Abstrak
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Oleh menteri Kesehatan Republik Indonesia, DHF telah ditetapkan
menjadi salah satu penyakit menular yang harus dilaporkan dalam waktu satu kali dua puluh
empat jam. Hal ini disebabkan karena angka kematian yang tinggi, angka kesakitan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, daerah yang terjangkit semakin meluas khususnya di daerah
perkotaan yang padat dan adanya beberapa Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berdampak pada
bidang pariwisata. Penyakit DHF dalam dua puluh tahun terakhir merupakan penyakit yang
menimbulkan keresahan masyarakat karena menyerang terutama pada anak-anak dan terjadinya
kematian yang mendadak sesudah demam tinggi mendadak, serta menyerang beberapa anggota
keluarga secara bersamaan atau selang beberapa hari dan penyakit ini sulit diramalkan
kesudahannya. Pada saat wabah menyerang anak-anak dengan tanda demam tinggi disertai
perdarahan dan syok. Vektor penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang banyak di
perkotaan dan Aedes Albopictus (transmitan co-vector) di perdesaan. Penularan DHF berkaitan
dengan musim penghujan khususnya pada permulaan dan pada akhir musim. Adapula jika cepat
terdeteksi dan ditangani dini, maka prognosisnya akan baik.
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, penyakit menular, KLB, vektor nyamuk, musim hujan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
o Untuk mengetahui upaya manajemen program puskesmas dalam melakukan
pemberantasan DHF melalui tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, serta
protektif.
o Untuk melatih masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
o Untuk mengetahui status kejadian DHF disuatu wilayah.
o Mempelajari tentang Program-program puskesmas dalam melakukan pemberantasan
penyakit-penyakit melular yaitu Demam Berdarah Dengue
o Mempelajari tentang bagaimana peran Dokter di puskesmas dalam menjalankan tugasnya
sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat
o Mempelajari tentang peran dan fungsi Puskesmas bagi masyarakat
o Mempelajari tentang Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario : Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan DHF masih
didapatkan prevalensi DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%. Rata-rata penderita datang
terlambat sehingga terlambat juga dirujuk ke Rumah Sakit. Berdasarkan pemantauan jentik,
didapatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Berdasarakan pemantauan jentik didapatkan
angka bebas jentik 60 %. Dilihat dari situasi endemisitas desa, maka beberapa desa termasuk
desa endemis dan sisanya termasuk desa sporadik. Kepala Puskesmas akan melakukan
revitalisasi program pemberantasan DHF dan ingin didapatkan insidens yang serendah-
rendahnya dan CFR serendah-rendahnya dan CFR 0%.
A. Epidemiologi DBD
a. Agent : Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)
yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family falvivirus, family flaviviridae dan
mempunyai 4 jenis serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang di tularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat di hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih
dari 1000 meter diatas permukaan air laut.
Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype bersangkutan,
sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak
dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotype yang lain. Serotype 3
merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan
manifestasi klinis yang berat.1,2
b. Pejamu (host): virus dengue ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypty. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat mengigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang ada dalam kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic ebcubation period) sebelum dapat di
tularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina
dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission) , namun perananya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidup (infektif). Didalam
tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari
sebelum panas sampai 5 hari setelah demem timbul. 1,2,3
c. Lingkungan (environment).2,3
Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga
berpengaruh pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut.
1) Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak
kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang
pisang, air di kaleng bekas atau ban bekas dan tanaman hias.
a. Letak geografis: Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di
berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik seperti Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap
tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda.
Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam
lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam
yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan
nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem
kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang
menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
Puskesmas:4,5
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau
kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan.
Tujuan:
Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas.4
Fungsi:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
- Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
- Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat:
- Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat.
- Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.
- Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
- Pelayanan kesehatan perorangan
- Pelayanan kesehatan masyarakat
B. Sistem Puskesmas
Dalam menangani sebuah kasus permasalahan, perlu dievaluasi ulang apa saja pembentuk
unsur-unsur daripada pelaksanaan suatu program. Dalam hal ini yang perlu ditinjau ulang ialah
sistem daripada permasalahan tersebut. Sistem adalah gabungan elemen yang dihubungkan oleh
proses/struktur yang berfungsi untuk menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Ciri-ciri
sistem ialah:
- Mempunyai tujuan
- Terdiri dari beberapa elemen yang membentuk suatu kesatuan
- Mengubah input menjadi output
- Dipengaruhi oleh lingkungan
- Mempunyai mekanisme pegendalian mengatur diri sendiri dan adaptasi
i. Planning (perencanaan)
Menurut Billy E. Goets, planning adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari
beberapa kemungkinan yang tersedia yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Dalam
kehidupan sehari-hari dikenal beberapa istilah yang agak identik dengan perencanaan.9 Istilah
yang dimaksud adalah:6
Peramalan (forcasting)
Penyelesaian masalah (problem solving)
Penyusunan program (programming)
Penyusunan rancangan (designing)
Pengkajian kebijakan (policy analysis)
Proses pengambilan keputusan (decision making process)
Macam perencanaan ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana, tingkatan rencana
maupun dari ruang lingkup adalah:7
i) Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana dalam waktu jangka panjang, jangka
menengah atau jangka pendek
ii) Ditinjau dari tingkatan rencana dari aspek induk, operasional atau harian
iii) Ditinjau dari ruang lingkup yang mencakupi
Strategik
Taktis
Menyeluruh
Terpadu
Unsur-unsur planning (perencanaan) antara lain adalah rumusan misi, rumusan masalah,
rumusan tujuan umum dan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi
pendekatan, waktu, organisasi dan tenaga pelaksana, biaya dan metoda penilaian dan
kriteria keberhasilan
ii. Organization (pengorganisasian)
Controlling adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan
pelaksana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Definisi lain
menyebutkan controlling (pengawasan) adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu
program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Untuk melaksanakan pengawasan perlu diperhatikan:6,9
Obyek pengawasan, yaitu hal-hal yang akan diawasi dari pelaksanaan program
Metoda pengawasan, yang merupakan mekanisme umpan-balik
Proses pengawasan, merupakan langkah langkah yang terdiri: merumuskan rencana,
tujuan dan standar pengawasan, mengukur penampilan, membandingkan hasil dengan
standar, menarik kesimpulan dan melaksanakan tindak lanjut
1. Man
Dokter
Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang
baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan
yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang
lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.
WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor,
antara lain:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter
sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya.
Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan
rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu
memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut
pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat,
seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat
menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari
sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu,
kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga
merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di
masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan
kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,
menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap
dokter
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian
dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-
masing disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas
profesi.
Koordinator P2M dan PKM
Petugas Laboratorium
Petugas Administrasi
Kader aktif
Jumantik
2. Money:
Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:
1. APBD : sebagai contoh, APBD menyediakan
anggaran untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis,
bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kotamadya.
2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk
operasional, pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan
penanggulangan DBD
3. Matrial:
Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, senter
b. Alat pemeriksaan hematokrit
c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat
d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di Rumah
Sakit)
e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)
f. Buku petunjuk program DBD
g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD
h. Larvasida
Non-Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Gedung puskesmas
b. Ruang tunggu
c. Tuang administrasi
d. Ruang periksa
e. Ruang tindakan
f. Laboratorium
g. Apotik
h. Perlengkapan administrasi
i. Formulir laporan
4. Method:
Terdapat metode untuk:
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam
3. Diagnosis pasti penderita DBD: ditegakan bila mememukan criteria klinis
pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan
peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG)
4. Surveilans kasus DBD: dilakukan berdasarkan lapaoran kasus setiap
klinik, dokter praktek umum, puskesmas serta rumah sakit
5. Surveilans vector DBD: : pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan oleh
petugas kesehatan dan jumantik di tempat-tempat penampungan air (TPA)
yang menjadi perindukan nyamuk (bak mandi, drum, vas bunga, kaleng
bekas) di rumah-rumah yang di pilih secara acak dan dilaksanakan secara
acak dan dilaksanakan secara teratur setiap 3 bulan
6. Pemeberatasan vector
a. Abatisasi selektif
Pemberian bubuk abate yang dilakukan oleh petugas kesehatan ,
jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang
tidak dapat dikuras. Caranya dengan menaburi tempat tersebut dengan
bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok peres ( 10 gram) untuk
100 liter air.
b. Kegiatan 3M
Dengan Bulan Gerakan 3 M yang perwujudannya melalui jumat
bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan
pengawasan kader PKK: menguras, menutup dan mengubur tempat
pertumbuhan jentik.
c. Fogging fokus
Pengasapan menggunakan insektisida yang dilakukan pada titik fokus
dan sekitarnya dengan jarak radius 100 meter atau kurang lebih 20
rumah sekitarnya. Dilakukan 2 siklus dengan dengan jarak seminggu.
Fogging fokus ini dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (PE)
positif, yaitu:
Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus
DBD lain
Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus
demam.
Ada kasus DBD meninggal
d. Fogging massal
Dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah daerah endemis merah pada
awal dan akhir musim penghujan.
7. Penyuluhan kesehatan
Perorangan: penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab/ konsultasi
terhadap individu yang berobat di puskesmas.
Kelompok: dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum
dan di sekolah melalui diskusi, dan menggunakan poster.
8. Pelatihan kader PSN : kader PSN dilatih di puskesmas kecamatan
9. Pencatatan dan pelaporan kasus
2. Organisasi
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam rangka melaksanakan
program pemberantasan DBD. Serta juga terdapat strukur organisasi tertulis dan
pemberian tugas yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses
mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau
mengatur sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Susunan organisasi
Puskesmas terdiri dari:
a. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmasb.
b. Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usaha
c. Unsur Pelaksana.
Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional. Jumlah unit tergantung
kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing. Unit-unit terdiri dari:Unit I,
Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V, Unit VI, Unit VII. Kepala Puskesmas, mempunyai
tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikegiatan Puskesmas yang dapat
dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan,perlengkapan dan
surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
Unit I.mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencanadan perbaikan gizi. Unit II,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit,khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
sederhana. Unit III,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan tenaga kerjadan manula. Unit IV,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat, kesehatansekolah dan olah raga, kesehatan jiwa,
kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya. Unit V,mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatanmasyarakat dan penyuluhan kesehatan
masyarakat. Unit VI,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan
rawat nginap. Unit VII,mempunyai tugas melaksanakan kefarmasian.
3. Pelaksanaan
Proses bimbingan kepada staf agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia:
Penemuan penderita tersangka : dilakukan setiap hari kerja ( dari
hari senin sampai jumat, dari pukul 08.00 sampai 14.00
Rujukan : dilakukan setiap penemuan kasus penderita yang
langsung merujuk ke rumash sakit setiap hari dan waktu kerja.
Diagnosis penderita DBD : didapatkan dari laporan rumah sakit rujukan
Surveilans kasus DBD : dilakukan setiap hari kerja
Surveilans vektor pengamatan jentik berkala: dilakukan 4kali setahun oleh
petugas kesehatan, jumantik, dan kader kelurahan pada tempat penampungan air
pada hari puku 08.00- 14.00
Pemberantasan vektor
i. Abatisasi selektif :dilakukan 4x setahun oleh petugas
kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air
yang tidak dapat dikuran pada hari kerja pukul 08.00 -14.00 WIB
ii. Kegiatan 3 M : 4xperbulan oleh masyarakat setiap
hari kerja 08.00- 14.00
iii. Fogging fokus
iv. Fogging massal
Penyuluhan kesehatan
i. Perorangan : setiap hari kerja
ii. Kelompok : 4x/ tahun dilakukan dengan
mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah.
Pelatihan kader PSN :1x/tahun
Pencatatan dan pelaporan kasus : pencatatan dilakukan oleh petugas
Puskesmas 1kali 24 jam setelah menerima laporan dari Rumah sakit rujukan dan
dilaporkan pada tanggal 5 setiap bulannya
D. Keluaran
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system
dari kegiatan pemberantasan DBD
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang
datang ke puskesmas
Contoh : 128 orang/tahun
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak
panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC
atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik
merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi
muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.
Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus
Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang
nyamuk)
Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan
melalui jalur-jalur informasi yang ada:
a. Penyuluhan Kelompok: PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok
agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
b. Penyuluhan Perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, Kepada
penderita/keluarganya di puskesmas, Kunjungan rumah oleh kader/ petugas
puskesmas
c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .
Pemberantasan vector :
Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan
nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah.
Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di
took-toko seperti baygon, dll.
a. Menggunakan insektisida
Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus, seperti :
- Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain seminggu sekali
- Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
- Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-lain, misalnya
dengan tanah.
- Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah
pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung
air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain.
- Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk
- Pasang kawat kasa di rumah
- Pencahayaan dan ventilasi memadai
- Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah
- Tidur menggunakan kelambu
- Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk
E. Dampak
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
a. Langsung : apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan mortalitas kasus
DBD
b. Tidak langsung : apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
F. Promotif
Promosi Kesehatan
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk),
penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui
jalur informasi yang ada :
a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru,
murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.
b. Penyuluha perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada
penderita/keluarganya di puskesmas
c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.
d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I,
Pusat)
Menggerakan masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama sebelum musim
penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat.
Di tingkat puskesmas,ausaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan
dalam program sanitasi
G. Preventif10
Pemberantasan vektor
a. Pengasapan (fogging/ ULV)
pelaksana : petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang
telah dilatih
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit
sasaran : rumah dan tempat-tempat umum
insektisida : sesuai dengan dosis
alat : mesin fog atau ULV
cara pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggu
b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
pelaksana : masyarakat di lingkungan masing-masing
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan
merupakan satu kesatuan epidemiologis.
Sasaran : semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat penampungan
air, barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan sebagainya, di
rumah/bangunan dan tempat umum.
Cara : melakukan kegiatan 3M plus
untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu
melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:
1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak
mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut
tidak bisa dikuras
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan
berkembang biak di dalamnya
3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya
ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain
c. Larvasidasi
pelaksana : tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas
kesehatan kabupaten/kota
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit
sasaran : tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum
Larvasida : sesuai dengan dosis
Cara : larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLB
Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi
temephos yangdigunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau
10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini
mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth
regulator.
H. Kuratif
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan
sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan
komplikasi perlu perawatan intensif.3,10
a. Tirah baring selama masih demam
b. Obat antipiretik atau kompres panas hangat.
c. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak
dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
d. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam,
anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan
diberikan selama 2 hari.
e. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu
turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.
f. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu
menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena.
Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam
faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan
ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA
tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin
I. Protektif
Penyakit DBD sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya, untuk itu yang bisa dilakukan
adalah melakukan tindakan protektif dengan mencegah dan membatasi penyebaran penyakit
DBD melalui upaya memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif dipengaruhi oleh prilaku
dan kebiasaan masyarakat.10
1. Prilaku Masyarakat
Adalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Atau dapat pula diartikan
suatu tindakan yang dilatarbelajangi oleh pengetahuan, sikap dan praktek.
a. Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu, kemudian meningkat menjadi memahami, mengaplikasi,
menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi dari obyek yang diterima oleh panca indera.
Indicator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi:
- pengetahuan tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara
pencegahan DBD)
- pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
- pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)
Salah satu pengetahuan adalah tentang penanaman tanaman antinyamuk seperti cayuputih,
sereh,jahe, lengkuas, kemangi, kencur, jeruk purut, lavender. Pengetahuan mengenai
pemeliharaan ikan cupang, cere kepala timah dapat pula dilakukan untuk pemberantasan
biologic.
b. Sikap
Merupakan penilaian dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesadaran
seperti diatas:
- sikap tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan
DBD)
- sikap tentang cara pemeliharaan kesehatan
- sikap tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)
c. Praktik./Tindakan
Merupakan proses lanjutan yang diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang
diketahui atau disikapi. Indikato praktik kesehatan ini mencakup:
- praktik/tindakan sehubungan dengan penyakit mencakup pencegahan dan pengobatan
penyakit DBD
- praktik/tindakan sehubungan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup
mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang
- praktik/ tindakan sehubungan kesehatan lingkungan mencakup pembuangan sampah pada
tempatnya.
2. Kebiasaan Masyarakat
Berhubungan dengan penyakit DBD adalah kebiasaan tidur siang dan menggantung baju. Hal ini
berhubungan dengan kebiasaan menggigit vector penyakit DBD yang aktif pada pagi dan siang
hari serta kesenangan vector untuk beristirahat dan bersarang didalam rumah pada baju/barang
yang tergantung. Untuk mengubah kebiasaan masyarakat mungkin kesulitan tetapi yang bisa
dilakukan adalah memberi pemahaman tindakan protektif seperti memakai obat nyamuk
bakar/elektrik/spray/repellen atau memakai kelambu saat tidur siang serta melipat baju yang
bergantungan.
Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang ditunjuk oleh
unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab melakukan
pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta melaporkan
hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak hanya terdiri dari
petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak sekolah.
Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-ciri jentik nyamuk Aedes
aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun
kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya
hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat
penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong.
Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air.
Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru.
Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar rumah. Jika
tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena untuk bernafas
jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentik aedes aegypti. Jika
sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka dilakukan abatisasi dan
pencatatan.
Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan untuk
membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan,
kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga, jumlah semua
penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik. Data tersebut
akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke
Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan.
Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(1) Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
(2) Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi,
tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan)
pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menit untuk memastikan
keberadaan jentik.
(3) Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot,
tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.
(4) Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan
senter.
Adapun metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut :
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air
tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes
aegypti biasanya menggunakan persamaan house index kubagai berikut :
11. Sungkar S. Widodo AD, Suartanu N. Evaluasi program pemberantasan demam berdarah
dengue di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Maj Kedokt Indon 2006;56:108-12.
12. Hadisantoso. Modul Latihan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD). Cetakan IV. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jakarta.1998.