkan kegagalan panen. Oleh karena itu, penanganan
tepat terhadap serangan penyakit tanaman jagung akan meningkatkan hasil produksi petani. Penyakit
yang biasa menyerang tanaman jagung di areal budidaya.

Peyakit pada Tanaman Jagung


Penyakit yang menyerang selama budidaya
jagung juga berpotensi menimbulkan
kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit
ini jika tidak dikendalikan dapat menurunkan
hasil produksi jagung sehingga juga
menurunkan pendapatan petani. Adapun
penyakit tanaman jagun biasanya disebabkan
oleh serangan hawar daun, busuk pelepah,
penyakit bulai, busuk tongkol, busuk batang,
karat daun, bercak daun, serta virus.

1. Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)


Gejala
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan
gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval
kemudian bercak semakin memanjang
berbentuk ellips dan berkembang menjadi
nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau
keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-
15 cm, bercak muncul di mulai dari daun
terbawah kemudian berkembang menuju
daun atas. Infeksi berat akibat serangan
penyakit hawar daun dapat mengakibatkan
tanaman jagung cepat mati atau mengering.
Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau
klobot jagung, cendawan dapat bertahan
hidup dalam bentuk miselium dorman pada
daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.
Penyebab
Penyakit hawar daun disebabkan
oleh Helminthosporium turcicum.
Pengendalian
Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak
daun.
Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis sesuai petunjuk di
kemasan.
2. Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)
a. Gejala
Penyakit busuk pelepah pada budidaya jagung umumnya terjadi di pelepah daun, gejalanya terdapat
bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas,
seringkali diikuti pembentukan sklerotium berbentuk tidak beraturan, berwarna putih kemudian berubah
menjadi cokelat.
Gejala serangan penyakit ini dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah
kemudian menjalar ke bagian atas. Penanaman varietas tidak tahan penyakit ini (rentan), serangan
cendawan penyebab busuk pelepah dapat mencapai pucuk atau tongkol jagung. Cendawan ini bertahan
hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji jagung, di dalam tanah serta pada sisa-sisa tanaman di
lahan. Keadaan tanah basah, lembab, serta drainase kurang baik akan merangsang pertumbuhan
miselium dan sklerotia, sehingga kondisi semacam ini merupakan sumber inokulum utama.
b. Penyebab
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani.
c. Pengendalian
- Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti: Semar-
2, Rama, Galur GM 27
- Diusahakan agar penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi
- Lahan memilik idrainase baik
- Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk di kemasan.
3. Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)
Penyakit bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung
khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung masih muda (antara 1-2
minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%,
terutama varietas rentan.

a. Gejala
Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas
terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti
tepung, sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk
pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga
jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.
Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke seluruh bagian
tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan
mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur
tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua
masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan tanaman
mengerdil.
a. Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora
philippinensis yang luas sebarannya,
Pengendalian
- Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15,
Lagaligo, atau Gumarang
- Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
- Penanaman jagung secara serempak
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman
terserang penyakit bulai
- Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) /kg benih
4. Busuk tongkol Fusarium
a. Gejala
Gejala penyakit ini ditandai permukaan biji tongkol jagung berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-
kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas berwarna merah jambu. Cendawan berkembang
baik pada sisa tanaman maupun di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, penyebarannya dapat
melalui angin atau tanah. Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium
moniliforme.

5. Busuk tongkol Diplodia


a. Gejala
Serangan busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat pada klobot. Jika infeksi terjadi setelah 2
minggu keluarnya rambut jagung menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut akhirnya busuk. Miselium
cendawan diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot. Infeksi dimulai dari
dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot.
Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal pada sisa tanaman di
lahan. Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.
6. Busuk tongkol Gibberella
a. Gejala
Serangan dini pada tongkol jagung dapat menyebabkan tongkol jagung menjadi busuk, kelobotnya saling
menempel erat pada tongkol, serta buahnya berwarna biru hitam di permukaan kelobot maupun
bongkol.
b. Pengendalian :
- Menggunakan pemupukan berimbang.
- Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lahan, jika musim hujan bagian batang di bawah
tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah ke atas.
- Pergiliran tanaman mengunakan tanaman bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai
banyak tanaman inang.
7. Busuk Batang
a. Gejala
Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan hingga 65%. Tanaman
jagung terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi
pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang terserang berubah warna dari hijau
menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, serta bagian kulit luarnya tipis.
Pangkal batang teriserang akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau
coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan
seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme,
Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium
acremonium. Di Sulawesi Selatan, penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi
adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan

Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman
inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada
tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan
peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan
keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh lalu menginfeksi
melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria,
serta mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol
jagung. Akibat lebih kanjut, biji terinfeksi jika ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
d. Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan penyakit busuk batang seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya,
Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13,
Pioneer-14, Semar-9, Palakka, atau J1-C3.
- Melakukan pergiliran tanaman.
- Melakukan pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
- Drainase baik.
- Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan
antagonis Trichodermasp.
8. Karat Daun (Puccinia polysora)
a. Gejala
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun jagung bagian
atas maupun bawah, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk bulat atau oval serta berperan penting
sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi Tanaman jagung lainnya, sebarannya melalui angin.
Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi, infeksinya berkembang baik pada musim
penghujan atau musim kemarau.
b. Penyebab
Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora
c. Pengendalian
- Menanam varietas tahankarat daun, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 atau Semar-10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi
karat daun maupun gulma
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif benomil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di
kemasan.

8. Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)


a. Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T.
Ras O bercak berwarna coklat kemerahan berukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sedangkan Ras T bercak
berukuran lebih besar yaitu (0,6-1,2)x(0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan, bercak berwarna hijau
kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen)
dibanding ras O. Serangan pada bibit tanaman menyebabkan tanaman menjadi layu atau mati dalam
waktu 3-4 minggu setelah tanam.
Tongkol terserang/terinfeksi dini menyebabkan bijinya akan rusak lalu busuk, bahkan tongkol jagung dapat
gugur. Bercak pada ras T terdapat di seluruh bagian tanaman (baik daun, pelepah, batang, tangkai
kelobot, biji, maupun tongkol jagung). Permukaan biji terinfeksi tertutup miselium berwarna abu-abu
sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil produksi secara signifikan. Cendawan ini dalam bentuk
miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lahan atau pada biji jagung di
penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama
pada tanaman jagung.
b. Penyebab
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O
dan ras T.
c. Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan bercak daun, seperti Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga atau
Palakka
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi
bercak daun
- Penggunaan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk di kemasan.

9. Virus Mosaik
a. Gejala
Gejala penyakit virus mozaik pada budidaya jagung ditandai tanaman jagung menjadi kerdil, daun
berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, jika dilihat secara keseluruhan tanaman
tampak berwarna agak kekuningan mirip gejala bulai namun permukaan daun bagian bawah maupun atas
apabila dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau
melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara nonpersisten. Tanaman jagung
terinfeksi virus ini umumnya menjadikan penurunan hasil secara signifikan.
b. Pengendalian
- Mencabut tanaman jagung terinfeksi virus seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi
tanaman sekitarnya ataupun pertanaman musim mendatang.
- Melakukan pergiliran tanaman, tidak menanam tanaman jagung secara terus menerus di lahan yang
sama.
- Penyemprotan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi. Dosis/konsentrasi tidak
melebihi anjuran dalam kemasan.
- Tidak menanam benih jagung dari tanaman terinfeksi virus.

DAFTAR PUSTAKA
Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. 449
hal.
http. www.google.com / penyakit bulai pada Jagung

http. http://www.SinarTani.com / TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI TANAMAN JAGUNG


Sinar Tani Membangun Kemandirian Agribisnis.htm
www.tanindo.com/abdi7/hal3602.htm
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van der Laan, University of
Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van Hoeve, Jakarta. 701 hal.
Lucas,J.A. 1998. Plant Pathology and Pathogens. 3rd Edition. Blackwell Science.

Anda mungkin juga menyukai