Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai proses
menghirup udara berupa gas O2 dan melepaskan udara berupa gas CO2. Sedangkan
tumbuhan bernafas dengan menghirup CO2 dan mengeluarkan O2. Peran tumbuhan
inilah yang membuat kita bisa menghirup udara segar setiap paginya, karena
tumbuhan telah menyerap semua gas-gas racun yang berterbangan di udara bebas.
Secara biologis, pengertian respirasi bukan hanya proses pertukaran gas. Pernafasan
lebih menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di
dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energy atau tenaga. Zat makanan sumber
tenaga yang paling utama adalah karbohidrat.
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang telah berdiri sendiri salah satunya
adalah fisiologi tumbuhan. Fisiologi tumbuhan yang mempelajari peri kehidupan
tumbuhan sudah demikian esat berkembangnya juga didukung oleh beberapa ilmu
sepreti anatomi tumbuhan, morfologi tumbuhan dan sistematika tumbuhan. Fisiologi
tumbuhan itu sendiri merupakan ilmu yang mempelajari atau mecari keterangan-
keterangan mengenai kehidupan tumbuhan. Untuk mempertahankan kehidupannya,
tumbuhan perlu mempunyai suatu penyedia energi yang bekesinambungan. Energi-
energi tersebut diperoleh dari mengambil energi kimia yang terbentk dalam molekul
organik yang disintesis oleh fotosintesis. Suatu proses pelepasan energi yang
menyediakan energi bagi keperluan sel itu disebut dengan respirasi. Respirasi sel
tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh oksigen dari udara membentuk
karbondioksida dan air.
Sebenarnya tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya
diserap melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi
aerob. Bila dalam keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi

1
secara anaerob. Untuk lebih jelasnya penjelasan mengenai respirasi aerob dan
anaerob akan dijelaskan pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan respirasi?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi?
3. Bagaimana penggolongan respirasi berdasarkan ada tidaknya oksigen bebas?
4. Bagaimana tahap-tahap yang terjadi pada proses respirasi aerob?
5. Bagaimana tahap-tahap yang terjadi pada proses respirasi anaerob?
6. Apa perbedaan respirasi aerob dan anaerob?
7. Apa manfaat respirasi aerob dan anaerob?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetaui pengertian respirasi
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi
3. Mengetahui penggolongan respirasi berdasarkan ada tidaknya oksigen bebas
4. Memahami tahap-tahap yang terjadi pada proses respirasi aerob
5. Mengetahui tahap-tahap yang terjadi pada proses respirasi anaerob
6. Mengetahui perbedaan respirasi aerob dan anaerob
7. Mengetahui manfaat respirasi aerob dan anaerob

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Respirasi


Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam
hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan
energy begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh
tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggirespirasi terjadi baik pada akar, batang
maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobic pada karbohidrat (glukosa)
adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen akan
menghasilkan energy karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan
jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan, tidak
semua tumbuhan bernapas dengan menggunkan oksigen.Tumbuhan tak berklorofil
benapas tanpa memerlukan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk
memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan
yang bernapas secara anaeraob mendapatkan energy dengan cara menguraikan bahan
bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses pernapasan aerob /
anaerab.akan dihasilkan gas karbondioksida dan uap air. Gas dan uap air tersebut
dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbondioksida yang dihasilkan
masuk dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas gas tersebut masuk dan keluar
melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan inti sel yang ditemukan pada
kulit batang pegangan. Akar yang berada dalam tanah juga dapat melakukan proses
keluar masuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah rawa/berlumpur mempunyai
akar yang mencuat keluar dari tanah. Akar ini disebut akar napas. Kandungan katalis
disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi (sebaik-
baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengan

3
fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat
dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball, 1983).
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
meleapskan CO2 dalam volume yang sama. Namun, seperti kita ketahui, respirasi
lebih dari sekedar pertukaran gas secara sederhana. Respirasi merupakan proses
dimana senyawa organik tereduksi dimobilisasi dan dioksidasi dengan cara terkontrol
untuk menghasilkan energi. Senyawa organik yang umum digunakan sebagai substrat
respirasi adalah glukosa. Selain glukosa, pati, fruktan, sukrosa, atau gula lainnya,
lemak, asam organik, dan pada keadaan tertentu bahkan protein, dapat bertindak
sebagai substrat respirasi. Ringkasan reaksi respirasi (aerob) dengan substrat glukosa
adalah sebagai berikut:
C6H12O6 ----- 6CO2 + 6H2O + Energi (680 kkal)
Sebagian dari energi tersebut dibebaskan selama respirasi sebagai panas
(kalor). Sisanya disimpan dalam bentuk energi kimia dalam adenosin trifosfat (ATP).
Bila ATP mengalami hidrolisis, energi yang dikandungnya dikeluarkan dan
digunakan dalam banyak proses hidup, seperti tumbuh dan akumulasi ion.
Respirasi berperan dalam dua fungsi utama, yaitu:
1. Menyediakan ATP dan NADH yang diperlukan untuk kelangsungan reaksi
dan pertumbuhan.
2. Menyediakan rangka karbon untuk sintesis metabolit intermediat primer
(asam amino, protein, asam nukleat, daur Krebs, cadangan biosintesis, dll)
dan sekunder (terpen, penilpropanoid, isopranoid, flavonoid).
Dalam proses respirasi terdapat dua senyawa yang memegang peran penting
berkaitan dengan pembentukan energi sebagai tujuan respirasi, yaitu Adenosin
trifosfat (ATP) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD).

4
1) Adenosin Trifosfat (ATP)
ATP merupakan pembawa gugus fosfor kaya-energi dari reaksi katabolisme
ke reaksi anabolisme. Pada tumbuhan, energi tersebut digunakan untuk transpor dan
kerja biosintetik, kerja mekanik (seperti motor mitokondria). Perhatikan gambar 6.1.
yang menjelaskan siklus ATP.
ATP merupakan nukleotida yang mengandung adenin (basa), ribosa (gula), dan tiga
gugus fosfat.

Ikatan fosfat adalah ikatan kaya energi. Energi tersebut digunakan untuk
membentuk ikatan dan energi tersebut dilepaskan bila ikatan putus.

ATP secara terus-menerus dibentuk dan digunakan seperti tergambar berikut:

Gambar 2. Siklus ATP-ADP

5
2) Pembawa Elektron
a). Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD)-Pembawa elektron
NAD/NADP pembawa elektron kaya-energi dari reaksi katabolik ke reaksi anabolik
yang memerlukan elektron. NADP umumnya terlibat dalam reaksi biosintesis dan
NAD umumnya untuk transpor elektron (perhatikan gambar 6.2.)
Fungsi NAD+ di dalam respirasi sellular adalah dengan membawa dua elektron dari
satu reaksi ke lainnya.

NAD+ + 2H NADH + H+
Ia mengoksidasi substratnya dengan melepas dua atom hidrogen. Satu atom
hidrogen terikat ke NAD+. NAD+ tereduksi menjadi NADH.
NADH dapat memindahkan dua elektron(satu di antaranya adalah atom hidrogen) ke
molekul lain.

Gambar 2. Siklus NAD


b) FAD (Flavin Adenine Dinucleotide)
FAD direduksi menjadi FADH2. Ia dapat mentransfer dua elektron ke molekul lain.
FAD + 2H - FADH2
NADH and FADH2 membawa elektron ke sistem transpor elektron dalam respirasi
seluler.

6
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Respirasi
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu :
a. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat
yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Respirasi bergantung
kepada tersedianya substrat dan tumbuhan dengan persediaan pati, fruktan daan gula
yang rendah, laju respirasinya juga rendah. Tumbuhan yang kekurangan gula jika
diberi gula sering dengan nyata menunjukkan kenaikan respirasi. Daun-daun yang
terlindung mennjkkan kenaikan respirasi. Daun-daun yang terlindng dan yang
terdapat dibagian yang lebih bawah, biasanya respirasinya lebih rendah daripada daun
yang terdapat dibagian lebih atas yang terdedah pada tingkat cahaya lebih tinggi.
Perbedaan dalam kandungan pati dan gula hasil laj fotosintesis yang tidak sama rupa-
rupanya merupakan sebab lebih rendahnya laju respirasi daun-daun yang terlindng.
Jika kekurangan bahan untuk respirasi sangat ekstentif maka protein pun dapat
dioksidasi. Protein dihidrolisis menjadi asam asam amino yang kemudian diuraikan
oleh reaksi-reaksi daur glikolisis dan daur krebs
b. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak
banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan
tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

7
Suplai O2 mempengaruhi respirasi, tetapi pengaruhnya sangat berbeda ntuk spesies
tumbuhan yang berbeda dan malahan berbeda untuk organ-organ yang berbeda dalam
satu umbuhan yang sama. Kadar O2 dalam udara terlalu kecil untuk dapat
mempengaruhi respirasi sebagian besar daun dan batang. Lagi ula, laju penetrasi O2
ke dalam daun, batang dan akar biasanya cukup untuk memelihara tingkat
pengambilan O2 yang normal oleh mitkondria, terutama karena sitokrom oksidase
mempunyai afinitas yang tinggi terhadp O2 sehingga dapat befungsi pada konsentrasi
O2 sekitar 0,05 % dari yang terdapat dalam udara.
Dalam jaringan yang lebih tebal dengan perbandinga permukaan/ volume
rendah, difusi O2 dari udara ke sitokrom oksidase dalam sel-sel di sebelah dalam
diperlambat sehingga laju respirasi rendah.
c. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 100 C, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
Respirasi seperti juga proses-proses enzimatis yang lain dipengaruhi oleh suhu. Di
dalam batas-batas tertentu laju reaksi enzim kira-kira meningkat dua kali untuk setiap
kenaikan suhu 100 C. Secara kuantitatif ini ditunjukkan oleh nilai Q10 sebagai berikut:

Q10 =

Nilai Q10 untuk respirasi sebagian besar spesies tumbuhan biasanya kira-kira
antara 2 dan 2.5 pada suhu antara 5 dan 250 C. Diatas suhu ini (30 hingga 350C)
sering terjadi penurunan Q10 yang mungkin disebabkanterbatasnya oksigen karena
kelarutannya berkurang dan rendahnya difusi gas tersebut. Pada waktu suhu naik di
atas 350C terjadi penuruhan respirasi karena enzim-enzim yang diperlukan muli
mengalami denaturasi.
d. Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan
demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing

8
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan.
e. Kadar CO2 dalam udara
Kurangnya O2 atau kelebihan CO2 tampak pada kegiatan respirasi biji-bijian,
akar maupun batang yang terpendam dalam tanah. Jika kadar CO2 naik sampai 10 %
dan kadar O2 turun sampai 0 % maka respirasi akan terhenti.
Sebagai hasil akhir reaksi, konsentrasi yang tinggi dari karbondioksida
dierkirakan akan menghambat respirasi. Memang respirasi agak dihambat tetapi
hanya pada konsentrasi yang sangat melampaui konsentrasi yang biasa terdapat
dalam udara. Mekanisme penghabmbatan ini tidak jelas, beberapa mekanisme dapat
terlibat. Respirasi anaerob (yaitu produksi karbondioksida oleh fermentasi) dari biji
kacang ercis yang sedang berkecambah dihambat kira-kira 50 persen oleh 50 persen
karbondioksida dalam udara. ini mungkin berkaitan dengan suatu mekanisme untuk
memelihara dormansi dalam biji tetapi cara kerjanya masih belum jelas.
Karbondioksida berpengaruh menghambat pada suksinat dehidrogenase tetapi ini
hanya akan mempengaruhi respirasi aerob, yang mungkin tidak begitu penting pada
awal perkecambahan. Tahap-tahap dekarboksilasi dalam respirasi adalah reaksi yang
menghasilkan sejumlah energi, jadi laju reaksi tidak akan banyak dipengaruhi, oleh
konsentrasi hasil akhir yang relatif tinggi (karbondioksida). Karbondioksida memang
mempunyai pengrauh terhadap stomata. Konsentrasi karbondioksida yang inggi
biasanya menyebabkan stomata menutup dan pengaruh hambatan yang telah diamati
pada respirasi daun mungkin disebabkan oleh efek ini.
f. Persediaan air
Jika kadar air sedikit maka respirasi kecil. Jika biji (direndam air) maka
respirasi menjadi lebih giat. Pada daun yang layu maka respirasi lebih giat ++ gula
(timbunan tepung/KH)
g. Cahaya

9
Cahaya fotosintesis + substrat repirasi. Cahaya menambah panas , panas
menambah kegiatan respirasi.
h. Luka dan Stimulasi Mekanis
Telah lama diketahui bahwa stimulus mekanis pada jaringan daun
menyebabkan respirasi naik. Untuk sementara, biasanya bebrapa menit hingga sat
jam. Penekanan nampaknya mempunyai efek yang rendah, pelengkungan lbih besar
dan cekaman (sress) penyobekan memacu respirasi. Mekanismenya belum jelas.
Pelukaan dan penghancuran jaringan memacu respirasi karena tiga hal. Pertama,
oksidasi senyawa fenol terjadi dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan
oksidasenya dirusak. Kedua, proses glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif
meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga menambah medahnya substrat
dicapai enzim respirasi. Ketiga, akibat luka biasanya sel-sel tertentu kembali ke
keadaan meistematis diikuti dengan pembentukan alus dan penyembuhan atau
perbaikan luka. Sel-sel dan jaringan yang aktif tambah seperti itu mempunyai lju
respirasi yng jauh lebih tinggi daripada jaringan dewasa.

2.3 Organel yang Berperan dalam Respirasi


A. Mitokondria
Mitokondria adalah organel berbentuk batang yang dapat dianggap sebagai
generator energi pada sel, dengan mengubah nutrien dengan oksigen menjadi energi.
Mitokondria tersebar dalam sitosol sel eukaryot. Fungsi utamanya adalah mengubah
energi potensial dalam molekul bahan makanan menjadi ATP. Jumlah mitokondria di
dalam sel berkorelasi dengan tingkat aktivitas metabolismenya, dari terdiri dari 1
hingga ribuan.
B. Struktur mitokondria
Mitokondria dibungkus oleh suatu selubung yang terdiri dari dua membran.
Membran luar halus, tetapi membran dalamnya berlekuk-lekuk dan disebut krista.
Membran dalam membagi mitokondria menjadi dua ruangan internal, yaitu ruang

10
intermembran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam dan matriks
mitokondria yang dilingkupi oleh membran dalam.

Gambar 2. Struktur Mitokondria


1. Membran luar
Membran luar mengandung sejumlah protein membran. Protein membran ini
membentuk saluran sebagai jalan masuk dan keluarnya berbagai molekul dan ion.
2. Membran dalam
Membran dalam mengandung 5 protein membran integral, yaitu:
a) NADH dehidrogenase
b) Suksinat dehidrogenase
c) Sitokrom c reduktase (juga dikenal sebagai sitokrom kompleks b-c1)
d) Sitokrom c oksidase
e) ATP sintase
3. Matriks
Matriks mengandung campuran kompleks enzim terlarut yang mengkatalisis
respirasi asam piruvat dan molekul organik kecil lainnya.
a. Pada matriks, asam piruvat mengalami:
b. Oksidasi oleh NAD+ menghasilkan NADH + H+
c. Dekarboksilasi menghasilkan molekul:
1. Karbondioksida (CO2) dan
2. Asetil SKoA

11
2.4 Substrat Respirasi dan Hasil Bagi Respirasi (Quotient Respiratory)
A. Substrat Respirasi
Substrat respirasi adalah setiap bahan organik tumbuhan yang teroksidasi
sebagian (menjadi senyawa teroksidasi) atau reteduksi sempurna (menjadi
karbondioksida dan uap air) dalam metabolisme respiratoris. Umumnya substrat
untuk respirasi adalah zat yang tertimbun dalam jumlah yang relatif banyak dalam sel
tumbuhan dan bukan zat yang merupakan senyawa antara hasil dari penguraian. Hasil
penguraian biasanya disebut metabolik antara.
Karbohidrat merupakan substrat utama respirasi dalam sel-sel tumbuhan
dengan glukosa sebagai molekul pertama. Substrat respirasi yang paling penting di
antara karbohidrat adalah sukrosa (disakarida= glukosa dan fruktosa) dan pati (sering
terdapat dalam sel tumbuhan sebagai cadangan karbohidrat). Dalam beberapa
jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang dapat menjadi
substrat respirasi. Pada biji-biji tertentu, seperti jarak, mengandung lemak yang
sangat tinggi sebagai bahan cadangan yang terdapat di dalam jaringan endosperma
yang mengelilingi embrio. Selama beberapa hari pertama perkecambahan, lemak ini
akan diubah menjadi sukrosa yang selanjutnya diserap dan direspirasi oleh embrio
yang sedang tumbuh.
Pada keadaan tertentu dalam beberapa jaringan tumbuhan juga, beberapa asam
organik dapat digunakan sebagai substrat respirasi, misalnya asam organik berkerbon
empat (asam malat) yang ditimbun dalam daun tumbuhan sukulen familia
Crassulaceae, asam malat ini direspirasi menjdi karbondioksida dan air melalui
mekanisme khusus; asam organik berkarbon dua (asam glikolat), yang ditimbun
dalam daun yang disinari sebagian besar tumbuhan tinggi juga dapat digunakan untuk
respirasi. Protein jarang direspirasi kecuali dalam keadaan tertentu. Protein berperan
sebagai substrat respirasi selama tahap awal perkecambahan biji yang mengandung
protein tinggi sebagai cadangan makanan. Protein akan diubah menjadi asam-asam
amino yang kemudian asam amino diubah menjadi senyawa antara respirasi

12
karbohidrat. Dengan demikian, asam amino direspirasi oleh jalur yang digunakan
oleh respirasi glukosa.
Substrat untuk respirasi adalah setiap bahan organik tumbuhan yang
teroksidasi sebagian (menjadi senyawa teroksidasi) atau teroksidasi sempurna
(menjadi CO2 dan H2O) dalam metabolisme respiratoris.
Karbohidrat merupakan substrat utama respirasi dalam sel-sel tumbuhan
tinggi. Substrat untuk respirasi yang paling penting di antara karbohidrat adalah
sukrosa (disakarida yang terdiri atas glukosa dan fruktosa) dan amilum (polimer dari
glukosa) yang merupakan bentuk karbohidrat yang disimpan dalam sel tumbuhan.
Selain itu, inulin (polimer fruktosa) juga dapat bertindak sebagai substrat, sekalipun
penyebarannya terbatas pada tumbuhan tertentu.
Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-
kadang dapat berperan sebagai substrat respirasi. Misalnya, biji jarak, mengandung
banyak lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam jaringan endosperm yang
mengelilingi embrio. Selama beberapa hari selama perkecambahan, lemak-lemak ini
diubah terutama menjadi sukrosa yang selanjutnya diserap dan direspirasi oleh
embrio yang sedang tumbuh.

(a) (b)

(c)
Gambar 2. Struktur sukrosa (a) serta amilosa (b) dan amilopektin (c)

13
Pada keadaan tertentu dalam jaringan beberapa asam organik dapat digunakan
sebagai substrat untuk respirasi. Misalnya,asam malat (ditimbun dalam daun
tumbuhan sukulen).
Protein jarang direspirasi kecuali dalam keadaan tertentu. Dalam daun yang
dipetik, misalnya, penguraian protein berlangsung bersama-sama dengan penguraian
karbohidrat. Pada biji yang mangandung protein sebagai cadangan makanan, protein
bertindak sebagai substrat respirasi.
Pemecahan amilum dan sukrosa
1. Dalam stroma kloroplas, hidrolisis amilum (amilosa dan amilopektin) dikatalisis
oleh -amilase (memecah secara acak), -amilase (memecah tiap ikatan kedua dari
luar) dan limit dextrinase (memotong titk percabangan).
2. Produk utama adalah disakarida maltosa, yang dikalisis menjadi glukosa oleh -
glukosidase. Produk dikeluarkan dari plastida ke sitosol .
3. Sukrosa dihidrolsisi menjadi heksosa (glukosa dan fruktosa) oleh sukrosa sintase
dan invertase.
B. Kuosien Respirasi (Respiratory Quotient, RQ)
Bahan apa yang digunakan sebagai substrat respirasi dapat diketahui bila
volume oksigen yang digunakan dan volume karbondioksida yang dikeluarkan dapat
dihitung. Nisbah CO2 terhadap O2 disebut kuosien respirasi atau RQ.
Volume karbondioksida yang dikeluarkan
RQ =
Volume oksigen yang digunakan
Dari nilai RQ dapat diperkirakan substrat yang digunakan dalam repirasi. Jika
karbohidrat, misalnya sukrosa, fruktosa, atau amilum merupakan substrat respirasi
dan jika mereka secara sempurna dioksidasi, maka volume O2 yang diambil persis
sama dengan volume CO2 yang dikeluarkan. Sebagai contoh, RQ yang diperoleh dari
daun berbagai jenis tumbuhan rata-rata 1,05. Biji yang sedang berkecambah dan
tumbuhan serealia dan kacang-kacangan seperti kapri yang mengandung amilum
sebagai cadangan makanan, juga menunjukkan nilai RQ sekitar 1,0. Tapi, biji yang

14
banyak mengandung lemak atau minyak yang kaya hidrogen dan rendah kandungan
oksigennya, RQ sering hanya 0,7, sebab cukup banyak oksigen yang diperlukan
untuk mengubah hidrogen menjadi H2O dan mengubah karbon menjadi CO2.
Perhatikan oksidasi asam lemak yang lazim, yaitu asam oleat:
C18H34O2 + 25,5 O2 18CO2 + 17H2O; RQ reaksi ini adalah 18/25,5 = 0,71.
Secara umum, nilai RQ substrat respirasi adalah:
a) karbohidrat (glukosa) 1.0
b) protein 0.9
c) lemak (lipid) 0.7
Masalahnya rumit karena setiap saat berbagai jenis senyawa dapat
direspirasikan, sehingga RQ yang terukur merupakan angka rerata yang bergantung
dari sumbangan tiap-tiap substrat dan kandungan karbon, hidrogen dan oksigennya.

2.5 Penggolongan Respirasi


1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob merupakan proses pembakaran zat yang melibatkan oksigen
dari pernapasan. Oksigen akan digunakan sebagai penerima elektron terakhir dalam
pembentukan ATP. Respirasi pada tingkat organisme berupa pertukaran oksigen
dengan karbon dioksida di dalam alveolus paru-paru. Sedangkan respirasi pada
tingkat sel terjadi didalam mitokondria. Secara singkat reaki yang terjadi pada
respirasi aerob adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O+ 36 ATP
Respirasi aerob terjadi dalam tiga tahap, yaitu glikolisis, siklus kreb dan
system transport elektron. Hubungan antara glikolisis, siklus kreb dan transport
elektron serta tempat terjadinya di dalam sel dapat dilihat pada gambar 2.1

15
Gambar 2. Siklus Dalam Respirasi Aerob
2. Tahap tahap respirasi aerob
1) Glikolisis
Glikolisis terjadi didalam sitoplasma sel. Pada tahap glikolisis terjadi dua
langkah reaksi, yaitu langkah memerlukan energi dan langkah melepaskan energi.
Saat langkah memerlukan energi, 2 molekul ATP diperlukan untuk mentransfer
gugus fosfat ke glukosa sehingga gukosa memiliki simpanan energi yang lebih tinggi.
Energi ini akan diperlukan untuk reaksi pelepasan energy.

16
Gambar 2.2 Tahap Glikolisis
Sumber : Biology, concepts and connection, 2006.
Keterangan:
Tahap 1: glukosa yang masuk ke dalam sel mengalami fosfolirasi dengan bantuan
enzim heksokinase dan menghasilkan glukosa 6- fosfat. Reaksi ini memerlukan
energy yang diperoleh dari perubahan ATP menjadi ADP.
Tahap 2: glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisemerase menjadi bentuk
isomernya berupa fruktosa 6-fosfat.
Tahap 3: dengan menggunakan energi dari hasil perubahan ATP menjadi ADP,
Fruktosa 6- fosfat diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi fruktosa 1,6-bifosfat
Tahap 4: fruktosa 1,6-bifosfat (molekul berkarbon 6) pecah membentuk molekul
berkarbon 3, yaitu gliseraldehid-3-fosfat (PGAL)
Tahap 5: Masing gliseraldehid-3-fosfat berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat (PGAP)
melalui bantuan enzim triosefosfat dehidrogenase. Dalam tahap ini juga terjadi
transpor elektron sehingga NAD berubah menjadi NADH+, serta peningkatan
anorganik didalam dari sitoplasma.
Tahap 6: terjadi perubahan 1,3- bifosfogliserat menjadi 3-fosfogliserat (PGA) dengan
bantuan enzim fosfoglisero kinase. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan 2

17
molekul ATP dengan menggunakan gugus fosfat yang sudah ada pada reaksi
sebelumnya.
(Apriadi, 2009, 48)

2) Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif,
yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2
sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam
mitokondria sebelum masuk ke dalam siklus krebs. Oleh karena itu tahapan ini
disebut sebagai tahapan lanjutan antara glikolis dengan siklus krebs. Pada tahapan ini
asam piruvat hasil glikolisisdari sitosol diubah menjadi asetil KoA di dalam
mitokondria. Pada tahap 1 molekul piruvat melepaskan elektron (oksidasi)
membentuk CO2 (piruvat pecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap
2, NAD+ direduksi (menerima elektron menjadi NADH + H+. Pada tahap 3 molekul
berkarbon 2 di dioksidasi dan mengikat KoA sehingga terbentuk asetil KoA. Hasil
akhir tahapan ini adalah asetik KoA, CO2 dan 2NADH. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2. Tahap-tahap Dekarboksilasi Oksidatif


Sumber: (perpustakaancyber, 2011)

18
3) Siklus krebs
Nama siklus ini berasal dari orang yang menemukan secara rinci tahap ketiga
respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs (tahun 1930-an). Siklus ini disebut juga siklus
asam sitrat.
Tahap awal siklus kreb adalah 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada
glikolisis meninggalkan sitoplasma dan memasuki mitokondria. Siklus kreb terjadi di
dalam mitokondria. Selama reaksi tersebut dilepaskan 3 molekul karbon dioksida, 4
NADH, 1 FADH2 dan 1 ATP. Reaksi ini terjadi 2 kali karena pada glikolisis, glukosa
di pecah menjadi 2 molekul asam piruvat. Jadi siklus krebs menghasilkan 8 NADH,
2 FADH2 DAN 2 ATP. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.4.

Gambar 2. Siklus Krebs


Keterangan :
Tahap 1: Asam piruvat hasil glikolisis memasuki mitokondria
Tahap 2: Asam piruvat melepaskan gugus karboksil dalam bentuk CO2 . Asam
piruvat juga memberikan hydrogen dan elektron kepada NAD, membentuk NADH.
Selanjutnya koenzim bergabung dengan sisa 2 atom karbon dari asam piruvat
membentuk asetil-KoA.

19
Tahap 3: Asetil KoA mentransfer 2 atom karbonnya ke oksaloasetal membentuk
sitrat. Koenzim A dilepaskan dari asetil KoA. Penambahan dan pelepasan H2O
mengubah sitrat menjadi asam isositrat
Tahap 4: Asam isositrat melepaskan gugus karboksil dalam bentuk CO2 dan
terbentuk asam -ketoglutarat. Hydrogen dan elektron ditransfer kepada NAD
membentuk NADH
Tahap 5: Asam -ketoglutarat melepaskan gugus karboksil dalam bentuk CO2 dan
NADH terbentuk. Asam -ketoglutarat berikatan dengan molekul koenzim A.
membentuk suksinil-KoA
Tahap 6: Koenzim A dilepaskan dan digantikan oleh fosfat ( berasal dari GTP).
Fosfat terikat pada ADP membentuk ATP. Suksinil KoA berubah menjadi asam
suksinat
Tahap 7: Elektron dan hydrogen dari asam suksinat ditransfer ke FAD membentuk
FADH2. Asam suksinat menjadi asam fumarat.
Tahap 8: Asam Fumarat menggunakan H2O membentuk asam malat. Asam malat
mentransfer hydrogen dan elektron ke NAD+ membentuk NADH. Asam malat
berubah menjadi asam oksaloasetat yang akan digunakan menjadi asam siklus kreb
selanjutnya.
4) Transport Elektron
Transport elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Pelepasan atom H
pada waktu glikolisis, dan siklus Krebs jika tdak ditangkap oleh NAD atau FAD
akan menyebabkan peningkatan ion H di bagian dalam sel dan akan menyebabkan sel
keracunan. NAD ataupun FAD bisa berikatan dengan atom H adalah karena sifat dari
kedua molekul tersebut (NAD/FAD) bersifat sebagai oksidator yang kuat sehingga
sangat mudah untuk berikatan dengan H.
Selanjutnya NAD atau FAD harus tetap tersedia di dalam sel sebagai
oksidator, oleh karenanya NAD/FAD yang sudah berikatan dengan atom H menjadi
bentuk NADH/FADH harus segera melepas/membuang ion H tersebut. NADH atau

20
FADH akan melepaskan atom H sebagai elektron pada suatu sistem yang disebut
Sistem Trasnport Elektron.
Alasan harus digunakan Sistem Transport Elektron adalah karena sistem ini
akan melepas energi yang besar secara bertahap. Jika atom H langsung dilepaskan
dari NAD/FAD dan diterima oleh oksigen tanpa melalui Sistem Transport Elektron
maka akan terjadi ledakan energi di dalam sel. oleh karenanya agar tidak terjadi
ledakan dilepaskanlah energi itu perlahan-lahan dalam sistem ini.
ATP dapat dibentuk pada waktu elektron dipindahkan dari NADH dan
FADH2 ke O2 adalah karena ada pembebasan energi yang cukup besar untuk
menyatukan 1 gugus phosphat dengan 1 molekul ADP antara senyawa penerima
elektron sebelum dan sesudahnya. Untuk lebih jelasnya lihat perhatikan gambar
Sistem Transport Elektron berikut ini:

Gambar 2. ProsesTtransport Electron


Sumber : (konsepbiologi, 2011)
Keterangan gambar:
Enzim nadh dehidrogenase > kompleks enzim I
Kompleks protein-sitokrom> kompleks enzim III

21
Kompleks sitokrom oksido reduktase > kompleks enzim IV
Ketiga protein tersebut memiliki kelebihan untuk memindahkan elektron ke
aseptor elektron berikutnya dan mengeluarkan ion H+ dari matriks (yang dilepaskan
NADH kematriks mitokondria) ke ruang antar membran pada mitokondria.
Akibatnya ruang antar membran lebih kaya ion hidrogen dibandingkan dengan
matriks mitokondria. sedangkan protein yang palaing kanan adalah ATP-sintase yang
berfungsi menggabungkan ADP dengan P untuk membentuk ATP.
inilah mekanismenya:
Tahap I. Pengikatan NADH pada kompleks enzim I, dan diikuti pelepasan 2
elektron. elektron memasuk kompleks enzim I via gugus prostetik FMN yang melekat
pada kompleks enzim I. penempelan tersebut mengubah FMN menjadi dalam bentuk
tereduksi FMNH2 yang berarti merupakan oksidator yang kuat dan akan diteruskan
ke rangakaian cluster besi dan sulfur (gugus prostetic berikutnya) sepanjang
kompleks enzim I.
Setelah elektron melewati kompleks enzim I, maka 4 proton akan dipompa
dari matriks mitokondria ke ruang antar membran. Secara pasti penjelasan peristiwa
ini masih belum jelas dalam dunia ilmiah., tetapi untuk sementara dijelaskan dengan
keterlibatan perubahan komformasi bentuk kompleks enzim I yang menyebabkan
protein mengikat proton pada sisi-N dari membran dan membebaskan mereka pada
sisi-P membran. Akhirnya, elektron ditransfer dari rantai cluster besi-sulfur ke
molekul ubikuinon(Q) di membran dalam. Reduksi ubikuinon juga memberi
kontribusi untuk menciptakan gradient proton dengan cara mengeluarkan dari matriks
pada saat tereduksi menjadi ubikuinol(QH2)
Tahap II. Succinate-Q oxidoreductase, dikenal juga sebagai kompleks enzim
II/ suksinat dehidrogenase,adalah entri point kedua dalam sistem transport elektron.
kompleks enzim II terdiri dari 4 sub unit dan mengandung ikatan kofaktor flavin
adenin dinukleotida(FAD), klaster besi-sulfur, dan sebuah gugus heme yang tidak
berpartisipasi pada transfer elektron ke koenzim Q. kompleks enzim II mengoksidasi
suksinat menjadi fumarat dan mereduksi ubikuinon. pembebasan energi yang

22
dihasilkan lebih kecil daripada oksidasi NADH, komleks II tidak memindahkan
elektron melewati membran dan tidak memberikan kontribusi membentuk gradien
proton.
Q-cytochrome c oxidoreductase iii. Q-sitokrom c oksidoreduktase juga
dikenal dengan, kompleks sitokrom bc1, atau kompleks III. setiap kompleks
mengandung 11 subunit protein , sebuah[2Fe-2S] klaster besi-sulfur dan
3 cytochromes: 1 cytochrome c1 and 2 bcytochromes.[35] Sitokrom adalah semacam
protein yang bisa mentransfer elektron yang mengandung sekurang-kurangnya gugus
heme. atom besi yang terdapat pada kompleks III memberikan bentuk alternatif
antara ferro yang tereduksi dan feri yang teroksidasi karena elektron yang ditranser
sepanjang membran.
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks III adalah mengoksidasi satu molekul
ubikuinol dan mereduksi 2 molekul sitokrom c., Sebuah protein heme kehilangan
hubungan dengan mitokondria. Tidak sperti koenzim Q, yang membawa 2 elektron,
sitokrom c hanya memwabawa 1 elektron saja.
Karena hanya bisa mengangkut satu elektron saja dari OH2 ke sitokrom c
dalam sekali waktu makaharus terjadi dalam 2 tahap yang disebut siklus Q.
Kemudian karena koenzim Q tereduksi menjadi ubikuinol pada sisi dalam membran
dan teroksidasi menjadi bentuk ubikuinon di bagian luar, pengeluaran proton terjadi
lagi sehingga menambahkan kekuatan gradient proton.
Berikut ini adalah komponen komponen yang terlibat dalam sistem transport
elektron :
a. NAD+ dan NADH
Nicotinamide Adenine Dinucleotide, dibentuk oleh penambahan inti Hidrogen
dan dua elektron hydride ion ke NAD+. Cincin Nicotinamide akan kurang stabil saat
menerima ion hidrida, akibatnya elektron ion hidrida dari NADH dapat dengan
mudah ditransfer.
b. Protein Fe-S(Besi Sulfur)
Berikatan dengan flavoprotein (metaflavoprotein) dan dengan sitokrom b

23
c. Ubiquinone/Coenzyme Q
Terdapat dalam mitokondria dalam bentuk kuinon teroksidasi (aerob) dan
kuinol tereduksi (anaerob), merupakan unsure pembentuk lipida, rumus bangun mirip
vitamin K dan E, menyerupai plastokuinon (pada kloroplas), rantai samping
poliisosprenoid, pengumpul ekivalen pereduksi dari suksinat kolinn, gliserol-3-fosfat,
sarkosin, dimetilglisin, asilkoa, yang berikatan langsung dengan rantai respirasi lewat
enzim (Flavoprotein dehidrogenase), menerima aliran ekivalen pereduksi dari NADH
Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian sitokrom menuju molekul
Oksigen.
d. Sitokrom c oksidase (kompleks IV)
Complex IV: cytochrome c oxidase. Cytochrome c oxidase, dikenal juga
sebagai kompleks IV, merupakan kompleks protein yang terakhir dalam STE.
mengandung 13 subunits protein, 2 gugus heme, 3 atoms ion metal yaitu 1 copper,
1 magnesium and 1 zinc.
Enzim ini berfungsi mentransfer elektron ke oksigen, sementara memompa
proton melewati membran sehingga berkontribusi dalam menciptkan gradien proton.
Oksigen sebagai aseptor elektron terakhir akan direduksi menjadi air pada tahap ini.
reaksinya yaitu mengkatalisis oksidasi sitokrom c dan reduksi oksigen.Inter
membrane dehidrogenase, menerima aliran ekivalen pereduksi dari NADH
Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian sitokrom menuju molekul
Oksigen.

2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak membutuhkan oksigen
bebas sebagai penerima elektron akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi
anaerob juga memerlukan glukosa sebagai substrat. Respirasi anaerob merupakan
proses fermentasi.

24
Gambar Siklus Fermentasi Alkohol
Beberapa organism yang melakukan fermentasi diantaranya adalah bakteri
dan protista yang hidup di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan atau tempat-
tempat lain yang tidak mengandung oksigen. Beberapa organisme dapat menggunaka
oksigen untuk respirasi tetapi juga melakuka fermentasi. Organisme ini melakukan
fermentasi jika lingkungannya miskin oksigen. Sel-sel otot juga dapat melakukan
fermentasi jika sel-sel otot kekuranga oksigen. Contoh fermentasi adalah fermentasi
alcohol dan fermentasi asam laktat.
Fermentasi alkohol dilakukan oleh jamur ragi secara anaerob. Sebagai substrat
fermentasi adalah asam piruvat. Molekul asam piruvat di fermentasi menjadi asetal
dehid. NADH memberikan elektron dan hydrogen kepada asetal dehid, sehingga
terbentuk produk akhir alcohol, yaitu etanol. Pada fermentasi ini dihasilkan 2 ATP.
Fermentasi asam laktat terjadi pada otot manusia saat melakukan kerja keras dan
persediaan oksigen kurang mencukupi. Pada fermentasi asam laktat, molekul asam
piruvat hasil glikolisis menerima elektron dan hydrogen dari NADH. Transfer
elektron dan hydrogen menghasilkan NAD+ kembal. Pada saat yang sama, asam
piruvat diubah menjadi asam laktat menghasilkan 2 ATP. Kerja otot terus-menerus
akan menimbulkan asam laktat dalam jumlah besar. Penimbunan asam laktat pada

25
otot menyebabkan elastisitas otot menjadi berkurang dan menimbulkan gejala kram
dan kelelahan.
Mekanisme Respirasi Anaerob
Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada
suatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut akan melangsungsungkan respirasi
anaerob untuk dapat bertahan hidup. Pada umumnya respirasi anaerob pada makhluk
hidup hanya terjadi jika persediaan oksigen bebas ada di bawah batas minimum.
Respirasi anaerob lazim disebut sebagai fermentasi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel tanpa membutuhkan
oksigen. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen
lainnya dapat juga dihasilkan dari proses fermentasi ini seperti asam butirat dan
aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.
Pada banyak tumbuhan yang biasa tumbuh di darat, penggenangan dalam air
dalam waktu yang lama merupakan ancaman bagi kehidupannya. Hal ini dikarenakan
respirasi aerob akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah respirasi anaerob yang
terkadang tidak mencukupi energi yang dibutuhkannya, dan akumulasi zat beracun
akibat respirasi anaerob dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kematian bagi
tumbuhan tersebut.
Fermentasi yang umum terjadi pada tumbuhan adalah fermentasi alkohol atau
fermentasi etanol. Pada proses fermentasi, satu molekul glukosa diubah menjadi dua
molekul etanol dan dua molekul karbondioksida. Seperti pada glikolisis, glukosa
diubah menjadi asam piruvat selama proses fermentasi. Kemudian asam piruvat
diubah menjadi etanol dan karbondioksida dengan bantuan enzim karboksilase dan
alkohol dehidrogenase. Berikut ini adalah gambar proses fermentasi etanol.

26
Gambar 2. Proses Fermentasi Etanol

2.6 Perbedaan Respirasi Aerob dengan Respirasi Anaerob


A. Respirasi Aerob
Secara sederhana, respirasi yang satu ini diartikan sebagai sebuah reaksi
katabolisme yang memerlukan suasana aerobic dengan demikian dalam prosesnya
keberadaan oksigen sangat dibutuhkan. Hasil dari reaksi ini adalah energi dengan
jumlah yang besar. Energi tersebut disimpan dalam bentuk energi kimiawi yang
dikenal dengan kode ATP. Energi ATP ini akan digunakan oleh sel di dalam tubuh
makhluk hidup untuk menunjang beberapa hal seperti pertumbuhan, gerak,
transportasi, reproduksi dan kegiatan lainnya. Secara sederhana, rumus yang
menggambarkan respirasi aerob adalah C6H12 + 6O2 = 6CO2 + 6H20.
Respirasi aerob ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yang secara berturut-turut
mencakup:
1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa
bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.
2. Siklus krebs, yakni reaksi CoA atau molekul asetil yang akan menghasilkan
oksalosetat dan juga asam sitrat.
3. Transpor electron, yakni reaksi reduksi atau oksidasi NADH2 dan molekul FADH2
yang pada akhirnya menghasilkan H2O juga energi berupa ATP.

27
B. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan pernapasan yang tidak memerlukan oksigen
atau O2. Respirasi yang satu ini terjadi pada bagian sitoplasma dan tujuannya untuk
mengurai senyawa organik. Tidak seperti respirasi aerob, respirasi anaerob hanya
menghasilkan sejumlah energi yang jauh lebih kecil yakni 2 ATP. Proses respirasi
anaerob ini bisa dijumpai pada reaksi fermentasi juga pernapasan intra-molekul. Jika
pada reaksi aerob, terdapat pembebasan CO2 juga H2O secara sempurna, maka pada
respirasi anaerob glukosa dipecah secara tidak sempurna menjadi komponen H2O
dan juga CO2.
Pada respirasi anaerob ini pula , hodrogen bergabung bersama sejumlah
komponen yakni asam piruvat, asetaldehida yang kemudian membentuk asam laktat
juga etanol. Sementara itu pada respirasi aerob, hydrogen yang dibebaskan justru
akan bergabung bersama dengan 02 dan pada akhirnya membentuk H2O . Jika didata
secara detil, maka perbedaan respirasi aerob dan anaerob bisa dilihat pada list berikut:
a. Respirasi Aerob: Memerlukan oksigen, prosesnya terjadi di dalam matriks
mitokondria, respirasi ini bertujuan untuk memecah senyawa organik ke an-organik,
menghasilkan energi dalam jumlah yang besar yakni 36 ATP.
b. Respirasi Anaerob: tidak memerlukan kehadiran oksigen dalam prosesnya,
berlangsung di dalam sitoplasma, tujuannya untuk mengurai senyawa organik, hasil
akhirnya berupa energi tapi dalam jumlah yang sedikit yakni 2 ATP.

2.7 Cara Mengetahui Kenaikan Suhu Akibat Respirasi


Cara yang mudah untuk mengetahui kenaikan suhu sebagai akibat daripada
respirasi ialah dengan menyisipkan suatu termometer kedalam botol yang berisi biji
biji yang sedang tumbuh. Sebagai kontrol disispkan lagi termometer lagi kedalam
botol yang berisis biji biji yang sudah mati. Kalau beberapa jam kemudian dari pada
itu kita periksa kedua termometr tersebut, tenntulah kita akan mengetahui
perbedaanya.

28
Perulah diingat kiranya, bahwa panas yang timbul itu hanya sesuatu
manifestasi dari sebagian energi yang terlepas dalam peristiwa pernafasan. Bagi
tanaman sendiri, pans terbuang sia sia. Lain halnya pada hewan, dimana panas yang
timbul sebagai akibat dari pada respirasi itu benar benar berguna juga untuk
memlihara temperatur tubuh.
Tentang guna energi bagi jaringan jaringan yang muda itu banyaka sekali.
Diantaranya untuk memelihara aliran protoplasma, predaran zat makanan, pembedaan
kromosom dan inti, penimbunan penimbunan garam, pertumbuhan menentang gaya
berat, pemasukan ujung ujung akar di ddalam tanah yang keras dan lain lain
sebagainya sebagain dari pada energi itu dibutuhkan untuk pemnyusunan zat zat
organi seperti asama lemak, gliserol, asam amino. Zat zat itu menjelaskan lebih kaya
akan energi \. Peristiwa ini dapat kita singkat dengan pemindahan energi.
Didalam jaringan yang sudah tua yang tidak mengalami pembelahan sel lagi,
maka energi yang lepas padda respirasi itu hanya hilang saja sebagai panas.
Disamping memperoleh energi dari perosses respirasi, maka tanaman itu juga
mendapatakan bantuan energi dari transpirasi yang berlangsung karena pemancaran
panas dari lingkungan.

2.8 Enzime Enzime Dalam Respirasi


Enzime enzime pernapasan terdapat dalam Mitokondria demikian pengertian
orang dewasa ini. Enzime enzime respirasi dapat kita bagi ats golong golongan
seperti transpoforilase, desmolase, karboksilase, hidredase, dehirogenase, oksidase,
froksidase, katalase.
A. Transpoforilase
Seperti yang telah dinyatakan oleh namanya, maka enzime Transporforilase
itu kegiatanya berupa mengoperkan H3PO4 dari molekul yang satu ke molekul yang
lain. Didalam pengoperan fosfat itu, beberapa tranporfolrilase membutuhkan
pertolongan ion ion Mg2+ contoh contohnya dapat dilihat dari peroses glikolisis
B. Desmolase

29
Enzime enzime dari golongan ini membantu dalam pemindahan atau
pengabungan ikatan karbon seperti aldolase didalam pemecahan fruktosa menjadi
giseraldehida dan dihidroksiaseton.
C. Karboksilase
Enzime enzime ini dapat menolong perubahan asam organik secara bolak
balik. Pengubahan asam piruvat. Demikian pula pengubahan asam piruvat menjadi
asetal dehida ditolong oleh karboksilase piruvat. Demikian pula pengubahan asam
oksalosuksinat menjadi asam-a-ketogultarat berlangsung karena pertolongan suatu
karboksilase yang dibantu dengan ion ion Mn2+.
D. Hidrase
Enzime enzime dari golongan hidrase ini kegiatanya berupa menambahakan
atau menguarangkan air dari suatu senyawa dengan tidak menyebabkan terurainya
senyawa tersebut. Enolase, fumarase, akonilase adalah enzime enzime yang termasuk
golongan hidrase.
E. Dehidroginase
Enzime enzime dari golongan banyak kedapatan baik pada tanaman maupun
pada hewan. Kegiatan dehidroginase berupa pemindahan hidrogen dari zat yang satu
ke pada zat yang lain. Proses ini biasa kedapatan pada tanaman, sedangkan pada
hewan dehidroginase itu juga dapat memindahkan hidrogen kepada oksigen,
peristiwa mana mirip dengan suatu oksidasi. (Dwidoseputro, 1983).

2.9 Proses Dan Fungsi Jalur Alternatif Oksidasi Heksosa Melalui Jalur Pentosa
Fosfat
Kebanyakan organisme termasuk tumbuhan dan hewan memiliki rute
alternative untuk metabolism glukosa yakni jalur oksidasi pentose fosfat. Meskipun
jalur oksidatif ini terbatas pada sitosol hewan , jalur ini juga terdapat baik pada
kloroplas maupun sitosol pada tumbuhan . jalur oksidatif pentose fosfat bebagi
beberapa intermediet dengan glikolisis dan berintegrasi erat dengan itu. Tahap
pertama dari jalur oksidatif pentose fosfat adalah oksidasi glucosa-6-P menjadi 6-

30
phosphogluconate. Langkah awal
ini peka terhadap tingkat NADP+,
tampaknya tingkatan tersebut
menentukan langkah untuk jalur
oksidatif pentose fosfat. Ini adalah
reaksi yang menetukan
keseimbangan antara glikolisis
dengan jalur oksidatif pentose
fosfat. Langkah kedua adalah
oksidasi lain disertai dengan
penghapusan kelompok CO2 untuk
membentuk ribulosa-5-P. Aseptor
electron pada keduanya adalah
NADP+ bukan NAD+ . Reaksi berikutnya dalam hasil jalur ini pada pembentukan
gliseraldehida-3-P dan fruktosa-6-P, yang keduanya kemudian lanjut dimetabolisme
melalui glikolisis.

Terdapat 2 fase pada penthosa fosfat :


1. Fase oksidatif yang menghasilkan NADPH

31
Pada fase yang pertama, glukosa 6-phosphate menjalani proses dehidroginase dan
dekarboksilase untuk memberikan sebuah senyawa pentosa, yaitu ribosa 5-phosphate.
2. Fase nonoksidatif yang menghasilkan prekursor ribosa
Pada fase yang kedua, ribulosa 5-fosfat dikonversi kembali menjadi glukosa 6-fosfat
oleh serangkaian reaksi yang terutama melibatkan dua enzim yaitu transketolase dan
transaldolase.
I. Fase oksidatif yang menghasilkan NADPH
Reaksi dehidrogenasi glukosa 6-fosfat menjadi 6-fosfoglukonat terjadi lewat
pembentukan 6-fosfoglukonolakton yang dikatalisis oleh enzim glukosa-6-fosfat
dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung NADP. Hidrolisis 6-fosfoglukonolakton
dilaksanakan oleh enzim glukonolakton hidrolase.
Tahap oksidasi yang kedua dikatalisis oleh enzim 6-fosfoglukonat
dehidrogenase, yang juga memerlukan NADP+ sebagai akseptor hidrogen.
Dekarboksilase kemudian terjadi dengan pembentukan senyawa ketopentosa , yaitu
ribulosa 5-fosfat. Reaksi mungkin berlangsung dalam dua tahap melalui intermediate
3-keto-6-fosfoglukonat.
II. Fase nonoksidatif yang menghasilkan prekursor ribose
Pada fase yang kedua, ribulosa 5-fosfat dikonversi kembali menjadi glukosa
6-fosfat oleh serangkaian reaksi yang terutama melibatkan dua enzim yaitu
transketolase dan transaldolase.
Ribulosa 5-fosfat kini berfungsi sebagai substrat bagi dua enzim yang berbeda.
Ribulosa 5-fosfat 3-epimerase mengubah konfigurasi disekitar karbon 3 dari ribulosa
5 fosfat, dengan membentuk epimer xilulosa 5-pospat, yaitu senyawa ketopentosa
lainnya. Ribosa 5-fosfat ketoisomerase mengubah ribulosa 5-fosfat menjadi senyawa
aldopentosa yang bersesuaian, yaitu ribosa 5-fosfat yang merupakan precursor bagi
residu ribosa yang diperlukan dalam sintesis nukleotida dan asam nukleat.
Transketolase memindahkan unit dua-karbon yang terdiri atas karbon 1 dan 2 dari
sebuah ketosa kepada atom karbon aldehid pada gula aldosa. Oleh karena itu, enzim
ini mempengaruhi konversi gula pentosa menjadi aldosa dengan berkurangnya dua

32
karbon, dan sekaligus mengonversi gula aldosa menjadi ketosa dengan bertambahnya
dua atom karbon. Reaksi tersebut memerlukan vitamin B, yaitu tiamin.
Enzim transketolase mengatalisis proses pemindahan unit dua karbon dari xilulosa 5
fosfat kepada ribulosa 5 fosfat yang menghasilkan ketosa sedoheptulosa 7-fosfat 7
karbon dan aldosa gliseraldehid 3-fosfat. Kedua produk ini kemudian memasuki
reaksi lainnya yang dikenal sebagai reaksi transaldolasi. Enzim transaldolase
memungkinkan pemindahan moietas dihidroksiaseton tiga - karbon (karbon 1-3), dari
ketosa sedoheptulosa 7-fosfat kepada aldosa gliseraldehid 3-fosfat untuk membentuk
ketosa fruktosa 6-fosfat dan aldosa eritrosa 4-fosfat empat karbon.
Kemudian berlangsung reaksi selanjutnya yang sekali lagi melibatkan enzim
transketolase dengan xilulosa 5-fosfat berfungsi sebagai donor glikoaldehid. Pada
keadaan ini, eritrosa 4-fosfat yang terbentuk di atas bertindak sebagai akseptor , dan
hasil reaksinya adalah fruktosa 6-fosfat serta gliseraldehid 3-fosfat.
Tujuan Lintasan Pentosa Fosfat :
Menghasilkan metabolit untuk sintesa karbohidrat Ribulosa 5 P yang nantinya reaksi
LPF pertama melibatkan glukosa-6-fosfat, yang berasal dari perombakan pati
fosforilase di glikolisis, dari penambahan fosfat akhir pada ATP ke glukosa atau
langsung dari fotosintesis. Senyawa ini segera dioksidasi oleh glukosa-6-fosfat
dehidrogenase menjadi 6-fosfoglukono-laktona (reaksi 1). Laktona ini secara cepat
dihidrolisis oleh laktonase menjadi 6-fosfoglukonat (reaksi 2), kemudian senyawa
terakhir ini segera didekarboksilasi secara oksidatif menjadi ribulosa-5-fosfat oleh 6-
fosfoglukonat dehidrogenase (reaksi 3). Selanjutnya LPF menghasilkan pentosa
fosfat dan dikatalisis oleh isomerase (reaksi 4) dan epimerase (reaksi 5), yang
merupakan salah satu jenis isomerase. Reaksi ini dan reaksi berikutnya serupa dengan
beberapa reaksi di daur Calvin. Enzim yang penting ialah transketolase (reaksi 6 dan
8) dan transaldolasakan diubah menjadi RuDP, sebagai senyawa kunci dalam
Fotosintesa

33
Menghasilkan metabolit (pentosa) untuk sintesa senyawa fenol yang mudah
dioksidasi menjadi Quinon, membentuk polimer coklat bersifat racun. Pentosa juga
merupakan prekursor lignin.
Memproduksi NADPH sebagai koenzim yang sangat dibutuhkan dalam berbagai
reaksi metabolisme.
Menghasilkan Ribosa untuk sintesa asam nukleat dan berbagai koenzim. Peranan
LPF sangat penting, karena dapat dianggap sebagai jalur penghubung antara jalur
perombakan dengan jalur pembentukan karbohidrat
Hubungan Pentose Phosphate Pathway (PPP) dengan Glikolisis
Hubungan Pentose Phosphate Pathway (PPP) dengan glikolisis adalah PPP
merupakan jalur alternatif reaksi tumbuhan dalam memperoleh energi dari oksidasi
gula menjadi CO2 dan air selain melalui proses glikolisis.
Reaksi PPP serupa dengan reaksi pada glikolisis. Disamping itu, glikolisis dan PPP
mempunyai pereaksi tertentu yang lazim dan keduanya terjadi terutama di sitosol,
sehingga kedua lintasan saling terjalin. Satu perbedaan penting ialah di PPP penerima
elektonnya selalu NADP+, sedangkan di glikolisis penerima elektonnya adalah
NAD+.
Peran jalur fosfat pentosa oksidatif dan kontribusinya terhadap metabolisme karbon
secara keseluruhan adalah sulit untuk menilai karena jalur tersebut tidak mudah
dipelajari dalam tanaman hijau. Hal ini terutama karena banyak dari intermediet dan
enzim dari siklus respirasi ini dibagi oleh jalur yang lebih dominan reduktif pentosa
fosfat, atau siklus PCR, dalam kloroplas. Dari penelitian metabolisme hewan,
bagaimanapun, dapat disimpulkan bahwa jalur oksidatif pentosa fosfat memiliki dua
fungsi yang signifikan. Yang pertama adalah untuk menghasilkan potensial reduksi
dalam bentuk NADPH. NADP + dibedakan dari NAD + oleh kelompok fosforil
ekstra. NADPH berfungsi utamanya sebagai donor electron bila diperlukan untuk
mendorong reaksi reduktif biosintesis normal, dangkan NADH digunakan terutama
untuk menghasilkan ATP melalui fosforilasi oksidatif. Perbedaan ini memungkinkan
sel untuk mempertahankan bagian terpisah dari NADPH dan NAD + di tempat yang

34
sama: rasio NADPH tinggi / NADP + adalah untuk mendukung biosintesis reduktif
dan rasio NAD tinggi + / NADH untuk mendukung glikolisis. Jalur oksidatif pentosa
fosfat karena itu dianggap sebagai sarana untuk menghasilkan NADPH diperlukan
untuk mendorong reaksi biosintesis dalam sitosol. Pada hewan, misalnya, jalur
oksidatif pentosa fosfat sangat aktif dalam jaringan lemak di mana NADPH
diperlukan untuk sintesis asam lemak aktif. Fungsi kedua untuk jalur oksidatif
pentosa fosfat adalah produksi pentosa fosfat, yang berfungsi sebagai prekursor untuk
ribosa dan deoksiribosa diperlukan dalam sintesis asam nukleat. Intermediet lain dari
jalur oksidatif pentose fosfat dengan signifikansi potensial pada tanaman adalah 4-
karbon erythrose-4-P, prekursor untuk biosintesis asam amino aromatik, lignin, dan
flavonoid.

2.7 Manfaat Respirasi


Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat tersebut
terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik,
dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang
penting sebagai Building Block. Building Block merupakan senyawa- senyawa
yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam
amino untuk protein; nukleotida untuk asam nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen
profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid
seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin. Telah
diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini terjadi bila
substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas terbentuk,
substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O. Hanya
beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang
sedang tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna
beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul
lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

35
2.8 ATP Yang Dihasilkan Pada Respirasi Aerob (Teoritis)
Menentukan secara pasti jumlah ATP yang dihasilkan pada respirasi aerob
sangat sulit. Jumlah ATP yang dihasilkan sesungguhnya tidak selalu tetap. Untuk
setiap pasangan elektron yang diangkut ke rantai transpor elektron oleh meloekul
NADH, dihasilkan antara 2 dan 3 ATP, sedangkan oleh FADH2, dihasilkan antara 1
dan 2 ATP. Pada sel eukaryot, tidak seperti prokaryot, NADH terbentuk di sitoplasma
selama glikolisis harus diangkut melintasi membran mitokondria sebelum elektron
dilepas ke dalam rantai transpor elektron dan untuk hal ini memerlukan energi.
Karena itu, hanya dihasilkan antara 1 dan 2 ATP.
Guna penyederhanaan, kita akan menggunakan ATP maksimum yang
dihasilkan secara teoritis untuk setiap molekul glukosa yang diokasidasi secara aerob.
Kita menggunakan asumsi bahwa setiap pasangan elektron yang diangkut melalui
rantai respirasi dari NADH, dihasilkan 3 ATP. Untuk pasangan elektron dari FADH2,
dihasilokan 2 ATP. Namun untuk diketahui, sesungguhnya jumlah ATP yang
dihasilkan lebih kecil.
Dengan menggunakan asumsi seperti di atas, untuk satu molekul glukosa
yang dioksidasi pada prokayot akan dihasilkan ATP sebagai berikut:
Tipe sel Tahap Pembentukan Sumber ATP
Glikolisis Fosforilasi tingkat-substrat 2
Fosforilasi oksidasi, 2NADH 6
Reaksi Transisi Fosforilasi Oksidasi, 2NADH 6
Daur Krebs Fosforilasi tingkat-substrat 2
Prokayot
Fosforilasi oksidasi, 6NADH 18
Fosforilasi Oksidasi, 2FADH2 4
Jumlah (teoritis) 38

Eukaryot Glikolisis Fosforilasi tingkat-substrat 2

36
Fosforilasi oksidasi, 2NADH 4-6*
Reaksi Transisi Fosforilasi Oksidasi, 2NADH 6
Daur Krebs Fosforilasi tingkat-substrat 2
Fosforilasi oksidasi, 6NADH 18
Fosforilasi Oksidasi, 2FADH2 4
Jumlah (teoritis) 36-38
*) tergantung bagaimana 2 NADH dihasilkan selama
glikolisis memasuki mitokondria, apakah dihasilkan 2 atau
3 ATP per NADH

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam
hari. Berdasarkan ada tidaknya oksigen bebas, respirasi dibagi manjadi dua yaitu,
respirasi aerob dan anaerob. Glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan
transport elektron merupakan tahapan dari respirasi aerob, sedangkan fermentasi
merupakan tahap dari respirasi anerob.

37
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam
hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan
energy begitu juga dengan tumbuhan.
Faktor yang mempengaruhi respirasi adalah suhu, cahaya, ketersediaan cahya,
ketersediaan substrat, umur tanaman dan persedian air. Pengolongan respirasi
dibedakan menjadi dua yaitu aerob dan anaerob. Respirasi aerob merupakan proses
pembakaran zat yang melibatkan oksigen dari pernapasan. Oksigen akan digunakan
sebagai penerima elektron terakhir dalam pembentukan ATP. Berbedan dengan
anaerob yang tidak mengunakan oksigen.

3.2 Saran
Sebagai generasi penerus sebaiknya kita bias menjaga kelestarian lingkungan,
karena segala keistimewaan tumbuhan kita masih bisa menikmati indahnya
pepohonan dan menghirup udara yang segar.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kesalahan, untuk itu diperlukan saran dan kritik yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro., (1983), Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Penerbit Gramedia, Malang.


Restuati, M., (2016), Biokimia Untuk Biologi, FMIPA Unimed Press, Medan.
Salisbury, B.F., Rose, W.C., (1993), Fisiolagi Tumbuhan Jilid 2, Penerbit ITB,
Bandung.

38

Anda mungkin juga menyukai