Anda di halaman 1dari 18

I.

Judul Percobaan : ISOTERM ADSORPSI


II. Hari, tanggal percobaan : Kamis, 4 Mei 2017 pukul 09.30 WIB
III. Selesai Percobaan : Kamis, 4 Mei 2017 pukul 12.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
Menentukan isotherm adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi HCl
pada karbon aktif.
V. Identifikasi Masalah :
Pada percobaan yang kami lakukan ini adalah menurut persamaan yang
dikemukakan oleh Freundlich dimana proses adsorpsi ditentukan dengan mengukur
volume dari titrasi asam basa dengan menggunakan larutan NaOH yang membuktikan
bahwa adanya hubungan antara log X/m Vs C yang dihasilkan garis lurus atau linier
dengan memanipulasi massa karbon aktif tiap Erlenmeyer.
VI. Dasar Teori :

Karbon aktif
Karbon aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan
secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses
aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap
yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas.
Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan
dengan luas permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan
luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk
meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah
dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat
organik.Proses pembuatan arang aktif dibagi menjadi 2, yaitu :
Secara umum dan sederhana, proses pembuatan arang aktif terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai
temperatur 170C.
2. Karbonisasi : pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu diatas 170C
akan menghasilkan CO dan CO2. Pada suhu 275C, dekomposisi menghasilkan
tar, methanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada
temperatur 400-600C.
3. Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau
CO2 sebagai aktifator.

1
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik yang terjadi pada permukaan suatu
padatan. Adsorbso terjadi jika gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan permukaan
penyerap dapat mengatasi gaya tarik menarika antara pelarut dengan permukaan
penyerap(Oscik,1982). Zat atau molekul yang terserap ke permukaan disebut adsorbat
sedangkan zat atau yang menyerap disebut adsorben(Sukardjo,1985)
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada
dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya
bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan
dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun
absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit
operasinya dikenal sebagai adsorpsi. (Giyatmi, 2008: 101).

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang
disebabkan oleh gaya Van Der Waals. Adsorpsi fisika terjadi jika daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan pelarutnya. Kerena gaya tarik menarik yang lemah
tersebut maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi
fisika biasanya terjadi pada temperatur rendah sehingga keseimbangan antara
permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.

2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut
yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya dan kalor yang
sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan
pada permukaan oleh ikatan valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara
atom-atom dalam molekul. Ikatan kimia tersebut menyebabkan pada permukaan
adsorbent akan terbentuk suatu lapisan film.

Proses adsorpsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang


meninggalkan zat pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui ikatan
kimia maupun fisika. Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat padat

2
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
disebut adsorben arang aktif. Adapun adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dapat
bersifat :
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang
aktif dalam keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif)
dengan zat-zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat
elektrolit akan diserap lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan
bahan dalam larutan yang bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak
dipengaruhi oleh sifat keasaman atau sifat kebasaan larutan.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
a. Sifat serapan
banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya
untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah
besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama,
seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi
gugus fungsi, ikatan rangkap, dan struktur rantai dari senyawa serapan.
b. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat
berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah
viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan
pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
c. pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam
mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam
organik dinaikkan yaitu dengan penambahan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai
akibat terbentuknya garam.
d. Waktu singgung
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah
3
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga
mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan
pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan.
Isoterm adsorbsi
Isoterm adsorbsi adalah adsorbsi yang menggabarkan hubungan antara zat yang
teradsorbsi oleh adsorben dengan tekananan atau konsentrasi pada keadaan kesetimbangan
dan temperatur tetap (Albert dan Daniel,1983). Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich
didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada
permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan
adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
log (x/m) = log k + 1/n log c .
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada gambar berikut

Gambar 1 Kurva Adsorbsi Isotherm Freundlich


Persamaan ini merupakan persamaan yang dikemukakan oleh Freundlich. Persamaannya
adalah :
1
= . 1/n menjadi log = log + log

keterangan:

x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)


m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
K n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai
ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik,
akan diperoleh gradient n dan intersept.
Pada isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini
akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat
ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (Castellan,1982).
4
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
Titrasi asam-basa
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan
yang konsentrasinya sudah diketahui tersebut disebut larutan baku atau titran. Titrasi yang
melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis tetrasi asam basa,
yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam)
dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa)
(Chang, 2004).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan
di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa
larutan.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
(artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai
titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak


diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa

5
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhir titrasi.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume


maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Valensi yaitu jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)

Analisis bahan
Asam klorida (HCl)
Asam klorida adalah asam kuat dengan rumus molekul HCl, senyawa ini terurai
dengan sempurna menjadi ion-ionnya saat di larutkan di dalam air. Asam ini mempunyai
ciri khusus yaitu memiliki titik leleh -114,80C, titik didih -850C, berat jenis 7,05 gr/cm3 dan
berat gas uap 1,268 gr. HCl merupakan gas yang tidak berwarna , gas berbau merangsang,
berbahaya bila kontak dengan mata dan kulit atau terhirup. (Rivai, 1994).

6
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
Indikator fenolftalein (C2OH4O4)
Indikator fenolftalen merupakan indikator yang di gunakan dalam proses titrasi sebagai
pelarut indikator asam-basa dan mempunyai rumus molekul C2OH4O4. Indikator ini berbentuk
kristal tidak berwarna, mudah larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya. Fenolftalein
tidak menimbulkan warna pada keadaan asam, namun berwarna merah dalam keadaan basa
dan jangkauan pHnya adalah 8-10 (Daintith, 1994).
Karbon aktif
Karbon aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara
kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi,
sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar
terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase Karbon aktif merupakan
jenis adsorben paling tua dan paling luas penggunaannya Karbon aktif memiliki permukaan
aktif yang terdapat pori-pori yang di gunakan untuk adsorpsi (Sukardjo, 1990).
Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan padatan lembab berwarna putih cair bening, mudah larut dalam air dan
mempunyai rumus molekul NaOH. Senyawa ini bersifat higroskopis, mudah larut dalam
etanol dan memiliki titik lebur 3,80C, titik beku 1390C. NaOH dapat diperoleh dengan
mengolah Na2CO3 dengan lumpur melalui elektrolisis air asin (Arsyad, 2001).

VII. Rumusan Masalah


Apakah pengaruh jumlah adsorben yang diberikan terhadap suatu larutan terhadap
daya serapnya terhadap larutan tersebut?

VIII. Hipotesis
Semakin banyak massa karbon (adsorben) yang ditambahkan maka semakin tinggi
daya adsorpsinya.

IX. Variabel Percobaan


a. Variable control : waktu adsorpsi, konsentrasi HCl (0,5 M)
b. Variable manipulasi : massa karbon
c. Variable respon : adsorpsi

7
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
X. Alat dan Bahan serta rangkaian alat percobaan
Alat dan bahan
1. Erlenmeyer 250 ml 6 buah
2. Gelas kimia 100 ml 6 buah
3. Thermometer 1 buah
4. Kaca arloji 1 buah
5. Pipet volume 1 buah
6. Buret 1 buah
7. Statif dan klem 1 buah
8. Pipet tetes secukupnya
9. Larutan HC
10. Larutan NaOH
11. Indikator PP
12. Karbon aktif
13. Aquades

Rangkaian alat percobaan

8
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
XI. Prosedur Percobaan

Karbon/Arang

- Dipanaskan dalam oven


pada suhu 103C selama
30 menit

Karbon aktif

0,25 ; 0,75 ; 1,25 ; 1,75 gram


karbon aktif

- Dimasukkan kedalam masing-


masing Erlenmeyer
- Ditambahkan HCl 0,5 M sebanyak
20 mL
- Dikocok selama 30 menit 1 jam
- disaring

Filtrat Residu

- Diambil larutan sebanyak 5 mL


- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan indikator PP sebanyak 3
tetes
- Dititrasi dengan NaOH 2 M

Volume NaOH

9
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
XII. Hasil Pengamatan

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan

1 Karbon/Arang Sebelum : HCl(aq) + NaOH(aq) Karbon dapat diaktifkan


- Karbon: serbuk berwarna hitam NaCl(aq) +H2O pada suhu 100C selama 30
- Dipanaskan dalam oven
pada suhu 103C selama - Larutan HCl 0,5M: larutan tak - Karbon aktif bertindak menit.
30 menit berwarna sebagai adsorben Semakin banyak jumlah

Karbon aktif - Larutan NaOH 2M : larutan tak - HCl diadsorbsi oleh massa adsorben yang
berwarna karbon aktif digunakan maka semakin
- Indikator PP: larutan tak berwarna - Semakin banyak jumlah besar atau tinggi dayan
Sesudah: massa adsorben yang serap (adsorbansinya).
- Karbon aktif yang telah dioven + digunakan maka semakin Diperoleh persamaan linier
HCl: larutan berwarna hitam besar daya serap y= 0,365x - 1,047 dan R2 =
- Disaring : Filtrat= larutan tak (adsorbansinya). 0,979
berwarna, Residu= Endapan Volume titran yang
berwarna hitam dihasilkan sedikit seiring
- 5mL filtrat + 3 tetes indikator PP: dengan besarnya jumlahnya
larutan tak berwarna massa karena pengaruh
- Dititrasi dengan NaOH 0,1N: konsentrasi NaOH yang
larutan berwarna merah muda soft pekat.
- Volume Erlenmeyer 1 (0,25 gr) =
1,2 mL

10
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
0,25 ; 0,75 ; 1,25 ; 17,5 - Volume Erlenmeyer 2 (0,75 gr) =
gram karbon aktif 0,9 mL

- Dimasukkan kedalam masing- - Volume Erlenmeyer 3 (1,25 gr) =


masing Erlenmeyer 0,8 mL
- Ditambahkan HCl 0,5 M sebanyak
- Volume Erlenmeyer 4 (1,75 gr) =
20 mL
- Dikocok selama 30 menit 1 jam 0,7 mL
- Disaring

Filtrat Residu

- Diambil larutan sebanyak 5 mL


- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan indikator PP sebanyak 3
tetes
- Dititrasi dengan NaOH 2 M

Volume NaOH

11
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
XIII. Analisis Data dan Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorbsi menurut Freundlich bagi
proses adsorbsi HCl pada karbon aktif. Langkah awal dalam percobaan ini adalah dengan
menyiapkan karbon aktif yang akan digunakan untuk proses adsorpsi yakni dengan cara
menimbang masing-masing karbon berwarna hitam dengan massa 0,25 gram, 0,75 gram, 1,25
gram dan 1,75 gram dengan menggunakan neraca analitik, kemudian membungkusnya dengan
alumunium foil yang kemudian dioven pada suhu 100C selama 30 menit. Selanjutnya, ke dalam
masing masing erlenmeyer dimasukkan karbon yang telah diaktifkan pada tahap sebelumnya.
Pada erlenmeyer 1 yang berisi 0,25 gram karbon aktif ditambahkan sebanyak 20 mL larutan HCl
0,5 M tidak berwarna menghasilkan larutan berwarna hitam, kemudian mengocok larutan tersebut
selama 60 menit. Setelah proses pengocokkan telah selesai, larutan tersebut disaring dengan
bantuan corong kaca dan kertas saring. Pada tahap penyaringan tersebut dihasilkan larutan tidak
berwarna. Kemudian larutan hasil penyaringan tersebut diambil sebanyak 5 mL dan ditambahkan
dengan 3 tetes indikator phenolptalein tidak berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna pula.
Selanjutnya, larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 2 M menghasilkan larutan berwarna
pink pekat yang menandakan titik akhir titrasi. Dengan reaksi sebagai berikut :

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 1,2 mL untuk tabung erlenmeyer 1, 0,9 mL untuk
tabung erlenmeyer 2, 0,8 mL untuk tabung erlenmeyer 3, dan 0,7 mL untuk tabung erlenmeyer 4.
Apabila data tersebut dimasukkan ke dalam tabel maka :

Volume HCl yang NaOH yang


Konsentrasi HCl (M) Massa
dititrasi (mL) dibutuhkan (mL)

2 0,25 gram 5 1,2

2 0,75 gram 5 0,9

2 1,25 gram 5 0,8

2 1,75 gram 5 0,7

12
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
Kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan sebagai berikut :
Untuk menentukan konsentrasi HCl yang teradsorpsi dapat digunakan persamaan sebagai
berikut :
Mmol HCl sisa = mmol HCl akhir mmol HCl awal
= (V NaOH x N NaOH) - (V HCl untuk titrasi x N HCl)
Kemudian untuk perhitungan untuk menentukan jumlah HCl yang teradsorpsi (x/m) dapat
digunakan persamaan sebaagi berikut :
v
x C x Mr HCl x 1000
=
m m adsorben

Massa mmol HCl Volume


adsorben mmol V NaOH HCl X m x/m Log x/m Log C C
(g) mmol sisa (mL)
awal titrasi
0.25 g 0.25 1.2 2.15 5 0.43 0.2500 1.72 0.2355 -0.3665 0.43
0.75 g 0.25 0.9 1.55 5 0.31 0.7500 0.41 -0.3872 -0.5086 0.31
1.25 g 0.25 0.8 1.35 5 0.27 1.2500 0.22 -0.6576 -0.5686 0.27
1.75 g 0.25 0.7 1.15 5 0.23 1.7500 0.13 -0.8861 -0.6382 0.23

Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

LOG C vs LOG x/m


0
-1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4
-0.1

-0.2 y = 0.238x - 0.4196


R = 0.9966
-0.3
LOG C

-0.4

-0.5

-0.6

-0.7
LOG x/m

13
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
XIV. Pembahasan

Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain.Dalam percobaan
tersebut terjadi proses adsorpsioleh karbon aktif terhadap HCl. Karbon yang sebelumnya tidak
aktif, diaktifkan dengan cara mengovennya pada suhu 100C selama 30 menit. Hal ini berfungsi
untuk memperluas luas permukaan pada karbon sehingga dapat melaukan adsorpsi secara
maksimal. Secara teori dapat dikatakan bahwa semakin luas luas permukaannya, maka proses
adsorpsi akan berjalan lebih cepat. Dalam percobaan tersebut, yang digunakan sebagai variabel
manipulasi adalah massa karbon, sehingga dalam proses adsorpsinya yang dibandingkan adalah
jumlah adsorbennya dimana semakin banyak jumlah adsorbennya maka daya serapnya semakin
tinggi, hal ini dikarenakan ketika suatu adsorben mengadsorpsi adsorbat pori pori pada luas
permukaannya akan tertutupi oleh adsorbat dalam jumlah tertentu. Jika dilakukan penambahan
jumlah adsorben pada adsorbat dengan konsentrasi tetap maka jumlah adsorbat yang terikat pada
pori pori permukaan adsorben semakin banyak. Hal ini dapat diketahui dengan mengamati hasil
titrasi HCl yang telah diberi adsorben oleh NaOH dimana pada penggunaan massa adsorben 0,25
gram membutuhkan NaOH sebanyak 1,2 mL sedangkan pada massa adsorben 1,75 gram hanya
membutuhkan NaOH sebesar 0,7 mL yang relatif lebih kecil daripada volume NaOH pada
adsorben 0,25 gram. Dengan megamati hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin besar
volume NaOH yang digunakan utuk titrasi maka semakin sedikit HCl yang terserap.

XV. Kesimpulan

Dalam percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah adsorben yang
ditambahakan maka akan semakin besar pula daya adsorpsinya.

14
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
XVI. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, 2001.Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Erlangga.


Atkins, p.w, 1996.Kimia Fisika. Jakarta:Erlangga.
Castellan,1982.Physical Chemestry Edisi ketiga, Addison-Wesley Publishing Company.
Chang, R, 2004. Konsep-Konsep Inti Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.
Daintith, 1994. Oxford Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.
Kateren, 1987. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi VI, Jakarta.
Khopkar, S.M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. AB: A. Saptorahardjo, Jakarta: UI- Press.
Kustanto.2000.Karbon Aktif dalam kehidupan Sehari-hari. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Marilyn. L.E, 2012.Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit-H. Riset Geologi
dan Pertambangan, voll. 22 no. 2 (2012) 115-129.
Osick,J.1983.Adsorption. Ellis Hardwood Ltd.Chicester, England.
Rivai, H, 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI press.
Sukardjo,1990. Kimia Anorganik. Jakarta:Rineka Cipta

XVII. Dokumentasi

No Perlakuan Gambar Keterangan

Alat-alat yang digunakan


yaitu:

1. Gelas kimia 100 mL

Menyiapkan Alat dan 2. Erlenmeyer 250 mL

Bahan yang digunakan 3. Buret


1 4. Statif dan klem
untuk percobaan
adsorbsi 5. Pipet volume
6. Corong kaca
7. Oven
Bahan-bahan yang digunakan
yaitu:

15
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
1. Karbon
2. NaOH 0,1N
3. HCl 0,5M
4. Indikator PP

Massa karbonnya yaitu :

Menimbang karbon 0,2521 gram


sebanyak 0,25 gram ;
2 0,7507 gram
0,75 gram; 1,25 gram;
dan 1,75 gram 1,2507 gram

1,7502 gram

Setelah karbon
ditimbang kemudian
Karbon yang dipanaskan akan
3 dimasukkan kedalam
menjadi karbon aktif.
oven pada suhu 103C
selama 30 menit

16
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
Karbon Aktif tiap-tiap
massa yang telah
Karbon aktif serbuk berwarna
dioven dimasukkan
hitam ditambahkan HCl
4 kedalam masing-
berubah menjadi larutan
masing Erlenmeyer
berwarna hitam
dan ditambahkan HCl
0,5 M sebanyak 20 mL

Setelah ditambahkan
HCl pada tiap-tiap
Erlenmeyer kemudian Larutan menjadi homogen
5
larutan dikocok hingga dengan warna hitam
homogen selama 30
menit 1 jam

Didapatkan filtrat dan residu


Disaring larutan
- Filtrat : berupa larutan tidak
6 tersebut agar
berwarna
mendapatkan filtrat
- Residu : berupa endapan
berwarna hitam

17
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI
Filtrate dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan Filtrate yang dihasilkan yaitu
7
ditambahkan 3 tetes larutan tidak berwarna.
indicator PP

- Dititrasi dengan NaOH


0,1N : Larutan berwarna
merah muda soft
- Volume NaOH tiap-tiap
Filtrat yang didapat Erlenmeyer:
kemudian diambil - Erlenmeyer 1 (0,25 gr) =
7 sebanyak 5 mL untuk 1,2 mL
dititrasi dengan larutan - Erlenmeyer 2 (0,75 gr) =
NaOH 2 M 0,9 mL
- Erlenmeyer 3 (1,25 gr) =
0,8 mL
- Erlenmeyer 4 (1,75 gr) =
0,7 mL

18
PHYSICAL CHEMISRTY IV - ISOTERM ADSORSI

Anda mungkin juga menyukai