4
=
8
keterangan :
r : jari-jari pipa
: P2 P1
: Viskositas
l : panjang pipa
t : waktu
V : volume liquid
Hambatan aliran fluida dapat menurunkan laju alir melalui pipa. Hukum Poiseuille
menunjukkan bagaimana hambatan ini dipengaruhi oleh 3 faktor :
a) Jari-jari pipa
Semakin besar jari-jari, semakin besar volume fluida yang mengalir tiap
detiknya. Hambatan fluida menurun seiring meningkatnya jari-jari pipa dan
luas penampang.
b) Panjang pipa
Semakin panjang pipa, maka semakin tinggi pula hambatan fluida. Laju aliran
volume berbanding terbalik dengan panjang pipa.
c) Viskositas
Perubahan arah aliran fluida yang mendadak dapat menyebabkan turbulensi
dan meningkatnya ketahanan/hambatan. Hambatan fluida meningkat seiring
peningkatan viskositas.
Dalam viskositas fluida, sering digunakan Hukum Stokes. Stokes menggunakan
viskositas untuk memprediksi gaya geser pada bola yang bergerak melalui fluida ketika
tidak terjadi turbulensi. Menurut Hukum Stokes, gaya geser berbanding lurus dengan
perkalian antara konstanta, jari-jari bola, kecepatan, dan viskositas. Untuk partikel bola,
persamaan gaya kental (F)-nya sebagai berikut :
F = f.v
keterangan :
f : koefisien gesek
v : kecepatan gerak partikel
dimana koefisien gesek memiliki persamaan :
f = 6r
keterangan :
: viskositas medium
r : jari-jari partikel
Viskositas dispersi koloid dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispersi
dengan viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier
viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi
derajat solvasi dari partikel. Cara-cara penentuan viskositas, yaitu dapat dengan
menggunakan :
a) Viscometer Ostwald
Dalam viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet
kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari
viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan kemudian
dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai
dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi
waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan.
Tekanan merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya
disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan.
b) Viscometer Hoppler
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi
akan jatuh melalui medium yang berviskositas seperti cairan misalnya dengan
kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan
maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fiksional resistansi medium.
c) Viscometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya adalah dengan menggeser sampel dalam ruangan antara dinding
luar bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah.
Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
gesekan yang tinggi di sepanjang keliling bagian pipa sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.
d) Viscometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor
dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara
papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas dari fluida.
Berbagai macam fluida yang diukur massa jenisnya, biasanya dalam praktikum yang diukur adalah
massa jenis oli, minyak goreng, dan lain-lain. Piknometer itu terdiri dari 3 bagian, yaitu tutup
pikno, lubang, gelas atau tabung ukur. Cara menghitung massa fluida yaitu dengan mengurangkan
massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong. Kemudian di dapat data massa dan volume
fluida, sehingga tinggal menentukan nilai cho/massa jenis () fluida dengan persamaan = cho ()
= m/v (Whille, 1988).
Minyak Kelapa
Minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan
merupakan modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan
kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta
mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan.
Virgin Coconut Oil juga tidak membebani kerja pankreas serta dalam energi bagi penderita
diabetes dan mengatasi masalah kegemukan/obesitas. Oleh karena pemanfaatannya yang cukup
luas, maka dengan pembuatan minyak kelapa murni ini dapat menjadi salah satu obat alternatif,
selain itu juga dapat meningkatkan nilai ekonomi (anonim, 2009).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam minyak asam laurat,
karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak
lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan Iod (iodine
value). Minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan
nondrying oils, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5,10,5.
Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini menandakan bahwa di dalamnya
tidak tercampur oleh bahan dan kotoran lain.
Viskositas VCO yang ditetapkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tidak
ditentukan secara spesifik, sehingga dibandingkan dengan hasil tersebut. Pada suhu yang hampir
sama antara kedua minyak tersebut dihasilkan viskositas dengan nilai yang cukup berbeda. Hasil
tersebut dapat diakibatkan karena adanya perbedaan pengolahan minyak kelapa. Minyak kelapa
yang dijual di pasaran diberikan perlakuan pengolahan yang berbeda dengan cara enzimatis, yaitu
berupa pemanasan dalam pengolahan minyak serta campuran senyawa-senyawa kimia lain yang
dapat mempengaruhi viskositas pada minyak tersebut. Hal tersebut dapat mempengaruhi
komponen-komponen penyusun minyak sehingga ISSN 1907-9850 175 gesekan antar
molekulnya menjadi lebih besar (lebih kental) (Dia, et al., 2005 dan Simarani, et al., 2009).
IX. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fenomena dari permasalahan yang diberikan dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap viskositas suatu larutan?
X. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis, yakni :
Adanya pengaruh konsentrasi pada viskositas suatu larutan, semakin tinggi nilai konsentrasi
suatu larutan maka semakin tinggi pula nilai viskositas suatu larutan tersebut. .
XI. VARIABEL PERCOBAAN
a. Variabel Manipulasi : Konsentrasi
b. Variabel Kontrol : Jarak, Volume Larutan, Viscometer Ostwald
c. Variabel Respon : Waktu tempuh
XII. ALAT DAN BAHAN
1. Alat alat
a. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
b. Gelas kimia 50 mL (1 buah)
c. Viscometer Ostwald (1 buah)
d. Pro Pipet (1 buah)
e. Pipet tetes (5 buah)
f. Stopwatch (1 buah)
2. Bahan
a. Aquadest 7,5 mL, 12,5 mL, 17,5 mL diencerkan labu ukur 50 mL (!5,25,35 molar)
b. Minyak Kelapa
XIII. RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
XIV. ANALISIS PEMBAHASAN
Pada percobaan viskositas, salah satu tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
menentukan harga viskositas atau kekentalan zat cair yang dipengaruhi faktor
konsentrasi. Dimana viskositas larutan merupakan fungsi dari ukuran dan permukaan
molekul, gaya tarik antar molekul dan struktur larutan. Viskositas dalam zat cair
disebabkan karena adanya gaya kohesi atau tarik menarik antar molekul sejenis.
Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi, gaya tarik
antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Semakin tinggi nilai
konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula nilai viskositas suatu larutan
tersebut. Tiap molekul dalam larutan dianggap dalam kedudukan seimbang, sehingga
sebelum suatu lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya diperlukan
suatu energy tertentu. Pada percobaan ini cairan yang ditentukan viskositasnya adalah
masing-masing minyak kelapa sebanyak 7,5 mL, 12,5 mL dan 17,5 mL yang
diencerkan pada labu ukur 50 mL dengan aquadest.
Viskositas merupakan kekentalan zat cair, dapat didefinisikan sebagai sifat dari
zat cair untuk melawan tegangan geser (t) pada waktu bergerak atau mengalir dan
disebabkan juga oleh kohesi antar partikelnya. Pada praktikum kali ini yang digunakan
yaitu metode Ostwald. Prinsip kerja metode Ostwald mengukur viskositas suatu zat
cair berdasarkan waktu.
Pertama-tama 7,5 mL minyak kelapa dimasukkan ke dalam viscometer yang
sebelumnya telah diencerkan dengan aquadest ke dalam labu ukur 50 mL sehingga
diperoleh konsentrasinya 15M. Minyak kelapa yang telah dimasukkan ke dalam
viscometer kemudian dihisap dengan pro pipet sampai melewati batas atas viscometer.
Ketika cairan telah mencapai batas atas viscometer, stopwatch mulai dinyalakan untuk
menghitung waktu yang dibutuhkan sampai cairan turun dan tepat melewati batas
bawah. Prosedur kerja tersebut diulang kembali dengan menggunakan cairan yang
sama namun volume minyaknya berbeda. Sehingga didapatkan data waktu dari
percobaan berbagai volume sebagai berikut:
Volume Minyak Konsentrasi
No. Waktu
Kelapa
1. 7,5 mL 15 M 8,4 menit
2. 12,5 mL 25 M 9,10 menit
3. 17,5 mL 35 M 10,26 menit
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat dihitung viskositasnya yakni
sebagai berikut :
- air = 1,0334 gram/mL
- minyak kelapa = 0,905 gr/ml
- tair = 1,3 menit = 78 detik
- air = 0,0008 Pa.s
- Minyak kelapa @ 7,5 mL = 8,4 menit = 504 detik
- Minyak kelapa @ 12,5 mL = 9,10 menit = 546 detik
- Minyak kelapa @ 17,5 mL = 10,26 menit = 615,6 detik
= 0,00454 Pa.s
= 0,00490 Pa.s
3. Viskositas minyak kelapa pada konsentrasi 35 M
1 1 1
=
2 2 2
0,0008 1,0334 x 78
= 0,905 x 615,6
2
= 0,00553 Pa.s
Dari hasil perhitungan viskositas di atas terlihat bahwa nilai dari minyak kelapa
berturut-turut pada masing-masing konsentrasi adalah 0,00454 Pa.s ; 0,00490 Pa.s ; dan
0,00553 Pa.s. Nilai viskositas pada minyak kelapa naik seiring dengan meningkatnya
jumlah konsentrasinya. Karena berat/ukurannya yang besar, kekentalan dalam larutan akan
menurunkan mobilitas dan mempengaruhi sifat aliran campuran yang sebanding dengan
jumlah molekul terlarut. Karena itu, pengamatan perubahan viskositas ini dapat digunakan
untuk menentukan bobot cairan tersebut
Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa Semakin tinggi konsentrasi zat yang
terlarut dalam suatu cairan, maka semakin tinggi pula nilai viskositasnya terhadap suhu.
Sifat fisik lain yang menggambarkan perubahan densitas terhadap suhu pada tekanan tetap
disebut koefisien ekspansi thermal. Dalam hal ini densitas berpengaruh kuat terhadap
besarnya konsentrasi. Semakin besar massa jenis larutan maka semakin tinggi nilai
konsentrasinya. Padatan terlarut yang berat molekulnya rendah dapat menyebabkan
perubahan termodinamika pada suatu cairan, terutama pada titik beku. Oleh karena itu,
Semakin tinggi konsentrasi zat yang terlarut dalam suatu cairan, maka semakin tinggi pula
nilai viskositasnya
XV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
Semakin tinggi konsentrasi zat yang terlarut dalam suatu cairan, maka semakin
tinggi pula nilai viskositasnya. Dalam hal ini nilai densitas berpengaruh kuat terhadap
besarnya konsentrasi suatu larutan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data hasil
percobaan yaitu :
- Viskositas minyak kelapa pada konsentrasi 15 M adalah sebesar 0,00454 Pa.s
- Viskositas minyak kelapa pada konsentrasi 25 M adalah sebesar 0,00490 Pa.s
- Viskositas minyak kelapa pada konsentrasi 35 M adalah sebesar 0,00553 Pa.s