Anda di halaman 1dari 36

PERMASALAHAN INVESTIGASI INKUIRI AUTENTIK DALAM

PEMBELAJARAN SAINS/BIOLOGI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Problematika Pendidikan
Bidang Studi Biologi yang dibina oleh Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Oleh:
Kelompok 1 / Offering D
Anugrah Aji Pariris (160341800314)
Malika Rohmani (160341801238)
Lita Uliana Rahmawati (160341800944)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
APRIL 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Problematika Pendidikan Bidang Studi Biologi ini dengan
tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap teman-teman yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lupa ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Problematika
Pendidikan Bidang Studi Biologi Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd dalam
membimbing kami dalam belajar dan mengarahkan bagaimana penyusunan yang
baik.
Mudah-mudahan, dengan tersusunnya makalah ini akan memberikan
manfaat bagi pembaca sekalian. Sebagaimana dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih terdapat kekurangan yang membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Wassalam dan Terimakasih.

Malang, 2 April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Pembelajaran Inkuiri......................................................................... 4
1. Pengertian Inkuiri .................................................................... 4
2. Ciri Pembelajaran Inkuiri ........................................................ 7
3. Prinsip PembelajaranInkuiri .................................................... 7
4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ................................... 8
5. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Inkuiri .................... 12
B. Hakikat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Biologi .............................................................................................. 13
1. Pengertian Asesmen dan Evaluasi ........................................... 13
2. Hakikat Asesmen Autentik dalam Pembelajaran .................... 13
C. Investigasi Inkuiri Autentik dalam Sains/Biologi ............................ 18
1. Penerapan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains/Biologi ............ 18
2. Pengertian Pembelajaran Investigasi Inkuiri Autentik ............ 19
3. Contoh Penerapan Investigasi Inkuiri Autentik dalam
Pembelajaran ........................................................................... 21
4. Manfaat Penerapan Investigasi Inkuiri Autentik
dalam Pembelajaran ................................................................. 24
D. Permasalahan Investigasi Inkuiri Autentik Dalam Pembelajaran
Sains/Biologi .................................................................................... 24
BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 29
A. Kesimpulan ..................................................................................... 29
B. Saran .............................................................................................. 29

iii
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 30
LAMPIRAN .................................................................................................... 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran atau pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Tujuan utama dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan
potensi yang ada pada diri manusia agar menjadi manusia yang berkualitas
. Pembelajaran memegang kendali penting dalam mengembangkan segala
potensi diri siswa agar mampu menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran secara bertahan semakin
ditingkatkan oleh pemerintah. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yaitu dengan menyempurnakan kurikulum yang berlaku. Isi dalam
kurikulum mencakup semua komponen pendidikan teemasuk juga tujuan
pendidikan. Penyempurnaan kurikulum di Indonesia disesuaikan dengan
tangtangan perkembangan jaman. Bentuk aplikasi kurikulum yang menjawab
tantangan pendidikan abad 21 yaitu kuirikulum 2013. Sehingga saat ini siswa
dituntut untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk memajukan
bangsa.
Pembelajaran perlu dirancang dengan mengoptimalkan potensi yang
dimiliki siswa dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam
pembelajaran sains diperlukan berbagai penyelidikan penting terkait berbagai
objek benda nyata dan fisik, kemudian siswa mampu memahami konsep penting
dari suatu pengetahuan. Pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa
dalam membangun pengetahuannya dapat dilaksanakan melalui model
pembelajaran inkuiri/penyelidikan.
Pembelajaran inquiry merupakan satu komponen penting dalam
pendekatan konstruktifistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi
atau pembaruan pendidikan. Inkuiri direkomendasikan sebagai salah satu strategi
pembelajaran penting dalam pengembangan literasi sains dan ketrampilan berpikir

1
2

siswa. Telah banyak dilakukan berbagai penelitian terkait efektivitas pembelajaran


inkuiri dalam sains. Terdapat kebutuhan nyata untuk meningkatkan kegiatan
penyelidikan ilmiah dengan memasukkan banyak fitur keautentikan pembelajaran
(Tan & Kim, 2012). Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi
kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam situasi nyata misalnya dalam menyelesaikan tugas, masalah
atau meregulasi situasi (Pantiwati, 2010).
Dalam perjalanannya penerapan pembelajaran inkuiri autentik dalam
sains/biologi masih jarang dilakukan dan tentu menemui banyak permasalahan
yang terjadi, sehingga diperlukan beberapa alternatif penyelesaian masalah
tersebut guna meningkatkan kualitas pembelajaran sains/biologi. Untuk itu
penulis merasa perlu membahas lebih lanjut Permasalahan Investigasi Inkuiri
Autentik Dalam Pembelajaran Sains/Biologi dalam sebuah makalah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pembelajaran inkuiri?
2. Bagaimanakah hakikat assesmen autentik dan penerpannya dalam
pembelajaran biologi?
3. Bagaimana investigasi inkuiri autentik dalam sains/biologi?
4. Bagaimana permasalahan investigasi inkuiri autentik dalam pembelajaran
sains/biologi?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang, beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pembelajaran Inkuiri.
2. Untuk mengetahui hakikat assesmen autentik dan penerpannya dalam
pembelajaran biologi.
3. Untuk merumuskan konsep pembelajaran investigasi inkuiri autentik.
3

4. Untuk mengetahui permasalahan investigasi inkuiri autentik dalam


pembelajaran sains/biologi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari inquire yang berarti mencari atau mempertanyakan.
Pembelajaran inkuiri dalam sains dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
mengutamakan keterlibatan siswa dalam membangun dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri melalui proses pencarian atau eksperimen tertentu.
Inkuiri merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,
dan menarik kesimpulan, dengan demikian siswa akan menjadi terbiasa
berperilaku sebagai saintis (objektif, jujur, kreatif, dan menghargai yang lain)
(Kemendiknas, 2010). Menurut Sanjaya (2009:196-197) ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri sebagai berikut: a) aktivitas siswa secara
maksimal, b) aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan, c)
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan ketrampilan
proses, proses yang dilakukan melalui penyelidikan masalah, penemuan informasi
baru, merencanakan percobaan, pengumpulan data, analisis data dan menarik
kesimpulan pengetahuan tertentu. Sehingga melalui inkuiri siswa bebas
menciptakan suatu makna dan pengertian baru berdasarkan informasi dan
pengalaman yang telah dimiliki atau dipelajarinya. Secara umum, inkuiri
merupakan proses bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi sumber-sumber informasi
secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan
alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (Sanjaya, 2009).
Sedangkan autentik berarti benar atau asli. Autentik disini terkait dengan
pembelajaran inkuiri di kelas. Pembelajaran inkuiri yang autentik berarti
mengadopsi inkuiri kedalam kelas sesuai dengan cara-cara yang dilakukan para

4
5

ilmuwan baik aspek epistemologis maupun penalarannya.Dalam hal ini, siswa


melakukan sendiri percobaannya sebagai ekspresi keingintahuannya tentunya
dengan bimbingan guru, melakukan kegiatan observasi yang terkandung dalam
sebuah buku teks, gambar, atau data yang dikumpulkan selama kegiatan
penyelidikan. Inti dari inkuiri adalah pebelajar itu sendiri, bergelut dengan data
dan terjun langsung pada beberapa peristiwa atau fenomena di lingkungan sosial.
Pembelajaran inkuiri di kelas tidak sesuai dengan konstruksi autentik jika
dalam prakteknya hanya memindahkan hasil penemuan seorang ilmuwan tanpa
adanya beberapa modifikasi terhadap konten sains maupun pengembangan
metode yang cocok dengan tingkat perkembangan siswa. Aspek otentik dari
pembelajaran sains berbasis kelas mencakup mengubah pembelajaran kelas yang
statis tradisional menjadi pembelajaran yang interaksinya lebih dinamis antara
guru dan peserta didik.
Inkuiri bermaksud mencari pola, menyiasati suatu fenomena yang berlaku
di alam sekitar. Penemuan merupakan hasil inkuiri. Pembelajaran secara inkuiri
berlaku apabila konsep dan prinsip sains dilakukan dan ditemukan oleh siswa
sendiri. Sains sebagai inkuiri mementingkan siswa untuk mempelajari
keterampilan proses sains seperti pengamatan, membuat inferensi dan
bereksperimen. Guru sains harus melibatkan siswa dalam inkuiri dengan
memberikan peluang kepada siswa untuk bertanya mengenai persoalan,
menjelaskan kejadian alam, menguji ide dan berkomunikasi tentang apa yang
dipelajari. Menurut National Science Teachers Association Amerika Serikat
mencirikan inkuiri sebagai:
1. Mempertanyakan dan penyelesaian masalah yang dapat dipecahkan
(Questioning and formulating solvable problems).
2. Membuat refleksi dan membuat pengetahuan melalui data (Reflecting on, and
constructing knowledge from data).
3. Berkolaborasi dan bertukar informasi untuk mencari jawaban (Collaborating
and exchanging information while seeking solutions).
4. Mengembangkan konsep dan mengaitkan dengan data empiris (Developing
concepts and relationships from empirical data).
6

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang terlibat aktif dalam


pemikiran sains (scientific thinking), perencanaan dan membangun pengetahuan.
Kelebihan sains inkuiri dapat dicermati melalui kata-kata Kessen (1964:4) di
bawah ini;
There is joy in the search of knowledge; there is excitement in seeing
however partially, into the workings of the physical and biological world;
there is intellectual power to be gained in learning the scientist's approach
to the solutions of human problems. The first task and central purpose of
science education is to awaken in the child, whether or not he will become a
professional scientist, a sense of the joy, the excitement and the intellectual
power of science.

Pengajaran secara inkuiri menjadikan sains sebagai suatu mata pelajaran


\yang unggul karena siswa sendiri terlibat secara aktif dalam proses perencanaan
dan pencarian informasi. Peran guru tidak lagi sebagai pemberi informasi tetapi
lebih sebagai fasilitator pembelajaran, pemberi pertanyaan, prescriber of
appropriate activities, stimulator of curiosity, penjelasan ide siswa dan salah satu
sumber rujukan (resource person). Pembelajaran sains secara inkuiri memerlukan
guru sains yang mampu merancang permasalahan secara sistematik dan fokus.
Guru sains harus dipandang sebagai seorang yang berperan sebagai penanya
permasalahan dan yang mengemukakan masalah, yaitu seseorang yang bertindak
sebagai perangsang pembentukan ide, pengujian ide dan pemantaban konsep yang
menggunakan permasalahan sebagai mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Thangavelo Marimuthu (2001), inkuiri adalah hubungan
dialectical antara guru dan siswa. Penggunaan permasalahan adalah sangat
penting dan merupakan ciri utama proses pembelajaran secara inkuiri. Oleh
karena itu, guru perlu merancang permasalahan secara sistematik untuk
merangsang siswa berpikir secara induktif atau deduktif. Melalui kegiatan inkuiri,
siswa akan menghubungkan pengetahuannya yang sudah ada dengan bukti-bukti
atau gagasan yang baru didapatnya. Dengan demikian, selain terampil
berinvestigasi mereka juga mampu membangun pemahaman ilmiahnya. Fadiawati
(2006) guru mengajukan masalah pada tiga tingkatan untuk tujuan pengembangan
dan orientasi inkuiri yaitu, (1) guru memberi masalah yang tidak dibicarakan
dalam teks, dan menjelaskan dengan cara lain untuk mendekati penyelesainnya;
(2) guru mengajukan masalah tanpa memberi metodenya; (3) guru memberikan
7

fenomena yang didesains untuk merangsang siswa agar dapat mengidentifikasi


masalah.
2. Ciri Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri utama diantaranya:
 Pembelajaran inkuiri berorientasi pada aktivitas dan kegiatan proses belajar
siswa dalam mencari dan menemukan informasi. Sehingga siswa berperan
aktif dalam menemukan sendiri konsep pengetahuan.
 Aktvitas dan kegiatan siswa diarahkan dan dibantu untuk mencari dan
menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan siswa
sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator, mediator dan motivator bagi siswa
bukan sebagai sumber utama pentransfer informasi.
 Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, logis, sistematis dan ilmiah. Secara umum tidaknya aspek kognitif yang
diukur namun juga segala aspek ketrampilan dan sikap.
3. Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2009) penerapan pembelajaran inkuiri harus
memperhatikan beberapa prinsip utama diantaranya:
 Berorientasi pada pengembangan intelektual. Pembelajaran inkuiri
berorientasi utama dalam pengembangan kemampuan berpikir, namun
kemampuan ketrampilan proses dalam aktivitas penelitian mulai dari mencari
hingga menemukan sesuatu juga dipertimbangkan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar.
 Prinsip interaksi. Pembelajaran inkuiri memiliki prinsip interaksi yaitu
pembelajaran sebagai proses untuk berinteraksi, interaksi antara siswa maupun
interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Interaksi
ini membuat masing-masing memiliki peran sendiri-sendiri dalam
pembelajaran namun berkaitan dalam jalannya pembelajaran.
 Prinsip bertanya. Inkuiri merupakan proses dalam menemukan suatu jawaban
atas pertanyaan yang dimunculkan, siswa seharusnya memiliki ketrampilan
berpikir kritis untuk memunculkan berbagai pertanyaan-pertanyaan dalam
suatu permasalahan kemudian dicari jawabannya. Guru dalam hal ini mampu
8

melatih kemampuan berpikir siswa melalui pertanyaan-pertanyaan kritis bagi


siswa.
 Prinsip belajar untuk berfikir. Inkuiri memiliki prinsip bahwa belajar
merupakan proses untuk berlatih berfikir dengan tidak hanya melalui
mengingat, tetapi juga melalui proses berfikir dengan mencari solusi,
menemukan ide, gagasan, dan sebagainya.
 Prinsip keterbukaan. Prinsip ini memberikan ruang kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis yang dimiliki dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan melalui uji penelitian atau eksperimen.
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Anggraeni (2006) mengajukan tiga tahapan pembelajaran berbasis inkuiri.
1. Tahap pertama adalah belajar discovery, guru yang menyusun masalah dan
proses tetapi mengijinkan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif.
2. Tahap kedua yang lebih kompleks adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry),
guru mengajukan masalah dan (maha)siswa menentukan penyelesain dan
prosesnya.
3. Ketiga, suatu level yang sangat dibutuhkan adalah inkuiri terbuka (open
inquiry), guru hanaya memberikan konteks masalah dan (maha)siswa
mengidentifikasi dan memecahkannya sendiri.
Budhi Akbar (2007) menyatakan bahwa tahapan pembelajaran inkuiri
dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Jenis dan Tahapan Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri terstruktur Inkuiri terbimbing Inkuiri bebas
siswa mengikuti dengan Siswa mengembangkan cara Siswa menurunkan
tepat instruksi guru kerja untuk menyelidiki pertanyaan tentang
untuk menyelesaikan pertanyaan yang topik yang dipilih guru dan
kegiatan hands-on dipilih/diberikan guru merencanakan sendiri
dengan sempurna penyelidikannya

Menurut Zulfiani (2006) menyatakan empat karakteristik inkuiri yaitu: (1)


Koneksi, (2) Desain, (3) Investigasi, (4) Membangun pengetahuan. Berikut
9

perbandingan uraian singkat masing-masing karakteristik inkuiri dalam bentuk


matriks (Tabel 2.2 ).
Tabel 2.2. Karakteristik Inkuiri
Koneksi Desain Investigasi Membangun
Pengetahuan
 Proses koneksi  Proses desain  Proses melalui  Proses melalui refleksi-
melalui:konsiliasi melalui koleksi dan konstruksiprediksi
, pertanyaan, dan procedure- mempresentasika  Konsep yang dilakukan
observasi materi n data dengan eksperimen
 Siswa mampu  Siswa  Siswa dapat akan memberikan arti
menghubungkan membuat membaca data yang lebih bermakna
pengetahuan perancanaan secara akurat, dan mampu berpikir
sains pribadi mengumpulka mengorganisasi kritis. Ia harus
dengan konsep n data yang data dalam cara menghubungkan antara
komunitas sains bermakna yang logis dan interpretasi data dengan
 Dilakukan yang ditujukan bermakna, dan interpretasi ilmiah yang
dengan diskusi pada memperjelas diterima
bersama, pertanyaan. Di hasil  Siswa dapat
eksplorasi sini terjadi penyelidikan mengaplikasikan
fenomena integrasi pemahamannya pada
 Guru mendorong konsep sains situasi baru yang
untuk dengan proses mengembangkan
mendiskusikan sains inferens, generalisasi,
dan menjelaskan  Siswa dan prediksi
pemahaman berperan aktif  Guru bertukar pendapat
mereka mendiskusikan (sharing) terhadap
bagaimana suatu prosedur, pemahman siswa.
fenomena persiapan
bekerja, materi,
menggunakan menentukan
contoh dari variabel
pengalaman kontrol, dan
10

pribadi, pengukuran
menemukan  Guru
hubungan dengan memantau
literatur ketepatan
aktivitas siswa
(Sumber: Zulfiani, 2006)
Menurut Kemendiknas (2010) sintaks inkuiri, yaitu ask (merumuskan
pertanyaan atau hipotesi), investigate (merencakanan penyelidikan dan
mengumpulkan data), create (menganalisis data dan menginterpretasikan hasil),
discuss (mendiskusikan temuan penyelidikan dan membuat simpulan), reflect
(melakukan refleksi dan membuat hubungan antar konsep). Menurut Zulfiani
(2006) ada enam tahap yang disebut sebagai model inkuiri yaitu Planning,
Retrieving, Process, Create, Sharing, Evaluatiing.
Tabel 2.3. Tahapan Model Inkuiri dan Kemampuan Inkuiri
I. Perencanaan
a. Menggunakan pertanyaan yang mengarahkan pada penyelidikan
b. Mengidentifikasi area topik untuk berinkuiri
c. Mengidentifikasi sumber informasi yang memungkinkan
d. Mengidentifikasi format peserta dan presentasi
e. Mempertahankan kriteria evaluasi
II. Mengungkapkan Kembali
a. Mengumpulkan sumber referensi
b. Memilih informasi yang relevan
c. Mengevaluasi informasi
d. Mereviu dan merevisi rencana untuk berinkuiri
III. Proses
a. Mempertahankan fokus berinkuiri
b. Memilih informasi yang tepat
c. Merekam informasi
d. Membuat hubungan dan inferensi
e. Melakukan reviu ddan revisi untuk berinkuiri
11

IV. Menciptakan
a. Mengorganisasi informasi
b. Menghasilkan produk/hasil karya
c. Berpikir tentang audience
d. d. Revisi dan edit
V. Bertukar Pendapat
a. Mengkomunikasikan dengan audiens
b. Menyajikan pemahaman yang baru
c. Mendemonstrasikan perilaku audiens yang tepat
VI. Evaluasi
a. Mengevaluasi produk
b. Mengevaluai proses inkuiri dan rencana inkuiri
c. Mereviu bentuk inkuiri yang dilakukan
d. Mentransfer pembelajaran pada situasi baru
(Sumber: Zulfiani, 2006)
Secara rinci sintaks pembeljaran inkuiri jug dipaparkan dalm table 2.4
berikut ini;
N
Langkah-langkah Inkuiri
Kegiatan yang dilakukan guru
No. Terstruktur
1Identifikasi dan penetapan ruang Memberikan masalah
1 lingkup masalah
2Merencanakan dan memprediksi hasil Memeberikan prosedur langkah demi
2 langkah setiap tahap untuk diikuti
Menyediakan alat dan bahan seperti
yang tercantum pada lembar kegiatan
3Penyelidikan untuk pengumpulan data Membimbing dan memastikan semua
3 siswa pada tugas dan memahami
prosedur
4Interpretasi data dan mengembangkan Mendorong siswa untuk bekerja sebagai
4 kesimpulan sebuah kelompok
5Melakukan Refleksi Mendorong siswa untuk berfikir atau
5 melakukan refleksi pada pengetahuan
12

yang baru mereka temukan


Sumber: Zubaidah. Dkk, 2013
5. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan dan kelebihan diantaranya:
Kelemahan
a. Sulit melakukan kontrol dan monitoring kegiatan dan keberhasilan belajar
siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang cenderung
eksperimen sesuai kegiatan siswa sehingga pemantauan sulit dilakukan secara
mendetail.
b. Sulit merencanakan pembelajaran karena perbedaan kebiasaan siswa dalam
belajar.
c. Sulit menyesuaikan waktu pembelajaran, hal ini dikarenakan dalam
penerapannya kadang memerlukan waktu yang lama atau tidak sesuai dengan
yang telah ditentukan.
d. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir siswa, bagi
siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan,
menemukan hubungan antara konsep dalam suatu mata pelajaran. Siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli model pembelajaran
inkuiri, sehingga menyebabkan adanya jarak dengan siswa yang lain.
e. Pada bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide
dengan menggunakan pembelajaran inkuiri.
Kelebihan
a. Pembelajaran inkuiri tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif namun juga
pada aspek pengembangan afektif dan psikomotor sehingga semua potensi
siswa dieksplor secara seimbang.
b. Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan
gaya belajar sesuai dengan dirinya sendiri, sehingga penemuan dan pencarian
informasi dapat tercapai dengan mudah.
c. Pembelajaran Inkuiri megikuti perkembangan pembelajaran modern yang
mengaccu pada proses pengalaman sebagai agen perubahan tingkah laku
siswa.
13

d. Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk mengatur


informasi yang didapatkan untuk lebih mudah memahaminya serta
pengetahuan siswa akan bertahan lama.

B. Hakikat Asesmen Autentik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran


Biologi
1. Pengertian Asesmen Dan Evaluasi
Hasil dari penilaian sangat diperlukan dalam melakukan evaluasi, karena
terkait dengan penentuan keputusan, seperti dinyatakan oleh Gay (2000)
menyatakan evaluasi menentukan tingkat ketercapaian tujuan melalui proses yang
sistematis mulai dari mengumpulkan data, menganalisis dan memberikan
penilaian sehingga evaluasi merupakan kegiatan melakukan keputusan dengan
mempertimbangkan data-data atau bukti yang telah diambil sebelumnya sehingga
ada keterkaitan antara kegiatan penilaian dengan evaluasi.
Johnson (2002) menyatakan bahwa asesmen dapat dilakukan tanpa
evaluasi, tetapi tidak dapat mengevaluasi di luar asesmen dan evaluasi dilakukan
sesaat sedang asesmen secara terus menerus. Asesmen merupakan suatu proses
pengumpulan informasi tentang apa yang diketahui dan apa yang dapat dikerjakan
siswa (Hart, 1994). Menurut Linn dan Gronlund (1995) penilaian adalah istilah
umum yang melibatkan semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang hasil belajar siswa atau peserta didik. Sehingga
asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
siswa dengan menggunakan bermacam-macam prosedur, seperti tes formal,
inventori, checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya.
2. Hakikat Asesmen Autentik dalam Pembelajaran
Penilaian secara autentik dalam pembelajaran dilakukan sebagai upaya
untuk mendapatkan dan memutuskan hasil belajar secara akurat. Hart (1994)
menyatakan asesmen autentik merupakan suatu penilaian yang dilakukan melalui
penyajian atau penampilan oleh siswa dalam bentuk pengerjaan tugas-tugas atau
berbagai aktivitas tertentu yang langsung mempunyai makna pendidikan.
Corebima (2004) memberikan pemahaman bahwa asesmen autentik harus
melibatkan siswa di dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan
14

bermakna. Selain itu asesmen autentik merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pembelajaran di dalam kelas, terintegrasi dalam setiap jenis pembelajaran yang
digunakan guru.
Asesmen autentik meminta siswa untuk mendemonstrasikan apa yang
dipahami baik pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi apapun yang mereka
miliki sehingga lebih aplikatif dan bermakna. Prinsip asesmen ini sangat tepat
digunakan dalam pembelajaraan yang menuntut siswa tidak sekedar memahai
pengetahuan tetapi diharapkan dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
seperti halnya karakter pembelajaran Biologi. Biologi merupakan salah satu dari
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup dan
lingkungannya. Mempelajari biologi tidak sekedar mendapatkan pengetahuan
tentang makhluk hidup, namun juga mendapat pengetahuan tentang metode
mempraktekkan ilmu pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh
diharapkan dapat membantu untuk memecahkan masalah guna meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia. Dalam mencapai tujuan tersebut memerlukan
metode yang sistematis yang disebut metode ilmiah. Penerapaan metode ilmiah
dalam pembelajaran IPA dapat digunakan dalam pendekatan keterampilaan proses
(PKP).
Pendekatan Keterampilan Proses sebagai proses ilmiah dan pendidikan
sains adalah pelatihan keterampilan proses sains yang biasa digunakan oleh para
ilmuwan kepada siswa. Siswa harus memperoleh pengalaman ilmiah untuk
memperoleh produk ilmiah seperti konsep, prinsip dan hukum. Dalam
mempelajari sains, para ilmuwan menggunakan keterampilan yang disebut dengan
keterampilan proses sains (sciense process skills). Keterampilan ini pada diri
siswa harus diukur agar dapat memberikan informasi bagaimana kondisi sebelum,
pada saat, dan setelah pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Asesmen autentik mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan
ilmiah pada konteks riil bukan membuat/menyusun sesuatu yang baru dan tidak
dikenal siswa. Asesmen tradisional bersifat hafalan bukan membangun dan
mengaplikasikan konsep yang telah dimiliki siswa.
15

Tabel 2.4 Perbedaan antara Asesmen Tradisional dan Autentik


Tradisional Authentic
Selecting response Performing a task
Contrived Real-life
Recall/Recognition Construction/Application
Teacher-structured Student-structured
Indirect Evidence Direct Evidence

Hart (1994) menjelaskan bahwa asesmen autentik memberikan


kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas-tugas autentik yang menarik,
bermanfaat, dan relevan dengan kehidupan siswa. Tugas ini dapat menjadikan
siswa inovatif dan kreatif karena memiliki kesempatan untuk mengembangkan
diri, menumbuhkan sikap yang lebih positif terhadap sekolah, kegiatan belajar dan
dirinya sendiri.
Dengan demikian asesmen autentik mengubah peran siswa dalam proses
asesmen, dari sifat pasif menjadi partisipan aktif, siswa aktif berkolaborasi untuk
bekerjasama dan dapat berpartisipasi dalam mengevaluasi kemajuannya. Asesmen
autentik dapat mengaktifkan pembelajaran melalui banyak cara sementara tes
terstandar bersifat ekskusif dan sempit. Rivers (2001), Schraw dan Dennison
(1994) melaporkan bahwa para siswa yang terampil melakukan asesmen terhadap
diri sendiri sadar akan kemampuannya, bertindak lebih strategis dan lebih baik
dibanding mereka yang tidak terampil. Asesmen autentik dapat mempertajam
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada saat mereka menganalisis, mensistesis,
mengidentifikasi masalah, menciptakan pemecahan, dan mengikuti keterkaitan
sebab akibat (Johnson, 2002).
Ketrampilan proses sains/Biologi dibedakan menjadi ketrampilan proses
dasar dan ketrampilan proses terintegrasi. Pembedaan keterampilan ini perlu
dicermati karena sebenarnya keterampilan berbeda menghendaki jenis asesmen
yang sesuai dengan target keterampilan yang dikehendaki.
16

Tabel 2.5 Analisis Ketrampilan Proses Sains dan Aspek Tagihannya


Keterampilan Deskripsi Aspek tagihan
A. Proses Dasar
Observasi Pengidentifikasi dan pemberian nama Megidentifikasi
ciri-ciri benda dan kejadian dalam dunia dan memberikan
fisik nama ciri benda
Klasifikasi Mengatur benda, kejadian atau informasi Mengklasifikasikan
dengan metode atau sistem tertentu benda atau
kejadian
Pengukuran Membandingkan suatu obyek dari Melakukan
dimensi yang tidak diketahui dengan pengukuran suatu
dimensi yang diketahui obyek
Komunikassi Menyampaikan ide melalui hubungan komunikasi,
sosial diskusi-presentasi
Pengambilan Membuat kesimpuian berdasarkan Menyusun
Kesimpulan reasoning untuk menjelaskan satu set kesimpulan
observasi
Prediksi Meramalkan kejadian di masa datang Kemampuan
berdasarkan bukti nyata menyusun ramalan
Penggunaan Menggunakan bentuk geometri untuk Kemampuan
hubungan tempat pengamatan menghubungkan
waktu
Penggunaan Mengaplikasikan hukum atau rumus Keterampilan
angka matematik untuk menghitung angka mengaplikasikan
Identifikasi Mengenal karakteristik obyek atau Kemampuan
variabel kejadian yang bersifat konstan atau mengidentifikasi
berubah
Proses Terintegrasi
Penyusunan Membuat pernyataan yang dipercaya Kemampuan
Hipotesis benar tentang satu kejadian menyusun
hipotesis
Pengontrolan Mengubah suatu obyek atau kondisi Kemampuan
17

variabel sementara yang lain dibiarkan konstan melakukan


pengonrolan
Investigasi Mencari data dalam suatu situasi belajar Kemampuan
diskovery melakukan
investigasi
Membuat definisi Menciptakan definisi suatu istilah sesuai Kemampuan
operasional dengan konteksnya membuat definisi
operasional
Eksperimentasi Merancang dan melaksanakan Merancang
eksperimentasi dengan melibatkan eksperimen
semua keterempilan proses terintegrasi
Dari tabel 2.5 tersebut menunjukkan bahwa asesmen yang digunakan
dalam pembelajaran Biologi (IPA) dengan pendekatan ketrampilan proses tidak
cukup hanya dengan mengukur kognitif saja karena cukup banyak kompetensi
yang dituntut pada siswa terkait sikap dan psikomotor. Jelas sekali dibutuhkan
asesmen autentik yang dapat menjadikan siswa aktif berkolaborasi, kerjasama,
dan berpartisipasi dalam mengevaluasi kemajuannya, hal ini mengharuskan siswa
menjadi performer efektif dengan pengetahuan yang didapatkannya. Tes
tradisional cenderung hanya menampakkan tentang apakah siswa dapat mengenal,
mengingat atau memahami apa yang telah dipelajarinya di luar konteks yang ada.
Menurut Marzano (1993), asesmen kinerja dapat memberikan suatu sarana yang
efektif dalam mengukur kemampuan yang sulit atau yang tidak dapat dilakukan
paper and pencil test. Kemampuan yang dapat diukur, seperti kemampuan untuk
berkomunikasi, memecahkan masalah, dan menggunakan keahlian untuk berpikir
kritis.
Menurut pendapat tersebut, maka asesmen kinerja membantu siswa
melakukan metakognitif yaitu mengarahkan bagaimana cara siswa belajar. Hal ini
tidak dapat dilakukan bila menggunakan paper and pencil test (Ibrahim, 2002).
Menurut Nur (2001) prinsip sistem penilaian berkelanjutan adalah menilai semua
kompetensi dasar, menganalisis hasil penilaian dan melakukan tindak lanjut yang
berupa program perbaikan atau program pengayaan, dengan agar asesmen yang
digunakan dapat dikategorikan autentik sebaiknya memiliki ciri-ciri sebagai
18

berikut: 1) mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa; 2) mempersyaratkan


penerapan pengetahuan dan keterampilan; 3) penilaian terhadap produk atau
kinerja; 4) tugas-tugas kontekstual dan relevan; 5) proses dan produk, yang dapat
diukur.
Adapun bentuk tugas-tugas tersebut meliputi: 1) portofoio, 2) pembuatan
jurnal/paper, 3) simulasi, 4) membuat desain dan presentasi, 5) observasi kritis, 6)
mengerjakan proyek individu dan kelompok, 7) melaporkan hasil studi lapangan,
8) melakukan kegiatan pemecahan masalah, 9) membuat peta konsep, dan
sebagainya. Selanjutnya strategi-strategi asesmen yang digunakan dalam
melakukan asesmen berkelanjutan adalah sebagai berikut: asesmen kinerja
(Performance Assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan
(Questioning), Presentasi (Presentation), Diskusi (Discusions),
Eksperimen/demonstrasi (Experiments/demonstration), Projek/Pameran
(Projects/Exhibition), Bercerita (Story or text retelling), Investigasi/penyelidikan
(Investiga-tion), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview),
Konferensi, Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation) (O'Malley and Pierce,
1996).

C. Investigasi Inkuiri Autentik dalam Sains/Biologi


1. Penerapan Inkuiri di Pembelajaran Biologi
Pembelajaran biologi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara
sengaja oleh guru atau siswa dalam usaha memahami fakta-fakta, konsep-konsep,
aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang akan diterapkan
ke dalam situasi lain seperti: hafalan-hafalan, pemahaman, perhitungan-
perhitungan, praktikum, dan penarikan kesimpulan. Biologi bukan hanya
kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses
dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari (Handayani, 2007).
Perkembangan ilmu biologi/sains hingga saat ini merupakan hasil dari
kerja para peneliti dalam melakukan penelitian sesuai metode ilmiah. Kegiatan
inkuiri tersebutlah yang berperan mengembangkan sains menjadi suatu kajian
yang sangat luar biasa di masa kini. Selama ratusan tahun, dengan rasa ingin
19

tahunya dan dengan aktivitas ilmiahnya, manusia telah mampu membuka berbagai
rahasia dunia. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Tan & Kim (2012) yang
menyatakan bahwa kegiatan inkuiri saintifik berperan vital dalam perkembangan
sains hingga saat ini. Lebih lanjut, keduanya menyatakan bahwa penerapan
inkuiri pun seharusnya digunakan dalam pembelajaran sains di sekolah juga.
Inkuiri merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi
melalui langkah-langkah observasi, merumuskan pertanyaan, melakukan kajian
pustaka, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data melaui eksperimen, menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Dalam proses inkuiri terdapat langkah
investigasi yang dilakukan yaitu proses penyelidikan untuk mengetahui suatu
informasi yang benar hal ini dapat dilakukan melalui penyelidikan sumber data,
pengamatan objek data, identifikasi masalah dan sebagainya.
Pelaksanaan inkuiri beriringan dengan monitoring dan evaluasi pencapaian
perkembangan siswa, hal ini dapat dilakukan melalui proses penilaian dan
pengukuran yang terintergrasi dari berbagai sumber dan informasi kompetensi
yang diukur pada siswa, baik penilaian pribadi, kinerja, sosial dan produk. Dalam
praktek penyelidikan otentik, siswa menentukan pertanyaan ilmiah, merencanakan
penyelidikan, menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan, memutuskan
bagaimana menafsirkan data itu, membahas hasil, membuat cara terbaik untuk
menyajikan data itu, dan kemudian menarik kesimpulan dari data. Guru berperan
dalam memberikan kerangka kerja yang diperlukan untuk penyelidikan dan
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan melakukan investigasi secara
mandiri (Lim 2004; Zion dan Slezak 2005 dalam Tan & Kim, 2012).
2. Pengertian Pembelajaran Investigasi Inkuiri Autentik
Secara sederhana, pembelajaran berbasis inkuiri dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu inkuiri bebas (open/full inquiry) dan inkuiri
terbimbing (guided inquiry). Sesuai dengan penjelasan Hansen (2002), inkuiri
bebas dapat didefinisikan sebagai pendekatan student-centered yang dimulai
dengan pertanyaan dari siswa, diikuti dengan pendesainan dan pelaksanaan
penelitian oleh siswa, serta penomunikasian hasil penelitian yang telah dilakukan
siswa tersebut. Sedangkan inkuiri terbimbing berdasarkan referensi yang sama
adalah aktivitas dimana guru membantu siswa untuk mengembangkan
20

penyelidikan inkuiri di dalam kelas. Namun ada bentuk lain dari inkuiri, yaitu
inkuiri autentik, suatu bentuk pembelajaran inkuiri yang dapat kita temukan di
dalam Tan & Kim (2012).
Tan & Kim (2012) tidak menjelaskan secara langsung definisi dari inkuiri
autentik. Namun, beberapa referensi lain dapat digunakan sebagai rujukan dalam
mendefinisikan bentuk inkuiri ini. Berikut beberapa pengertian inkuiri autentik
menurut beberapa referensi tersebut.
a. Istilah inkuiri autentik merupakan aktivitas inkuiri yang benar-benar
dilakukan oleh para saintis (Chinn & Malhotra, 2002).
b. Inkuiri autentik adalah aktivitas inkuiri yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa (Windschitl, 2004).
c. Inkuiri autentik adalah pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
keinginan dan pengalaman siswa, lalu siswa mengkontruksi pengetahuannya
berdasarkan apa yang ia lakukan setelah menentukan minatnya sendiri.
Inkuiri ini dikatakan autentik karena aktivitas inkuiri tersebut dari dan oleh
siswa itu sendiri (Learning Emergence, 2012).
Dari ketiga penjelasan tersebut, secara garis besar dapat ditarik kesimpulan
bahwa inkuiri autentik adalah pembelajaran inkuiri yang benar-benar
menggambarkan aktivitas inkuiri yang dilakukan saintis sebenarnya. Seorang
saintis memulai kegiatan inkuirinya dari pertanyaan atau permasalahan yang ia
temukan sendiri, menyusun prosedur penelitiannya sendiri, serta menganalisis,
menginterpretasi, dan melaporkan data temuannya sendiri. Begitu pula dalam
inkuiri autentik, siswa bertindak sebagai seorang saintis yang sebenarnya.
Permasalahan, prosedur, dan kegiatan setelah pengumpulan data ditentukan oleh
siswa itu sendiri. Karena permasalahan berasal dari siswa itu sendiri, maka
dimungkinkan siswa mengaitkan aktivitas inkuirinya dengan permasalahan yang
ia temui sehari-hari di kehidupannya. Meski tidak dijelaskan secara khusus, Tan &
Kim (2012) mendeskripsikan pembelajaran inkuiri autentik seperti uraian yang
telah disampaikan tersebut.
Penerapan inkuiri autentik jelas sangat dapat dilakukan dalam
pembelajaran sains/biologi, karena sains memiliki banyak objek dan permasalahan
untuk diselidiki dan diamati sehingga mampu memberikan gambaran konsep
21

pengetahuan yang akan dibangun atau dibentuk. Monitoring autentik yang dapat
dilakukan adalah melalui penilaian proses belajar. Misalnya meliputi partisipasi
dan kontribusi siswa dalam diskusi kelompok, performa siswa dalam
menyelesaikan tugas dan performa siswa dalam kegiatan investigasi yang
dilakukan.
3. Contoh Penerapan Investigasi Inkuiri Autentik dalam Pembelajaran
Penerapan investigasi inkuiri autentik dilakukan oleh Niwat dalam Tan &
Kim (2012), penelitian ini dilakukan dengan melakukan pembelajaran investigasi
inkuiri autentik kolaboratif dengan bantuan teknologi komputer dalam materi
Sistem Penciuman (Olfactory System). Hal ini merupakan salah satu bentuk solusi
permasalahan investigasi inkuiri autentik pada kegiatan inkuiri dalam
laboratorium, karena inkuiri juga diterapkan dalam laboratorium yang
menyediakan pertanyaan, teori, eksperimen dan prosedur analisis tertentu. Namun
penerapannya hanya memicu perkembangan berpikir ilmiah, agar pencapaian lain
dapat tercapai dilakukan inkuiri dengan memasukkan banyak fitur autentik.
Cara yang dilakukan adalah dengan mensimulasikan dan menggabungkan
inkuiri dalam lingkungan laboratorium komputer. Dalam lingkungan inkuiri
autentik, siswa ditantang untuk bekerja secara independen dan harus berusaha
untuk mengembangkan kontrol diri sendiri dan peraturan mekanisme untuk
mencapai keberhasilan. Proses pengaturan diri muncul secara dinamis dalam tiga
fase siklus:
a. tahap pemikiran, termasuk proses yang mendahului usaha belajar tetapi
dirancang untuk meningkatkan kinerja, dan memberdayakan sumber
motivasi diri yang merupakan bentuk awal diri dari pembelajaran;
b. tahap kinerja, termasuk strategi pengendalian diri dan bentuk pengamatan
diri yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja
seseorang;
c. tahap refleksi diri, termasuk penilaian diri dan reaksi diri terhadap kinerja
seseorang (Zimmerman dan Tsikalas 2005 dalam Tan dan Kim, 2012).
Penggunaan laboratorium berbasis komputer dilakukan di Thailand.
Eksperimen ini melibatkan 16 siswa yang mengikuti kursus proyek sains. Mereka
berada di kelas 12 dari usia 17-18 tahun, terdiri dari 11 laki-laki dan 5 perempuan.
22

Mereka akan dibagi menjadi 2 kelompok secara acak dan diberi kesempatan untuk
merumuskan investigasi yang akan mereka lakukan menggunakan E-Nose
(Electronic Nose Technology). E-Nose merupakan model software tiruan sistem
sensorik yang dikembangkan dan dapat mendeteksi berbagai macam bau
menggunakan sensor. Model ini memiliki hidung, mulut, dan nosofaring. Siswa
dihadapkan dengan LabView yang terdiri dari panel monitor, panel kontrol, dan
panel pembelajaran dan praktek. Setiap kelompok bereksperimen dengan model
yang mereka hadapi. Selain itu dalam sistem ini juga terdapat metode observasi
otomatis, penyimpanan data dan analisis statistik. Dalam proses investigasi, terdiri
dari 3 fase yaitu:
a. Pengenalan pengetahuan mengenai bau dan orientasi organ penciuman
buatan
b. Kedua kelompok melakukan percobaan klasifikasi bau berdasarkan
eksperimen mereka selama 2 minggu (mereka membuat pertanyaan
mereka sendiri untuk percobaan dan kemudian merancang prosedur untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data eksperimen, dan
untuk mengkomunikasikan hasil investigasi mereka).
c. Melakukan analisis statistik menggunakan PCA (Principal Component
Analysis)

Gambar 1. Software Olfactory Sistem (Tan & Kim, 2012)


Setelah melakukan aktivitas di LabView, mereka diberikan kuisioner yang
berisi tentang kognitif, ketrampilan saintifik, emosional, dan sosial. Kuisioner
terdiri dari skala 0-5.
23

Skala Deskripsi Item sampel


Kinerja kognitif Siswa membuat usaha Bereksperimen dengan tiruan sistem penciuman
untuk berpikir selama membantu saya belajar memproses informasi
eksperimen dalam belajar ilmiah untuk mencapai tujuan
penelitian saya

Ketrampilan sejauh mana kinerja Bereksperimen dengan tiruan sistem penciuman


inkuiri ilmiah siswa dalam melakukan memberi saya kesempatan untuk memilih
eksperimen dan mengontrol variabel eksperimental dan
kondisi lainnya yang relevan untuk melakukan
penyelidikan ilmiah

Praktek emosional perasaan siswa tentang Bereksperimen dengan tiruan sistem penciuman
percobaan memungkinkan saya untuk mengembangkan
rasa ingin tahu tentang proses penyelidikan
ilmiah

Proses inkuiri Siswa berkomunikasikan Bereksperimen dengan tiruan sistem penciuman


sosial dan bernegosiasikan mendorong anggota dalam kelompok untuk
selama eksperimen berkomunikasi dan mengusulkan ide untuk
percobaan ilmiah

Dari hasil eksperimen ini didapatkan bahwa hasil tanggapan siswa sebagai
berikut:
 Siswa dapat meningkatkan kemampuan saintifik melalui kegiatan
eksperimen
 Siswa dapat belajar bagaimana menggunakan statistik untuk menganalisis
data dan menarik kesimpulan hasil eksperimen
 Siswa memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dalam kelompk
 Siswa memiliki kesempatan untuk membuat eksperimen yang menarik
 Siswa dapat membagikan ide mereka dalam kelompok
 Siswa senang karena dapat merancang dan melakukan eksperimen mereka
sendiri dengan instrumen modern.
 Siswa berkeinginan memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan
eksperimen
 Siswa menyarankan agar dapat berdiskusi dan mendapatkan elaborasi guru
lebih banyak.
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah:
 Siswa mampu mempelajari dan menemukan konsep baru serta
meningkatkan ketrampilan penyelidikan ilmiah melalui penelitian ilmiah
dengan teknologi sains.
24

 Kegiatan penyelidikan otentik dan kontemporer di lingkungan


laboratorium berbasis komputer memiliki potensi besar untuk membantu
siswa belajar dengan lebih berarti dan efektif
 Pengembangan bahan ajar inovatif (teknologi atau apapun) untuk
mengajarkan dan melatih penyelidikan ilmiah dikelas. Sehingga inkuiri
autentik dapat dilaksanakan (Tan & Kim, 2012).
4. Manfaat Penerapan Investigasi Inkuiri Autentik dalam Pembelajaran
Ada berbagai manfaat yang dapat dirasakan bilan investigasi inkuiri
autentik diterapkan dalam pembelajaran biologi. Sesuai dengan hasil penelitian
Niwat Srisawasdi yang dimuat dalam Tan & Kim (2012), ada berbagai manfaat
yang diperoleh dalam penerapan pembelajaran inkuiri ini. Berikut beberapa
manfaat tersebut.
a. Siswa mampu belajar berbagai konsep baru.
b. Siswa mampu meningkatkan keterampilan inkuiri saintifiknya.
c. Siswa mampu berkolaborasi untuk merancang rencana,
mengimpelementasikan, dan memonitor penelitiannya.
d. Siswa mampu belajar untuk menginterpretasikan dan menggambarkan
kesimpulan saintis dari hasil statistik.
e. Siswa memahami fungsi dan aplikasi dari inkuiri saintifik.
f. Literasi sains dan keterampilan berpikir siswa mampu meningkat

D. Permasalahan Investigasi Inkuiri Autentik dalam Pembelajaran


Sains/Biologi
Permasalahan pertama: Strategi pembelajaran yang diterapkan selama
ini masih didominasi dengan ekspository, kemudian dilanjutkan dengan diskusi,
pemberian latihan-latihan soal, serta tugas rumah. Guru jarang sekali mengajak
siswanya melakukan berbagai aktivitas penyelidikan di laboratorium. Alasannya
guru tidak melakukan kegiatan laboratorium adalah keterbatasan alat dan sarana
laboratorium, banyak menyita waktu untuk mempersiapkan, tidak ada laporan
khusus yang dapat membantu guru menyiapkan alat dan bahan percobaan, dan
tes-tes yang diberikan pada ujian nasional maupun SPMB tidak yang berhubungan
langsung dengan kegiatan praktikum.
25

Solusinya: Guru sains/Biologi harus melibatkan siswa dalam inkuiri


dengan memberikan peluang kepada siswa untuk bertanya mengenai persoalan,
menjelaskan kejadian alam, menguji ide dan berkomunikasi tentang apa yang
dipelajari. Salah satu ciri khusus IPA (Biologi) adalah adanya keterpaduan antara
eksperimen dan teori. Dengan menggunakan teori dalam sains, orang dapat
membuat prediksi kuantitatif terhadap suatu peristiwa. Eksperimen, selain
merupakan suatu proses induktif dalam menemukan prinsip dasar yang baru, juga
merupakan suatu proses deduktif bagi pengujian teori baru. Dalam membuat
interpretasi hasil eksperimen untuk pengambilan kesimpulan, diperlukan
kemampuan melakukan inferensi. Ciri sains inilah yang disebut dengan metode
ilmiah.
Permasalah kedua: sampai saat ini guru sains/Biologi belum memahami
betul tentang penilaian autentik seperti penilaian kinerja (performence
assessment) maupun penilaian fortofolio. Pada hal, proses pembelajaran sains
sangat menuntut penilaian autentik tersebut. Dengan penilaian autentik, semua
aspek pendidikan seperti kognitif, afektif, maupun psikomotor dapat dinilai secara
utuh dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru kurang memahami
aspek-aspek apa saja yang mesti dinilai, bagaimana prosedur penilaiannya, serta
bagaimana mengolah hasil penilaian tersebut.
Solusinya: mengembangkan model asesmen autentik melalui penerapan
berbagai model pembelajaran inovatif, seperti inkuiri terbimbing, pembelajaran
berbasis masalah, dan pendekatan eksperimen (PJBL) dalam pembelajaran
sains/Biologi di setiap jenjang pendidikan. Alasan pengembangan model asesmen
autentik dalam pembelajaran, yaitu (1) sangat mendukung pengembangan
kurikulum sains/Biologi yang dilandasi dengan hakikat sains sebagai proses dan
produk sesuai dengan kurikulum yang sedang berlaku saat ini, (2) memberikan
pengalaman nyata bagi siswa dalam melakukan berbagai aktivitas pemecahan
masalah melalui eksperimen, demonstrasi, maupun kegiatan lapangan, (3)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan berbagai
kemampuannya, baik dalam bentuk pengetahuan, kinerja, maupun sikapnya dalam
pembelajaran Biologi, serta (4) berupaya untuk memandirikan siswa untuk
belajar, bekerja sama, serta menilai dirinya sendiri (self evaluation). Menurut
26

Suastra (2007) mengembangkan sistem asesmen autentik dalam pembelajaran


Fisika diimplementasikan dalam dua model pembelajaran, yaitu model inkuiri
terbimbing, model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar, sikap dan keterampilan proses sains peserta didik.
Permasalahan ketiga: guru agak kesulitan dalam membelajarakan siswa
dalam kelas yang heterogen dalam kemampuan menangkap informasinya
sehingga hali ini muncul sebagai suatu masalah dalam pembelajaran berbasis
investigasi inkuiri autentik. Para guru sering kesulitan dalam mengatasi siswa
berkemampuan rendah dalam menemukan suatu konsep dan terkesan lama dalam
pelaksanaanya dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan tinggi dalam
kelasnya yang sama.
Solusinya: Guru ditutut agar menggunakan strategi-strategi yang dapat
mengakomodasi kebutuhan siswa di dalam kelasnya dari yang berkemampuan
tinggi hingga berkemampuan rendah sehingga pembelajaran dalam kelas
heterogen dapat teratasi dan mencapai penemuan konsep bersama-sama dan tidak
tercecer sehingga menjadi suatu permalasahan baru. Pihak sekolah juga memberi
solusi berupa diklat, seminar, pelatihan, atau bahkan workshop dalam penerapan
strategi, metode, dan model pembelajaran guna mengakomodasi kebutuhan
tersebut sehingga pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik dapat berjalan
secara baik dan makasimal.
Permasalahan keempat: Pelaksanaan investigasi inkuiri autentik
memiliki kelemahan dalam hal teknis yang sangat berdampak besar dalam
pembelajaran dikelas yaitu waktu. Waktu pembelajaran yang minim sangat sulit
untuk mengakomodasi suatu pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik.
Dalam penerapannya, guru sering bermasalah dalam menejemen waktu karena
pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik memerlukan waktu yang lama
hingga menghasilkan suatu konsep. Dari permasalahan waktu ini membuat guru
agak kesulitan dalam menerapkan pembelajaran berbasis investigasi inkuiri
autentik dalam kelas. Menurut angket yang di sebar oleh kelompok, didapatkan
data bahwa waktu pembelajaran yang singkat sangat berpengaruh dalam
pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik karena guru banyak kesulitan
27

dalam menerapkannya dan memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga


menjadi suatu permalasahan.
Solusinya: Waktu pembelajaran yang minim sangat sulit untuk
mengakomodasi suatu pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik
menyebabkan guru harus meningkatkan manajemen waktu dalam pembelajaran.
guru dituntut memperbaiki strategi dalam mengatur suatu pembelajaran berbasis
investigasi inkuiri autentik di kelas hingga menemukan suatu konsep dan dapat
dipahami oleh siswanya. Guru menjadi titik vital dalam pembelajaran, sehingga
usaha yang dilakukan oleh pihak instansi/sekolah adalah dengan beberapa cara
seperti mengadakan workshop dan pelatihan guru dalam pelaksanaan Waktu
pembelajaran yang minim sangat sulit untuk mengakomodasi suatu pembelajaran
berbasis investigasi inkuiri autentik secara ekstern maupun intern.
Permasalahan kelima: Kurang menunjangnya sarana prasarana dalam
suatu pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik seperti ruang laboratorium
dalm perlengkapannya, bahan-bahan yang dibutuhkan oleh siswa dalam
menemukan suatu konsep, sumber bahan ajar yang minim dari suatu sekolah
sehingga menyulitkan siswa dalam melakukan analisis dan investigasi dalam
menemukan suatu konsep dan kenyamanan dalam ruang kelas dapat
mempengaruhi keberhasilan sebuah suatu pembelajaran berbasis investigasi
inkuiri autentik.
Solusinya: guru diwajibkan memiliki kreativitas yang tinggi sehingga
dapat memanfaatkan keterbatasan dan mengubah sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar menjadi maksimal untuk digunakan dalam pembelajaran berbasis
investigasi inkuiri autentik. Pihak instansi/sekolah juga memberikan solusi berupa
berusaha melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna menunjang
keterlaksanaannya suatu pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik
sehingga kenyamanan dalam pembelajaran akan tercipta dan tidak akan lagi
menjadi suatu kendala dalam pembelajaran tersebut.
Permasalahan keenam: pengetahuan guru dalam tahap-tahap
pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik kurang dimiliki oleh beberapa
guru sehingga hali ini menimbulkan suatu permasalahan baru. Ketika pengajar
28

tidak begitu paham dengan suatu pendekatan pembelajarannya maka ada beberapa
tahapan yang akan hilang dan kurang maksimal dalam pelaksanaannya.
Solusinya: Guru secara aktif sering mengikuti kegiatan berupa diklat,
seminar, pelatihan, atau bahkan workshop guna meningkatkan profesionalitas dan
kemampuan dalam pembelajarannya sehingga dalam penerapan pembelajaran
berbasis investigasi inkuiri autentik dapat terlaksana dengan baik dan benar serta
runtut sehingga dapat mengungkap konsep yang dituju dengan tepat.
Permasalahan ketujuh: rendahnya motivasi siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis investigasi inkuiri autentik sehingga pembelajaran berjalan
krang baik. Motivasi siswa menjadi kendala utama dari pihak siswa yang wajib di
atassi oleg guru agar tidak berangsur-angsur dan berdampak pada hasil
pembelajaran nantinya.
Solusinya: Guru dituntut melakukan pembelajaran yang menarik guna
meningkatkan motivasi siswa seperti tentu saja dengan mencoba berbagai macam
metode-metode yang ada, dengan melakukan pendekatan kepada siswa yang
bersangkutan, dengan melakukan apersepsi yang menarik sehingga dapat menarik
minat siswa dalam pembelajaran dan penggunaan reward sangat ampuh jika
digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan motivasi siswa sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang mengutamakan
keterlibatan siswa dalam membangun dan mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri melalui proses pencarian atau eksperimen tertentu. Pembelajaran
inkuiri dilakukan melalui penyelidikan masalah, penemuan informasi baru,
merencanakan percobaan, pengumpulan data, analisis data dan menarik
kesimpulan pengetahuan tertentu.
2. Penerapan asesmen autentik dalam pembelajaran yaitu siswa diharapkan
mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi yang telah
dimiliki dan prinsip dari asesmen ini siswa tidak hanya memahami
pengetahuan saja tetapi juga dapat memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Penerapan invesigasi inkuiri autentik jelas sangat dapat dilakukan dalam
pembelajaran sains/biologi, karena sains memiliki banyak objek dan
permasalahan untuk diselidiki dan diamati sehingga mampu memberikan
gambaran konsep pengetahuan yang akan dibangun atau dibentuk.
Pelaksanaan inkuiri beriringan dengan monitoring dan evaluasi pencapaian
perkembangan siswa.
4. Terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam pembahasan ini
didasarkan pada angket kelompok, diantranya masalah dari tiga aspek yaitu
guru, siswa, sarana prasarana dan solusinya dalam mengatasi permasalahan
tersebut.

B. Saran
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, pembelajaran investigasi
inkuiri autentik dapat dilakukan dalam pembelajaran baik dikelas, laboratorium
maupun lainnya yang jelas dengan tidak menghilangkan sintak inkuiri yang ada
agar ketercapaian konstruksi pengetahuan siswa dapat maksimal.

29
DAFTAR RUJUKAN

Chinn, C. A. dan Malhotra, B. A. 2002. Epistemologically Authentic Inquiry in


Schools: A Theoretical Framework for Evaluating Inquiry Tasks. Science
Education, (online), 86(2): 175-218,
(http://people.uncw.edu/kubaskod/SEC_406_506/documents/DefiningInqu
iry.pdf), diakses 2 April 2017
Fadiawati, Noor. 2006. Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublukasikan.
Bandung: SPs UPI.
Gay. 2000. Portfolios as an Assessment Tool: is Collection of Work Enough
Young. Children, 53(3), 4-10.

Handayani. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Pokok Bahasan


Pencemaran Lingkungan di Kelas X Imersi SMAN 2 Semarang Tahun
Ajaran 2006/ 2007. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Hansen, L. M. 2002. Defining Inquiry. The Science Teacher, (online), 34-37,
(http://people.uncw.edu/kubaskod/SEC_406_506/documents/DefiningInqu
iry.pdf), diakses 2 April 2017
Hart, Diane. 1994. Authentic Assessment A handbook for Educators. California,
New York: Addison Wesley Publishing Company.
Johnson, D.W. 200. Meaningful Assessment A Manageable and Cooperatve
Process. USA: Allyn and Bacon.
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta.
Kessen. 1964. A Comparison of Inquiry and Worked Example Web- Based
Instruction Using Physlets. Journal of Science Education and Technology.
USA: University of Nebrasca Lincoln.
Learning Emergence. 2012. Authentic Enquiry, (online),
(http://learningemergence.net/about/authentic-enquiry/), diakses 2 April
2017
Marimuthu, Thangavelo. 2001. Amalan Dan Masalah Pelaksanaan Strategi
Inkuiri-Penemuan Di Kalangan Guru Pelatih Sains Semasa Praktikum:
Satu Kajian Kes. Kedah: Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim.
Mueler John. 2003. What is Authentic Assessment (Online).
(http://jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm), diakses:
2 April 2017.
Nur, M. 2001. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: UNESA Press.
Tan, Kim Chwee Daniel & Mijung Kim. 2012. Issues and Challenges in
Science Education Research. London: Springer.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientase Standar
ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana.
Zulfiani. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
Zubaidah, S, dkk.2013. Model dan Metode Pembelajaran IPA. Malang. UM Press

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai