PENDAHULUAN
dan minuman dari hari ke hari, terutama makanan yang dirancang untuk
makanan agar seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Diet dilakukan untuk
mengatur agar konsumsi makanan yang diasup oleh seseorang tidak berlebihan, tepat,
dan seimbang, sehingga tubuh tidak kekurangan nutrisi (Graha, 2010). Diet adalah
pengaturan pola makan berupa kualitas, cara mengolah makanan, dan frekuensi
makan (Toruan, 2007). Dalam kamus gizi pelengkap kesehatan keluarga 2009
keluaran ahli gizi Indonesia, diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi
makanan dan minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, atau diperbolehkan dengan
jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehatan, atau penurunan
berat badan.
suatu substrat kompleks menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim xantin oksidase
dibutuhkan oleh katabolisme purin yang terdapat di hati dan usus. Purin merupakan
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat di dalam inti sel tubuh semua
makhluk hidup. Tubuh manusia memproduksi purin sekitar 80 85% dan sisanya
berasal dari makan yang mengandung purin (Herliana, 2013). Normal kadar asam
urat di dalam tubuh yaitu < 7mg/dl pada laki laki dan < 6mg/dl pada perempuan
(Assob et al, 2014). Apabila kadar asam urat meningkat di dalam darah, maka akan
Pola diet yang kurang sehat yang dapat mengakibatkan kekambuhan asam urat
seperti makan makanan yang mengandung purin tinggi dan konsumsi alkohol
secara berlebihan. Purin berasal dari makanan yang dikonsumsi baik tumbuhan
maupun hewan (Zhang et al, 2012). Protein merupakan sumber makanan yang
berasal dari purin. Makanan yang mengandung protein dapat meningkatkan asam
urat sehingga memicu kekambuhan pada penderita asam urat. Protein memiliki
kandungan purin yang berbeda beda (Tracy et al, 2014). Hampir semua bahan
makanan terutama bersumber dari protein yang mengandung purin. Namun, pada
penderita asam urat dapat mengontrol asupan purin dengan memilih bahan makanan
orang, prevalensi ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Lumunon,
Bidjuni, & Hamel, 2015). Pada tahun 1986 angka kejadian gout atau asam urat
menduduki peringkat ke empat untuk penduduk kota di Jawa sebesar 4,8% dan
data dinas kesehatan di Jawa Timur, lansia penderita asam urat pada tahun 2013
obesitas. Obesitas menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit asam urat.
Makanan siap saji mengandung garam, lemak, dan sedikit protein. Kandungan garam
dan lemak pada makanan siap saji jika di konsumsi secara berlebihan menyebabkan
penurunan fungsi ginjal sehingga terjadi hiperurisemia (Bhaskar et al, 2012). Ginjal
berfungsi untuk mengatur pembuangan asam urat melalui urin, namun ketika
mengakibatkan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Keadaan ini disebut
ditangani dapat menimbulkan penumpukan kristal asam urat, apabila kristal berada
dalam sendi maka akan menimbulkan penyakit gout (Diantari & Candra, 2013).
Ketidakseimbangan pola makan dengan jumlah protein yang tinggi pada penderita
harus dibatasi dengan melakukan diet (Febry, 2008). Purin merupakan asupan
makanan yang kaya protein yang dapat menimbulkan kekambuhan pada penderita
artritis gout (Pascal Richette & Thomas Bardin, 2012). Kekambuhan asam urat
ditandai dengan tiba tiba terasa nyeri, bengkak, dan kemerahan pada sendi (Porto et
al, 2014).
Konsumsi makanan yang harus dihindari pada penderita asam urat adalah bahan
makanan yang memiliki kandungan purin tinggi antara lain bebek, ikan sarden, dan
makanan. Bahan makanan yang dibatasi jumlah konsumsinya adalah bahan makanan
yang memiliki kandungan purin sedang antara lain daging sapi, ayam, udang, tahu,
tempe, bayam, kangkung, dan daun singkong. Konsumsi maksimal bahan makanan
yang mengandung purin sedang yaitu 50 75 gr atau 1 11/2 potong per hari
(Wirakusuma, 2010).
2016 didapatkan data dari puskesmas pada wilayah jati kecamatan mayangan kota
Probolinggo didapatkan bahwa terdapat sekitar 10 penderita asam urat dengan usia
rata rata diatas 40 tahun. Keluhan yang sering dirasakan akibat kekambuhan dari
peningkatan kadar asam urat pada penderita artritis gout adalah terasa nyeri, seperti
kesemutan bahkan hingga bengkak, dengan lokasi sendi yang terserang yaitu jari kaki
dan lutut. Beberapa orang yang mengalami kenaikan kadar asam urat mengatakan
faktor penyebabnya antara lain : 4 orang laki laki dan 2 orang perempuan
dan 2 orang lainnya mengatakan kambuh karena terdapat tambahan penyakit yang
lain. Rata rata mereka yang menderita artritis gout memiliki kadar asam urat >
7mg/dl pada laki laki dan > 5,7 pada perempuan. Sebagian besar dari mereka
mengatakan bahwa sebelum menderita artritis gout, mereka sering makan makanan
siap saji dan kurang berolahraga. Frekuensi kekambuhan yang dialami rata rata
dalam 1 bulan terjadi 2-3 kali. Penanganan yang selama ini mereka lakukan ketika
Berdasarkan latar belakang diatas maka, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
pola diet tingkat kekambuhan pada penderita artritis gout di wilayah jati kecamatan
Adakah hubungan pola diet dengan tingkat kekambuhan pada penderita artritis gout
Untuk mengetahui hubungan pola diet tingkat kekambuhan pada penderita artritis
gout
gout
Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi bagi perawat
Merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat
informasi dan bermanfaat bagi institusi pendidikan untuk bisa dijadikan suatu refrensi
serta dapat menambah pengetahuan tentang pola diet tingkat kekambuhan penderita
artritis gout
pola diet tingkat kekambuhan penderita artritis gout, sehingga timbul kesadaran bagi
ini adalah pasien rawat jalan yang melakukan pemeriksaan pada bulan Januari
April, usia > 20 tahun, status gizi normal dan gemuk dengan menggunakan
dalam kategori sedang (38,46%), tingkat konsumsi protein dalam kategori lebih
(46,15), dan tingkat konsumsi lemak dalam kategori lebih (84,62%). Pola
konsumsi makanan tinggi purin yang di konsumsi penderita asam urat adalah
jeroan (15,38%), konsumsi lemak jenuh adalah minyak kelapa (84,62%), dan
2. Menurut penelitian Riska Dwi Arini (2014) yang berjudul hubungan tingkat
rendah purin pada penderita asam urat, dengan desain penelitian descriptif
correlation dengan pendekatan cros sectional pada 30 penderita asam urat. Hasil
Berdasarkan analisa data menggunakan uji chi square dengan nilai X2 sebesar
7,232 dengan nilai signifikan (p value) 0,027 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan kepatuhan diet
makan, obesitas, dan frekuensi serangan pada pasien artritis gout. Pada
RSUP Dr.Sardjito kota Jogja dengan responden antara bulan februari 2010 s/d
februari 2012 yang terdiagnosis gout. Hasil dari penelitian ini yaitu subjek
dengan asupan vitamin C pada tertil 1 dan 2 memiliki kemungkinan yang lebih
tinggi untuk mengalami serangan ulang gout (OR 5,5 (IK 95% 1,08 27,77)
dan OR 1,5 (IK 95% 0,29 7,35), sedangakan obesitas cenderung meningkat
dan kemungkinan terjadi serangan gout hingga 1,4 kali (IK 95% 0,38 5,25).
lokasi penelitian.