Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi
gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan
nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui
transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2006).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2003).

B. ETIOLOGI
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit
cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE,
sickle cell anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit (G 6PD,
piruvatkinase, alutation reduktase)
2) Factor Ekstrasel : Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis
(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).
d. Anemia Aplastik
1) Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan
sumsum tulang)
.
C. KLASIFIKASI ANEMIA
Terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia, pada klasifikasi anemia
menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah merah
sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian
anemia terdiri atas:
1. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi darah
yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih
keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit)
yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-
sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
normal tetapi individu menderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena
hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia,
alkoholism, dan anemia pada penyakit hati kronik.
2. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan
oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang
ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada
kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada metabolisme sel

3. Anemia mikrositik hipokrom


Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin,
seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C
dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan
pertimbangan morfologis dan etiologi. Berikut adalah pengklasifikasian anemia
menurut etiologinya:
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang
yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang
dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah
merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang
dan biopsi sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut pungsi
kering dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan
lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan
menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat
ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa
keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi
pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi
dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

D. MANIFETASI KLINIS
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

E. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
d.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksaan Medis
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.Obati
penyebab perdarahan abnormal bila ada.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
b. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang :
1. Anemia aplastik:
o Transplantasi sumsum tulang
o Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
o Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi
cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro sederhana
(sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah dan
memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang
efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat, sementara
itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi
susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini
mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi
bertambah dan kehilangan darah karena intolerasni protein susu sapi
tercegah. Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap
penyebabnya dan dapa dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi
asam folat oral 1 mg/hari.

5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah
kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan
absorbsi.

H. KOMPLIKASI
1. Daya tahan tubuh kurang
2. Mudah terkena infeksi
3. Serangan jantung
4. Mudah lelah
5. Gagal Ginjal Akut

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
o Kelemahan otot
o Mudah lelahKulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
o Sakit kepala
o Pusing
o Kunang-kunang
o Peka rangsang
o Proses berpikir lambat
o Penurunan lapang pandang
o Apatis
o Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
o Perfusi perifer buruh
o Kulit lembab dan dingin
o Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
o Peningkatan frekwensi jatung

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi :
DIANGOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
NO KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
HASIL
KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi perifer
efektif b/d penurunan keperawatan selama jam - Monitor adanya daerah
konsentrasi Hb dan darah, perfusi jaringan klien adekuat tertentu yang hanya peka
suplai oksigen berkurang dengan kriteria : terhadap
- Membran mukosa merah panas/dingin/tajam/tumpul
- Konjungtiva tidak anemis - Monitor adanya paretese
- Akral hangat - Instruksikan keluarga untuk
- Tanda-tanda vital dalam mengobservasi kulit jika ada
rentang normal lesi atau laserasi
- Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
- Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya tromboplebitis
- Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


kurang dari kebutuhan keperawatan selama . - Kaji adanya alergi makanan
tubuh b/d intake yang status nutrisi klien adekuat - Kolaborasi dengan ahli gizi
kurang, anoreksia dengan kriteria untuk menentukan jumlah
- Adanya peningkatan berat kalori dan nutrisi yang
badan sesuai dengan tujuan dibutuhkan pasien.
- - Beratbadan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk
tinggi badan meningkatkan intake Fe
- Mampumengidentifikasi - Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
- Tidk ada tanda tanda malnutrisi vitamin C
- Menunjukkan peningkatan - Berikan substansi gula
fungsi pengecapan dari - Yakinkan diet yang dimakan
menelan mengandung tinggi serat untuk
- Tidak terjadi penurunan berat mencegah konstipasi
badan yang berarti - Berikan makanan yang terpilih
- Pemasukan yang adekuat (sudah dikonsultasikan dengan
- Tanda-tanda malnutri si ahli gizi)
- Membran konjungtiva dan - Ajarkan pasien bagaimana
mukos tidk pucat membuat catatan makanan
- Nilai Lab.: harian.
Protein total: 6-8 gr% - Monitor jumlah nutrisi dan
Albumin: 3.5-5,3 gr % kandungan kalori
Globulin 1,8-3,6 gr % - Berikan informasi tentang
HB tidak kurang dari 10 gr % kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik keperawatan selama . jam - Monitor kemempuan klien
kebutuhan mandiri klien untuk perawatan diri yang
terpenuhi dengan kriteria mandiri.
- Klien terbebas dari bau badan - Monitor kebutuhan klien untuk
- Menyatakan kenyamanan alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADLs berhias, toileting dan makan.
- Dapat melakukan ADLS - Sediakan bantuan sampai klien
dengan bantuan mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
- Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
- Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
keperawatan selama . jam - Bersihkan lingkungan setelah
status imun klien meningkat dipakai pasien lain
dengan kriteria - Pertahankan teknik isolasi
- Klien bebas dari tanda dan - Batasi pengunjung bila perlu
gejala infeksi - Instruksikan pada pengunjung
- Menunjukkan kemampuan untuk mencuci tangan saat
untuk mencegah timbulnya berkunjung dan setelah
infeksi berkunjung meninggalkan
- Jumlah leukosit dalam batas pasien
normal - Gunakan sabun antimikrobia
- Menunjukkan perilaku hidup untuk cuci tangan
sehat - Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
kperawtan
- Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila
perlu

- Proteksi terhadap infeksi


- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan suplai keperawatan selama .. klien - Menentukan penyebab
dan kebutuhan oksigen dapat beraktivitas dengan kriteria intoleransi
- Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitas&menentukan apakah
fisik dgn TD, HR, RR yang penyebab dari fisik,
sesuai psikis/motivasi
- Menyatakan gejala - Observasi adanya pembatasan
memburuknya efek dari OR & klien dalam beraktifitas.
menyatakan onsetnya segera - Kaji kesesuaian
- Warna kulit normal, hangat & aktivitas&istirahat klien
kering sehari-hari
- Memverbalissikan pentingnya - aktivitas secara bertahap,
aktivitas secara bertahap biarkan klien berpartisipasi
- Mengekspresikan pengertian dapat perubahan posisi,
pentingnya keseimbangan berpindah & perawatan diri
latihan&istirahat - Pastikan klien mengubah
- Peningkatan toleransi aktivitas posisi secara bertahap.
Monitor gejala intoleransi
aktivitas
- Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
- Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
- Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan

6 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management


nafas b.d keperawatan selama . - Buka jalan nafas, guanakan
status respirasi klien membaik teknik chin lift atau jaw thrust
dengan kriteria bila perlu
- Mendemonstrasikan batuk - Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada sianosis dan - Identifikasi pasien perlunya
dyspneu (mampu pemasangan alat jalan nafas
mengeluarkan sputum, mampu buatan
bernafas dengan mudah, tidak - Pasang mayo bila perlu
ada pursed lips) - Lakukan fisioterapi dada jika
- Menunjukkan jalan nafas yang perlu
paten (klien tidak merasa - Keluarkan sekret dengan batuk
tercekik, irama nafas, frekuensi atau suction
pernafasan dalam rentang - Auskultasi suara nafas, catat
normal, tidak ada suara nafas adanya suara tambahan
abnormal) - Lakukan suction pada mayo
- Tanda Tanda vital dalam - Berikan bronkodilator bila
rentang normal (tekanan darah, perlu
nadi, pernafasan) - Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.
PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai