Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENENTUAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA DAN

STATISTIK VITAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Pangan Lokal

Disusun oleh:

Kelompok F/ THP-C

1. Iklila Muawanah D. F. (1517-1114)


2. Ilham Setiawan (1517-1048)
3. Jassy Dwi Septiano (1517-1108)
4. Lutfi Putri Yusviani (1517-1018)
5. Rina Kartika Wati (1517-1084)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk dapat bertahan hidup.
Saat ini, kebutuhan pangan juga dikaitkan dengan sifat fungsionalnya dalam aspek
kesehatan. Pemenuhan pangan yang sesuai mengacu pada ilmu gizi. Keseimbangan
asupan makanan dan jumlah kebutuhan merupakan status gizi yang sangat penting.
Status gizi tersebut dapat dianalisa melalui statistik vital dan status ekologi.

Statistik vital adalah pengukuran status gizi dengan menganalisis beberapa


statistik kesehatan meliputi angka kematian bedasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu. Berbagai hal dapat mempengaruhi keadaan
tersebut diantaranya yaitu faktor fisik, biologis, lingkungan budaya. Statistik vital
dapat digunakan untuk melihat angka permasalahan gizi pada suatu daerah.

Menurut UNICEF (1996) permasalahn gizi disebabkan oleh dua faktor baik
langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan yang
dikonsumsi tidak mengandung gizi yang cukup bagi tubuh sedangkan tidak langsung
dipengaruhi oleh ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, dan pelayanan
kesehatan dan lingkungan. Hasil RIKESDAS (2013) menunjukkan remaja yang
mengalami kelebihan berat badan sejumlah 7,8% (putra) 15,5% (putri). Tingkat
kelebihan berat badan pada remaja putri lebih tinggi dapat dikarenakan aktivitas
tubuh dan olahraga yang dilakukan lebih rendah dibanding remaja putra . Hasil
survey yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara faktor ekologi
dan status gizi yang mempengaruhi asupan gizi dalam masyarakat.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan analisa ini, yaitu :

1. Penentuan status gizi berdasarkan penilaian biokomia.


2. Penentuan status gizi berdasarkan penilaian statistik vital.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Status Gizi


Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi
lebih (Almatsier, 2005). Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi secara
langsung dapat dilakukan dengan :
1. Antropometri
2. Klinis
3. Biokimia
4. Biofisik

Penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan:
1. Survey Konsumsi Makanan
2. Statistik Vital
3. Faktor Ekologi
2.2 Penentuan Status Gizi Secara Biokimia
2.2.1 Definisi Penentuan Status Gizi Secara Biokimia
Penentuan status gizi secara biokimia atau laboratorium terdiri dari
pemeriksaan status biokimia dalam tubuh dan tes fungsional/fisiologis. Pada
pemeriksaan status biokimia dalam tubuh diukur kandungan nutrien dalam cairan dan
jaringan tubuh. Tes yang dipilih merefleksikan nutrien total dalam tubuh atau ukuran
jaringan dalam tubuh. Tujuan dilakukan penentuan status gizi secara biokimia yaitu
untuk mengetahui tingkatan status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
status biokimia pada jaringan dan cairan tubuh dan tes fungsional.
Penentuan status gizi secara biokimia memiliki keunggulan dan
kelemahan, yaitu:
a. Keunggulan
1. Dapat mendeteksi defesiensi zat gizi lebih dini.
2. Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih objektif, hal ini karena
menggunakan peralatan yang ditera dan pada pelaksanaannya dilakukan
oleh tenaga ahli.
3. Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status
gizi.
b. Kelemahan
1. Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan setelah timbulnya ganggua
metabolisme.
2. Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
3. Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga ahli.
4. Kurang praktis dilakukan di lapangan, hal ini karena pada umumnya
pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan yang tidak mudah
dibawa kemana-mana.
5. Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk diperoleh, misalnya
penderita tidak bersedia diambil darahnya.
6. Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak dibandingkan
dengan pemeriksaan.
7. Belum ada keseragaman dalam memilih reference (nilai normal). Pada
beberapa reference nilai moral tidak selalu dikelompokkan menurut
kelompok umur yang lebih rinci.
8. Dalam beberapa penentuan pemeriksaan laboratorium memerlukan
peralatan laboratorium yang hanya terdapat di laboratorium pusat,
sehingga di daerah tidak dapat dilakukan
2.2.2 Cara Penentuan Status Gizi Secara Biokimia
Pengukuran dalam penentuan status gizi secara biokimia dilakukan
dengan pemeriksaan status biokimia tubuh yaitu cairan dan jaringan tubuh serta tes
fungsional. Pemeriksaan status biokimia tubuh pada cairan tubuh yaitu memeriksa
konsentrasi nutrien pada sampel darah, ludah, keringat dan Air Susu Ibu, sedangkan
untuk pemeriksaan pada jaringan tubuh yang diperlukan adalah rambut, kuku,
jaringan adiposa, hati dan tulang. Selain itu ada juga tes fungsional yang mengukur
konsekuensi fungsional pada organ atau jaringan tubuh karena defisiensi nutrien
dalam tubuh.

2.3 Statistik Vital


2.3.1 Definisi Statistik Vital
Salah satu cara untuk mengetahui gambaran keadaan gizi di suatu wilayah
adalah dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan menggunakan statistik
kesehatan, dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat. Beberapa statistik vital yang
berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain adalah angka kesakitan,
angka kematian, pelayanan kesehatan, dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan
gizi.
Penilaian status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaan cara ini dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator secara tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).
Berbagai kelemahan statistik vital dalam menggambarkan keadaan gizi
secara tidak langsung banyak. Oleh karena itu, kadang-kadang gambaran yang
diberikan tidak memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Kelemahan-kelemahan
tersebut antara lain:
a) Data tidak akurat
Tidak akuratnya data disebabkan oleh karena kesulitan dalam mengumpulkan
data, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Kesulitan mendapatkan
data yang muncul karena beberapa data cenderung ditutup-tutupi atau disembunyikan
oleh pemerintah karena alasan politik. Ketidakakuratan data juga disebabkan oleh
tenaga pengumpul data yang tidak mengerti tentang bagaimana mengumpulkan data
handal.
a) Kemampuan untuk melakukan interpretasi secara tepat
terutama pada saat terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi keadaan
gizi seperti tingginya kejadian penyakit infeksi, dan faktor sosial ekonomi lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, perlu juga dipikirkan untuk melakukan interpretasi
berdasarkan kawasan, musim, jenis kelamin, kelompok umur, dan lain-lain.
2.3.2 Jenis-jenis Statistik Vital
Beberapa statistik vital yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan
gizi antara lain adalah angka kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan, dan
penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi. Data statistik vital disebut juga
kejadian vital yang mengacu pada proses pengumpulan data dan penerapan metode
statistik dasar pada data tersebut guna mengidentifikasi fakta-fakta kesehatan yang
vital di dalam sutau masyarakat, populasi atau wilayah tertentu. Data morbiditas,
mortalitas, pernikahan, perceraian, kelahiran semuanya merupakan data statistik vital
(Atmarita dkk, 2004).
A. Angka Kesakitan (Morbiditas) dan Usia Harapan Hidup
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang
dianggap sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan
di dalam istilah tunggal yaitu morbiditas. Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat
sakit, cedera atau gangguan padasuatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu
penyimpangan dari status sehat dansejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit.
Morbiditas juga mengacu pada angkakesakitan yaitu ; jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau
kelompok yang beresiko.
Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah di suatu
daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial
lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program
pemberantasan kemiskinan.
B. Angka Kelahiran dan Angka Kelahiran Besar
Angka kelahiran (birth rate) suatu populasi biasanya merupakan angka
kasar (crude rate) dan angka ini mengacu pada keseluruhan populasi. Saat
menggunakan angka kasar (kelahiran maupun kematian) perlu dilakukan pengkajian
lebih lanjut terhadap penggunaan rate spesifik dan distribusi usia karenakaraktaristik
penduduk sangat beragam sehingga angka kasar juga menjadi beragam dan tidak
akurat. Usia merupakan variable yang dapat menyebabkan semua rate pada
keseluruhan populasi menghasilkan data yang beragam pada kelompok yang
berlainan.
Angka kelahiran kasar (crude rate birth) dan angka kematian kasar
merupakan indikator yang sangat berguna karena memberikan informasi
ringkas,sekaligus data statistic umum dari populasi yang besar. Angka kasar (crude
rate) dapat dipakai dalam perbandingan internasional sekaligus dalam
perbandinganumum kejadian vital selama beberapa waktu.
C. Angka Kematian Berdasarkan Umur
Angka kematian berdasaarkan umur adalah jumlah kematian pada
kelompok umur tertentu terhadap jumlah rata-rata penduduk pada kelompok umur
tersebut. Biasanya disajikan sebagai per 1000 penduduk. Manfaat data ini adalah
untuk mengetahui tingkat dan pola kematian menurut golongan umur dan
penyebabnya. Beberapa keadaan kurang gizi mempunyai insidens yang tinggi pada
umur tertentu, sehingga tingginya angka kematian pada umur tersebut dapat
dihubungkan dengan kemungkinan tingginya angka keadaan kurang gizi. Angka
kematian anak balita perlu dianalisis pada setiap distribusi umur. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa pada umur yang sama terdapat kejadian tertinggi dari penyakit
tertentu. Apabila data setiap umur tidak tersedia, maka analisis dapat dilakukan pada
tiga periode, yaitu umur 2 sampai 5 bulan, 1 sampai 4 tahun, dan umur 2 tahun.
D. Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyebab Tertentu
Angka penyebab penyakit dan kematian pada umur 1-4 tahun merupakan
informasi yang penting untuk menggambarkan keadaan gizi di suatu masyarakat.
Perlu disadari bahwa angka tersebut terkadang kurang menggambarkan masalah gizi
yang sebenarnya. Besarnya proposi kematian balita dapat disebabkan oleh penyakit
diare, parasit, pneumonia, atau penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti campak dan
bantuk rejan. Demikian pula halnya pada pencatatan penyebab penyakit. Keadaan
kekurangan gizi yang menyertai penyakit lainnya tidak terekam sebagai penyakit
penyerta. Seharusnya kalau suatu penyakit dianggap sebagai penyebab kematian
akibat kwashiorkor dan marasmus, maka kedua penyakit tersebut harus dicatat dalam
pelaporan dan bukan hanya salah satu saja.
2.3.3 Contoh Kasus
Di negara yang sedang berkembang angka kematian bayi dan anak relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju. Penyebab utama kematian
adalah penyakit infeksi dan parasit, serta banyak di antaranya yang berhubungan
dengan kekurangan gizi. Faktor multidimensional yang mempengaruhi status gizi
seorang anak adalah faktor sosial-ekonomis sampai pada faktor fisik-biologis. Salah
satu faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh secara timbal balik dengan
keadaan kekurangan gizi adalah penyakit infeksi dan parasit.
Contoh kasus yaitu diare pada bayi. Penyebab diare sangat
komplek.Penyebab utamanya sering terjadi secara bersamaan dan saling
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Brdskan adanya kenyataan ini,
ditambah dengan praktik pemberian makanan bayi yang keliru, maka data angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare dapat dijadikan petunjuk secara
tidak langsung mengenai keadaan malnutrisi di suatu masyarakat.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Penentuan status gizi secara biokimia dilakukan dengan pemeriksaan status
biokimia cairan tubuh, jaringan tubuh, dan tes fungsional.
2. Penilaian status gizi dengan statistik vital yakni dengan menganalisa data statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai