Telah diperiksa pasien perempuan dengan inisial Ny. NS usia 43 tahun
datang ke IGD Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin dengan keluhan sesak napas. Sesak dirasakan sejak 5 hari SMRS dan memberat sejak tiba di IGD. Sesak timbul tiba-tiba, tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca maupun makanan dan tidak disertai suara mengi. Nyeri dada kanan juga dikeluhkan pasien, nyeri dada memberat saat pasien batuk. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 8 bulan yang lalu. Batuk berdahak dengan dahak berwarna putih kekuningan dan mudah dikeluarkan. Riwayat batuk darah 2 bulan yang lalu. Demam juga dikeluhkan oleh pasien sejak 2 bulan yang lalu, demam hilang timbul dan dirasakan memberat saat malam hari. Selain demam, pasien mengeluhkan keringat saat malam hari. Terdapat riwayat penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan. BAK dan BAB pasien normal tidak ada keluhan. Dari hasil anamnesa pasien dicurigai menderita pneumothorax spontan sekunder et causa tuberculosis paru. Diagnosis pneumothorax dibuat berdasarkan adanya sesak napas, nyeri dada, dan batuk yang dimiliki pasien. Dugaan menderita pneumothorax spontan sekunder et causa TB paru dibuat berdasarkan keluhan pasien batuk sejak 8 bulan ini, batuk berdarah, keringat malam, demam, penurunan berat badan yang signifikan serta penurunan nafsu makan. Lebih kurang 55% kasus pneumothorax disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberculosis paru aktif(2). Gejala yang ditemukan pada pasien ini sesuai dengan gejala pada penderita TB paru yaitu demam subfebris yang hilang timbul, adanya batuk berdarah yang terjadi karena iritasi bronkus. Batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, maka munculnya batuk maupun sifat batuk bisa bermacam-macam, gejala lain seperti penurunan nafsu makan, berkeringat malam, berat badan dan mudah menjadi lelah juga ditemukan(7). Pada pemeriksaan fisik fremitus taktil melemah, hipersonor, dan suara napas menjauh pada sisi dada yang sakit serta ditemukan adanya suara napas rhonki pada lapangan tengah dan kanan paru sinistra. Pada saat diperkusi terdengar suara hipersonor yang disebabkan oleh udara yang berada pada rongga pleura. Udara yang terperangkap dalam rongga pleura dapat menyebabkan paru kolaps sehingga ketika diperiksa suara napas terdengar menjauh dan fremitus taktil melemah(4). Pasien adalah seorang perempuan berusia 43 tahun. Kebanyakan pneumothorax lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun(2). Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien ini meliputi USG thorax, foto thorax, dan laboratorium. USG thorax dilakukan sebagai guiding tindakan pemasangan WSD untuk mengetahui seberapa banyak udara yang akan dikeluarkan. Hasil foto thorax didapatkan adanya area hiperlusen pada hemithorax kanan dan paru kanan kolaps. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil penurunan hemoglobin (10,8), hematokrit (32), peningkatan trombosit (523), penurunan neutrofil batang (0), limfosit (6), dan peningkatan neutrofil segmen (90). Tujuan utama penatalaksanaan pneumothorax adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Tindakan dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothorax yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan membuat hubungan antara cavum pleura dengan udara luar(6), (8) . Penatalaksanaan pada kasus ini sesuai dengan prinsip penatalaksanaan pneumothorax, pasien dilakukan tindakan dekompresi menggunakan pipa water seal drainage (WSD). Terapi oksigen merupakan hal pertama dan utama yang bertujuan untuk memperbaiki hipoksemia dan mencegah keadaan yang dapat mengancam jiwa. Diberikan untuk mempertahankan PaO2> 60 mmHg atau Sat O2> 90%. Pada pasien ini diberikan O2 2 liter/menit. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi (3) komplikasi, seperti emfisema dan infeksi . Pada pasien ini diberikan injeksi ceftriaxon 1 gr/12 jam. Selain itu, pasien juga diberikan injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam yang merupakan golongan antihistamin (H2-antagonist) untuk mengurangi produksi asam lambung oleh sel parietal lambung. Curcuma 3x1 diberikan untuk memperbaiki nafsu makan dan sebagai hepatoprotektor. Vectrin 3x1 merupakan agen mukolitik yang diberikan untuk mengencerkan dahak pada pasien. Codein 3x1 merupakan antitusif yang berguna untuk menekan respon batuk. BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, maka pasien Ny. NS usia 43 tahun didiagnosa dengan pneumothorax spantan sekunder ec. TB paru. Pneumothoraks adalah keadaan dimana terdapatnya udara bebas dalam cavum pleura, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak mengembang dengan maksimal. Prinsip penatalaksanaan pneumothorax adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Tatalaksana berupa tindakan dekompresi, antibiotik, dan pengobatan penyakit yang mendasarinya.