1
Laporan Implementasi Konsep Tol Laut 2015 Lihat gambar Ketimpangan Sebaran Galangan Kapal Nasional
halaman 35
http://nusantarainitiative.com/wp-content/uploads/2016/02/150915-Buku-Tol-Laut-bappenas.pdf
Fokus dan Rumusan Masalah Kajian (Lingkup Permasalahan)
Permasalahan kesejahteraan merupakan permasalahan puncak yang berakar pada
kurangnya pemerataan pembangunan di daerah daerah tertinggal. Pada tahap ini, proses
pemerataan pembangunan dapat terwujud apabila sarana konektivitas antar pulau dapat
dimaksimalkan dengan baik. Permasalahan dari hulu seperti kurangnya jumlah kapal serta
galangan yang belum memadai berdampak besar pada akses terhadap daerah tertentu yang
mengakibatkan disparitas dalam pembangunan. Dengan berbagai permasalahan tersebut,
kajian ini dibuat untuk memfokuskan diri pada pengelolaan galangan kapal yang ideal untuk
mendukung visi maritim yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Landasan Awal
Kesejahteraan merupakan tujuan akhir yang hendak di capai negara negara di dunia.
Indonesia sebagai negara, juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam mewujudkan
kesejahteraan. Namun, perwujudan kesejahteraan dirasa belum optimal mengingat masih
besarnya kesenjangan yang terjadi di beberapa pulau Indonesia. Jika dibandingkan dengan
negara lain di Asia Tenggara, kondisi kesejahteraan Indonesia masih tertinggal dari Malaysia
dan Thailand. 2Berdasarkan Index Pembangunan Manusia Indonesia berada pada posisi 110
dengan nilai IPM 0,684 tertinggal dari Malaysia yang berada pada posisi 62 dan Thailand di
posisi 93 dengan nilai IPM 0,7991. Bertolak ke dalam negeri. 3Papua yang terkenal dengan
keindahan dan kekayaan alamnya, memiliki nilai IPM terendah dengan nilai 0,57 berada
dibawah rata rata IPM Indonesia dan Jakarta dengan nilai 0,788. Kenyataan ini,
menggambarkan ketimpangan yang terjadi di Indonesia secara eksplisit dari segi pendidikan,
kesehatan, dan standar hidup yang layak. 4Dari segi kemiskinan, Kalimantan Utara dan
Bangka Belitung menjadi provinsi yang memiliki penduduk dibawah garis kemiskinan
terbanyak dengan 523,914 orang serta 273,224 orang. Data data ini menunjukan,
permasalahan mengenai kesejahteraan tidak hanya terjadi di kota kota besar di Pulau Jawa.
Justru penduduk yang termarginalkan berada di luar Pulau Jawa juga.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan ini, Indonesia memiliki 5Rancangan
Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 2025 dengan sasaran
Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
2
Table 1: Human Development Index and its components Lihat HDI rank 110
http://hdr.undp.org/en/composite/HDI
3
Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi, 2010-2015 (Metode Baru)
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1211
4
Garis Kemiskinan Menurut Provinis, 2013 2016
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1120
5
Pembangunan Kelautan Dalam RPJMN 2015-2019 Lihat halaman 4
http://www.bappenas.go.id/files/9514/0374/8633/PEMBANGUNAN_KELAUTAN_DALAM_RPJMN_2015-
2019_jakarta_28_jan_2014.pdf
Berdasarkan RPJPN tersebut, Pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki visi
maritim yang tercermin dalam 6nawacita pada nomor 1, yaitu Menghadirkan kembali
negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh
warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang
terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga memiliki sebuah program unggulan dalam
rangka mendukung visi maritim, yakni Tol Laut. 7Tol Laut merupakan sebuah konektivitas
laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat
sampai ke timur Indonesia. Konsep Tol Laut yang dicanangkan meliputi berbagai aspek
seperti shipping industri, pelabuhan yang handal, pelayaran yang rutin dan terjadwal, serta
konektivitas. Harapan yang ingin dicapai dengan adanya tol laut salah satunya adalah
disparitas harga antar pulau yang semakin berkurang.
Tol laut memiliki konsep dengan adanya pelabuhan pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpan (feeder). Pelabuhan utama akan menjadi tempat bersandarnya kapal kapal besar
dan mendistribusikan logistik ke kapal kapal yang lebih kecil. Kapal ini selanjutnya akan
menuju pelabuhan pengumpan (feeder) untuk mendistribusikan logistik menuju daerah
daerah tertentu. Pelabuhan yang menjadi pelabuhan utama antara lain Pelabuhan Kuala
Tanjung, Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan
Makassar, Pelabuhan Bitung, dan Pelabuhan Sorong. Dengan adanya kapal yang berlayar
pada jadwal yang tetap dan rutin, maka biaya yang dikeluarkan oleh pelaku logistik dapat
ditekan.
Dalam proses mencapai keberhasilan program ini, tol laut dipengaruhi oleh berbagai
faktor salah satunya adalah shipping industri. 8Tol laut membutuhkan setidaknya 42 unit
kapal berukuran 300 teus dan 15 unit kapal berukuran 1000 teus untuk memenuhi
kebutuhan pelayaran. Inipun hanya memenuhi kebutuhan 1 rute dari Belawan
Tanjung Priok Tanjung Perak Makassar Sorong Makassar Tanjung Perak
Tanjung Priok Belawan dan belum termasuk kapal kapal kecil yang akan membawa
logistik ke pelabuhan pengumpan. 9Dengan kebutuhan kapal sebanyak ini, Indonesia baru
memiliki 250 galangan yang 220 galangannya terletak di Indonesia bagian Barat. Pulau
Jawa masih memuncaki jumlah galangan terbanyak dengan 92 galangan. Dengan tidak
meratanya jumlah galangan, kapal kapal yang hendak melakukan docking akan kesulitan
karena kurangnya fasilitas yang tersedia terutama di Indonesia Timur. Ini akan berimbas pada
terhambatnya alur pelayaran yang berdampak besar pada lonjakan harga komoditi.
Untuk itu, galangan di Indonesia memerlukan cukup banyak pembenahan dalam
rangka menunjang tol laut. Berbagai faktor yang menghambat kinerja galangan dalam
berkembang perlu mendapatkan sorotan. Mulai dari pemerintah, manajemen, sistem kerja,
teknologi, dsb. Dengan berbenahnya galangan, kebutuhan kapal akan terpenuhi dan satu
persoalan dari tol laut telah teratasi.
6
Nawacita nomor 1
http://www.kemendagri.go.id/profil/visi-dan-misi
7
Konsep Tol Laut untuk Efisiensi Logistik Nasional
http://www.kompasiana.com/setijadi/konsep-tol-laut-untuk-efisiensi-logistik-
nasional_55963058d57e61da06bb4f2d
8
Laporan Implementasi Konsep Tol Laut 2015 Lihat alternatif 1 konsep rute pendulum halaman 26
http://nusantarainitiative.com/wp-content/uploads/2016/02/150915-Buku-Tol-Laut-bappenas.pdf
9
Laporan Implementasi Konsep Tol Laut 2015Lihat Pembangunan Galangan Kapal Mendukung Tol Laut hal 35
http://nusantarainitiative.com/wp-content/uploads/2016/02/150915-Buku-Tol-Laut-bappenas.pdf
Kondisi Kekinian Industri Galangan Kapal
Private Sector
Infrastruktur Galangan Kapal Indonesia
11
Bersumber dari roadmap yang telah disebutkan tersebut pemerintah menargetkan
kembali galangan kapal di Indonesia pada tahun 2015 mampu membangun kapal berbagai
tipe seperti kapal barang, kapal penumpang atau kapal tanker sampai dengan ukuran 85.000
dwt dan kemampuan reparasi kapal sampai 150.000 dwt.
Namun, kondisi galangan kapal di Indonesia masih jauh dari target tersebut. 12Dari
250 dari total galangan kapal yang ada di Indonesia, hanya 6 galangan yang mampu
membangun kapal berkapasitas diatas 10000 dwt. Selain itu, kapasitas produksi industri
galangan kapal Indonesia sangat rendah. Dari data Kementerian Perindustrian, galangan
kapal di Indonesia secara umum hanya mampu membangun 126 bangunan kapal baru dan
166 reparasi berkapasitas di bawah 1000 dwt, 31 bangunan kapal baru dan 17 reparasi
berkapasitas 1.000 sampai 5.000 dwt, tujuh bangunan kapal baru dan 11 reparasi berkapasitas
5.000 sampai dengan 10.000 dwt, 6 bangunan kapal baru dan 10 reparasi di atas 10.000
DWT. Berikut ini merupakan fasilitas galangan kapal di Indonesia.
13
Fasilitas yang dimiliki antara lain (2016) ;
1. Building berth ukuran sampai 50,000 DWT
2. Graving Dock kapasitas 150,000 DWT
3. Floating Dock ukuran sampai 6,500 DWT
4. Slipway ukuran sampai 6,000 DWT
5. Shiplift ukuran sampai 300 TLC.
Kemampuan Produksi Galangan Kapal adalah ;
1. Untuk kapal bangunan baru, kapasitas terpasang adalah, 400,000 DWT/tahun dari
jumlah bangunan baru
2. Kapal Penumpang dengan kapasitas, lebih 500 penumpang
3. Kapal Curah (Bulk Carrier) sampai ukuran 42,000 DWT
10
Pemerintah Susun Roadmap Industri Kapal Lihat paragraf 5 dan 6
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5332/Pemerintah-Susun-Roadmap-Industri-Kapal
11
Industri Dorong Bangun Kapal 85.000 DWT Lihat paragraf 4
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7015/Industri-Dorong-Bangun-Kapal-85.000-DWT
12
Realisasi Pembangunan Galangan Kapal Masih Minim Lihat paragraf 3
http://industri.bisnis.com/read/20150407/257/419886/realisasi-pembangunan-galangan-kapal-masih-minim
13
Hasbullah, Mansyur. 2016. Strategi Penguatan Galangan Kapal Nasional Dalam Rangka Memperkuat
Efektifitas dan Efisiensi Armada Pelayaran Domestik Nasional 2030. Makassar.
4. Tanker dengan ukuran 1.500 DWT, 3.500 DWT, 6.500 DWT dan 17.000 DWT
5. Kapal LPG kapasitas 5.600 Cbm (Cubic meter)
6. Kapal patrol boat 57 meter (fast patrol boat 57)
7. Pusher tug/fire fighting boat ukuran 4.200 HP
8. Kapal ikan ukuran 300 GT
9. Kapal keruk ukuran 12.000 Ton
10. Reparasi floating storage ukuran 150.000 DWT
11. Kapal container (container carrier) 600 TEU & 1.600 TEU
12. Floating repair 150.000 DWT (Cinta Natomas).
Berdasarkan data tersebut, galangan kapal di Indonesia belum memenuhi target yang
dicanangkan oleh pemerintah. Terhambatnya salah satu bagian primer dari suksesnya
program tol laut dapat menghambat terwujudnya pemerataan pembangunan.
Galangan kapal di Indonesia memiliki permasalahan yang tak kunjung usai pada sisi
SDM. Manusia yang merupakan subyek dalam pembangunan sebuah kapal, tentunya menjadi
salah satu faktor penentu terhambat atau tidaknya pengerjaan suatu kapal.
Salah satu permasalahan tersebut adalah SDM pengelasan kapal. Permasalahan ini
merupakan permasalahan klasik yang terjadi di hampir seluruh galangan kapal Indonesia.
14
Idealnya, setiap galangan memiliki 100 tenaga kerja pengelasan. Kondisi ideal ini sangat
jauh dari realitas. Kondisi obyektif galangan kapal saat ini hanya memiliki sekitar 50 orang
per galangan sebagai tenaga kerja pengelasan. Kurangnya tenaga pengelasan sangat
berdampak dari kondisi eksisting pembangunan kapal dari segi waktu.
15
Permasalahan SDM yang merupakan titik vital adalah mengenai kualitas SDM
dalam bidang keteknikan. 16Galangan kapal di Indonesia mengalami kekurangan SDM yang
handal dan profesional dari segi keteknikan. Permasalahan ini merupakan permasalahan
jangka pendek yang dialami oleh galangan kapal di Indonesia. SDM yang handal merupakan
kunci utama industri galangan kapal.
Selain itu, galangan di Indonesia masih kekurangan jumlah SDM. Lulusan SMK /
STM saat ini lebih banyak dibandingkan lulusan perguruan tinggi. Ini berdampak pada
kualitas SDMnya. Lulusan SMK / STM ini di dididik kembali secara otodidak sehingga
kualitas dari SDM tersebut tidak setara.
14
IPERINDO: Indonesia Kekurangan SDM Pengelasan Kapal Lihat paragraf 9
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/106362/iperindo-indonesia-kekurangan-sdm-pengelasan-kapal
15
Industri Maritim Butuh Kebijakan Kuat Lihat paragraf 10
http://www.kemenperin.go.id/artikel/10025/Industri-Maritim-Butuh-Kebijakan-Kuat
16
Industri Perkapalan Butuh SDM yang BerkualitasLihat paragraf 1 dan 2
http://m.inilah.com/news/detail/2227251/industri-perkapalan-butuh-sdm-yang-berkualitas
Teknologi
Teknologi galangan kapal Indonesia belum dapat dikatakan maju. Satu satunya
galangan Indonesia yang menerapkan teknologi Full Block hanyalah PT. PAL yang notabene
merupakan BUMN. Namun, teknologi ini tidak didukung dengan SDM yang memadai
sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan produksi dan menghambat produktivitas
pembangunan. Mayoritas galangan kapal di Indonesia masih menerapkan sistem semi blok.
Sistem blok adalah pembagian sebuah kapal menjadi blok blok yang akan di satukan (joint
erection). Pembuatan blok, dimulai dari middle body kapal sebagai acuan untuk bagian depan
dan belakang kapal nantinya. Perbedaan antara full block dan sistem semi blok adalah sistem
full block mengintegrasikan sistem ke dalam blok blok tersebut. Sehingga pada saat join
erection, body beserta sistem dikapal tersebut menjadi satu kapal.
Permasalahan ini disebabkan karena infrastruktur pendukung untuk lifting blok blok
tersebut belum memadai. Selain itu dalam menyusun blok blok tersebut, diperlukan
software yang memadai. Mahalnya harga software membuat galangan di Indonesia
kekurangan daya dukung untuk pengaplikasian sistem ini.
Second Sector
Perizinan
Pajak Bea Masuk
Suku Bunga
Insentif
Industri Komponen
Penelitian
Pembahasan
Private Sector