Pada saat
proses produksi atau dalam fase budidaya, tanaman jagung juga tidak luput dari serangan penyakit, seperti
halnya tanaman pertanian lain. Kerugian akibat serangan hama penyakit jagung bisa dibilang tidak kecil,
bahkan beberapa diantaranya berpotensi menimbulkan kegagalan panen. Oleh karena itu, penanganan
tepat terhadap serangan penyakit tanaman jagung akan meningkatkan hasil produksi petani. Penyakit
yang biasa menyerang tanaman jagung di areal budidaya.
a. Gejala
Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas
terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas maupun bawah terdapat warna putih seperti
tepung, sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk
pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga
jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.
Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke seluruh bagian
tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan
mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur
tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua
masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan tanaman
mengerdil.
a. Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora
philippinensis yang luas sebarannya,
Pengendalian
- Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15,
Lagaligo, atau Gumarang
- Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
- Penanaman jagung secara serempak
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman
terserang penyakit bulai
- Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) /kg benih
4. Busuk tongkol Fusarium
a. Gejala
Gejala penyakit ini ditandai permukaan biji tongkol jagung berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-
kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas berwarna merah jambu. Cendawan berkembang
baik pada sisa tanaman maupun di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, penyebarannya dapat
melalui angin atau tanah. Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium
moniliforme.
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman
inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada
tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan
peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan
keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh lalu menginfeksi
melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria,
serta mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol
jagung. Akibat lebih kanjut, biji terinfeksi jika ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
d. Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan penyakit busuk batang seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya,
Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13,
Pioneer-14, Semar-9, Palakka, atau J1-C3.
- Melakukan pergiliran tanaman.
- Melakukan pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
- Drainase baik.
- Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan
antagonis Trichodermasp.
8. Karat Daun (Puccinia polysora)
a. Gejala
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun jagung bagian
atas maupun bawah, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk bulat atau oval serta berperan penting
sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi Tanaman jagung lainnya, sebarannya melalui angin.
Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi, infeksinya berkembang baik pada musim
penghujan atau musim kemarau.
b. Penyebab
Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora
c. Pengendalian
- Menanam varietas tahankarat daun, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 atau Semar-10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi
karat daun maupun gulma
- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif benomil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di
kemasan.
9. Virus Mosaik
a. Gejala
Gejala penyakit virus mozaik pada budidaya jagung ditandai tanaman jagung menjadi kerdil, daun
berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, jika dilihat secara keseluruhan tanaman
tampak berwarna agak kekuningan mirip gejala bulai namun permukaan daun bagian bawah maupun atas
apabila dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau
melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara nonpersisten. Tanaman jagung
terinfeksi virus ini umumnya menjadikan penurunan hasil secara signifikan.
b. Pengendalian
- Mencabut tanaman jagung terinfeksi virus seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi
tanaman sekitarnya ataupun pertanaman musim mendatang.
- Melakukan pergiliran tanaman, tidak menanam tanaman jagung secara terus menerus di lahan yang
sama.
- Penyemprotan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi. Dosis/konsentrasi tidak
melebihi anjuran dalam kemasan.
- Tidak menanam benih jagung dari tanaman terinfeksi virus.
DAFTAR PUSTAKA
Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. 449
hal.
http. www.google.com / penyakit bulai pada Jagung