ABORTUS
oleh :
Randa Hayudha 1110312116
Kharisma Putra Darmawan 1210312049
Preseptor:
dr. Pom Harry Satria, Sp.OG (K)
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
berjudul Abortus. CSS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Pom Harry Satria, Sp.OG (K)
selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak
20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan dan
dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar kalau
beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20
minggu. Abotus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi dengan
sendirinya, kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus buatan
(provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80% dari semua
Sebagian besar studi mengatakan kasus abortus spontan antara 15-20 % dari
semua kehamilan. Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati
50%. Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi
menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15
2
Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya
terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk tahun
2000, terdapat 53.783.717 perempuan usia 15 49 tahun, dan dari jumlah tersebut
umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti Faktor genetik,
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat badan
provokatus. Abortus provokatus ini juga dibagi menjadi 2 yaitu abortus provokatus
2.2 Epidemiologi
21,9% aborsi legal, 13,8% abortus spontan, 1,3% kehamilan ektopik, dan 0,5%
kematian janin. Data lain menyebutkan bahwa abortus spontan terjadi sekitar 15-
40%. Abortus spontan sering terjadi pada usia kehamilan yang lebih awal, sekitar
75% terjadi sebelum usia kehamilan 16 minggu dan kurang lebih 60% terjadi
sebelum 12 minggu.
Mortalitas yang diakibatkan oleh abortus spontan jarang terjadi (0,7 per
100.000), factor risikonya meliputi: wanita usia lebih 35 tahun, ras selain kulit
4
putih, dan aborsi pada trimester kedua. Penyebab langsung dari kematian meliputi:
infeksi 59%, perdarahan 18%, emboli 13%, dan komplikasi dari anesthesia 5%.3
Lebih dari 80% kasus abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan
dan sedikitnya hampir setengah dari kasus tersebut disebabPatkan oleh kelainan
kromosom menurun.2
a. Faktor Janin2
zigot, embrio, early fetus, atau plasenta. Analisis yang pernah dilakukan pada 1000
- Abortus Aneuploidi
pada trimester pertama. Trisomi autosom 13,16, 18, 21, dan 22 merupakan yang
paling sering terjadi. Kelainan lain seperti monosom X (45X), triploidi, dan
tetraploidi.
- Abortus Euplodi
b. Faktor Maternal
- Infeksi
5
o Virus: CMV, Rubela, HSV, HIV, Parvovirus
o Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat
o Amnionitis
embrio.1,2
- Penyakit Kronik
Pada awal kehamilan, janin dapat mengalami abortus akibat penyakit kronis
menyebabkan infertilitas baik pada pria maupun wanita dan juga dapat
- Kelainan Endokrin
6
biasanya disebabkan oleh penyakit autoimun, tetapi efek
- Nutrisi
Defisiensi salah satu nutrient dalam makanan atau defisiensi moderat semua
o Alkohol
o Kafein
o Radiasi
o Kontrasepsi
o Toksin lingkungan
- Faktor Imunologi
7
Antiphospolipid Antibodies (aPA). Antiphospolipid Antibodies merupakan antibody
spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE yang akan berikatan dengan
akibat adanya atherosis dan oklusi vascular.Trombosis plasenta pada APS diawali
adanya peningkatan rasio tromboksan terhadap prostasiklin, selain itu juga akibat
- Faktor Hematologik
dikarenakan:
- Trauma Fisik
8
- Defek pada Uterus
adanya sinekia pada uterus, yang biasanya dihasilkan dari destruksi area
kavum uterus, seperti uterus unikornu, bikornu, atau septa berisiko 25-50%
terjadi abortus.4
Dikenal berbagai macam abortus sesuai dengan gejala, tanda, dan proses
a. Abortus Iminens
ditandai oleh perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup, dan hasil
Pasien mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup, besar uterus masih sesuai
9
b. Abortus Insipien
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih di
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin
c. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang
dari 20 atau berat janin kurang 500 gtam.Ostium uteri telah menutup dan uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.Besar uterus tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
10
d. Abortus Inkomplitus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan sebagian masih
tertinggal. Kanalis servikasil masih terbuka dan akan teraba jaringan dalam kavum
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi
jumlahnyapun masih bisa banyak atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa,
berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
11
Pasien missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa
f. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turun. Salah satu penyebab
yang sering dijumai adalah inkompetensia serviks atau keadaan serviks uterus tidak
trimester pertama, dimana ostium serviks akan membuka tanpa disertai kontraksi
rahum dan akhirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh
pembukaan serviks yang berlebuhan, robeknya serviks yang luas sehingga diameter
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia
sedangkan abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi
12
2.5 Diagnosis Abortus
lainnya. Abortus yang terjadi secara spontan memiliki risiko jika tidak ditatalaksana
dengan baik. Sedangkan untuk abortus yang diinduksi secara medis biasanya
bersifat lebih aman khususnya jika dilakukan pada 2 bulan pertama kehamilan.5
1. Abortus iminens
dikeluhkan terlebih dahulu, yang kemudian diikuti nyeri kram abdomen beberapa
jam atau hari setelah perdarahan tersebut. Abortus iminens sangat sering dijumpai,
dimana satu dari empat sampai 5 perempuan mengalami perdarahan atau keluar flek
pada saat kehamilannya. Hampir sekitar setengah dari perempuan yang mengalami
ini akan berlanjut pada abortus. Perempuan yang tidak aborsi setelah ini bisanya
memiliki risiko terjadinya hasil kehamilan yang tidak optimal seperti melahirkan
seperti perdarahan normal pada saat mens, lesi servikal, polip serviks, servisitis,
dan reaksi desidual dari serviks.Selain itu juga harus dipertimbangkan adanya
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan ukuran uterus yang masih sesuai usia
kehamilan, dan juga ostium uteri yang masih tertutup. Selain itu juga perlu
13
dilakukan pencarian terhadap penyulit seperti kehamilan ektopik atau adanya torsi
2. Abortus insipiens
adanya dilatasi dari serviks. Pada keadaan ini hampir dapat dipastikan bahwa
abortus terjadi. Kontraksi uterus akan segera terjadi supaya tidak terjadi infeksi.
Dengan adanya rupture dari membrane dan dilatasi dari serviks yang
memungkinkan lagi. Jika sudah tidak ada nyeri atau perdarahan lagi, maka
perempuan tersebut diobservasi untuk melihat perdarhan, nyeri keram, atau demam.
Jika setelah 48 jam sudah tidak ada tanda tersebut maka perempuan tersebut dapat
dalam bentuk apapun. Namun jika masih terdapat keluarnya cairan atau darah yang
disertai nyeri, ataupun pasien mengeluhkan adanya demam, maka uterus kemudian
harus dikosongkan.
3. Abortus inkomplit
sebagian, tertinggal dalam uterus tetapi janin telah keluar. Perdarahan biasanya
lebih banyak pada abortus inkomplit dan dapat sangat signifikan jika usia
4. Missed aborsi
Missed aborton didefinisikan sebagai retensi dari sisa konsepsi yang telah
14
mungkindapat terjadi perdarahan atau tidak sama sekali ataupun tidak
menimbulkan gejala. Ukuran dari uterus biasanya tidak bertambah, dan perubahan
pada payudara biasanya malah kembali ke seperti semula. Kebanyakan dari missed
abortion dapat keluar sendiri, akan tetapi, jika retensi dari janin yang mati tersebut
2.6 Penatalaksanaan2,6,7,8
a. Abortus imminens
berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi
Bila perdarahan berlanjut dan jumlahnya semakin banyak, atau jika timbul
gangguan lain seperti tanda infeksi, pasien harus dievaluasi ulang dengan segera.
Pasien boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus
b. Abortus incipiens.
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian
persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
15
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
c. Abortus incompletes
kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan usg hanya dilakukan bila kita
ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah kecil dari umur kehamilan
dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperkoik
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
keluar, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang
dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dan plastik. Pasca
tindakan perlu diberikan uretrotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotik
d. Abortus komplit
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi.Observasi untuk melihat
adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi darah.
16
e. Abortus infeksiosa/septik
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan
Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah gentamisin 2x80mg dan
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
komplikasi.Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam
waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik
yang lebih sesuai dah kuat.Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus
diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.
f. Missed abortion
secara baik karena resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menibulkan
tindakan. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20
minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
17
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis.
intravena cairan oksitosin dimulai dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose
5 % tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit
dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika
tidak berhasil pasien diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi
biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar
g. Abortus Habitualis
seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks harus dilakukan
tindakan untuk memberikan fiksasi serviks agar dapat menerima beban dengan
servikaslis dengan benang mersilene yang tebal dan simpul baru dibuka setelah
Bila pada saat USG pertama tidak ditemukan gambaran gamabaran mudigah
maka perlu dievaluasi dengan USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai
18
struktur mudigah dan diamater kontong gestasi sudah mencapai 25 mm maka dapat
2.7 Komplikasi9
a. Perdarahan.
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
b. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.
c. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
d. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
19
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
2.8 Prognosis9
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
20
DAFTAR PUSTAKA
21