Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI PERKEBUNAN HILIR

Disusun Oleh :
Nama : Rima Nadya Wulandari
NIM : 171710101011
Kelompok/Kelas : 5/ THP-C
Acara : Tembakau

Asisten : 1. Adelia Dwi Enjelina


2. Akhmad Nasykhuddin
3. Dafiq Kurniawan
4. Hanindia Dena P.
5. Indri Mar’atus Sholeha
6. Nindy Rahayuningtyas

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ROKOK

Rokok merupakan sebuah benda berbentuk silinder berisi daun tembakau


yang telah dicampur dengan bahan-bahan lainnya yang dikonsumsi untuk
memberikan efek tertentu bagi penggunanya. Rokok akan menmbulkan 2 efek yaitu
efek negatif dan positif. Efek negatif dari rokok yaitu menimbulkan bermacam-
macam penyakit antara lain penyakit jantung, kanker hati, infeksi paru-paru, dan
lain-lain. Efek positif dari rokok yaitu menurunkan resiko penyakit sendi,
mengurangi resiko penyakit parkinson, mencegah obesitas, dan lain-lain.(David,
2003)

Menurut Tendra (2003) Rokok biasanya berbentuk silinder dari kertas daun
tembakau dan daun jagung. Rokok biasanya memiliki panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi ) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau
yang telah dicacah. Ukuran, bentuk, dan jenis pembungkus rokok sanagt
bermacam-macam. (Gondodiputro, 2007) Jenis-jenis rokok dapat dibedakan
sebagai berikut

A. Jenis Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkusnya


1. Rokok klobot merupakan rokok klobot merupakan rokok yang dibuat dengan
menggunakan bahan pembungkus kulit jagung.
2. Rokok kswung meupakan rokok yang dibuat dengan pembungkus daun aren.
3. Sigaret merupakan jenis rokok yang dibungkus dengan menggunakan bahan
kertas.
4. Cerutu merupakan jenis rook yang dibungkus dengan daun tembakau yang
dikeringkan.
B. Jenis Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi
1. Rokok putih merupakan rokok yang dibuat dengan bahan baku utama daun
tembakau yang diberi tambahan saus sebagai penambah cita rasa.
2. Rokok kretek merupakan rokok yang dibuat dengan memanfaatkan bahan baku
berupa campuran daun tembakau dan cengkeh yang juga diberi saus sebagai
peningkat cita rasa.
3. Rokok klembak merupakan rokok yang bahan baku utamanya berupa
campuran cengkeh, tembakau, dan kemenyan yang diberi tambahan saus untuk
meningkatkan cita rasanya.
C. Jenis Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya
1. Sigaret kretek tangan(SKT) merupakan rokok yang dibuat secara manual
menggunakan tangan dan peralatan sederhana.
2. Sigaret kretek mesin (SKM) merupakan rokok yang dibuat secara manual
menggunakan tangan dan peralatan sederhana.
D. Jenis Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter
1. Rokok filter(RF) merupakan rokok yang dilengkapi dengan gabus penghisap.
2. Rokok non filter(RNF) merupakan rokok yang tidak dilengkapi dengan gabus
penghisap.
E. Jenis Rokok Berdasarkan Komposisi
1. Bidis merupakan tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan
diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada
rokok buatan pabrik. Biasanya ditemukan di Asia Tenggara dan India.
2. Cigar merupakan rokok yang berisi fermentasi daun tembakau yang diasapi,
digulung dengan daun tembakau.
3. Kretek merupakan rokok yang berisi campuran tembakau dengan cengkeh atau
aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling
berkembang dan banyak di Indonesia.

SYARAT MUTU ROKOK

Di Indonesia sangat benyak perusahaan yang meproduksi rokok. Dengan


demikian, pemerintah wajib mengelurkan syarat-syarat mutu tembakau yang akan
diolah menjadi berbagai jenis rokok. Hal ini bertujuan agar produk rokok yang
beredar dipasaran dapat dijaga kualitasnya. Syarat-syarat mutu tembakau ranjangan
menururt SNI 01-3934 tahun 1995 antara lain:
No Kriteria Persyaratan
Test

A1 Hama Lasioderma Tidak ada


Hidup

A2 Kapang Tidak ada

A3 Warna Hijau Mati Dan Tidak ada


Hitam Busuk

A4 Bau Tanah, Duf Dan Tidak ada


Muf.

A5 Ketuaan Daun Tidak ada

A6 Tingkat Kekeringan Tidak ada

A7 Ukuran Lebar Rajangan Tidak ada

B1 Warna Hitam berkilau Cerah sekali (Mutu I), Coklat tua-hitam Cerah
(Mutu II), Coklat kemerahan-kehitaman Cerah (Mutu III),
Merah-kecoklatan Cerah (Mutu IV), Kuning-kecoklatan Cerah
(Mutu V), Kuning-kehijauan Cukup cerah (Mutu VI), Hijau-
kekuningan (Mutu).

B2 Pegangan/body Tebal, antep, mantap sekali, lebih lekat, supel, mudah


menggumpal (Mutu I ). Tebal, antep-mantep, lekat, supel,
mudah menggumpal, tidak keropos (Mutu II). Tebal, antep-
mantep,
lekat, supel, mudah menggumpal, tidak
keropos (Mutu III). Tebal, antep-mantep, lekat, supel (mutu IV).

B3 Aroma Segar, sangat harum, halus dan dalam gurih sekali, manis sekali
(Mutu I). Segar, sangat harum, halus dan dalam, mantap gurih
dan manis sekali (Mutu II). Segar, harum, halus, mantap gurih,
manis (Mutu III). Sega, harum, kurang halus, mantep, gurih,
manis (Mutu IV).

B4 Posisi Daun Atas pronggolan (Mutu I). Atas Pronggolan (Mutu II). Atas s/d
Tengan Atas pronggolan s/d tenggokan (Mutu III). Tengah Atas
tenggokan (Mutu IV). Tengahan dada (Mutu V). Tengah Bawah
ampedan II (Mutu VI). Daun Kaki ampadan I (Mutu VII).

B5 Kemurnian Murni (Mutu I). Murni (Mutu II). Murni (Mutu III). Murni
(Mutu IV). Murni (Mutu V). Murni (Mutu VI). Murni (Mutu
VII).

B6 Baik Baik (Mutu I). Baik (Mutu II). Baik (Mutu III). Baik (Mutu IV).
Cukup baik
(Mutu V). Cukup baik (Mutu VI). Cukup baik (Mutu VII).

Sumber: SNI 01-3934-199


DAFTAR PUSTAKA

David E. 2003. Mayo Clinic Family Health Book. The ultimate home medical
reference 3rd. USA: Mayo Clinic.
Gondodiputro, Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk Bentuk Sediaan
Tembakau. BIKM. Fakultas Kedokteran.Bandung : Universitas
Padjadjaran.
Hans Tendra. 2003. Merokok dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia
Standart Nasional Indonesia. 1995. Syarat Mutu Tembakau. Jakarta. Badan
Standarisasi Nasional
ARTIKEL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI PERKEBUNAN HILIR

Disusun Oleh :
Nama : Rima Nadya Wulandari
NIM : 171710101011
Kelompok/Kelas : 5/ THP-C
Acara : Teh

Asisten : 1. Adelia Dwi Enjelina


2. Akhmad Nasykhuddin
3. Dafiq Kurniawan
4. Hanindia Dena P.
5. Indri Mar’atus Sholeha
6. Nindy Rahayuningtyas

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
TEH

Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman yang banyak ditanam


di berbagai negara di dunia. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
beriklim sejuk. Keadaan geografis di Indonesia yang sebagian terdiri dari
pegunungan merupakan daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh. Oleh
karena itu, banyak perusahaan di Indonesia yang memilih mengembangkan
produksi dibidang teh. Teh merupakan minuman yang mengandung kafein, sebuah
minuman yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun
yang di keringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas.

Daun teh yang telah dipetik harus segara diolah sebelum terjadi perubahan
sifat. Pada pengolahan daun teh yang telah dipanen, terdapat berbagai cara yang
dapat dilakukan. Cara dan pengolahan teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
antara lain teh hijau, teh oolong, dan teh hitam.

A. Teh Hijau

Teh hijau merupakan Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses
fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap
digunakan untuk membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya
dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau
dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang
menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et al.,
2009). Selain itu, mengonsumsi teh hijau juga dipercayai memiliki efek untuk
menurunkan angka mortalitas pasienpasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe
et al., 2009).

B. Teh Oloong

Teh Oolong meru teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan
lama dengan udara saat diolah sehingga menimbulkan terjadinya proses fermentasi.
Fermentasi pada teh oloong hanya sebagian (30-70%). Hasilnya, warna teh menjadi
cokelat kemerahan. Teh Oolong mengalami beberapa tahapan proses yaitu
pemetikan, pelayuan, pengeringan, penggulungan. Pada proses penggulungan
dilakukan dengan sistem open top roller selama 5-12 menit. Tujuannya adalah
untuk memecah sel daun sehingga menghasilkan rasa sepat. Tapi proses
penggulungannya tidak sampai hancur seperti pada proses teh hitam ( pada bagian
penggilingan ) (Sujayanto, 2008).

Pada teh oloong memilk kandungan katekin, theaflavin, thearubigin yang


lebih tinggi dibandingkan teh yang lainnya. Dengan tingginya kandungan-
kandungan tersebut, teh oloong diperkaya dapat mencegah penyakit antara lain
menstabilkan gula darah, menurunkan kolestrol, mencegah kerusakan gigi, dan
lain-lain. Selain manfaat, teh oloong juga memberikan efek samping bagi
pengonsumsinya. Efek samping tersebut antara lain menyebabkan diare, muntah-
muntah, bahkan kejang-kejang.

C. Teh Hitam
Teh hitam merupakan teh yang didapat dari hasil penggilingan yang
menyebabkan daun terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan
udara sehingga menghasilkan senyawa tea flavin dan tearubugin. Artinya, daun teh
mengalami perubahan kimiawi sempurna sehingga semua kandungan katekin
terfermentasi menjadi tea flavin dan tearubugin. Warna hijau bakal berubah
menjadi kecoklatan dan selama proses pengeringan menjadi hitam. Teh hitam
paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi (Sujayanto, 2008).

PENGERTIAN TEH INSTAN

Teh instan merupakan teh yang berasal daun teh kering yang diolah dengan
beberapa teknik dan menghasilkan serbuk teh. Hasil dari serbuk teh tersebut
langsung dapat diseduh dan diminum tanpa m eninggalkan residu atau ampas.
Pengolahan teh instan dilakukan dengan beberapa cara. Tahap permatama yaitu
ekstraksi. Daun yang kering diekstrak dengan menggunakan air sebagai pelarutnya.
Pengekstrakan harus dilakukan secara maksimal sehingga dihasilkan ekstrak yang
kental dan memiliki flavor yang maksimal. Tahapa kedu yaitu pengeringan.
Pengeringan teh instan dalam dilakukan dengan tiga cara antara lain pengerinag
semprot (spray drayer), pengeringan beku (freeze drayer), dan dengan kristalisasi
menggunakan gula dan panas (Ferruzzi, et al 2002).

SYARAT MUTU TEH

Di Indonesia sangat benyak perusahaan yang meproduksi teh. Produksi teh


tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang besar namun, banyak juga diproduksi
oleh pengusaha-pengusaha kecil. Dengan demikian, pemerintah wajib
mengelurkan syarat-syarat mutu teh. Hal ini bertujuan agar produk teh yang beredar
dipasaran dapat dijaga kualitasnya. Syarat-syarat mutu teh antara lain
No Jenis uji Satuan Syarat
1. Aroma teh kering - Wangi khas
2. Rasa dan aroma air - Normal khas
seduhan
3. Benda asing % b/b Tidak boleh ada
4. Bahan pewangi yang % b/b Maks. 2
tersisa
5. Air % b/b Maks. 8
6. Abu % b/b 4-7
7. Bahan tambahan pangan: - Sesuai dengan
SNI 01-0222-1995
7.1. Pewarna Sesuai dengan
SNI 01-0222-1995
8. Cemaran logam.
8.1. Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 150
8.2. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
8.3. Seng (Zn) mg/kg Maks. 40
8.4. Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,03
8.5. Timah (Sn) mg/kg Maks. 40
9. Cemaran arsen mg/kg Maks. 1,0
10. Cemaran mikroba
10.1. Angka Lempeng Total Koloni/g Maks. 3 x 103
10.2. Caliform APM/g Maks. 1 x 102
10.3. Kapang Koloni/g Maks. 1 x 104
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1991)
DAFTAR PUSTAKA
Ferruzzi, M. G., Bohm, V., Courtney, P.D., dan S.J. Schwartz., 2002. Antioxidant
and antimutagenic activity of dietary chlorophyll derivatives determined by
radical scavenging and bacterial reverse mutagenesis assays. J. Food Sci.
67(6):2589-2594.
Imaeda A. I., Watanabe A., Sohail A. S., Mahmood S., et al. 2009.
Acetaminopheninduced hepatotoxicity in mice is dependent on Tlr9 and the
Nalp3 inflammasome. The Journal of Clinical Investigation. Volume 119
(2) : 246
Kushiyama M, Shimazaki Y, Murakami M, Yamashita Y. 2009. Relationship
Between Intake of Green Tea and Periodontal Disease. J Periodontol : 372-
77
Sujayanto, G. 2008. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial
Oktober(I): hal. 34-38.
Badan Standarisasi Nasional. 1991. SNI 01-1902-1991. Teh Hijau. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai