Anda di halaman 1dari 15

Kram Betis pada Mekanisme Kerja Otot

Kelompok C4

102014006 Kent Wiranata

102011385 Jelita Septiwati Sitanggang

102013183 Sixtus Resa Tandisau

102013340 Hanna Maria G.

102014040 Cindy Mailangkay

102014113 Nia Uktriae

102014168 Benita Rosalie

102014194 Dwiki Widyanugraha

102014243 Nur Salsabilla

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

1
Abstrak
Sistem ekstremitas inferior pada manusia memiliki mekanisme kompleks dalam melakukan
suatu fungsi berupa gerak. Sistem ini terdiri atas sistem tulang, sistem otot, dan persendian.
Otot maupun tulang pada manusia memiliki struktur dalam penyusunan nya. Namun, sering
kali dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan banyak aktivitas yang dapat
menyebabkan kontraksi otot yang berlebihan. Kontraksi yang berlebihan biasanya dapat
menimbulkan kram pada otot. Kram otot adalah nyeri akibat spasme otot di kaki yang timbul
karena otot berkontraksi terlalu keras, intens, mendadak dan di luar kontrol yang biasanya
menimbulkan nyeri. Biasanya hal ini terjadi saat melakukan aktivitas yang cukup berat
seperti berenang atau melakukan kegiatan yang berat seperti mengangkat beban tanpa
pemanasan.
Kata kunci : Ekstremitas bawah, kontraksi otot, kram

Abstract
Inferior extremities system in human have complex mechanism in performing a function in
form of motion. These system consist of skeletal system, muscular system and joints. Muscles
and bones in human have structure at its composition. However, usually in human daily life,
doing many activities that can make excessive contraction at the muscle. Excessive
contraction in the muscle usually can cause cramps. A muscle spasm (cramps) is the pull of
the muscles, ligaments or tendons caused by excessive strain that occurs suddenly and
briefly, which usually causes pain. Muscle cramps are painful muscle spasms in thelegs due
arising from the muscles to contract too hard, intense, sudden and out of control that usually
make the pain effect. This thing usually happens when doing moderate intensity activity such
as swimming or doing heavy intensity activity such as weight lifting without warming first.
Key words : Inferior extremities, muscle contraction, cramps

Pendahuluan

Pada setiap aktifitas yang sering kita lakukan sehari-hari tentu tidak lepas dari sistem
muskuloskeletal agar dapat berjalan dengan baik. Otot juga berperan dalam penyusunan
tubuh manusia Selain fungsi-fungsi tersebut, otot dan tulang juga menjalankan banyak fungsi
anatomis dan fisiologis lainnya, misalnya otot membantu menjaga suhu tubuh melalui

2
menggigil, dan tulang ikut menjalankan fungsi proteksi misalnya tulang tengkorak yang
melindungi otak.

Salah satu gangguan pada sistem muskuloskeletal yang lebih umum dan sering terjadi, adalah
kram otot. Gangguan ini dapat terjadi pada setiap orang dalam melakukan kegiatan sehari-
hari baik yang ringan maupun berat. Meskipun sering dianggap biasa saja, kram otot sangat
mengganggu kegiatan dan juga menimbulkan rasa sakit yang cukup besar bagi orang yang
menderitanya. Kram otot merupakan gangguan yang disebabkan oleh abnormalitas fungsi
saraf yang mengatur kontraksi dan relaksasi otot, atau neuron motorik. Untuk memahami
mengenai gangguan ini lebih lanjut, kita perlu memahami banyak hal mengenai sistem
muskuloskeletal, terutama pada otot.

Ekstremitas Bawah1-4
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan
tulang-tulang phalanges.

1) Tibia
Proximal : 2 epicondylus lateralis dan medialis.
Diantaranya : eminentia intercondyloidea, fossa intercondyloidea.
Pada condylus lateralis dan medialis ada;
facies lateralis – berbentuk concaf
facies medialis – bentuk oval dan datar1-4

Gambar 1. Os Tibia
Sumber : http://www.google.com/images

3
2) Fibula
Proximal : capitulum fibulae
Dorsoventral : bagian distal sebelah dorsal ada sulcus musculus peronaeus longus
Lateral medial : malleolus fibulae

Gambar 2. Os Fibula
Sumber : http://www.google.com/images

3a) Tarsalia (Pangkal Kaki)


Os tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri atas :
a)Talus
b)Kalkaneus
c)Navikulare
d)Os cuboideum
e)Os cuneiforme 1-4

3b) Metatarsalia
Os metatarsalia mempunyai 5 buah tulang metatarsal I, II, III, IV, dan V. Bagian proksimal
dari masing-masing tulang agak lebar disebut basis ossis matatarsale.

3c) Falang Pedis


Os falang pedis merupakan tulang-tulang pendek. Falang I terdiri atas 2 ruas yang lebih besar
daripada yang lainnya. Fallang II, III, IV, dan V mempunyai 3 ruas lebih kecil dan lebih
pendek dibandingkan falang I. Pada ibu jari terdapat dua buah tulang kecil berbentuk bundar
yang disebut tulang baji (os sesamoid). 1-4

4
Gambar 3. Os Pedis
Sumber : http://www.google.com/images

Otot-otot Ekstremitas Bawah beserta fungsinya


A. Otot Kruris (Kaki)
OTOT-OTOT VENTRAL BETIS
1. M.tibialis anterior
Fungsi : untuk melakukan fleksi dorsal
2. M.extensor hallucis longus
Fungsi : untuk melakukan ekstensi
3. M.extensor digitorum longus
Fungsi : untuk melakukan ekstensi
4. M.fibularis (peroneus) tertius
Fungsi : untuk melakukan plantar fleksi

OTOT-OTOT LATERAL BETIS


M. Peroneus fibularis tertius
Fungsi : untuk melakukan ekstensi

OTOT-OTOT DORSAL BETIS BAGIAN PERMUKAAN


1. M.triceps surae ( M. Gastroknemius (kaput medial dan lateral), M. soleus, M.plantaris)
Fungsi : untuk melakukan fleksi

5
OTOT-OTOT DORSAL BETIS BAGIAN DALAM
1. M.popliteus
Fungsi : untuk melakukan rotasi medial
2. M.tibialis posterior
Fungsi : untuk melakukan fleksi plantar
3. M.flexor digitorum longus
Fungsi : untuk melakukan fleksi plantar
4. M.flexor hallucis longus
Fungsi : untuk melakukan fleksi plantar

OTOT-OTOT KAKI DORSAL


1. M.ekstensor digitorum brevis
Fungsi : untuk melakukan ekstensi
2. M.ekstensor hallucis brevis
Fungsi : untuk melakukan ekstensi

OTOT-OTOT MEDIAL TELAPAK KAKI


1. M.abduktor hallucis
Fungsi : untuk melakukan abduksi
2. M.flexor hallucis brevis
Fungsi : untuk melakukan fleksi
3. M.adduktor hallucis
Fungsi : untuk melakukan adduksi

B. Otot Pedis
OTOT-OTOT BAGIAN TENGAH TELAPAK KAKI
1. M.flexor digitorum brevis
Fungsi : untuk melakukan fleksi
2. M.quadratus plantae
Fungsi : untuk mendukung M. Fleksor digitorum longus
3. Mm.interosei plantares I-III
Fungsi : untuk melakukan fleksi dan adduksi ke jari 2
4. Mm.interossei dorsales pedis I-IV
Fungsi : untuk melakukan fleksi, adduksi medial jari 2 dan abduksi lateral jari 3 dan 4

6
OTOT-OTOT LATERAL TELAPAK KAKI
1. M.abduktor digiti minimi
Fungsi : untuk melakukan abduksi
2. M.flexor digiti minimi brevis
Fungsi : untuk melakukan fleksi
3. M.opponens digiti minimi
Fungsi : untuk melakukan oposisi2-5

Gambar 4. Otot Tungkai Bawah


Sumber : http://www.google.com/images

Gambar 5. Otot Tungkai Bawah


Sumber : http://www.google.com/images

7
Sendi6

Pergerakkan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalan rangka tulang tidak ada. Kelenturan
dimungkinkan oleh adannya persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua
tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakkan dan
fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian ditetapkanberdasarkan jumlah dan tipe
pergerakkannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakkan yang
dilakukkan.

Persendian dikelompokkan menjadi sinartrosis, amfiartrosis, diartrosis.

A. Sinartrosis adalah persendian yang tidak memungkinkkan terjadinnya gerakkan.


B. Amfiartrosis adalah persendian tulang dengan gerakkan yang sangat terbatas
C. Diartrosis adalah persendian yang menyebabkan gerakkan bebas dan biasanya terjadi
pada tulang-tulang panjang dan memiliki mobilitas cukup besar.

Articulatio coxae

 Persendian antara caput femoris dengan acetabulum coxae


 Lebih stabil,tetapi kurangmobil dibandingkan art. Humeri, karena caput femoris
masuk acetabulum lebih dalam
 Mensuport berat badan

Gambar 6. Articulatio Coxae

Sumber : http://www.google.com/images

Dilindungi oleh : capsula articularis yang kuat, ligamentum dan otot-otot yang kuat
 Capsula articularis
Tebal dan kuat, memanjang dari caput femoris ke acetabulum, menutupi caput dan collum
femoris, susunan ini mencegah caput femor keluar dari acetabulum, benang capsul
8
mengelilingi collum femoris dikenal sebagai retinaculum yang menambah stabilitas capsul,
a. retina cularis berjalan sepanjang retinaculum.

Gambar 7. Articulatio Coxae

Sumber : http://www.google.com/images

Ligamentum
Diperkuat oleh 3 ligamentum inta capsularis
yang berbentuk spiral yaitu :
 Lig. Iliofemoralis : berbentuk huruf V, memperkuat regio anterior capsul articulatis
 Lig. Ischiofemoralis : berbentuk spiral, terletak di posterior
 Lig Pubofemoralis: berbentuk segitiga, terletak di Inferior

Semua ligamentum ini akan menjadi tegang bila articulatio coxae estensi, Art. Coxae lebih
stabil pada waktu extensi.

Ligamentum caput femoris (Lig.teres)


• Berasal dari sepanjang acetabulum menuju pusat caput femoris
• Tidak berpengaruh terhadap penguatan persendian
• Yang khas : mempunyai arteri yang mensuplai caput femoris
Pergerakan pada art coxae
- flexi, extensi, abduksi, adduksi, rotasi dan circumducti

Articulatio genu (sendi lutut)


• Merupakan persendian yang besar dan diarthrosis yang komplit
• Sendi ini terutama sendi engsel (hinge), tetapi bila lutut di flexi, maka juga terjadi
sedikit rotasi dan pergerakan kelateral seperti pada sendi pelana
Terdiri atas 2 articulatio yang terpisah
1. Art. Tibio Femoralis

9
Persendian antara condylus femoralis dengan condylus tibia
2. Art. Patellofemoralis
Persendian antara patella dengan facies patellaris femur

Gambar 8. Articulatio Genu

Sumber : http://www.google.com/images

Mempunyai capsula articularis yang menutupi daerah medial, lateral dan posterior
persendian, bagian anterior, ditutupi oleh M. quadriceps femoris, dimana patella tertanam
dalam tendon ini, Lig. Patellaris terdapat diluar patella dan berakhir pada permukaan anterior
tibia.
Pada bagian dalam capsula articularis dan didalam persendian pada condylus tibia terdapat
sepasang bantalan (FAD) Fibrocartilago yang berbentuk huruf C, bantalan ini dinamakan
Meniscus lateralis dan medialis yang menstabilkan persendian ini di medial dan lateral dan
selalu berubah tergantung kedudukan femur.

Ligamentum
Ada 2 ligamentum dikedua sisi persendian yang menjadi tegang pada waktu extensi
dan menambah stabilitas persendian (extra capsularis) :
1. Lig. Collateralis Fibularis
Berjalan dari femur ke fibula, mencegah hiper adduksi tungkai bawah
2. Lig. Collateralis Tibialis
- Berjalan dari femur ke fibula, mencegah hiper
abduksi tungkai bawah
- Melekat pada meniscus medialis, sehingga kalau lig collateralis tibialis cedera, akan
mencederai meniscus medialis juga.
Di bagian dalam capsula articularis (intra capsularis) ditemukan :
 Lig. Cruciatum anterior dan posterior yang bersilang satu sama lain membentuk huruf
X
 Lig. Cruciatum Anterior (ACL)
- Berjalan dari bagian posterior femur ke bagian anterior tibia
- Bila lutut extensi, ACL tertarik kuat, dan mencegah hiper extensi, mencegah tibia
terlalu ke anterior.

10
 Lig. Cruciatum Posterior (PCL)
- Berjalan dari Antero-Inferior femur menuju sisi posterior tibia
- Tegang pada flexi, sehingga mencegah hiperflexi sendi lutut
- Mencegah pergeseran tibia ke belakang

Manusia adalah Bipedal Locomotion, artinya berjalan pada kedua kaki. Aspek penting
Kemampuan mengunci sendi lutut pada waktu extensi dan berdiri lurus tanpa otot tungkai
berkontraksi. Pada waktu extensi penuh, tibia berotasi kelateral sehingga menguatkan lig.
Cruciatum medial dan menjepit meniscus diantara tibia dan femur.
Kondisi ini memungkinkan seseorang berdiri lama tanpa menggunakan otot tungkai.
Untuk melepaskan ini, supaya terjadi flexi, maka sendi lutut harus dibuka kuncinya dengan
kontraksi M. Popliteus yang menyebabkan sedikit pergerakan rotasi antara tibia dan femur.4

Articulatio talocruraris
• Merupakan sendi engsel (hinge) dimodifikasi dimana mempunyai 2 articulatio dengan
1 capsul articularis
• Persendian itu :
• Pergerakan : Dorso dan plantar flexi

Gambar 9. Articulatio cruraris.


• Capsula articularis menutupi permukaan distal tibia, maleolus medialis, maleolus
lateralis dan talus.

Ligamentum
1. Lig. Deltoid (medial)
Mengikat tibia ketulang kaki medial, mencegah over-eversio kaki, sangat kuat.
2. Lig. Lateralis
Mengikat fibula ke tulang kaki lateral, mencegah over-inversio kaki, mudah robek.
3. Lig. Tibio Fibulo anterior dan posterior
Mengikat tibia dan fibula

11
Persendian tulang kaki
Persendian tulang kaki berupa sinovial
1.Persendian intertarsalia
Persendian diantara tulang-tulang tarsal gerakan. Inversi dan eversi

2.Art. Tarso metatarsalia


Sendi pelana dengan gerakan side to side yang terbatas, cumeuiforme 1,2,3, bersendi dengan
metatarsal 1,2,3, cuboideum bersendi dengan metatarsal 4,5.

3.Art. Metatarso phalangeal


Persendian antara metatarsal dan palangeal, jenis condyloideum, gerak : abduksi, adduksi,
flexi dan extensi.

4. Art. Interphalangeal
Persendian diantara phalanx, jenis hinge (engsel), gerak : flexi dan extensi.6

Otot Rangka
Otot rangka/lurik berhubungan dengan tulang dan berfungsi menggerakan tulang. Bila
diamati di bawah mikroskop maka tampak adanya garis melintang yang terang diseling gelap,
sehingga disebut otot seran lintang. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot atau
myofibril yang banyak inti, yang tersusun di bagian perifer. Serabut otot lurik sangat panjang,
sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Kerja
otot lurik sadar, karena dipengaruhi oleh pusat saraf sadar, reaksi terhadap rangsang cepat,
dan mudah lelah.Otot rangka dapat bergerak jika dirangsang. Rangsangannya dapat berupa:
panas, dingin, arus listrik, dan lain sebagainya. Otot rangka bekerja dengan dua cara, yaitu:
kontraksi (memendek dan menebal) dan relaksasi (kembali ke keadaan semula).7-9

Mekanisme Kontraksi Otot Rangka


Langkah-langkah penggabungan eksitasi kontraksi dan relaksasi :7
1. Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali potensial
aksi di sel otot yang merambat ke seluruh permukaan membrann.
2. Aktiviktas listrik permukaan dibawa ke bagian tengah ( sentral ) serat otot oleh
tubulus T.
3. Penyebaran potensial aksi ke tubulus T mencetuskan pelepasan simpanan Ca++ dari
kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma di dekat tubulus.

12
4. Ca++ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah bentuknya, sehingga
kompleks troponi-tropomiosin secara fisik tergeser ke samping, membuka tempat
pengikatan jembatan silang aktin.
5. Bagian aktin yang telah terpajan tersebur berikatan dengan jembatan silang miosin,
yang sebelumnya mendapat energi dari penguraian ATP menjadi ADP + Pi + energi
oleh ATPase miosin di jembatan silang.
6. Pengikatan aktin dan miosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang
menekuk, menghasilkan suatu geraka mengayun kuat yang menarik filamen tipis
kearah dalam. Pergeseran dari semua filamen tipis yang mengelilingi filamen tebal
memperpendek sarkomer ( kontraksi otot). Selama gerakan mengayun yang kuat
tersebut ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan silang.
7. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang,
yang mengembalikan bentuknya ke konformasi semula.
8. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase miosin kembali memberikan energi
bagi jembatan silang.
9. Apabila Ca++ masih ada sehingga kompleks troponin-tropomiiosin tetap tergeser ke
samping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan penekukan,
menarik filamen tipis selanjutnya.
Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi lokal dan Ca++ secara aktif telah kembali ke
tempat penyimpanannya di kantung lateral retikulum sarkoplasma, kompleks troponin-
tropomiosin bergeser kembalil ke posisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang
aktin, sehingga aktin dan miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang, dan filamen tipis
bergeser kembali ke posisi istirrahat seiring dengan terjadinya proses relaksasi.

Mekanisme Relaksasi Otot


Setelah selesai kontraksi, ion kalsium ( Ca++ ) masuk kembali ke plasma sel, sehingga ikatan
troponin dan ion kalsium serta ikatan tropomiosin dan ion kalsium lepas menyebabkan
lepasnya perlekatan aktin dan myosin, keadaan inilah yang disebut otot relaksasi.7-9

Proses Pembentukan Kembali ATP

Dalam otot tersimpan glikogen ( gula otot ) yang merupakan zat makanan cadangan
(polisakarida) yang tidak larut dalam air. Glikogen akan dilarutkan menjadi laktasidogen
(pembentukan asam laktat = asam susu). Laktasidogen kemudian diuraikan menjadi asam

13
laktat dan glukosa. Oleh peristiwa respirasi dengan O2, glukosa akan dioksidasi
menghasilkan energy dan melepaskan CO2 dan H2O. Proses ini semuanya terjadi pada saat
otot mengalami relaksasi. Karena pada saat relaksasi diperlukan oksigen untuk mengoksidasi
glukosa atau asam laktat, maka fase relaksasi disebut juga fase aerob.7-9

Fungsi dan Peranan Kalsium

Kalsium mempunyai peran penting didalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi;
dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraselular dan intraselular, seperti untuk transmisi
saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel.

Kesimpulan

Pada skenario 4 seorang perempuan yang sering mengalami kram betis. Proses kontraksi otot
memerlukan energi yang bisa didapatkan dari pemecahan ATP, kreatin fosfat, ataupun
glikogen secara glikolisis. Jika masih terdapat banyak oksigen, maka proses glikolisis akan
dilakukan secara aerob dan tidak menghasilkan asam laktat, tetapi jika tidak ada oksigen,
maka proses glikolisis akan dilakukan secara anaerob yang akan menghasilkan asam laktat.
Penimbunan asam laktat pada otot akan menimbulkan rasa nyeri dan akhirnya bisa menjadi
kram otot. Kram otot menyebabkan otot tidak bisa digerakkan karena otot sedang terjadi
kontraksi yang sangat kuat dan tidak terjadinya relaksasi.

14
Daftar Pustaka

1. Snell RS. Anatomi klinik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.h.422-98.
2. Paulsen. F, Waschke. J. Sobotta Atlas Manusia Buku Tabel : Penerbit buku
kedokteran EGC ; 2010. h. 56 - 67
3. Judha. M, M.Kep & Erwanto. R, Ns., S.Kep. Anatomi dan Fisiologi. Gosyen
Publishing. Yogyakarta. 2011
4. Setiadi. B. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi : Laskar Aksara. 2011
5. Setiadi. B. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007
6. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama; 2009. H. 76- 92.
7. Ganong F. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta. EGC; 2008
8. Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2009.h. 582-90.
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2001. h. 213-52.

15

Anda mungkin juga menyukai