Anda di halaman 1dari 27

I.

Judul Percobaan : Koloid


II. Waktu Percobaan : Kamis, 1 Desember 2016 Pada Pukul 08.50 WIB
III. Selesai Percobaan : Kamis, 1 Desember 2016 Pada Pukul 11.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
Untuk menentukkan efek penghamburan cahaya (efek tyndall) pada pembentukkan
partikel koloid sol belerang.
V. Identifikasi Masalah :
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan yaitu koloid dan dilakukan pengamatan sifat
optis dari sol belerang yang dibuat dengan cara mekanik. Sifat optis tersebut adalah efek
tyndall atau penghamburan cahaya dengan memanipulasi volume emulgator yang
kemudian akan diketahui tingkat kestabilan dari koloid karena pengaruh penambahan
emulgator.
VI. Tinjauan Pustaka :
Pengertian Koloid
Larutan, merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil
(10-7 cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dan partikel
terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra. Larutan adalah campuran
antara fase terdispersi berupa zat padat, gas, maupun cair dengan fase pendisperinya yaitu
zat cair. Dalam larutan terbentuk campuran homogen karena fase terdispersinya larut
sempurna dalam medium pendispersi sehingga larutan tampak satu fasa dan homogen.
Suspensi atau dispersi kasar, merupakan sistem dispersi dengan ukuran relatif besar
(10-5 cm) yang tersebar merata dalam medium pendispersinya. Suspensi yaitu campuran
heterogen antara fasa terdispersi dengan medium pendispersinya dan dapat dibedakan
dengan jelas. Fasa terdispersi biasaanya berupa zat padat yang ukurannya lebih besar
sehingga akan membentuk endapan jika disatukan dan didiamkan dalam beberapa saat.
Contoh campuran pasir dengan air.
Koloid merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran
partikel-partikelnya antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam sistem koloid, terdapat dua fase, yaitu
fase terdispersi dan fase pendispersi. Campuran fase terdispersi dengan medium
pendispersi dalam koloid tampak homogen. Namun sesungguhnya, dispersi koloid
merupakan campuran heterogen. Hal ini akan tampak dengan jelas saat dispersi koloid
diamati menggunakan mikroskop ultra. Contoh dispersi koloid yaitu agar-agar.
Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu
bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang

1
menarik dan penting yang tidak merupakan ciri dari bahan dalam agregat yang lebih besar
(Keenan, 1984).
Keadaan koloid materi ditandai oleh kisaran tertentu dari ukuran partikel dengan akibat,
sifat khas tertentu menjadi nampak.
Secara umum perbedaan antara ketiga sistem dispersi tersebut di atas disajikan dalam
Tabel berikut.

No. Dispersi Kasar Dispersi Halus Dispersi Koloid

1. Heterogen Homogen Tampak homogen

2. Dua fase Satu fase Dua fase (dilihat dengan


mikroskop ultra)

3. Keruh ada endapan Jernih Keruh tanpa endapan

4. Dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring (dengan


kertas saring ultra)

5. Tidak stabil Stabil Stabil

6. Diameter partikel Diameter partikel <10- Diameter partikel 10-7 dan


>10-5 cm 7
cm 10-5 cm

Ciri khas dari kebanyakan tipe koloid yang dijumpai dalam analisa anorganik adalah:
a. Partikel partikel itu memperlihatkan efek tyndall apabila dipandang dengan
penyinaran cahaya sesuai.
b. Partikel-partikel dapat dipisahkan dari larutan sejati dengan dari koloidon atau
perkamen yaitu proses dialisis.
c. Partikel partikel itu memiliki luas permukaan besar.
d. Partikel itu memiliki muatan listrik karena bermigran dibawah pengaruh suatu selisih
potensial yang sesuai (Vogel,1994).

Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dan medium pendispersinya, koloid


dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.

2
1. Sol Liophob adalah koloid yang partikel-partikel terdispersinya tidak suka menarik
medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air, maka koloid liofob ini juga
disebut koloid hidrofob. Koloid hidrofob tidak dapat bercampur dengan air tanpa
emulgator. Contoh koloid hidrofob adalah susu, mayonaise, sol belerang, sol AgCl,
dan sol logam.
2. Sol Liofil adalah koloid yang partikel-partikel terdispersinya suka menarik medium
pendispersinya. Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik yang sangat kuat
antara partikel-partikel terdispersi dan medium pendispersinya. Jika medium
pendispersinya air, maka koloid liofil ini juga disebut koloid hidrofil. Peristiwa ini
disebabkan oleh adanya Gaya Van der Waals. Contoh koloid hidrofil adalah protein,
gelatin, agar-agar, detergen, hemoglobin, kanji, dan sabun (Petrucci, Ralph: 1981)
Perbedaan Sol Liofob dan Sol Liofil sebagai berikut:

Koloid Liofil Koloid Liofob

Daya absorpsi terhadap mediumnya Daya absorpsi terhadap mediumnya


kuat lemah

Partikel tidak dapat dilihat dengan Partikel dapat dilihat dengan


mikroskop ultra mikroskop ultra

Tidak menunjukkan peristiwa


Menunjukkan elektroforesis
elektroforesis

Tegangan permukaan mirip dengan


Tegangan permukaan kecil
medium pendispersi

Efek Tyndall kurang jelas terlihat Efek Tyndall jelas terlihat

Viskositas (kekentalan) lebih besar dari Viskositas (kekentalan) lebih kecil dari
mediumnya mediumnya

Penguapan atau pendinginan


Pendinginan atau penguapan gel
koagulasi
yang membentuk sol lagi bila diberi
tak membentuk sol kembali bila diberi
medium pendispersinya
medium pendispersi

3
Tidak mudah menggumpal Mudah menggumpal

Bersifat reversibel Bersifat irreversibel

Stabil Kurang stabil

Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat non-organik

Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.

Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut
akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan
jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya.
Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat
digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali
ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall
(1820 1893), seorang ahli Fisika bangsa Inggris.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna
biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau
merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid
di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan
intensitas sama.
Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi,
maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling

4
tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna
biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah)
lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah
(Atkins, 1996).
Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut:
1. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
2. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
3. Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut

b. Gerak Brown
Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tetapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah
mikroskop ultra, maka akan terlihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Gerak brown
terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium
terhadap partikel koloid. Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran
partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat
terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati. Semakin tinggi suhu,
maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium
meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam
medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya
gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).

c. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid
bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut
elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan
kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan

5
bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan
negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif
akan bergerak ke katode (elektrode negatif).
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika
partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika
partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif.
Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes
DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal. Contoh percobaan
elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari koloid diperlihatkan
pada Gambar berikut ini:

Elektroforesis
Beberapa kegunaan dari proses elektroforesis antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menentukan muatan suatu partikel koloid.
2. Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet. Misalnya pada
pembuatan boneka dan sarung tangan, karetnya diendapkan pada cetakan bentuk
boneka atau sarung tangan secara elektroforesis.
3. Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap
pabrik. Metoda ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948) dari
Amerika Serikat. Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan
"pengendap elektrostatika" berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik,
yang akan menarik dan menggumpalkan debu halus dalam asap buangan.

d. Adsorpsi

6
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat
lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya
adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat,
dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada
permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang
muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.
e. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid. Koloid
distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka
kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau
penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika
elektrolit ditambahakan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup
lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika
mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit bermuatan
positif menarik ion negatif dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-
ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat,
maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar
muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat
terjadi koagulasi.

Gambar tersebut memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan -3 tertarik


lebih dekat daripada ion klorida yang bermuatan -1, walaupun konsentrasi ion fosfat
itu lebih kecil.

Pembuatan Koloid
Sistem koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel
larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu
juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi
berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan dispersi.

7
1. Cara Kondensasi
Salah satu cara pembuatan sistem koloid adalah cara kondensasi, yaitu
menggumpalkan partikel larutan yang terlalu kecil menjadi partikel yang berukuran
koloid. Partikel larutan yang berupa ion, atom, atau molekul dapat dikondensasi
atau digumpalkan menjadi ukuran koloid melalui cara fisis (penurunan kelarutan)
atau cara kimia (reaksi tertentu).
Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi reaksi kimia, :
a. Reaksi redoks
Sol logam seperti sol emas seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi
larutan garamnya, menggunakan reduktor non elektrolit seperti formaldehida.
2AuCl3 + 3HCHO + 3H2O 2Au + 6HCl + 3HCOOH
Sol belerang dan iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion sulfida dan ion
iodida.
2H2S + SO2 3S(s) + 2H2O
5HI + HIO 3H2 + 3H2O
b. Reaksi Hidrolisis
Sol hidroksida seperti Fe(OH)3 dan Al(OH)3 doperoleh dengan menambahkan
garam klorida ke dalam air mendidih, dan garam terhidrolisis menjadi
hidroksida yang berukuran koloid.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (s) + 3HCl
AlCl3 + 3H2O Al(OH)3 (s) + 3HCl
c. Dekomposisi rangkap
Adalah proses terurainya zat menjadi penyusunnya.
Contoh: Gas H2S dialirkan pada larutan arsen (III) oksida akan terbentuk sol
As2O3.Reaksi:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g)As2S3(s) + 6H2O(l)
d. Dengan pergantian pelarut.
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fase
terdispersi yang semula larut setelah diganti pelarutnya menjadi partikel yang
berukuran koloid.
Contoh :
Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkhohol akan terjadi
kondensasi dan terbentuk koloid kalsium asetat yang berupa gel (Yazid, 2005).
2. Cara Dispersi
8
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara
busur bredig).
a. Cara Mekanik
Yang dimaksud dengan cara mekanik adalah melakukan penggerusan
(penggilingan) untuk zat padat. Setelah diperoleh kehalusan yang dikehendaki,
barulah zat ini didispersikan ke dalam medium pendispersi. Jika perlu
ditambahkan zat pemantap (stabilizer) guna mencegah penggumpalan
kembali. Sol belerang sering dibuat dengan metode seperti ini.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian
mencampur serbuk halus itu dengan air.
b. Cara Listrik
Merupakan cara yang menggunakan sel-sel elektrolit yang
dielektrolisis. Misalnya: elektrolisis larutan NaOH dengan katoda logam yang
akan dibuat koloid dan dialiri arus yang rapatnya besar. Akibatnya, Na
diendapkan di katoda dan membentuk aliase dengan logam yang ada. Aliase
ini bereaksi dengan air sehingga terjadi koloid.
c. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat pemeptasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.Zat pemecah dapat
berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut
tertentu.
Contoh :
Jika ke dalam endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (ion sejenis
Fe3+), maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Akibatnya,
endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk
partikel-partikel koloid (Bird, Tony: 1987).

Manfaat Dan Kerugian Koloid :

Dialisis

9
Penghilangan ion pengganggu kestabilan koloid dengan memasukkan ke kantong
semipermeable.
Contoh : proses hemodialisis.
Koloid Pelindung
Dibuat dengan menstabilkan sistem koloid yang perlu dijaga kestabilannya, koloid
pelindung membungkus partikel zat terdispersi supaya tidak mengelompok.
Contoh : gelatin sebagai koloid pelindung es krim agar mencegah terbentuknya
kristal es.
Pengolahan air
Menggunakan sifat koloid yaitu adsorbsi dan koagulan.
Koagulasi : tawas menggumpalkan lumpur koloid sehingga mudah disaring
Adsorbsi : tawas dapat menyerap zat pewarna dan pencemar lain.
Polusi
Polusi udara umumnya dikarenakan oleh partikel polutan berbentuk koloid seperti
debu dan asap (Respati, 1981).

VII. Rumusan Masalah :


Bagaimana pengaruh penambahan volume emulgator atau larutan gula terhadap kestabilan
koloid?
VIII. Hipotesis :
Terdapat pengaruh penambahan volume emulgator dimana semakin banyak penambahan
volume emulgator (larutan gula) maka semakin stabil partikel koloid dalam sol belerang.
IX. Variabel Percobaan :
1. Variabel manipulasi : Volume emulgator (larutan gula)
2. Variabel kontrol : Massa belerang
3. Variabel respon : Efek tyndall
X. Alat dan Bahan :
Alat-Alat
1. Gelas kimia 250 mL (5 buah)
2. Gelas ukur 50 mL (2 buah)
3. Gelas ukur 10 mL (2 buah)
4. Gelas kaca kotak (1 buah)
5. Mortar dan alu (1 buah)
6. Laser (1 buah)

10
7. Kertas linen hitam (1 buah)
8. Spatula (1 buah)
9. Kaca arloji (1 buah)
10. Neraca digital (1 set)

Bahan-Bahan
1. Belerang
2. Aquades
3. Etanol
4. Larutan gula

11
Rangkaian alat percobaan

Sifat optis

Laser

12
Prosedur Percobaan

Pembuatan sol belerang

Blanko

2 gram belerang
- Dimasukkan ke dalam gelas
kimia 250 ml
- Ditambahkan 25 ml etanol

Campuran
- Diambil 4 ml campuran
- Dimasukkan ke dalam 100 ml
aquades
Hasil pengamatan

Sampel

2 gram belerang
- Dimasukkan ke dalam gelas
kimia 250 ml
- Ditambahkan 25 ml etanol
- Ditambahkan 2 ml larutan gula

Campuran
- Diambil 4 ml campuran
- Dimasukkan ke dalam 100 ml
aquades
Hasil pengamatan
- Direplikasi dengan volume
larutan gula 4, 8 dan 16 ml

Hasil replikasi

13
Sifat optis

Kertas linen hitam


- Digunakan untuk menutupi
seluruh bagian tempat kaca
kotak
- Dibuat lubang kecil pada
kertas linen
- Dimasukkan sol yang telah
dibuat
- Dinyalakan lampu laser di
depan lubang kecil
- Diamati dari atas
Sinar kerucut
efek tyndall

14
XI. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc
1 Pembuatan Belerang Sebelum : Penambahan emulgator Penambahan emulgator
-Blanko - Belerang : serbuk berwarna dapat membuat larutan (larutan gula) menjadikan

2 gram belerang kuning koloid yang terbentuk pembentukan koloid

- Dimasukkan ke dalam gelas - Aquades : tidak berwarna semakin stabil. semakin stabil ditandai
kimia 250 ml - Etanol : larutan tidak dengan terbentuknya
- Ditambahkan 25 ml etanol
berwarna larutan jernih.
Campuran
- Diambil 4 ml campuran Sesudah
- Dimasukkan ke dalam 100
- Belerang + etanol : larutan
ml aquades
sedikit larut, sedikit keruh,
Hasil pengamatan
berwarna kuning
- 4 ml campuran + aquades :
larutan tidak larut berwarna
kuning (---)

15
-Sampel Sebelum :
- Belerang : serbuk berwarna
2 gram belerang
kuning
- Dimasukkan ke dalam gelas
kimia 250 ml - Etanol : larutan tidak
- Ditambahkan 25 ml etanol berwarna
- Ditambahkan 2 ml larutan
gula - Larutan gula : larutan
Campuran berwarna coklat
- Diambil 4 ml campuran - Aquades : tidak berwarna
- Dimasukkan ke dalam 100
ml aquades
Sesudah
Hasil pengamatan
- Belerang + etanol : larutan
- Direplikasi dengan volume
larutan gula 4, 8 dan 16 ml sedikit larut, sedikit keruh,
berwarna kuning
Hasil replikasi
- Belerang + etanol + larutan
gula :
- 2 ml : larutan sedikit larut
berwarna kuning (--)
- 4 ml : larutan sedikit larut,
kuning keruh (-)
- 8 ml : larutan larut, keruh
berwarna kuning (+)

16
- 16 ml : larutan larut, keruh
berwarna kuning (++)
- Campuran + aquades :
- 2 ml campuran : larutan
tidak larut berwarna kuning
(---)
- 4 ml campuran : larutan
tidak larut berwarna kuning
(--)
- 8 ml campuran : larutan
tidak larut berwarna kuning
(-)
- 16 ml campuran : larutan
tidak larut berwarna kuning

17
2 Sifat optis Sebelum : Efek tyndall merupakan Terbentuk koloid dengan

Kertas linen hitam - Larutan blanko : larutan sifat koloid dimana efek adanya efek tyndall yang
tidak larut berwarna kuning penghamburan berkas sinar ditandai dengan
- Digunakan untuk menutupi
seluruh bagian tempat kaca (---) oleh pertikel partikel yang terbentuknya sinar kerucut.
kotak - Larutan 2 ml gula : larutan terdapat pada sistem koloid
- Dibuat lubang kecil pada
kertas linen tidak larut berwarna kuning sehingga berkas sinar dapat
- Dimasukkan sol yang telah (---) dilihat yaitu berkas sinar
dibuat
- Larutan 4 ml gula : larutan berbentuk kerucut.
- Dinyalakan lampu laser di
depan lubang kecil tidak larut berwanra kuning
- Diamati dari atas (--)
Sinar kerucut - Larutan 8 ml gula : larutan
efek tyndall
tidak larut berwarna kuning
(-)
- Larutan 16 ml gula : larutan
tidak larut berwarna kuning

Sesudah :
- Disinari laser :
- Blanko : terbentuk cahaya
yang tidak terhambur

18
- 2 ml gula : terbentuk cahaya
sedikit terhamburkan
- 4 ml gula : terbentuk cahaya
sedikit terhamburkan
- 8 ml gula : terbentuk cahaya
sedikit terhamburkan
- 16 ml gula : terbentuk
cahaya yang terhamburkan
menyebar berbentuk kerucut

19
XII. Analisis Data
Pada percobaan koloid yang bertujuan untuk menentukan kestabilan koloid dan
mengetahui pembuatan sol belerang dan sifat dari optis sol. Pada percobaan koloid ini
pembuatan koloid dilakukan dengan cara peptisasi yaitu pembuatan koloid dari butir-
butir kasar atau dari suatu endapan dengan suatu zar pemecah. Zat pemecah akan
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu pembuatan sol belerang pada larutan
blanko. Pertama-tama menimbang 2 gram belerang serbuk berwarna kuning. Kemudian
dihaluskan menggunakan mortal dan alu agar butir-butir yang kasar menjadi pecah.
Kemudian dilarutkan dengan 25 mL etanol larutan sedikit larut dan menghasilkan
warna kuning sedikit keruh . Fungsi penambahan etanol yaitu sebagai pelarut atau
melarutkan belerang, karena belerang tidak dapat larut tanpa adanya pelarut etanol.
Lalu larutan campuran tersebut, diambil 2 mL larutan berwarna kuning sedikit keruh
dan ditambahkan 100 mL aquades kedalam gelas kimia 250 mL dan menghasilkan
larutan berwarna kuning (--)dan terdapat endapan dari belerang.
Langkah selanjutnya yaitu, menimbang 2 gram belerang serbuk berwarna
kuning yang dihaluskan menggunakan mortal dan alu. Hal ini dilakukan agar butir-
butir yang kasar menjadi pecah. Kemudian dilarutkan dengan 25 mL etanol larutan
tidak berwarna larutan sedikit larut dan menghasilkan warna kuning sedikit keruh.
Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan belerang, karena
belerang tidak dapat larut tanpa adanya pelarut etanol.. Lalu ditambahkan 4 ml larutan
gula berwarna coklat. Larutan gula berperan sebagai emulgator, dimana emulgator
adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga
mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi. Emulgator yang digunakan
bersifat inert. Fungsi penambahan emulgator yaitu membuat larutan koloid yang
terbentuk semakin stabil. Setelah ditambahkan emulgator larutan menjadi berwarna
kuning. Kemudian larutan campuran tersebut diambil 4 mL dan ditambahkan 100 mL
aquades pada gelas kimia 250 mL. larutan berubah menjadi berwarna kuning (-) dan
menjadi jernih. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan emulgator membuat
pembentukan koloid semakin stabil ditandai dengan adanya larutan menjadi jernih.
Langkah selanjutnya diulangi dengan massa larutan gula(emulgator) sebanyak 8 ml dan
16 ml

20
Langkah selanjutnya,menimbang 2 gram belerang serbuk berwarna kuning
yang dihaluskan menggunakan mortal dan alu. Hal ini dilakukan agar butir-butir yang
kasar menjadi pecah. Kemudian dilarutkan dengan 25 mL etanol larutan tidak berwarna
larutan sedikit larut dan menghasilkan warna kuning sedikit keruh. Penambahan etanol
berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan belerang, karena belerang tidak dapat
larut tanpa adanya pelarut etanol.. Lalu ditambahkan 4 ml larutan gula berwarna coklat.
Larutan gula berperan sebagai emulgator, dimana emulgator adalah bahan aktif
permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air dan
membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga mencegah
koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi. Emulgator yang digunakan bersifat inert.
Fungsi penambahan emulgator yaitu membuat larutan koloid yang terbentuk semakin
stabil. Setelah ditambahkan emulgator larutan menjadi berwarna kuning. Kemudian
larutan campuran tersebut diambil 4 mL dan ditambahkan 100 mL aquades pada gelas
kimia 250 mL. larutan berubah menjadi berwarna kuning (+) dan menjadi jernih. Hal
ini menunjukkan bahwa penambahan emulgator membuat pembentukan koloid
semakin stabil ditandai dengan adanya larutan menjadi jernih.
Langkah selanjutnya yaitu, menimbang 2 gram belerang serbuk berwarna
kuning yang dihaluskan menggunakan mortal dan alu. Hal ini dilakukan agar butir-
butir yang kasar menjadi pecah. Kemudian dilarutkan dengan 25 mL etanol larutan
tidak berwarna larutan sedikit larut dan menghasilkan warna kuning sedikit keruh.
Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan belerang, karena
belerang tidak dapat larut tanpa adanya pelarut etanol.. Lalu ditambahkan 4 ml larutan
gula berwarna coklat. Larutan gula berperan sebagai emulgator, dimana emulgator
adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga
mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi. Emulgator yang digunakan
bersifat inert. Fungsi penambahan emulgator yaitu membuat larutan koloid yang
terbentuk semakin stabil. Setelah ditambahkan emulgator larutan menjadi berwarna
kuning. Kemudian larutan campuran tersebut diambil 4 mL dan ditambahkan 100 mL
aquades pada gelas kimia 250 mL. larutan berubah menjadi berwarna kuning (++) dan
menjadi jernih. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan emulgator membuat
pembentukan koloid semakin stabil ditandai dengan adanya larutan menjadi jernih.

21
XIII. Pembahasan
Dari hasil pembuatan sol belerang dengan penambahan emulgator tersebut,
terlihat bahwa pada penambahan emulgator yang paling banyak yaitu 16 ml larutan
gula, maka semakin stabil partikel koloid dalam sel belerang. Hal ini dibuktikan dengan
larutan berubah menjadi jernih.
Pada percobaan yang terakhir yaitu mengenai sifat optis pada sol. Langkah yang
dilakukan yaitu pertama-tama memotong kertas linen hitam. Lalu direkatkan pada gelas
kaca untuk menutupi semua sisinya kecuali bagian atas. Kemudian dibuat lubang kecil
pada kertas linen hitam. Fungsi dibuat lubang kecil untuk tempat memancarkan lampu
laser. Kemudian dimasukkan sol belerang yang telah dibuat pada percobaan pertama
kedalam gelas kaca. Lalu dinyalakan lampu laser ditempatkan pada lubang kecil yang
telah dibuat sebelumnya serta diamati dari bagian yang tidak tertutup kertas linen hitam.
Pada sol pertama, kedua, ketiga, dan keempat terjadi efek tyndal dengan ditandai
adanya sinar kerucut. Hal ini menunjukkan bahwa larutan campuran tersebut adalah
koloid dan sifat tersebut merupakan efek tyndal. Pada percobaan kami, uji sifat optis
sol nya menggunakan gelas kaca yang berukuran besar, dimana partikel dispersinya
tidak terlihat akan tetapi cahaya dari lampu laser yang dapat dihamburkan oleh sol
terlihat sedikit terbentuk kerucut atau tipis.

XIV. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penambahan emulgator (larutan gula) membuat pembentukan koloid semakin
stabil ditandai dengan larutan menjadi jernih.
2. Semakin banyak emulgator maka semakin stabil partikel koloid dalam sel
belerang.
3. Terbentuknya koloid dengan adanya efek tyndal yang ditandai dengan
terbentuknya berkas sinar berbentuk kerucut.

XV. DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P. W. 1996. Kimia Fisik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

22
Petrucci,Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Svehla, Vogel, 1994. Kimia analisa kuantitatif anorganik . EGC . Jakarta

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogjakarta

Yonata, Bertha. dkk,. 2016. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Fisika IV.
Surabaya: Laboratorium Kimia Fisikan Jurusan Kimia FMIPA Unesa.

23
LAMPIRAN 1

DOKUMENTASI

No Prosedur Gambar Keterangan


Persiapan
1 Menyiapkan alat - Mortar alu
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Laser
- Gelas kotak

2 Menyiapkan bahan Larutan gula berwarna


coklat

Belerang berwarna
kekuningan

Pembuatan sol belerang


1 Menimbang 2 gram 2 gram belerang
belerang dengan neraca
analitik.

24
2 Memasukkan 25 ml Larutan berwarna
etanol pada belerang kuning (---)
(blanko)

3 Diambil 4 ml kemudian Larutan berwarna


dimasukkan ke dalam kuning (---) dan tidak
100 ml aquades terbentuk endapan.

4 Pada penambahan Larutan berwarna


emulgator (larutan gula) kuning (---) dan tidak
2 ml terbentuk endapan.

5 Pada penambahan Larutan berwarna


emulgator (larutan gula) kuning (--) dan tidak
4 ml terbentuk endapan

25
6 Pada penambahan Larutan berwarna
emulgator (larutan gula) kuning (-) dan tidak
8 ml terbentuk endapan

7 Pada penambahan Larutan berwarna


emulgator (larutan gula) kuning dan tidak
16 ml terbentuk endapan

8 Diambil 4 ml kemudian Perbandingan


masing-masing
dimasukkan kedalam
100 ml air.

Sifat optis
1 Menyiapkan peralatan Gelas kotak yang telah
ditutupi linen hitam

2 Uji pada blanko Cahaya tidak


terhambur

26
3 Uji pada campuran 2 ml Cahaya sedikit
larutan gula terhamburkan

4 Uji pada campuran 4 ml Cahaya sedikit


larutan gula terhamburkan

5 Uji pada campuran 8 ml Cahaya sedikit


larutan gula terhamburkan

6 Uji pada campuran 16 Cahaya terhamburkan


ml larutan gula

27

Anda mungkin juga menyukai