Oleh :
Ach Maulidi
100221100041
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Trunojoyo Madura
2013
Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran partisipan
corporate governance dalam mencegah fraud di organisasi. Hasil penting dari
pembahasan artil ini adalah corporate governace yang efektif dapat mencegah
terjadinya fraud. Hasil penulisan ini memiliki implikasi untuk: (1) regulator dan pembuat
kebijakan dalam memerangi penipuan yang mengancam integritas, efisiensi dan
keamanan pasar modal, (2) perusahaan dan praktisi dalam merancang kebijakan dan
praktik antifraud yang eektif untuk mengurangi terjadinya fraud, dan (3) akademisi
dalam memajukan pemahaman kita tentang peran dan tanggung jawab partisipan
corporate gvernance dalam mencegah fraud.
Key word:fraud, partisipan, corporate governance
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
satu periode akuntansi, yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja keuangan
tersebut (Tarmizi, 2012). Para investor dan calon investor dalam mengambil keputusan
sebagian besar menggunakan laporan keuangan perusahaan yang terkini. Akan tetapi,
tidak dapat dipungkiri bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh managemen
perusahaan terbebas dari salah saji material yang disebakan karena kecurangan atau
kekeliruan yang dilakukan oleh managemen.
The Association Of Certified fraud Examiners dalam Tuanakotta (2010:196-204)
membagi kecurangan dalam bentuk faud tree atau yang sering dikenal dengan pohon
kecurangan yaitu: (1) korupsi (corruption), adalah tindak kecurangan yang sulit untuk
dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain, dimana hal ini merupakan
jenis yang banyak terjadi di Negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya
lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
integritasnya masih dipertanyakan. (2) penyalahgunaan aset (asset misappropriation),
kecurangan ini merupakan jenis kecurangan yang mencakup penyalahgunaan atau
pencurian aset untuk kepentingan pribadi. (3) kecurangan laporan keuangan (fraudulent
financial statement), yaitu suatu kecurangan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan atau instansi pemerintah dalam menutupi kebenaran kondisi laporan
keuangan biasanya dengan cara merekayasa laporan keuangan (financial engineering)
yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Financial statement fraud (FSF) adalah faktor yang berkontribusi terhadap krisis
yang terjadi pada baru-bau ini dan memberikan ancaman terhadap efisiensi, likuiditas,
dan keamanan baik utang dan pasar modal (Black, 2010). Kecurangan laporan
keuangan dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis dengan melebih-
lebihkan usahanya agar tampak cantik di depan para investor dan calon investor, akan
tetapi para investor dan calon investor akan dirugikan karena sebagian besar mereka
dalam mengambilan keputusan hanya bergantung pada laporan keuangan yang
disajkan oleh menejemen perusahaan. Selain itu, juga meningkatkan secara signifikan
terhadap ketidakpastian dan voladilitas di pasar keuangan.
Sebagai contoh dari dampak kecurangan laporan keuangan, Sorkin (2010)
melaporkan bahwa penegakan departemen kehakiman telah membawa kasus
sebanyak 343 pidana dan 189 terdakwa atas kegiatan penipuan mereka yang
merugikan lebih dari 120.000 korban atau lebih dari $ 8 miliar di ahir tahun di amerika
serikat. Dengan demikian, tata kelola perusahaan (corporate governance) yang efektif
sangat diperlukan untuk mencegah fenomena-fenomena ini.
Berdasarkan teori keagenan, Tata kelola perusahaan adalah suatu proses untuk
menyelaraskan kepentingan managemen dengan pemegang saham, sedangkan
persepektif regulasi yaitu sebagai proses untuk memastikan kepatuhan terhadap semua
hukum, aturan dan peraturan (Rezaee, 2007). Tata kelola perusahaan tidak lagi hanya
sebagai sebuah proses kepatuhan, melainkan strategi bisnis yang sangat penting untuk
kelangsungan usaha dan tanggung jawab sosial perusahaan. Permintaan terhadap
peningkatan keefektifan corporate governance dan akuntabilitas bagi organisasi bisnis
telah menjadi tren global dalam beberapa tahun terahir. Akan tetapi peran partisipan
corporate governance dalam mencegah terjadinya fraud belum di dikaji secara secara
memadai dalam berbagai literatur (Kedia et al, 2012).
Committee of sponsoring organization (2010) dalam Kedia et al (2012),
melaporkan akan poin-poin pentingnya penelitian tata kelola perusahaan (corporate
governance). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif
partisipan corporate governance dalam mencegah kecurangan yang terjadi di
organisas/perusahaan. Penelitian yang dilakukan Kedia,et al (2012) menjadi acuan
utama dalam penelitian ini. Implikasi dari hasil pembahasan ini adalah (1) regulator dan
pembuat kebijakan dalam memerangi kecurangan yang mengancam integritas,
efiisiensi dan keamanan pasar modal, (2) perusahaan dan praktisi dalam merancang
kebijakan anti-kecurangan yang efektif untuk mengurangi terjadinya kecurangan, dan
(3) akademisi dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta pemahamannya
terhadap peran dan tanggung jawab partisipan corporate governance dalam mencegah
fraud.
II LANDASAN TEORI
2.1 Fraud
The Association Of Certified fraud Examiners dalam tuanakotta (2010),
kecurangan adalah suatu tindakan sengaja yang dilakukan oleh satu orang atau lebih
untuk menggunakan sumber daya dari suatu organisasi secara tidak wajar (tindakan
melawan hukum) dan salah menyajikan fakta (menyembunyikan fakta) untuk
memperoleh keuntungan pribadi. kecurangan atau yang sering disebut pula dengan
fraud dilakukan dengan beragam modus seiring dengan berkembangnya zaman baik di
organisasi pemerintah maupun di organisasi swasta.
Sedangkan pengertian kecurangan (fraud) dalam dunia keuangan menurut Kitab
Undang-undang Pidana (KUHP) tahun 2012 terdapat empat pasal, yaitu sebagai
berikut:
1. Pasal 362 ayat (1) tentang Pencurian : Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum.
2. Pasal 368 ayat (1) tentang Pemerasan dan Pengancaman : barang siapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan
barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain atau
orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang.
3. Pasal 372 ayat tentang penggelapan : barang siapa dengan sengaja melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.
4. Pasal 378 tentang perbuatan curang : barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang.
V. Daftar Pustaka
Black, W. K. 2010. Epidemics of Control Fraud lead to Recurrent, Intensifying Bubbles
and
Crises, working paper, University of Missouri-Kansas City, SSRN-id 1590447.
B.Romney Marshall Paul John steinbart. 2004. Accounting information systems. Salemba
empat: Jakarta
Cressey, D. R. 1973. Other Peoples Money. Montclair: Patterson Smith. p. 30.
FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid I. FCGI,Edisi ke-3.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi ke-2.
IAI. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.
Iskander, Magdi R. dan Nadereh Chamlou. 2000. Corporate Governance: A Framework for
Implementation. The International Bank for Reconstruction and Development. The
World bank.
Rezaee, Z. 2007. Corporate Governance Post-Sarbanes-Oxley. John Wiley & Sons,
Inc.,
Hoboken, New Jersey.
Sorkin, A.R. 2010. Pulling Back the Curtain on Fraud Inquiries, The New York Times
(december 6, 2010).
Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory. International Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Theodorus M. Tuanakotta, 2010, Akuntansi Forensic Dan Audit Investigatife, Salemba
Empat: Jakarta.
Viva Yustitia Rini, Tarmizi Achmad. Analisis prediksi potensi risiko fraudulent financial
statement melalui fraud score model. Diponegoro journal of accounting.Volume 1
Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15
Zabihollah Rezaee, Ben L. Kedia. Role of corporate governance participants in preventing
and Participants in preventing and detecting financial statement. Journal of Forensic &
Investigative Accounting Vol. 4, Issue 2, 2012