Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus kriminal yang menggunakan senjata api semakin banyak terjadi dalam
kehidupan kita. Senjata api tersebut bisa digunakan untuk melukai bahkan untuk
mematikan seseorang. Semakin banyaknya kasus luka tembak, semakin banyak
pula dokter yang diminta untuk melakukan pemeriksaan terhadap korban, baik
korbannya masih hidup ataupun sudah meninggal.[1] Sementara dokter
berkewajiban membantu proses peradilan jika diminta oleh penyidik. Sebagaimana
tercantum dalam pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP, yang
menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut berupa Visum et Repertum dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang
keadaan korbann, baik korban luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
tindak pidana.
Oleh karena itu dokter harus memahami bagaimana melakukan pemeriksaan
terhadap luka tembak supaya dokter tidak salah dalam membuat kesimpulan
berdasarkan hasil pemeriksaannya tersebut.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil tujuan sebagai berukut:

1. Mengetahui dan memahami jenis luka-luka yang ditimbulkan akibat


kecelakaan lalu lintas
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi luka tembak
3. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan
luka tembak
4. Mengetahui dan memehami mekanisme luka tembak

1
1.3 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, penulisan makalah ini dapat menarik manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu satu syarat untuk bisa mengikuti ujian


2. Dapat dijadikan sebagai bahan membaca bagi para pembaca atau mahsiswa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


a. Hari/Tanggal Sesi 1 : Senin/18 September 2017
b. Hari/Tanggal Sesi 2 : Rabu/20 September 2017
c. Tutor : dr. Ronanarasafa
d. Moderator : Grace Vitaloka
e. Sekretaris : Avindha Deviana Prabawatie

2.2 Skenario
LBM 1
Perampok di dor

Polisi sedang berusaha menangkap seorang perampok yang berlari kejalan


raya. Sebelumnya polisi sempat melepaskan tembakan. Perampok ini akhirnya
tertangkap setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.

2.3 Pembahasan
I. Klarifikasi Istilah
Tidak ada
II. Identifikasi Masalah
1.Jenis luka yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas?
2.Sebutkan dan jelaskan klasifikasi luka tembak!
3.Faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan luka tembak?
4.Jelaskan mekanisme luka tembak!

III. Brain Storming


Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut UU Lalu Lintas dan ANgkutan Jalan no.22 Tahun 2009

3
Adalah Suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda
Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas pada pasal 229
a. Kecelakaan lalu lintas Ringan : mengakibatkan kerusakan kendaraan
dan/atau barang
b. Kecelakaan lalu lintas Sedang : mengakibatkan luka ringan dan kerusakan
kendaraan dan/atau barang
c. Kecelakaan lalu lintas Berat : mengakibatkan korban meninggal dunia atau
luka berat.

Luka tembak
adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru ke dalam tubuh
yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan dengan tubuh. Luka
tembak dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka tembak masuk dan luka tembak
keluar.Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru masuk suatu objek dan
tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar anak peluru menembus
objek secara keseluruhan.Pada luka tembak biasanya juga ditemukan kerusakan
pada pembuluh darah tulang, dan jaringan sekitar.

IV. Rangkuman Permasalahan


1. Jenis luka yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas?
a. Vulnus Contosum ( Luka Memar)
Memar merupakan suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutip
akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul. Kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda
penyebabnya, misalnya jelas ban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (marginal haemorrhage).
b. Abrasion (Luka Lecet)
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya

4
pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau
sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.
Luka lecet tekan disebabkan benda tumpul pada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu
sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih
memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk khas
misalnya kisi-kisi radiator mobil. Pada mayat daerah kulit yang kaku
dengan warna lebih gelap dari sekitarnya, jaringan menjadi lebih padat,
tertekan serta terjadi pengeringan yang berlangsung pasca kematian.
c. Laceration (Luka Robek)
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit
terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri
bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,
tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak
beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.
Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang.
Bila terdapat lebih dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan
maka garis patah yang terjadi belakangan akan berhenti pada garis patah
yang telah terjadi sebelumnya.
Pada tulang jenis impresi terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada
tulang dengan persinggungan yang kecil dan dapat memberikan gambaran
bentuk benda penyebabnya.
d. Cedera Kepala
Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindungi oleh kulit
hanya mampu menahan benturan sampai 40 pound/inch2, tetapi bila
terlindungi oleh kulit maka dapat menahan sampai 425.900 pound/inch2.
Selain kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera
kepala dapat pula mengakibatkan perdarahan dalam rongga tengkorak
berupa perdarahan epidural, subdural, dan subarakhnoid, kerusakan
selaput otak dan jaringan otak.

5
e. Cedera Leher
Cedera leher (whiplash injury) dapat terjadi pada penumpang
kendaraan yang ditabrak dari belakang. Penumpang akan mengalami
percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala yang disusul
dengan hiperefleksi. Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher ke
empat dan lima yang membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan
pada medula oblongata dapat berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini
juga dipengaruhi oleh bentuk sandaran tempat duduk dan kelengahan
korban.
f. Trauma pada Kecelakaan Lalu Lintas
Pada kejadian kecelakaan lalu lintas, dapat tersangkut beberapa pihak,
misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang dan sebagainya.
Luka pada pejalan kaki dapat timbul sebagai akibat benturan pertama,
benturan kedua dan luka sekunder (akibat benturan dengan objek lain,
misalnya jalan, pedagang kaki lima). Luka-luka pada pengendara sepeda
hampir sama dengan pejalan kaki, tetapi luka-luka sekundernya biasanya
lebih parah. Letak benturan pada tubuh biasanya bagian terendah.
Bila hanya ditemukan luka-luka sekunder, maka harus dipikirkan
kemungkinan adanya penyakit yang mengakibatkan kehilangan kontrol (in
kapasitas), terutama pada golongan usia tua. Pada para penumpang
kendaraan roda tiga atau lebih yang penting adalah menentukan posisi
korban dalam kendaraan pada saat terjadinya kecelakaan dan kalau
mungkin menentukan siapa pengemudinya.
Pengemudi biasanya mengalami luka pada pergelangan tangan karena
menahan kemudi, sedangkan tulang femur dan pelvis mungkin patah
akibat menginjak pedal dengan kuat. Bergesernya tempat duduk ke depan
dan kemudi ke belakang dapat menyebabkan patahnya sternum dan iga-
iga. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut, dianjurkan
pemakaian sabuk pengaman dan kemudi yang dapat patah sendiri
(collapsible). Penumpang akan mendapat luka-luka pada kepala karena
terbentur jendela dan luka-luka pada tungkai seperti pada pengemudi.

6
2. Sebutkan Dan Jelaskan Klasifikasi Luka Tembak?
Berdasarkan jarak luka tembak juga dapat dibagi menjadi empat kategori,
yaitu kontak, jarak dekat, jarak sedang dan jarak jauh.
1) Luka Tembak Masuk
a. Luka tembak temple (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran
bubuk mesiu saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas.
Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya,
dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat
panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada
malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu
hasil kombinasi antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang
diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung
antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah
jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang
diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan
kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan
meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan
kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi
merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak
peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung
antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin
banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga
makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor
terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di
bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap
penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih
dalam.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit,
gambaran akan tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong

7
senjata ditekan ke permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah
tidak menempel pada kulit. Gambaran akan tampak beda jika terdapat
pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan lunak,
seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil
dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding
luka,. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan
ada sedikit bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian
menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-
bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi.
Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan
peluru senjata api sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya
hyperemia terdapat disebelah luar cetakan diameter moncong senjata,
dan karbon monoksida akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin
disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam. Kemungkinan
akan ada luka memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak
simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk
memaksa kulit lebih keras melawan ujung laras, dan jejak moncong
senjata mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang
terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama dengan luka
senjata api. Tampak gambaran linier atau seperti bintang.
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan
perbuatan bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:
Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik
alat penarik senjata.
Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak
bergerak dan tidak miring.
Sasarannya, yaitu:
Daerah temporal
Dahi sampai occiput
Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang
menuju otak.

8
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering
ditemukan cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka
berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras
pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar melalui
lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras
dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu,
maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan
jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut
menembus kulit, dapat dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula
eksterna), dan antara tulang kepala dengan selaput otak keras (tabula
interna).

Gambar 2.1 Luka Tembak Tempel

9
Gambar 2.2 Luka Tembak Tempel

b. Luka Tembak Jarak Dekat


Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya
beberapa inci adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak
peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang
dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang
dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak
dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi
luka dan disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada
luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina
karena efek penapisan oleh jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan
membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar
dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja
terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang
rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak
ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar
dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan
oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya
ditemukan tanda-tanda schot hand.Jarak dekat disini diartikan
tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk
masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini
tergantung:
Jenis senjata, laras panjang atau pendek

10
Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless

Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh


bubuk mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban.
Disekitar zona tato terdapatzona kecil berwarna magenta. Adanya
tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.Bentuk tato
memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.
Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka
ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit
dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat
atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik.
Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga
daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak
tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran
luas yang umum dipakai adalah dengan mengukur dua koordinat,
potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka
percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang
sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang
sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.

11
Gambar 2.3 Luka Tembak Jarak Dekat

c. Luka Tembak Jarak Jauh


Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga
jarak jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa
kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja.
Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya
luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-
camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular
maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu
sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar
terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini
menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik
sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di
set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban
dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka
tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan
interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau
bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah
tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa
dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran
hanyalah anak peluru saja.Sedangkan partikel lainnya tidak
didapatkan.Pada luka tembak jarak jauh ini hanya ditemukan luka

12
bersih dengan contusio ring.Pada arah tembakan tegak lurus
permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris,
bundar.Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya
oval.
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara
inshoot dan outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis, untuk mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak
senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka.
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak
antara moncong senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak
tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di
luar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak
terbakar atau terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim
lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet
dapat dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim
kesat atau kelim lemak.

Gambar 2.4 Luka Tembak Jarak Jauh

13
2) Luka Tembak Keluar (Tembus)
Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka
tembak masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan
mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau
batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek
dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang
dinamakan luka tembak keluar.
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk
dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi
menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah
pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus
terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang
berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi
oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru.Tulang-tulang
inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga.Kejadian
inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar,
sedangkan bentuknya tidak tertentu.Sering kali besar luka tembak keluar
berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja
luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan
luka tembakan keluar sebesar uang logam. Berdasarkan ukurannya maka
ada beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak
masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai
tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar.
Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka
keluar menjadi lebih lebar.
b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk,
maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan
lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup
besar.

14
Gambar 2.5 Luka Tembak Keluar

3.Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keparahan Luka Tembak?


Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
a) Kecepatan
b) Posisi peluru pada saat masuk kedalam tubuh
c) Bentuk dan ukuran peluru
d) Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk

Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity) akan


menimbulkan luka yang relative lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru
yang kecepatannya lebih rendah (low velocity).

Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian
tubuh yang densitasnya lebih besar. Pada organ tubuh yang berongga seperti
jantung dan kandung kencing, bila terkena tembakan dan kedua organ
tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka kerusakan
yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase
sistol dan kandung kencing yang kosong ; hal tersebut disebabkan karna
adanya penyebaran tekanan hidrostatik keseluruh bagian. Mekanisme
terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru :

a) Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang.


b) Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan

15
c) Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau
rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga
terjadi kelim lecet.
d) Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan
terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru.
e) Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adaanya elastisitas
dari jaringan.
f) Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah.
g) Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui
dari kelim lecet.
h) Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari
tersebut
i) Pada senjata yang di rawat baik,maka pada kelim lecet akan dijumpai
pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau
kelim lemak.
j) Bila pelurumasuk pada daerah dimana densitasnya rendah, maka bentuk luka
yang terjadi adalah bentuk bundar,bila jaringan dibawahnya mempunyai
densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai
dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit diatasnya,
sehingga robekan yang terjadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k) Perkiran diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter
lubang luka di tambah dengan lebar kelim lecet ang tegak lurus dengan arah
masuknya peluru
l) Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m) Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk diseut gutter wound

16
4. Jelaskan Mekanisme Luka Tembak!
Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan
pada semua trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi
karena adanya transfer energi dari luar menuju ke jaringan.Ini juga terjadi
pada luka tembak. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada
absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara
serta gangguan mekanik yang lainya.
Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru
dimodifikasi akan berhenti atau menurun kecepatanya sesampainya di tubuh.
Anak peluru yang lunak didesain akan segera menjadi pecahan kecil saat
ditembakkan. Peluru dumdum banyak digunakan pada muncung roket yang
mempunyai ruang udara pada ujungnya diperuntukkan agar pada saat
benturan akan terjadi pengurangan kecepatan dan terjadi transfer energi yang
besar dan kerusakan jaringan yamg hebat. Ledakan peluru ini juga pernah
digunakan saat usaha pembunuhan presiden Reagen.Lintasan peluru juga
dapat menilai besar dan kecepatan dari energi yang diberikan pada suatu
target.
Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari
masa dan kecepatan. Industri militer modern telah mengambil banyak
manfaat untuk pengembangan senjata dengan dasar masa yang rendah
dengan kecepatan yang tinggi sehingga menghasilkan energi kinetic yang
maksimum untuk kerusakan jaringan.Rata-rata kecepatan peluru berkisar
340m/s, dimana banyak digunakan pada panah, senapan angin, serta
revolver. Dari system mekanik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru
ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi kalau
adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang
sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan
udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang
tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati
ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona
disekitar luka.

17
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan
membentuk rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai
keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru,
dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran
luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan
lebih tinggi daripada yang berongga. Efek luka juga berhubungan dengan
gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan
sekunder seperti infark atau infeksi.

Gambar 2.6 Mekanisme Luka Tembak

V. Learning Issue
1. Jelaskan pemeriksaan yang dilakukan pada luka tembak?
2. Jika terjadi benturan kepala pada pasien diskenario, Apa gejala klinis yang
dirasakam dam sebutkan cirri-ciri dari Luka Tumpul!
3. Apabila luka terjadi pada Vertebrae Lumbalis, Luka derajat berapa yang
dialami oleh pasien?

VI. Referensi
1. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik..
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.
2. Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal 37-42.

18
3. Safitry O. 2013. Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

VII. Pembahasan Learning Issue


1. Jelaskan Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Luka Tembak?
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk
sering dipersulit adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak
bias dilakukan dengan baik. Hal ini mengakibatkan penafsiran kesimpulan
yang kurang tepat. Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan luka
tembak, dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: luka tembak dibersihkan
dengan hydrogen peroksida 3% by volume. Setelah 2-3 menit luka tersebut
dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan
darah sehingga luka tembak menjad bersih dan deskripsi luka dapat
dilakukan dengan tepat.

a.Pemeriksaan microskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua factor, yaitu
akibat trauma mekanis dan termis

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat

1. Kompresi epitel disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang
mengalami kompresi,elongasi, dan menjadi pipihnya sel sel epidermal
serta elongasi dari inti sel
2. Distorsi dari sel epidemis di tepi luka yang dapat bercampur dengan
butir butir mesiu
3. Epitel mengalami nekrose koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel sel
basal

19
4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan
lebih banyak mengambil warna biru
5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis, adanya butir
butir mesiu
6. Sel sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan piknotik
7. Butir butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan,berwarna hitam
atau kecoklatan
8. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka
tidak terdapat butir butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir butir
mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang
tepi saluran luka
9. Pada luka tembak tempel soft contact butir butir mesiu terdapat pada
kulit dan jaringan dibawah kulit
10. Pada luka tembak jarak dekat,butir butir mesiu terutama terdapat pada
permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan lapisan kulit

b. Pemeriksaan Kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon,
nitrit,nitrat, sulfat, karbonat, tiosianat, dan tiosulfat. Pada smokeless gun
powder dapat ditemukan nitrit dan sellulosa nitrat. Pada senjata api yang
modern unsure kimia yang dapat ditemukan adalah timah, barium,
antimony, dan merkuri. Pemeriksaan atas unsure-unsur tersebut dapat
dilakukan terhadap pakaian korban, didalam atau diluar luka. Pada pelaku
unsure tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggemgam senjata.

c. Pemeriksaan Rontgen dengan Sinar X


Sebenarnya pemeriksaan rontgen pada luka tembak ini kurang
bermanfaat. Ada beberapa alas an penggunaan foto rontgen yaitu:
a. Untuk mengetahui posisi peluru
b.Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru
c. Untuk mengetahui saluran peluru

20
d.Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya
luka akibat peluru
e. Untuk menyingkirkan peluru yang ada dalam tubuh

Pemeriksaan radiologic dengan sinar x ini pada umumnya untuk


memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, dan
juga bila ada partikel-partikel peluru yang masih tertinggal pada tubuh.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk atau sudah
rusak, pemeriksaan akan sedikit lebih sulit, maka dengan pemeriksaan
radiologi ini akan mempermudah menentukan kasusnya, yaitu
ditemukanya anak peluru pad rontgen. Pada leka tembak jarak dekat
dibuat percobaan paraffin, yang berguna untuk menentukan sisa mesiu
pada tangan penembak atau sisa mesiu sekitar luka tembak jarak dekat.

d. Pemeriksaan Baju Pada Korban Luka Tembak


Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan
defek baju yang dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaanya adalah:
1. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut, jika
diharuskan merusak baju tersebut, maka dilakukan manipulasi sehingga
luka dapat terlihat
2. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang barang yang ada di
saku
3. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi
kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal
ini , baju harus dipotong atau dirobek

2. Jika terjadi benturan kepala pada pasien diskenario, Apa gejala klinis
yang dirasakan dan jelaskan klasifikasi dan ciri-ciri dari Kekerasan
Luka Tumpul!

21
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka
seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul.
Luka yang terjadi dapat berupa:

a) Memar

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis


akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul. Luka memar kadangkala memberikan petunjuk tentang bentuk
benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (Budiyanto A., 1997).
Letak, ukuran, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu,
besi), kondisi dan jenis jaringan ( jaringan ikat longgar, jaringan lemak),
usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah,
penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, diathesis hemoragik)
(Budiyanto A., 1997).
Umur luka memar dapat secara kasar diperkirakan melalui
perubahan warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah,
kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari
akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning
dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15
hari (Budiyanto A., 1997).
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum
kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah
dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari lembam mayat dengan
cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pasca
mati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat
sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih,
sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna merah
kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi
ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini (Budiyanto

22
A., 1997).

b) Luka Lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan


dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya
pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau
sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit
(Budiyanto A., 1997).
Berdasarkan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat
diklasifikasikan sebagai :
1. Luka Lecet Gores

Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan


permukaan kulit didepannya dan menyebabkan lapisan tersebut
terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi
2. Luka Lecet Serut
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan
melihat letak tumpukan epitel.
3. Luka Lecet Tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum
tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi
masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai
bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan
sebagainya.
Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah
daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya
akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya
pengeringan yang berlangsung pasca mati.

4. Luka lecet geser

23
Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan
bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban
pecut. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit
dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati
(Budiyanto A., 1997).

c) Luka Robek

Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang


menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit
terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai
ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak
rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka
tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka
(Budiyanto A., 1997).

d) Cedera Kepala

Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindung oleh

kulit hanya mampu menahan benturan sampai 40 pound/inch2,


tetapi bila terlindung oleh kulit maka dapat menahan sampai 425-900

pound/inch2 (Budiyanto A., 1997).

24
Klasifikasi Cedera Otak
Mekanisme Tumpul Tembus Kecepatan tinggi
(tabrakan mobil)
Kecepatan rendah
(jatuh, dipukul) Luka
tembak Cedera
tembus lain

Beratnya Ringan GCS 14-15


Sedang GCS 9-13
Berat GCS 3-8
Morfologi Fraktur tengkorak Garis vs bintang
(kalvaria, dasar Depresi/non depresi
tengkorak) Terbuka/tertutup
Dengan/tanpa
kebocoran CSS
Dengan/tanpa paresis
N.VII

Lesi intracranial (fokal, Epidural Subdural


difus) Intraserebra
Konkusi Konkusi
multiple
Hipoksia/iskemik

(ATLS, 2004)

Perdarahan epidural sering terjadi pada usia dewasa sampai usia


pertengahan, dan sering dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah
pelipis (kurang lebih 50%) dan belakang kepala (10-15%), akibat garis patah
yang melewati sulkus arteria meningea, tetapi perdarahan epidural tidak

25
selalu disertai patah tulang.
Perdarahan subdural terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan
(bridging vein), arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subaraknoid
(Budiyanto A., 1997). Perdarahan subaraknoid biasanya berasal dari fokus
kontusio/laserasi jaringan otak. Perlu diingat bahwa perdarahan ini juga bisa
terjadi spontan pada sengatan matahari (heat stroke), leukemia, tumor,
keracunan CO, dan penyakit infeksi tertentu. Cedera kepala dapat terjadi
pada penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang. Penumpang akan
mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala yang
disusul dengan hiperfleksi. Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher ke
empat dan lima yang membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan
pada medula oblongata dapat berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini juga
dipengaruhi oleh bentuk sandaran tempat duduk dan kelengahan korban.
Trauma pada kecelakaan lalu lintas dapat tersangkut beberapa pihak,
misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang dan sebagainya
Luka pada pejalan kaki dapat timbul sebagai akibat benturan pertama,
benturan kedua dan luka sekunder (akbiat benturan dengan objek lain,
misalnya jalan, kaki-lima). Luka-luka pada pengendara sepeda hampir sama
dengan pejalan kaki, tetapi luka-luka sekundernya biasanya lebih parah.
Letak benturan pada tubuh biasanya rendah Bila hanya ditemukan luka-luka
sekunder, maka harus dipikirkan kemungkinan adanya penyakit yang
mengakibatkan kehilangan kontrol, terutama pada golongan usia tua.
Pengemudi biasanya mengalami luka pada pergelangan tangan karena
menahan kemudi, sedangkan tulang femur dan pelvis mungkin patah akibat
menginjak pedal dengan kuat. Bergesernya tempat duduk ke depan dan
kemudi ke belakang dapat menyebabkan patahnya sternum dan iga-iga.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut, dianjurkan
pemakaian sabuk pengaman dan kemudi yang dapat patah sendiri.
Penumpang akan luka pada tungkai seperti pada pengemudi. Pengendara
sepeda motor bila ditabrak kendaraan lain, maka dijumpai luka benturan
pertama, benturan kedua, dan luka-luka sekunder. Pemakaian Helm

26
dimaksudkan untuk meredam benturan pada kepala sehingga memperkecil
kemungkinan cedera (Budiyanto A., 1997)

3. Apabila luka terjadi pada Vertebrae Lumbalis, Luka derajat berapa


yang dialami oleh pasien?
Luka yang didapat pada Vertebrae Lumbalis bisa dipastikan lagi apabila
pada pemeriksaan dtemukan derajat luka sebagai berikut :
a. Luka derajat satu/C.
Luka derajat satu adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya (sesuai dengan delik penganiayaan ringan yang tercantum
pada pasal 352 KUHP).
b. Luka derajat dua/B.
Luka yang telah menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara
waktu (sesuai dengan delik penganiayaan yang tercantum pada pasal
351(1) KUHP)
c. Luka derajat tiga/A.
Luka berat yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP,
yang terdiri atas:
1) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih
ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang
menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit sembuh, tetapi mata
tersebut tidak dapat melihat.
2) Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan
bahaya maut pengertiannya memiliki potenis untuk menimbulkan
kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh.
3) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak
membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai

27
luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada
wajah seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika
akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut
selamanya. Namun, penentuan dapat atau tidaknya korban
menjalankan pekerjaan bukan merupakan kompetensi dan kewenangan
dokter.
4) Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan
kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak
dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap
digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di atas.
5) Cacat besar atau kudung.
6) Lumpuh.
7) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya
pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa
amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.
8) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud
dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya,
yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana umumnya terjadi
seorang wanita ketika melahirkan. Sedang, kematian janin
mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukkan tanda-
tanda hidup. tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut
ibunya.

28
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang
dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul), dan fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik. Luka yang diakibatkan oleh senjata api
dapat dibedakan berdasarkan hasil pemeriksaan pada korban, yang dapat diketahui
pada hasil pemeriksan meliputi jarak tembakan, jenis senjata yang digunakan.

Dokter yang akan melakukan pemeriksaan diharapkan mampu


membedakan dan menjelaskan hasil pemeriksaan untuk membantu penyidik atau
petugas dalam menyelesaikan kasus tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Cook P, Lawrence B, Ludwig J. Themedical cost of gunshot injuries in the United


States. JAMA; 1999. p. 282, 447-54.
2. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.
3. Di Maio, V.J.M. 2010. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,Ballistics,
and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. page. 72-140.
4. Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal 37-42.
5. Hueske E. 2009. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource.
6. Safitry O. 2013. Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
7. Shkrum MJ, Ramsay DA. 2007. Forensicscience and medicine: Forensic
pathology of trauma. New Jersey: Human Press Inc.
8. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
9. Small arms and global health. 2007. Geneva: World Health Organization.

30

Anda mungkin juga menyukai