Anda di halaman 1dari 8

MANUSKRIP

LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI ULKUS PEDIS PADA NY. M DENGAN
DIABETES MELLITUS DI RUANG FLAMBOYAN 3
RSUD SALATIGA

OLEH :
PUTU AYU PUSPITA DEWI
0131756

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2016
PENGELOLAAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI ULKUS PEDIS PADA NY. M DENGAN
DIABETES MELLITUS DI RUANG FLAMBOYAN 3
RSUD SALATIGA

Putu Ayu Puspita Dewi*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo***


Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
ayuxcemonk@yahoo.com

ABSTRAK

Ulkus kaki diabetik merupakan kerusakan jaringan (partial thickness) atau


keseluruhan (full thickness) pada kulit yang dapat meluas ke jaringan dibawah kulit,
tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita
penyakit Diabetes Mellitus. Luka ulkus terjadi akan sembuh dalam waktu yang lama,
karena faktor vaskularisasi, hal ini menyebabkan sangat rentan terhadap infeksi.
Salah satu cara pencegahan infeksi ulkus yaitu perawatan luka, ini merupakan
pencegahan infeksi yang banyak dilakukan untuk mencegah berkembangnya
mokroorganisme yang menghambat proses penyembuhan ulkus pada penderita
diabetes mellitus. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pencegahan infeksi ulkus pada
pasien dengan diabetes mellitus.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan
pasien dalam memenuhi kebutuhan pencegahan infeksi. Pengelolaan pencegahan
infeksi dilakukan selama 2 hari pada Ny.M. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan
penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan luka pasien tampak bersih, tampak
kemerahan, luka terasa nyeri saat ditekan dan terdapat jaringan nekrosis berwarna
kehitaman serta sulit untuk gunakan berjalan.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan perawatan luka untuk
membantu mencegah terjadinya infeksi pada pasien diabetes mellitus dengan tindakan
non farmakologi.

Kata kunci : Ulkus, perawatan luka, infeksi


Kepustakaan : 38 (2007-2016)

1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


2

LATAR BELAKANG hormon insulin, aktifitas insulin atau


Gaya hidup yang modern keduanya serta defisiensi transporter
dengan banyak pilihan menu makanan glukosa atau keduanya. Seiring dengan
dan cara hidup yang kurang sehat pada perkembangan jaman, saat ini berada
dewasa ini sudah menjadi tren dalam pada pertengahan transisi epidemiologi
kehidupan, akan tetapi tanpa disadari dimana penyakit degeneratif meningkat
dari pola hidup yang menyimpang ini secara drastis. Transisi penyakit
membawa dampak yang negatif. Gaya degeneratif mulai ditandai dengan
hidup di perkotaan atau bahkan saat ini semakin meningkatnya kasus-kasus
juga telah terjadi di pedesaan dengan penyakit degeneratif seperti diabetes
pola makan yang tinggi lemak, garam mellitus yang dirawat inap di beberapa
dan gula mengakibatkan masyarakat rumah sakit. Indonesia kini berada
cenderung mengkonsumsi makanan diantara sepuluh besar negara di dunia
secara berlebihan, selain itu pola makan dengan penderita diabetes mellitus
makanan yang serba instan saat ini (Widyanto & Triwibowo: 2013 dan
memang sangat digemari oleh sebagian Lakshita: 2012).
besar masyarakat, seperti gorengan Diabetes mellitus atau disingkat
jenis makanan yang murah meriah dan dengan DM merupakan suatu penyakit
mudah didapat karena banyak dijual metabolik yang ditandai dengan
dipinggir jalan ini rasanya memang tingginya kadar glukosa di dalam darah
enak, tetapi mengakibatkan (hyperglikemia) yang diakibatkan oleh
peningkatan kadar gula darah. Tubuh kekurangan sekresi insulin, gangguan
memerlukan bahan makanan yang aktivitas insulin atau bahkan keduanya.
sehat untuk membentuk sel baru dan Diabetes mellitus bisa terjadi jika insulin
mengganti sel yang rusak, disamping itu yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas
tubuh juga memerlukan energi agar sel tidak cukup untuk mempertahankan
dapat berfungsi dengan baik. Energi gula darah dalam batas normal atau bila
yang dibutuhkan oleh tubuh berasal sel tubuh tidak mampu berespon
dari bahan makanan yang kita makan dengan tepat sehingga akan muncul
sehari-hari. Bahan makanan tersebut beberapa keluhan khas pada penderita
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak diabetes mellitus yaitu poliuria,
dan protein. Dari gaya hidup atau pola polidipsi, polifagia, penurunan berat
hidup yang menyimpang maka sistem badan, kelemahan, kesemutan,
metabolisme tubuh akan mengalami pandangan kabur dan disfungsi ereksi
perubahan yang akan menimbulkan pada laki-laki serta pruritus vulvae pada
penyakit degeneratif. Diabetes mellitus wanita (Damayanti: 2015).
merupakan salah satu penyakit Dalam kondisi yang normal
degeneratif tersebut (Clevo & sejumlah glukosa dari makanan akan
Margareth: 2012). bersirkulasi di dalam darah, kadar
Diabetes mellitus berasal dari glukosa dalam darah akan diatur oleh
dua kata yaitu diabainei dari bahasa insulin, yaitu hormon yang diproduksi
Yunani, yang artinya tembus atau oleh pakreas yang berfungsi untuk
pancuran air dan mellitus dari bahasa mengontrol kadar glukosa dalam darah
Latin yang berarti rasa manis. Jadi, dengan cara mengatur pembentukan
diabetes mellitus merupakan kelainan dan penyimpanan glukosa (Damayanti:
metabolis yang disebabkan oleh banyak 2015).
faktor, dengan simtoma berupa Pada seseorang yang menderita
hiperglikemia kronis dan gangguan diabetes mellitus, sel-sel yang berada di
metabolisme karbohidrat, lemak dan dalam tubuhnya berhenti berespon
protein akibat dari defisiensi sekresi terhadap insulin atau pankreas berhenti

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


3

memproduksi insulin, hal ini dapat penderita diabetes mellitus. Untuk itu,
mengakibatkan hiperglikemia sehingga diperlukan perawatan luka yang tepat
dapat terjadi komplikasi metabolik akut pada penderita diabetes mellitus agar
seperti gangguan mikrovaskuler, tidak terjadi infeksi yang lebih parah
makrovaskuler dan neuropatik. (Mubarak, dkk: 2015).
Kelainan mikrovaskuler merupakan Seseorang bisa dikatakan
suatu pembentukan jaringan parut mengidap diabetes mellitus jika
proliferatif yang terjadi di retina terdapat kenaikan kadar gula darah
(retinopati diabetikum) yang dapat yang menetap. Penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan dan penyakit terjadi pada kalangan semua umur,
ginjal (nefropati diabetikum) yang dapat walaupun umumnya lebih sering
menyebabkan gagal ginjal. Kelainan dijumpai pada lanjut usia sebagai suatu
makrovaskuler dapat disebabkan oleh penyakit kronis, yaitu sebesar 18% pada
aterosklerosis yang dipercepat, yang kelompok individu yang berumur 65
ditimbulkan oleh peningkatan LDL tahun dan 25% pada kelompok umur
plasma yang berakibat pada diatas 85 tahun (Agoes: 2011).
peningkatan kejadian stroke dan infark Menurut study pendahuluan
miokardium. Kelainan neuropatik yang dilakukan penulis di RSUD Salatiga
(neuropati diabetikum) menyerang pada tanggal 11 April 2016 dari catatan
sistem saraf otonom dan saraf tepi. rekam medik didapatkan jumlah pasien
Neuropati diabetikum yang disertai dengan penyakit Diabetes Mellitus
dengan insufisiensi sirkulasi mengalami penurunan dalam 3 tahun
aterosklerotik di ekstremitas dan terakhir yaitu pada tahun 2013
penurunan resistensi terhadap infeksi berjumlah 421 kasus yang terjadi pada
sehingga dapat terjadi ganggren dan laki-laki sebanyak 172 orang (41%) dan
ulkus kronis, terutama pada daerah kaki perempuan sebanyak 249 orang (59%).
(Ganong: 2013). Pada tahun 2014 kasus Diabetes
Pada pasien diabetes mellitus Mellitus mengalami penurunan yaitu
sering terjadi komplikasi berupa ulkus sejumlah 389 kasus yang terjadi pada
yang disebabkan oleh beberapa faktor. laki-laki sebanyak 149 orang (38%) dan
Faktor utama yang berperan timbulnya pada perempuan sebanyak 240 orang
ulkus pada penderita diabetes mellitus (62%). Pada tahun 2015 jumlah
yaitu salah satunya adalah angiopati, penderita Diabetes Mellitus berjumlah
neuropati dan infeksi. Adanya neuropati 241 kasus yang terjadi pada laki-laki
perifer akan menyebabkan terjadinya sebanyak 101 orang (42%) dan pada
gangguan sensori. Gangguan sensori perempuan sebanyak 140 orang (58%).
akan mengakibatkan kehilangan atau Sedangkan dari 241 kasus diabetes
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, mellitus, 69 diantaranya menderita
sehingga akan mengalami trauma tanpa ulkus diabetes mellitus, yang terdiri dari
terasa yang mengakibatkan terjadinya 27 pasien laki-laki dan 42 pasien
ulkus pada kaki. Angiopati akan perempuan. Dimana penderita diabetes
menyebabkan terganggunya aliran mellitus didominiasi oleh perempuan
darah ke kaki, sehingga terjadi yaitu sebanyak 42 orang.
penurunan asupan nutrisi serta oksigen Berdasarkan fenomena tersebut
sehingga menyebabkan luka sulit maka penulis tertarik melakukan
sembuh. Infeksi merupakan komplikasi pengelolaan kasus dengan judul
yang menyertai kaki diabetik akibat Pengelolaan Pencegahan Resiko Infeksi
berkurangnya aliran darah atau Ulkus Pedis pada Ny.M dengan Diabetes
neuropati, sehingga berpengaruh pada Mellitus di Ruang Flamboyan 3 RSUD
penyembuhan dari kaki diabetik pada Salatiga.

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


4

METODE PENGELOLAAN gejala infeksi, mengkaji faktor yang


Pengkajian dapat meningkatkan kerentanan
Pengkajian merupakan langkah terhadap infeksi, melakukan perawatan
awal dalam berfikir kritis dan luka atau perawatan kulit secara rutin
pengambilan keputusan yang dan memberikan terapi injeksi
menghasilkan diagnosis keperawatan. Ceftriaxone 2x1 gr, IV/12 jam.
Pengkajian atau juga disebut proses
pengumpulan data secara sistematis Pembahasan
yang bertujuan untuk menentukan Tindakan observasi keadaan
status kesehatan dan fungsional klien umum pasien dilakukan karena keadaan
pada saat ini dan waktu sebelumnya, umum pasien dapat menggambarkan
serta untuk menentukan pola respon kondisi fisik pasien pada saat sebelum
klien saat ini dan waktu sebelumnya, melakukan tindakan, sehingga bisa
pengkajian terdiri dari dua cara yaitu melakukan tindakan lebih lanjut. Hal ini
autoanamnesa dan alloanamnesa. didukung oleh Nurarif (2013) yaitu
Autoanamnesa adalah pengumpulan keadaan umum menggambarkan
dan verifikasi data dari sumber primer kondisi fisik, dan tingkat kesadaran.
atau langsung dari pasien, sedangkan Intervensi lain yaitu pantau tanda dan
alloanamnesa pengumpulan dan gejala infeksi bertujuan untuk
verifikasi data dari sumber sekunder memantau perbaikan luka dan
atau informasi dari orang lain seperti mencegah terjadinya penyebaran
keluarga, tenaga kesehatan, rekam infeksi. Berdasarkan Mubarak (2015),
medis dan lain-lain (Wilkinson: 2016 memantau tanda dan gejala infeksi
dan Potter & Perry: 2010).Dalam pada penderita diabetes dilakukan
pengkajian pada pasien dapat dilakukan untuk membantu menentukan tindakan
yaitu: pengkajian kesehatan masa lalu, yang akan dilakukan selanjutnya, seperti
pengkajian system integument dan data melakukan tindakan pengkajian tanda
laboratorium. dan gejala resiko infeksi yaitu tumor
(bengkak), kalor (panas), dolor (merah),
Intervensi Keperawatan rubor (nyeri) dan fungsio laesa
Intervensi keperawatan yang (gangguang fungsi). Intervensi lainnya
dilakukan untuk mencegah terjadinya yaitu kaji faktor yang dapat
infeksi pada Ny.M dengan intervensi meningkatkan kerentanan terhadap
pertama yaitu kaji keadaan umum infeksi, yang bertujuan untuk mencegah
pasien. Intervensi kedua yaitu pantau terjadinya penyebaran infeksi yang
tanda dan gejala infeksi. Intervensi meluas. Hal ini didukung oleh Potter &
ketiga yaitu kaji faktor yang dapat Perry (2010) yang mengatakan bahwa
meningkatkan kerentanan terhadap ada banyak faktor yang dapat
infeksi. Intervensi keempat yaitu meningkatkan kerentanan terhadap
lakukan perawatan luka atau perawatan infeksi, salah satunya adalah faktor
kulit secara rutin. Intervensi kelima lingkungan. Faktor lingkungan sangat
yaitu berikan terapi sesuai advis dokter mempengaruhi terjadinya infeksi pada
untuk mencegah terjadinya infeksi dan ulkus diabetikum karena lingkungan
sepsis dalam penanganan farmakologi. yang tidak bersih atau kotor dapat
menyebarkan kuman atau
Hasil Pengelolaan mikroorganisme lewat udara maupun
Implementasi pada Ny.M sesuai kontak langsung dengan luka serta
dengan intervensi yang telah infeksi nosokomial. Intervensi lain yaitu
direncanakan, yaitu mengkaji keadaan lakukan perawatan luka atau perawatan
umum pasien, memantau tanda dan kulit secara rutin bertujuan untuk

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


5

meningkatkan sirkulasi perifer yang Kesimpulan


terganggu sehingga tidak terjadi
peningkatan resiko terjadinya iritasi Setelah melakukan tindakan
kulit dan infeksi pada luka. Hal ini keperawatan selama 2x24 jam
didukung oleh penelitian Hasan (2014), didapatkan data subyektif pasien
dalam perawatan luka ulkus diabetikum mengatakan luka terasa nyeri saat
dapat mempengaruhi terjadinya infeksi, ditekan dan pasien mengatakan badan
ulkus diabetik kalau tidak segera terasa lemah, respon obyektif keadaan
mendapatkan pengobatan dan umum pasien lemah, luka tampak
perawatan, maka akan mudah terjadi bersih, tampak kemerahan dan terdapat
infeksi yang segera meluas dan dalam jaringan nekrosis berwarna kehitaman
keadaan lebih lanjut memerlukan serta sulit untuk gunakan berjalan.
tindakan amputasi bahkan kematian. Sehingga kesimpulan diatas adalah
Amputasi dan kematian pada pasien masalah resiko infeksi adalah belum
ulkus diabetikum ini dapat disebabkan teratasi. Sehubungan dengan hal
oleh kegagalan dalam penyembuhan tersebut diharapkan bagi RSUD Salatiga
(delayed healing) yang berlanjut pada untuk membuat bangsal khusus
infeksi lokal maupun general. Infeksi penderita DM serta menyediakan
sangat berpengaruh terhadap ruangan khusus untuk senam DM agar
penyembuhan luka karena infeksi dapat pengelolaan pasien DM lebih optimal
memperlambat proses penyembuhan dan mempercepat proses
luka. Infeksi dapat terjadi jika kadar penyembuhan.
glukosa darah dalam tubuh tinggi
sehingga luka menjadi tempat yang baik Daftar Pustaka
untuk pertumbuhan kuman, seperti Abata, Q. (2014). Ilmu Penyakit Dalam,
kuman aerob Staphylococcus atau Edisi Lengkap. Jawa Timur:
Streptococcus serta kuman anaerob Yayasan PP Al-Furqon.
yaitu Clostridium perfringens,
Agoes, A. H., dkk. (2011). Penyakit Di
Clostridiumnovy dan Clostridium
Usia Tua. Jakarta: EGC.
septikum, infeksi juga dapat terjadi
selama persiapan perawatan, selama Astriana, D., Komariah, M., (2012).
perawatan, dan setelah perawatan luka Perbedaan Tingkat Odor Yang
tidak dilakukan dengan prinsip aseptik Dipersepsikan Mahasiswa
dan antiseptik yang baik. Intervensi lain Fakultas Ilmu Keperawatan
yaitu yaitu berikan terapi sesuai advis Universitas Padjadjaran
dokter dilakukan untuk mencegah Angkatan 2007 Saat Merawat
terjadinya infeksi dan sepsis dalam Tiga Jenis Luka Kronis.
penanganan farmakologi. Menurut http://jurnal.unpad.ac.id/ejourn
Mubarak dkk (2015) mengatakan bahwa al/ article/download/611/665.
pemberian terapi farmakologi biasanya Diakses pada tanggal 11 Mei
diberikan per oral dan per parental yang 2016 pukul 13.05 WIB.
bersifat menghambat kuman gram
positif dan gram negatif sesuai Bulechek, G. M., Buther, H. K.,
kepekaan kuman sehingga dapat Dochterman,J. M., & Wagner, C.
menurunkan terjadinya infeksi pada M., (2013). Nursing
ulkus diabetikum pada penderita Interventions Classification (NIC)
diabetes mellitus. (6th Ed). USA: Elsevier Mosby.

Burnner & Suddarth. (2014).


Keperawatan Medikal Bedah

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


6

(Edisi 12). Alih Bahasa: Devi Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha


Yulianti dan Amelia Kimin. Medika.
Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru,S. (2015).
Carpenito, L., J. (2007). Buku saku Diagnosis Keperawatan: Definisi
diagnosa keperawatan (Edisi & Klasifikasi 2015-2017 (Edisi
10). Terjemahan: Yasmin Asih. 10). Alih Bahasa: Budi Anna
Jakarta: EGC. Keliat, dkk. Jakarta: EGC.

Chris, T. (2014). Kapita Selekta Kasim, F. (2015). Informasi Spesialite


Kedokteran (Edisi 4). Jakarta: Obat Indonesia (Edisi 49).
Media Aesculapius. Jakarta: PT. ISFI.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus Kowalak, J. P., dkk. (2014). Buku Ajar
& Penatalaksanaan Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Lakshita, N. (2012). Anak Aktif Bebas
Diabetes. Yogyakarta: Javalitera.
Dinas Kesehatan. (2015). Buku Saku
Kesehatan Triwulan 1 Tahun Moorhead, S., Johshon, M., Mass, L. M.,
2015. & Swanson, E., (2013). Nursing
http://www.dinkesjatengprov.g Outcomes Classification (NOC):
o.id/. Diakses pada tangal 30 Measurement of Health
April pukul 09.32 AM. Outcomes (5th Ed). USA:
Elsevier Mosby.
Ganong, W. F. (2013). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (Edisi 22). Mubarak, dkk. (2015). Standar Asuhan
Alih Bahasa: Brahm, U. Jakarta: Keperawatan dan Prosedur
EGC. Tetap dalam Praktik
Keperawatan: Konsep dan
Hariani & Perdanakusuma. (2008). Aplikasi dalam Praktik Klinik.
Perawatan Ulkus Diabetes. Jakarta: Selemba Medika.
http://journal.unair.ac.id.
Diakses pata tanggal 17 Mei Novitasari, R. (2012). Diabetes Mellitus:
2016 pukul 12.37 WIB. Dilengkapi Dengan senam
Diabetes Mellitus. Yogyakarta:
Hasan, D. R. N., Yusuf, Z. K., Djunaidi, R., Nuha Medika.
(2014). Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Proses Nugroho, T. (2011). Asuhan
Penyembuhan Ulkus Keperawatan Maternitas, Anak,
Diabetikum. Bedah dan Penyakit Dalam.
http://eprints.ung.ac.id/ Yogyakarta: Nuha Medika.
12307/2/2014-1-1-14201-
Nurarif & Kusuma. (2013). Buku Aplikasi
841410116-bab1-
Asuhan Keperawatan.
10082014015831.pdf. Diakses
Yogyakarta: Mediaction.
pada tanggal 16 Mei 2016 pukul
02.40 WIB. Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta:
Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal
Nuha Medika.
Diabetes Mellitus: Pada Orang
Dewasa dan Anak-anak Dengan

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


7

Potter & Perry. (2010). Fundamental Sistem Endokrin. Jakarta: CV.


Keperawatan (Edisi 7), Buku 1. Trans Info Media.
Terjemahan: Adrina Ferderika
Nggie. Singapore: Selemba Tyekyan, R. M. S., (2007). Risiko
Medika. Penyakit Diabetes Mellitus Tipe
2 Dikalangan Peminum Kopi Di
.(2010). Fundamental Kota Madya Palembang Tahun
Keperawatan (Edisi 7), Buku 2, 2006-2007.
Terjemahan: Adrina Ferderika http://journal.ui.ac.id/
Nggie dan Marina Albar. index.php/health/article/viewFil
Singapore: Selemba Medika. e/250/246. Diakses pada
tanggal 8 Mei pukul 20.10 WIB.
.(2010). Fundamental
Keperawatan (Edisi 7), Buku 3, Widyanto & Triwibowo. (2013). Trend
Terjemahan: Diah Nur Fitriani, Disease: Trend Penyakit Saat Ini.
Onny Tampubolon dan Farah Jakarta: CV. Trans Info Media.
Diba. Singapore: Selemba
Medika. Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan
Medikal Bedah: Keperawatan
Purnamasari & Poerwantoro. (2013). Dewasa Teori Contoh Askep.
Diabetes mellitus dengan Yogyakarta: Nuha Medika.
Penyulit Kronis.
http://indonesia.digitaljournals. Wilkinson & Ahern. (2012). Buku Saku
org. Diakses pada tanggal 17 Diagnosa Keperawatan:
Mei 2016 pukul 11.26 WIB. Diagnosa NANDA, Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil/NOC
Rendy & Margareth. (2012). Asuhan (Edisi 9). Alih Bahasa: Esty
Keperawatan Medikal Bedah Wahyuningsih. Jakarta: EGC.
dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika. Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis
Rohmah & Walid. (2014). Proses NANDA-I, Intervensi NIC dan
Keperawatan Teori & Aplikasi: Kriteria Hasil/NOC (Edisi 10).
Dilengkapi dengan NOC-NIC & Alih Bahasa: Esty Wahyuningsih.
Aplikasi pada Berbagai Kasus. Jakarta: EGC.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

RSUD. Salatiga. (2016). Rekam Medik


RSUD. Salatiga.

Smeltzer, S. C. (2013). Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8),
Volume 2. Jakarta: EGC.

Suyono, dkk. (2013). Penatalaksanaan


Diabetes Mellitus Terpadu, Edisi
Kedua. Jakarta: FKUI.

Tarwoto, dkk. (2012). Keperawatan


Medikal Bedah Gangguan

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo

Anda mungkin juga menyukai