disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa
penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat
menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim,
dan (4) destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
3. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu dalam
mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan
enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat
atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan
mikroba terhenti (inaktif).
Sumber bacaan:
3. Ting, EWT & Deibel, KE. 1992. Sensitivity of Listeria monocytogenes to spices
at two temperature. J. Food Safety 12: 19-137.
Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran akan
mengalami lisis. Seperti senyawa antimikroba lainnya, mekanisme kerja fenol
adalah menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri dengan cara
merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel. Sehingga
senyawa tersebut dapat bersifak bakterisidal atau bakteriostatis, bergantung
dosis yang digunakan (Parwata dan F.Feny,2008).
Menurut Corn dan Stumpf (1976) dalam Pudjiarti (2000) menyatakan bahwa
fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam lemah sehingga disebut juga
asam karbolat. Sebagai asam lemah senyawa-senyawa fenolik juga dapat
terionisasi melepaskan ion H dan meninggalkan gugus sisanya yang bermuatan
negatif. Kondisi yang bermuatan negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri
garam positifyang secara alami juga bermuatan negatif. Kondisi yang asam pada
senyawa tersebut menyebabkan fenol dapat bekerja menghambat pertumbuhan
bakteri.
ekstrak air bawang putih dan ekstrak murni bawang putih yang dilarutkan dalam
air dengan konsentrasi 75% menunjukkan pembentukan diameter hambat
terbesar terhadap Streptococcus yaitu masing-masing sebesar 28,25 mm dan
28,5 mm serta terhadap Clostridium yaitu masing-masing sebesar 27.5 mm dan
27.75 mm. Pada bakteri uji lain, ekstrak bawang putih dengan pelarut air dan
ekstrak air bawang putih hanya memberikan pada semua tingkat konsentrasi
hanya memberikan ukuran antara 6,5 mm hingga 9.75 mm.
Ektrak murni bawang putih dengan pelarut etanol dan ekstrak etanol bawang
putih pada konsentrasi 75 % ternyata menunjukkan diameter hambat yang
terbesar pada Clostridium yaitu masing-masing sebesar 27.5 mm dan 23 mm.
Pada Streptococcus, kedua jenis ekstrak ini juga masih memberikan diameter
hambat yang cukup besar yaitu sebesar masing-masing 19.5 mm. Ekstrak
bawang putih dengan pelarut etanol pada konsentrasi 75 % ternyata
berpengaruh juga terhadap Pleisomonas, yaitu memberikan diameter hambat
sebesar 22,25 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Elistina, M. D., 2005, Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dari Daun
Parwata, Oka Adi dan F. Fanny Sastra Dewi. Jurnal : Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Udayana
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Kosasih