Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH


SAKIT X PARIAMAN

ARTIKEL

Oleh:

DEWI MURNI

FAKULTAS KEPERAWATAN - UNIVERSITAS ANDALAS


PADANG 2013
KAJIAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM
PENDOKUMENTASIANASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN

Dewi Murnia,Hafni bachtiarB,Happi sasmitac


a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
b
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
c
Poltekes Padang

ABSTRAK

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat
dalam asuhan keperawatan yang berguna bagi pasien, perawat dan tim serta tanggung jawab perawat.
Dokumentasi yang efektif menjamin kesinambungan pelayanan, menghemat waktu, dan meminimalisasi
resiko kesalahan. Pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui,
memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan oleh Rumah
Sakit. Data menunjukkan pendokumentasian asuhan keperawatan masih rendah (49,5%), dengan
ketentuan RSUD Pariaman mengunakan asuhan keperawatan adalah 65% sedangkan, menurut Depkes
80%. Kinerja Perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dipengaruhi oleh faktor organisasi
(Kepemimpinan kepala ruangan, imbalan, supervisi dan pembinaan). Tujuan penelitian ini untuk melihat
factor organisasi yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
RSUD Pariaman. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah perawat pelaksana di RSUD Pariaman dengan jumlah sampel 89 orang, dengan
teknik pengambilan sampel Simpel random sampling. Instrument yang digunakan angket. Hasil uji
statistik bivariat chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan (p =
0,000), imbalan (p = 0,005), supervisi (p = 0,000) dan pembinaan (p = 0,003). Rekomendasi bagi Direktur
RSUD Pariaman untuk meningkatkan supervisi di setiap ruangan, kepemimpinan, imbalan dan
pembinaan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada perawat pelaksana.

Kata kunci : Kinerja, dokumentasi, asuhan keperawatan

ABSTRACT

Nursing care documentation is a record and report in nursing setting that is useful for patients, nurse and
medical team in providing services on communication accurately and completely in writing as nurses
responsibility. An effective documentation could ensure the continuity of service, saving time and
minimizing the risk of error. The implementation of nursing documentation is one way to measure ,
determine, monitor and conclude a nursing care service in a hospital. The implementation of nursing
documentation in Pariaman Public Hospital shows are still low (49.5%) than their own limit 65%, while,
according to the Ministry of Health, 80% as the limit. Nurses performance in the nursing care
implementation was influenced by organizational factors (Leadership of head nurse, remuneration,
supervision and coaching). The purpose of this study was to find out whether organizational factors
related to nurses' performance in the implementation of nursing care in hospitals Pariaman. This study
used cross sectional design. Population and sample in this study were 89 nurses in hospitals Pariaman,
with simple random sampling. Instrument used questionnaire. The results showed that there was a
significant relationship between leadership (p = 0.000), rewards (p = 0.005), supervision (p = 0.000) and
coaching (p = 0.003). This study recommended to the head of Pariaman Public Hospital to improve
supervision in each room, leadership, rewards and guidance on the implementation of nursing care to
nurses.

Keywords: Performance, Documentation, nursing care


Pelayanan keperawatan merupakan Kira-kira 40%-60% pelayanan di rumah
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang sakit merupakan pelayanan keperawatan (Farry,
menjadi cermin keberhasilan pelayanan 2005). Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
kesehatan di rumah sakit. Upaya peningkatan mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
mutu pelayanan di rumah sakit tidak bisa lepas strategis organisasi, kepuasan konsumen dan
dari upaya peningkatan mutu pelayanan kontribusi pada ekonomi. Kinerja merupakan
keperawatan. Pelayanan keperawatan dalam implementasi dari rencana yang telah disusun.
pelaksanaannya merupakan praktek Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber
keperawatan yaitu tindakan mandiri perawat daya manusia yang memiliki kemampuan,
profesional dalam memberikan asuhan kompetensi motivasi dan kepentingan (Wibowo,
keperawatan yang dilaksanakan dengan cara 2011). Pelayanan keperawatan harus dapat
kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi pada
klien dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan sistem pelayanan yang berarti tetap menjaga dan
lingkup wewenang dan tanggungjawabnya meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam
(Sulistyowati, 2012). memberikan pelayanan keperawatan, maka
Pelaksanaan dokumentasi memegang fungsi manajemen dalam pelayanan keperawatan
peranan penting dalam penilaian kinerja perawat harus terlaksana dengan baik .
di ruang rawat inap maupun rawat jalan. Menurut Manajemen adalah suatu proses
Iyer dan Camp (2005) mengatakan bahwa melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai
dokumentasi asuhan keperawatan merupakan tujuan organisasi melalui kerjasama dengan
mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi orang lain (Hersey dan Blanchard: Yayan
asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada Bahtiar, (2002). Manajemen mencakup kegiatan
pasien, yang telah dilaksanakan oleh perawat planning, organizing, actuating dan controlling
pelaksana. Menurut Perry dan Potter, (2010) (POAC) terhadap staf, sarana dan prasana
dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tertulis dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
atau tercetak dapat digunakan sebagai catatan Massey, 1999 dalam. Nursalam 2011a).
dan bukti bagi individu yang berwenang. Organisasi adalah sekelompok orang yang
Dokumentasi yang baik tidak hanya bekerja sama dalam struktur dan koordinasi
mencerminkan kualitas perawatan tetapi juga tertentu dalam mencapai tujuan tertentu.
membuktikan pertanggunggugatan setiap Berbagai organisasi Rumah Sakit adalah
perawat dalam memberikan perawatan. institusi pelayanan kesehatan yang
Tenaga perawat mempunyai kedudukan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan
kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko- darurat (Undang-undang No.44 tahun 2009).
sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik Perencanaan meliputi pengembangan
dilaksanakan selama 24 jam dan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
berkesinambungan. (Departemen Kesehatan RI, atau mengkoreksi masalah-masalah yang telah
2001). Perawat dalam memberikan pelayanan diidentifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap
mempunyai kontribusi yang sangat besar karena ini dimulai setelah menentukan diagnosis
secara kuantitatif jumlahnya besar, yaitu meliputi keperawatan dan menyimpulkan rencana
60%-70% dari tenaga yang ada (Gillies, 1994), di dokumentasi (Iyer, et al,., 1996 dalam Nursalam,
Indonesia tenaga perawat menempati urutan 2011b). Implementasi adalah pelaksanaan dari
jumlah terbanyak, yaitu 40% dari tenaga yang rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
ada dan waktu yang diberikan adalah terus spesifik (Iyer et al., 1996 dalam Nursalam,
menerus selama 24 jam. Salah satu titik tolak 2011b). Evaluasi adalah tindakan intelektual
agar dapat memberikan pelayanan bermutu maka untuk melengkapi proses keperawatan yang
seorang kepala ruangan keperawatan harus menandakan keberhasilan dari diagnosis
mampu merencanakan kebutuhan tenaga dan keperawatan, rencana intervensi, dan
fasilitas ruangan yang dipimpinnya.
implementasi (Ignatavicius dan Bayne, 1994 arti yang sangat penting dalam upaya
dalam Nursalam, 2011b). peningkatan mutu pelayanan.
Asuhan keperawatan yang merupakan Pelaksanaan fungsi yang demikian
inti dari praktek keperawatan, apabila kompleks, rumah sakit harus memiliki
dilaksanakan dengan berpedoman pada sumberdaya manusia yang professional baik
standar asuhan keperawatan mengurangi dibidang teknisi maupun administrasi kesehatan.
keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan
keperawatan dan memberikan jaminan mutu yang berkualitas diperlukan adanya tenaga
pelayanan. Pelayanan keperawatan yang keperawatan yang profesional, memiliki
bermutu tidak sepenuhnya menjadi tanggung kemampuan intelektual, tehnikal dan
jawab perawat pelaksana, kepala ruangan selaku interpersonal, bekerja berdasarkan standar
manajer pelayanan tetap melakukan aktifitas praktek, dan memperhatikan kaidah etik dan
proses keperawatan dan menfasilitasi moral (Swanbrug, 2000).
pelaksanaan keperawatan agar dapat Kegunaan dokumentasi keperawatan
melaksanakan praktek keperawatan sesuai antara lain: sebagai alat komunikasi, sebagai
standar. bukti hukum, sebagai mekanisme
Untuk membantu kelancaran dalam pertanggunggugatan, sebagai sarana pelayanan
menjalankan tugas, Karu masih dibekali keperawatan secara individual, sebagai sarana
berbagai pelatihan adapun jenis pelatihan yang evaluasi, sebagai sarana meningkatkan kerjasama
di berikan adalah sebagai: Manajemen antar tim kesehatan terutama perawat, sebagai
keperawatan, service exelence, problem sarana pendidikan lanjutan dan sebagai audit
solving for better hospital (PSBH), PPGD, pelayanan keperawatan (Ali Zaidin, 2002 dalam
namun upaya tersebut belum memberikan Sulistyowati, 2012). Seorang perawat dinilai
dampak. Hasil survey pencapaian angka berhasil atau tidak terhadap suatu pekerjaan
dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit adalah berdasarkan penilaian hasil yang
Umum Daerah Pariaman masih belum ditampilkan terhadap pencapaian sasaran
memuaskan, yang dinilai dari hasil evaluasi organisasi. Bila pekerjaan sesuai dengan atau
penerapan Satuan Asuhan Keperawatan melebihi target berarti pekerjaan itu berhasil
meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosis dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya, bila
keperawatan, perencanaan keperawatan, dibawah target berarti pelaksanaan pekerjaan
tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan, kurang (Certo, 1984 dalam Ilyas, 2002).
dan catatan keperawatan (Swanbrug, 2000). Baik atau kurangnya hasil kerja atau
Menurut Fisbach (1991), pelaksanaan kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa
dokumentasi keperawatan adalah sebagai salah faktor diantanya: kemampuan, ketrampilan,
satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan persepsi, peran, sikap dan kepribadian, motivasi
menyimpulkan suatu pelayanan asuhan kerja, kepuasan kerja, struktur organisasi desain
keperawatan yang diselenggarakan oleh rumah pekerjaan, pengembangan karir, kepemimpinan
sakit. Penyelenggaraan dokumentasi serta system penghargaan (Reword Sytem).
keperawatan telah ditetapkan dalam SK Menkes Menurut Mangkunegara (2005) faktor yang
No.436/Menkes/SK/VI/1993 tentang standar mempengaruhi pencapaian kerja adalah faktor
pelayanan Rumah Sakit dan SK Dirjen Yanmed kemampuan dan faktor motivasi.
No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Standar Asuhan Keperawatan. Menurut Pariaman adalah Awalnya milik pemerintah
Nursalam (2001), Permasalahan yang sejak dulu propinsi Sumatra Barat sekarang sudah menjadi
melekat pada pelayanan keperawatan adalah BLUD Pariaman. RSUD Pariaman kelas C
dimana perawat merasakan tugas sehari-harinya berdasarkan keputusan Menteri No
hanya sebagai suatu rutinitas dan merupakan 223/Menkes/SK/ VI/1983. RSUD Pariaman
sebuah intitusi semata. Oleh karenanya perawat sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk
yang mempunyai motivasi tinggi dalam masyarakat Kabupaten Padang Pariaman dan
melaksanakan asuhan keperawatan mempunyai Kota Pariaman RSUD Pariaman saat ini
memiliki 103 tempat tidur (TT) dengan
menyediakan 51 TT untuk kelas III dan, pendokumentasian asuhan keperawatan di
mempunyai 9 ruang rawat inap dengan Bed ruangan inap RSUD Pariaman?.
Occupancy Rate (BOR) 61,17% , Length Of Stay
(7 Hari). Tujuan Penelitian
Jumlah tenaga perawat di RSUD Mengkaji factor organisasi yang
Pariaman 170 Orang dan jumlah perawat inap berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana
berjumlah 115 orang dengan uraian tugas sebagai dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di
berikut di Interne 19 orang, Bedah 14 orang, ruangan inap RSUD Pariaman
Kebidanan 4 orang, Anak 13 orang, Perinatologi Metode Penelitian
11 orang, Mata 7 orang, Neurologi 12 orang, Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
ICU 12 orang, Paru 13 orang dan Vip Nantongga menggunakan desain cross sectional. Pada model
dan Gandoriah 10 orang. Dari hasil medical recor ini peneliti ingin Mengkaji factor oranisasi yang
diambil 50 sampel dokumentasi asuhan berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana
keperawatan rekam medik pasien rawat inap, dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di
hanya 21 dokumen (42%) yang dokumentasi ruangan inap RSUD Pariaman.
asuhan keperawatan terisi lengkap, 19
dokumentasi (58%) diisi tidak lengkap Hasil Penelitian
(Etlidawati, 2012). 5.1 Distribusi Frekuensi Variabel Imbalan
Dari hasil pengamatan dirawat inap Tabel 5.1
dokumentasi asuhan keperawatan berisi, Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
pengkajian 47%, diagnosis keperawatan 54%, Imbalan Di Ruang Rawat Inap RSUD
perencanaan 47%, tindakan keperawatan 49% Pariaman Tahun 2013
dan evaluasi 50%. Dari data tersebut tampaklah Imbalan Frekuensi Persentase
pelaksanaan pendokumentasian asuhan Tidak sesuai 29 32,6
keperawatan masih rendah (49,5%) sedangkan standar 60 67,4
yang ditetapkan Depkes 80%. RSUD Pariaman Sesuai standar
menggunakan standar asuhan keperawatan 65%. Total 89 100
Hal ini menunjukan bahwa dokumentasi asuhan
keperawatan yang berkesinambungan belum 5.2 Distribusi Frekuensi Variabel Supervisi
terlaksana dengan baik. Tabel 5.2
Berdasarkan wawancara dengan 7 orang Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
perawat pelaksana, 5 orang kurang tepat Supervisi Di Ruang Rawat Inap RSUD
menjawab pertanyaan mengenai tujuan utama Pariaman Tahun 2013
dan pentingnya pendokumentasian asuhan Supervisi Frekuensi Persentase
keperawatan dan 2 orang mengetahui tentang Ada 56 62,9
pentingnya pendokumentasian, tapi untuk Tidak ada 33 37,1
melaksanakan pendokumentasi masih terbatas Total 89 100
karena ada buku harian yang digunakan oleh
RSUD Pariaman. Buku harian berisikan tentang 5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Pembinaan
kebutuhan dasar manusia, Pengkajian sampai Tabel 5.3
evaluasi serta perencanaan asuhan keperawatan Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
keluarga dan komunitas. Kegiatan yang Pembinaan Di Ruang Rawat Inap RSUD
dilakukan perawat pelaksana berdasarkan Pariaman Tahun 2013
golongan dan pangkat. Hal ini sudah disesuaikan Pembinaan Frekuensi Persentase
oleh rumah RSUD Pariaman, sehingga untuk Baik 62 69,7
melaksanakan pendokumentasian masih terbatas. Kurang baik 27 30,3
Berdasarkan latar balakang dan Total 89 100
fenomena tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul Kajian factor organisasi
5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kepemimpinan
yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kelompok kepemimpinan kurang dibandingkan
Kepemimpinan Di Ruang Rawat Inap RSUD dengan kelompok kepemimpinan baik yaitu
Pariaman Tahun 2013 90,0% : 39,0%. Secara statistik perbedaan itu,
Kepemimpinan Frekuensi Persentase bermakna (p < 0,05) dengan hasil p= 0,000.
Baik 59 66,3 Hasil penelitian Sumiyati (2006)
Kurang 30 33,7 menunjukan bahwa persepsi kepemimpinan Ka
Instalasi ada hubungan yang bermakna dengan
Total 89 100
kinerja Karu (p=0,002). Hasil penelitian
Sunarcaya (2008) tentang faktor yang
5.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja
berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas
Tabel 5.5 Kesehatan alor, dimana didapat bahwa tidak ada
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pengaruh yang signifikan saat uji regresi antara
Kinerja Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan kepemimpinan dengan kinerja pegawai. Hasil
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
Pariaman Tahun 2013 dilakukan Mulyono (2013) menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan
Kinerja Frekuensi Persentase kinerja perawat dimana p = 0,946 (p> 0,05).
Lengkap 50 56,2 Hasil penelitian beberapa peneliti
Tidak 39 43,8 tersebut dipertegas oleh Simamora (2012)
Lengkap Pemimpin adalah sesuatu yang berkaitan dengan
Total 89 100 kemampuan mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengaruh
Tabel 5.6 kepemimpinan terhadap kinerja bisa dicerna dari
Hubungan Faktor Oraganisasi Dengan defenisi kepemimpinan itu. Menurut Yayan
Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Bahtiar (2002) Kepemimpinan adalah
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
Ruang Rawat Inap untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar
RSUD Pariaman Tahun 2013 dapat mencapai suatu tujuan. Kemampuan
memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup
Variabel
Kinerja
Kurang baik Baik Total p
sehari-hari. Dari defenisi tersebut dapat
f % f % f % disimpulkan bahwa kepemimpinan proses
Kepemimpinan
Kurang 27 90,0 3 10,0 30 100 0,000 dimana seorang pemimpin mempengaruhi
Baik 23 39,0 36 61,0 59 100
Imbalan bawahannya untuk mencapai suatu tujuan dan
Tidak sesuai 23 79,3 6 20,7 29 100
standar
0,005 untuk mencapai suatu tujuan dan untuk mencapai
sesuai standar
Supervisi
27 45,0 33 55,0 60 100 tujuan tersebut, pemimpin mengunakan berbagai
Kurang baik 29 87,9 4 12,1 33 100 0,000 cara agar bawahan besedia melakukan sesuatu
Baik 21 37,5 35 62,5 56 100
Pembinaan secara sukarela.
Kurang baik 22 81,5 5 18,5 27 100
Baik 28 45,2 34 54,8 62 100
0,003 Menurut Luthan (2006) dari survey
mengidentifikasi bahwa sebagian karyawan
percaya bahwa pemimpinlah yang mengarahkan
PEMBAHASAN budaya dan menciptakan situasi yang dapat
Hubungan kepemimpinan dengan kinerja membuat karyawan bahagia dan berhasil bukan
perawat dalam pelaksanaan dokumentasi suatu Rumah Sakit. Keberhasilan seseorang
di RSUD Pariaman dapat dinilai dari kinerjanya karena menurut
Wibowo (2011) kinerja adalah tentang apa yang
Hasil analisis univariat menunjukkan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
distribusi frekuensi kepemimpinan dalam Hasil analisis peneliti, kepemimpinan
pelaksanaan dokumentasi yang tidak baik yang dilakukan oleh kepala ruangan sudah
sebanyak (33,7%). Analisis bivariat berjalan, tetapi belum terlaksana secara optimal.
menunjukkan bahwa persentase kinerja yang Seorang pemimpin itu, seharusnya bersifat
kurang baik, lebih tinggi pada responden demokratis, sehingga bawahan lebih terbuka
untuk menyampaikan saran atau tanggapan. masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat
Seorang pemimpin harus siap mengkritik dan langsung guna mengatasinya. Pengaruh supervisi
kritik. Apabila disanggah oleh bawahan kita terhadap kinerja perawat bersifat negatif, maka
tidak boleh menyalahi secara langsung dihadapan perlu mengkaji kembaii kegiatan supervisi yang
pasien, hal ini bisa berdampak negativ terhadap sudah dilakukan, apakah sudah sesuai dengan
pelayanan dan kepuasan pasien. Hal ini dapat kaedah supervisi. Seharusnya kegiatan supervisi
dilihat pada diri seorang pememimpin diruangan berpengaruh positif terhadap kinerja. Dinegara
bedah, kepala ruangan ini mempunyai menurut berkembang, berbeda dengan di negara maju
peneliti bersifat demokratis kepada bawahan, yang sudah tidak memerlukan supervisi lagi.
sehingga teman sejawat lebih terbuka dan Budaya kerja begara maju sudah tidak
mahsiswa yang berpraktekpun tidak merasa takut memerlukan kontrol dan supervisi yang ketat
untuk melakukan tindakan. dari organisasi dan atasan, karena kinerja
masyarakat sudah pada tingkat yang optimal.
Hubungan supervisi dengan kinerja
Menurut Nursalam (2008) bila ditinjau
perawat dalam pelaksanaan dokumentasi dari sudut pandang manajemen, supervisi bisa
di RSUD Pariaman meningkatkan yaitu: Efektifitas kerja,
peningkatan efektifitas kerja ini berhubungan
Hasil analisis univariat menunjukkan erat dengan makin meningkatnya pengetahuan
(37,1%) supervisi yang dilakukan kurang baik. dan ketrampilan bawahan, serta makin
Hasil bivariat persentase kinerja yang kurang terbinanya hubungan dan suasana kerja yang
baik, lebih tinggi pada responden kelompok lebih harmonis antara atasan dengan bawahan.
supervisi kurang baik dibandingkan dengan Efesiansi kerja, peningkatan efesiensi kerja ini
kelompok supervisi baik yaitu 87,9% : 37,5%. erat hubungannya dengan makin berkurangnya
Secara statistik perbedaan itu, bermakna (p < kesalahan yang dilakukan oleh bawahan dapat
0,05) dengan p value sebesar 0,000. dicegah dan karena itu pemakaian sumber daya
Penelitian yang sama dilakukan oleh Nainggolan (tenaga, dan dan sarana) yang sia-sia.
(2010) di ruang rawat inap Rumah Sakit Berpengaruhnya supervisi terhadap
Malahayati Medan, didapatkan bahwa terdapat kinerja perawat karena kegiatan supervisi tidak
pengaruh pelaksanaan supervisi kepala ruangan didasari pada prinsip-prinsip supervisi. Menurut
terhadap kinerja perawat pelaksana. Hasil Arikunto (2004) prinsip supervisi antara lain:
penelitian Mulyono (2013) hasil uji korelasi Ilmiah (scientific), berdasarkan data objektif;
gamma didapatkan dimana p value: 0,039 (p< perlu alat perekam data, seperti angket,
0,05), berarti ada hubungan antara supervisi observasi, percakapan pribadi dan sebagainya;
dengan kinerja perawat. Mayasari (2009) dimana dilaksankan secara sistematis, berencana dan
supervisi berpengaruh terhadap kinerja perawat. berkesinambungan/kontinu.
Penelitian yang sejan dilakukan oleh Siswana Hasil kegiatan-kegiatan yang disupervisi
(2009) berdasarkan hasil uji statistik menunjukan meliputi: demonstrasi, observasi, keterampilan
p value < 0,005 dapat disimpulkan bahwa ada melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan,
hubungan yang bermakna antara peran supervisi diskusi dan umpan balik. Kegiatan supervisi
kepala ruangan terhadap kinerja perawat seyogyanya dilengkapi dengan format supervisi
pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala yang akan memandu supervisor dalam
Bumi. Hasil sejalan dengan Wiyanti (2009), melakukan supervisi. Sesuai dengan teori Arwani
tentang hubungan peran supervisi kepala ruangan bahwa, supervisi merupakan suatu pembinaan,
dengan kinerja perawat pelaksana asuhan pengarahan, motivasi dan observasi. Seorang
keperawatan di instalasi rawat inap. kepala ruangan harus melakukan peran dan
Menurut Yayan Bahtiar (2002) fungsinya sebagai supervisor maka pelaksanaan
menyatakan bahwa supervisi adalah melakukan asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh baik.
atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan Berdasarkan analisis peneliti bahwa
bawahan untuk kemudian bila ditemukan supervisi ada hubungannya dengan kinerja
perawat. Supervisi yang dilakukan oleh Bidang sekelompok dalam usaha nya mencapai tujuan
Keperawatan empat kali dalam sebulan, yang telah ditetapkan
sementara kepala ruang setiap hari. Supervisi ini
bisa secara lansung maupun secara tidak Menurut Depkes (2008) Kegiatan
langsung. Supervisi yang dilakukan kepala pembinaan bertujuan agar pelayanan kesehatan
ruangan belum terlaksana secara optimal. tetap terjaga sehingga akan meningkatkan
Seyoyanya setiap hari kepala ruangan sudah profesional perawat dalam bekerja. Kegiatan
menetapkan apa yang akan disupervisi, dan pembinaan dapat dilakukan dalam bentuk:
menentukan jadwal kapan dilakukan supervisi. Pendidikan dan pelatihan perawat di Rumah
Metode demostrasi ini akan melihatkan Sakit secara terencana, oleh Rumah sakit,
kesenjangan-kesenjangan yang dilakukan atau bimbingan (clinical supervision) secara
sebaliknya. Bagi perawat, yang kompeten harus berkesinambungan.
diberi pujian seperti pemilihan perawat teladan.
Berdasarkan hasil penelitian Ramli,
Perawat teladan ini akan memotivasi (2006) tentang Pelaksanaan program perawatan
perawat ruangan lain untuk mengikuti perubahan kesehatan masyarakat keluarga miskin di
dan melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan
jawab yang diberikan. Jadi semakin sering pendekatan kualitatif, bahwa upaya peningkatan
melakukan supervisi semakin bagus pelayanan kapasitas petugas perkesmas melalui pelatihan
yang diberikan dan semakin lengkap pelaksaana belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
dokumentasi asuhan keperawatan yang Pelatihan adalah tindakan yang sengaja untuk
diberikian kepada pasien. memberikan alat agar belajar dapat dilaksanakan
untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan
Hubungan Pembinaan dengan kinerja keterampilan pekerja sehingga dapat
perawat dalam pelaksanaan dokumentasi melaksanakan pekerjaan tertentu (Notoatmodjo,
di RSUD Pariaman 2003). Pendidikan dan pelatihan bagi petugas
pengelola di rumah sakit bertujuan meningkatkan
Hasil analisis univariat menunjukkan kemampuan dalam pengelolaan program
bahwa (69%) pembinaan yang ada dilakukan sehingga keluarga rawan yang mandiri dalam
dalam pelaksanaan dokumentasi. Hasil Analisis kesehatan dapat terbina.
bivariat menunjukkan bahwa persentase kinerja
yang kurang baik, lebih tinggi pada responden Hasil Analisis peneliti pembinaan yang
kelompok pembinaan kurang baik dibandingkan dilakukan kepala ruangan harus ditingkatkan dan
dengan kelompok pembinaan baik yaitu 81,5% : kepala ruanagn harus bisa memecahkan masalah
45,2%. Secara statistik perbedaan itu, bermakna (problem solving) meskipun lebih dari separuh
(p < 0,05) p= 0,003. pembinaan telah dilaksanakan dengan baik,
tetapi pelaksanaan pembinaan dalam bentuk
Sejalan dengan ini, penelitian Ratna bimbingan teknis dan studi banding kedaerah
(2004) tentang evaluasi kegiatan perawatan lain masih belum optimal. Pembinaan ini ada
kesehatan keluarga rawan di Rumah Sakit lisan pertama, kedua dan tulisan pertama dan
Mergangsan dan Matrijeron RSUD Yogyakarta, kedua. Diharapakan pembinaan ini akan
bahwa keberhasilan program dipengaruhi oleh menimbulkan perubahan, dan juga memberikan
koordinasi dan partisipasi langsung pimpinan pelatihan. Inovasi yang bisa dilakukan dalam
Rumah Sakit. Pembinaan adalah suatu usaha pembinaan meliputi: kegiatan terkait dengan
untuk mengarahkan dan meningkatkan sistem penghargaan perawat Rumah Sakit
pelaksanaan program dengan cara membimbing teladan dan kegiatan studi banding ke daerah
dan membina serta rasa tanggung jawab staf lain.
untuk mencapai tujuan. Pembinaan pimpinan
akan mempengaruhi kegiatan seseorang atau
Hubungan Imbalan dengan kinerja Menurut analisis peneliti untuk meningkatkan
perawat dalam pelaksanaan dokumentasi motivasi dan kepuasan kerja dapat dilakukan
di RSUD Pariaman tidak hanya dengan pemberian insentiv tetapi,
juga dapat berupa penghargaan atau reward.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa Penilaian kredit poin untuk jabatan fungsional
67,4% imbalan yang diterima perawat dalam perawat dapat bersumber dari kegiatan
pelaksanaan dokumentasi baik. Hasil Analisis dokumentasi yang dilakukan oleh perawat.
bivariat menunjukkan bahwa persentase kinerja Dalam pelaksanaannya penilaian dokumentasi
yang kurang baik, lebih tinggi pada responden belum memberikan dampak yang signifikan
kelompok imbalan tidak sesuai standar untuk meningkatkan kredit poin perawat.
dibandingkan dengan kelompok imbalan sesuai Perawat yang melakukan kegiatan atau tankan
standar yaitu 79,3% : 45,0%. Secara statistik sesuai dengan aturan yang berlaku biasanya
perbedaan itu, bermakna (p < 0,05) dengan hasil untuk kenaikan pangkat atau golongan akan lebih
p= 0,005. cepat diproses dibanding dengan perawat yang
Berdasarkan hasil penelitian Lusiani kurang terampil atau kinerjanya kurang.
(2006) menunjukan bahwa ada hubungan yang
bermakana anatara gaji dengan kinerja perawat
pelaksan. Persepsi perawat pelaksana tentang Simpulan
imbalan dapat dikatakan sangat berpengaruh
terhadap kinerja karena secara statistik bahwa Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan
perawat yang gajinya realatif tinggi efektif hipotesis, hasil penelitian dan pembahasan yang
kerjanya meningkat. Sebaliknya Aditama (2000) telah dikemukakan, maka penelitian ini dapat
menyatakan kurangnya insentif yang diterima disimpulkan :
perawat selalu menjadi bahan pembicaraan dan Terdapat hubungan yang bermakna antara
bukan tidak mungkin menjadi salah satu faktor variabel organisasi (kepemimpinan, supervisi,
kurangnya motivasi kerja. imbalan dan pembinaan) dengan kinerja perawat
Insentif perlu diberikan agar seseorang dalam pelaksanaan dokumentasi
mau dan bersedia melakukan seperti yang
diharapkan. Insentif dapat berupa pemberian
sejumlah uang maupun non uang. Pemberian Daftar Pustaka
insentiv dalam bentuk kesempatan pendidikan Aditama, Y.T. (2003). Manajemen Administrasi
dan pemilihan perawat teladan bisa diajukan Rumah Sakit. Jakarta : Universitas
selain pemberian dalam bentuk uang. Sistem Indonesia.
imbalan yang merupakan karateristik kerja dapat
mempengaruhi karateristik individu dan akan Arikunto. S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi.
berpengaruh terhadap motivasi kerja dan Jakarta: Rineka Cipta
akhirnya akan tercapai suatu prestasi kerja yang Arwani, S. (2005). Manajemen Bangsal
tinggi. Keperawatan. Jakarta : Universitas
Hasil analisis peneliti 79,3% kinerja perawat Indonesia.
kurang baik dikarenakan imbalan yang kurang.
Ilyas (2002) mengatakan imbalan akan Asman. (2001). Faktor-Faktor yang berhubungan
berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja dengam kinerja perawat pelaksana di
yang pada akhirnya secara langsung akan ruang rawat inap rumah sakit islam.
meningkatkan kinerja. Menurut peneliti adanya Jakarta : Tesis
hubungan imbalan dan kinerja perawat dalam
pelaksanaan dokumentasi mungkin disebabkan Azwar, Saifudin (1995). Sikap Manusia.
bahwa perawat memiliki motivasi lain yaitu Yogyakarta : Pustaka Pelajar
dokumentasi dapat meningkatkan kredit poin Berg, (1996). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
perawat sehingga bisa mempercepat kenaikan Dengan Penerapan Dokumentasi
pangkat perawat sebagai jabatan fungsional. Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Pria. RSIA. Makasar: Siti Comp.Philandia. Jurnal ilmu kesehatan
Fatimah keperawatan, volume 7, No 1 Februari
2011. Diakses pada tanggal 7 Mei 2013
Carpenito, LJ. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan dan Dokumentasi Gilles, D. (1994). Manajemen mutu pelayanan
keperawatan: Diagnosa keperawatan kesehatan. Jakarta : EGC.
dan masalah kolaboratif. Jurnal ilmu
kesehatan keperawatan, volume 7, No 1 Gilles, D. (2000). Nursing Management A
Februari 2011. Diakses pada tanggal 7 System Approach Philadelpia : WB.
Mei 2013 Sauders Company.
Hartati, Handoyo. (2011). Pengaruh motivasi dua
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2011). Statistik factor herzberg terhadap pelaksanaan
Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi dokumentasi proses keperawatan di
5. Jakarta : Salemba Medika. instalasi rawat inap RSUD
Purbolilnggo. Jurnal ilmu kesehatan
Depkes RI. (2001a). Instrumen Evaluasi keperawatan, volume 7, No 1 Februari
Penerapan Standar Asuhan 2011. Diakses pada tanggal 7 Mei 2013
Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI. Hasibuan. (2001). Manajemen Sumber Daya
Manusia Strategi. Jakarta: Ghalia
Depkes RI. (2004b). Pedoman Pengembangan Indonesia. Diakses pada tanggal 7 Mei
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan. 2013
Jakarta: Depkes RI. Hastono. (2003). Analisis Data Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : UI.
Depkes RI. (2006c). Pedoman Peningkatan
Kinerja Perawat Di Puskesnas. Jakarta: Ilyas, Y. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian dan
Depkes RI. Penelitian. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Depkes RI. (2008d). Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Laporan RSUD Pariaman. (2013). Jumlah
Jendral Bina Pelayanan Medik, Depkes Tenaga Perawat Dan Kegiatan Harian
RI. Perawat. RSUD Pariaman
Diniarti.dkk (2009). Proses dan Dokumentasi
Luthan, (2007). Perilaku Organisasi: Penerbit
Keperawatan: Konsep dan Praktek,
Andi : Yogyakarta.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Etlidawati. (2012). Hubungan Supervisi Kepala Mangkunegara, AP. (2005). Perilaku Organisasi.
Ruangan Terhadap Motivasi Perawat Refika Aditama: Bandung.
Dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Di RSUD Pariaman. Tesis: Marquis,BL & Huston,C.J (2012). Leadership
Pariaman. Role and Management Fungtions in
Nursing,Theory and Apllications, ed/7.
Farry. (2005). Faktor-faktor yang berhubngan Philadelphia : Wolter Kluwer Lippincot
dengan kinerja perawat. Tesis. Diakses Williams Wilkins.
tanggal 23 Maret 2013 di http://Andika-
senjutusu.blogspopot.com Martini. (2007). Hubungan Karakteristik
Perawat, Sikap, Beban Kerja, Sipervisi
Fisbach TF. (1991). Documentating Care: The Dengan Pendokumentasian Asuhan
Comunication, the Nursing Proses and Keperawatan Dirawat Inap BPRSUD
Documentation Standards, F.A, Davis Kota Salatiga. Tesis : Undip.
Mayang Sari, Agustina, (2009). Analisis Kabupaten Tanggamus Provinsi
Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Lampung. Tesis Program Paska Sarjana
Keperawatan Terhadap Tingkat UI. Depok
Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang
Rawat Inap RSUD Kota Semarang Potter dan Perry (2009) Asuhan Keperawatan.
Pascasarjana IKM-Undip. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Mulyono, Hadi. (2013). Faktor yang Rahara, Nikson, 2011, Hubungan Kemampuan
mempengaruhi terhadap kinerja perawat Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja
di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Perawat Di RSUD Karel Sadsuitubun
Ambon, Jurnal AKK, volume 2, No 1 Langgar Unhas, Makasar Di akses
Januari 2013,hal 18-26. Diakses pada tanggal 5 Juli 2013
tanggal 5 Juli 2013
Ramli. (2007). Pelaksanaan Program Perawatan
Nainggolan, Mei Junita, (2010). Pengaruh Kesehatan Masyarakat Keluarga Miskin
Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan di Kabupaten Agam. Yogyakarta : UGM.
Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Tesis
Rumah Sakit Islam Malahayati
Pascasarjana IKM-USU. Jurnal AKK, Riyanto, Agus. (2010). Modul Basic data
volume 2, No 1 Januari 2013,hal 18-26. Analisis For Health Research Training
Diakses pada tanggal 5 Juli 2013 Stikes Setih Setio Muaro Bungo: Jambi.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian Robin, S.P. (2010). Manajeman. Edisi Bahasa
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Indonesia. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sangadji, Etta Mamang. (2010). Metodoligi
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Penelitian Pendekatan Praktis Dalam
Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Penelitia. Edisi 1. Yogyakarta: ANDI.
Rineka Cipta.
Siagian, S.P (2003). Teori Motivasi dan Aplikasi.
Nursalam, (2001a). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta
Jakarta: Salemba Medika.
Simanjuntak, P.J. (2011). Manajemem Dan
Nursalam, (2008). Manajemen Keperawatan: Evalausi Kinerja. Jakarta: Lembaga
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Profesional. edisi 2. Jakarta: Salemba Indonesia.
Medika.
Simamora, Roymond (2012). Manajemen
Nursalam, (2011a). Manajemen Keperawatan Keperawatan. Jakarta : EGC
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. edisi 3. Jakarta : Salemba Sugiyono, (2005). Statistika Untuk Penelitian.
Medika. Bandung : Alfabeta

Nursalam, (2011b). Proses dan dokumentasi Sulistyowati, Dita (2012). Faktor-faktor yang
keperawatan: konsep dan praktik. mempengaruhi pencapaian target
Jakarta: Salemba Medika. kinerja individu perawat pelaksana
berdasarkan indeks kinerja individu di
Nur Indrati. (2004). Kinerja Petugas Perawatan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Tesis
Kesehatan Masyarakat Dalam : Jakarta
Penanganan Penderita Tuberculosis di
Sutanto, Priyo Hastono. (2010). Statistika Zuhriana, (2012). Faktor Yang Berhubungan
Kesehatan. Jakarta : Rajawali Dengan Kinerja Perawat Di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Sumiyati. (2006). Faktor-Faktor Yang Daerah (RSUD) Bula Kabupaten
Berhubungan Dengan Kinerja Kepala Seram Bagian Timur. Unhas
Ruangan Rawat Inap Di Rumah Sakit Makasar. Jurnal ilmu kesehatan
Dokter Kariadi Semarang. Universitas keperawatan Diakses pada tanggal 8
Diponegorao. Tesis : Semarang Juni 2013

Sungadji, Etta Mamang & Sopiah. (2010).


Metodologi Penelitian. Yogyakarta :
Andi Ofset

Swanburg, R.C (1999). Management and


Leadership for Nurse Manager.
Boston:Jones and Barlett Publisher

Swanburg, R.C (2000). Pengantar


Kepemimpinan & Managemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinik.
Jakarta: EGC

Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

Undang-undang No.8 tahun 2009 tentang


Perlindungan Konsumen

Vensi Hasmoko Emanuel. (2008). Analisis


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Klinis Perawat Berdasarkan
Penerapan Sistem Pengembangan
Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK)
Dirawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang, SEMARANG:
Universitas Diponegoro.

Yayan Bahtiar, (2002). Manajemen Keperawatan


Dengan Pendekatan Praktis; Jakarta:
Erlangga

Wibowo. (2011). Manajemen Kerja. Rajawali


Pers : Jakarta

Wiyanti, P. (2009). Hubungan Peran Supervisi


Kepala Ruangan Dengan Kinerja
Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat
Inap A RSPAD Gotot Soebroto: Tesis:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai