PEMBAHASAN
Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model lain dengan
tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan prioritas seperti berikut:
B
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi Bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu
daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca,
alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya
yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat
didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan
suatu bencana yang dapat terjadi.
2. Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan
skala dampak yang mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah
tergolong tinggi atau rendah.
a Penilaian Risiko Bencana
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui
penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat dilakukan untuk
menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan menggunakan sistem
matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik
yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan risiko.
b Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan peringkat
risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan kerentanan dan
kemampuan menahan atau menanggung risiko. Risiko tersebut di
bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan, misalnya oleh pemerintah atau
berdasarkan referensi yang ada.
3. Pengendalian Risiko Bencana
Hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya
bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk
bencana alam terdapat pengecualian.
b. Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka
langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau
konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,
penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat disusun
analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk selanjutnya
dikembangkan program kerja penerapannya.
Tujuan identifikasi bencana adalah untuk pengurangan risiko bencana
yaitu konsep dan praktik mengurangi risiko-risiko bencana melalu upaya-
upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab
bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan terhadap ancaman
bahaya, pengurangan kerentanan penduduk dan harta benda, pengelolaan
lahan dan lingkungan secara bijak, dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap
peristiwa-peristiwa yang merugikan. Jadi pada intinya kita bisa melihat
bahwa ada empat aktivitas yang harus dilakukan dalam PRB ini:
1. Identifikasi risiko dan tingkat kerentanan bencana
Yang perlu diidentifikasi antara lain jenis atau sifat bencana, lokasi, berapa
besar tingkat kekuatannya (intensitas), jangka waktu dari bencana-bencana
sebelumnya untuk bisa melihat tingkat probabilitas atau frekuensi timbulnya
ancaman atau risiko bencana. Keadaan dan tingkat kerentanan dari
masyakarat dan sumber daya lainnya termasuk infrastruktur juga harus
diidentifikasi.
Pengetahuan masyarakat terhadap kerentanan bencana adalah keadaan
atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan kemampuan
atau ketidak mampuan menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan ini
dapat berupa:
a. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya
tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah
bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul
pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan
sebagainya.
b. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat
menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada
umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu
lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan
finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau
mitigasi bencana.
c. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan
terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan
pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi
tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang
rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
d. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu
terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit
atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan
sebagainya.
2. Mengkaji risiko dan tingkat kerentanan.
Dalam tahapan ini risiko yang ada harus dianalisa untuk melihat
berapa besar tingkat bahayanya, begitu pula tingkat kerentanannya
harus dianalisa untuk dapat mengetahui kapasitas dari masyarakat dan
sumber daya yang tersedia untuk mengurangi risiko atau dampak dari
bencana.
3. Evaluasi
Risiko dan tingkat kerentanan tersebut harus dievaluasi untuk
menentukan risiko mana yang memerlukan prioritas dan
penanggulangan.
b. Kerentanan
Apabila terjadi bencana, maka pada suatu desa yang
penduduknya padat akan mengalami kerugian yang lebih banyak
dibandingkan dengan desa lain yang penduduknya relatif tidak padat.
Kondisi ini menggambarkan apa yang dimaksud dengan kerentanan:
Kerentanan merupakan kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat
yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
bencana. Semakin rentan suatu kelompok masyarakat terhadap
bencana, semakin besar kerugian yang dialami apabila terjadi bencana.
Sebagaimana ancaman, kerentanan juga dapat dikategorikan
dalam tingkat rendah, sedang dan tinggi. Sebuah desa dikatakan
memiliki tingkat kerentanan yang tinggi apabila di desa tersebut banyak
kondisi-kondisi yang rentan mengalami kerusakan saat terjadi bencana,
dan sebaliknya, sebuah desa dikatakan memiliki kerentanan yang
rendah apabila desa tersebut hanya memiliki sedikit kondisi-kondisi
yang rentan. Kondisi-kondisi rentan ini dapat diketahui melalui adanya
indikator-indikator kerentanan pada desa tersebut.
Kerentanan dapat dibagi menjadi 4 macam komponen
berdasarkan pada indikator tersebut, yaitu kerentanan fisik,
kerentanan ekonomi, kerentanan sosial-budaya dan kerentanan
lingkungan.
c. Kapasitas
Kapasitas merupakan kebalikan dari kerentanan: apabila
kerentanan menggambarkan seberapa rapuh suatu komunitas
masyarakat terhadap bencana, maka kapasitas menggambarkan
seberapa mampu komunitas masyarakat tersebut menghadapi bencana.
Sebuah desa yang dilengkapi dengan peralatan Early Warning System
dan memiliki Tim Siaga Bencana sendiri tentu lebih siap menghadapi
bencana dibandingkan dengan desa yang tidak memiliki keduanya.
Demikianlah kapasitas digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan
tersebut.
Sebagaimana kerentanan, kapasitas juga terdiri dari beberapa
komponen yang terdiri dari indikator-indikator kapasitas untuk
mengukur tingkat kapasitas unit analisis yang ditanyakan. Dari hasil
penilaian terhadap indikator-indikator tersebut dapat disimpulkan
tingkat kapasitas dari unit analisis yang dimaksud: apakah rendah,
sedang, atau tinggi.
d. Risiko
Tingkat risiko merupakan nilai yang dicari pada pemetaan risiko,
yaitu seberapa rendah, sedang atau tinggi risiko tersebut. Dengan
mengetahui tingkat risiko pada suatu daerah, akan dapat diperoleh
gambaran seberapa besar risiko yang diperkirakan akan dialami apabila
terjadi bencana. Risiko merupakan fungsi dari Ancaman, Kerentanan
dan Kapasitas. Berikut ilustrasinya:
Semakin besar ancaman, maka tingkat risiko yang ditimbulkan juga
akan semakin besar. Semakin luas daerah genangan banjir menunjukkan
tingkat risiko yang semakin tinggi pula.
***
Semakin besar kerentanan, maka tingkat risiko yang ditimbulkan juga
akan semakin besar, karena semakin rentan suatu komunitas maka risiko
timbulnya korban jiwa dan kerugian materil juga akan semakin besar.
***
Semakin besar kapasitas, maka tingkat risiko akan semakin kecil, sebab
semakin siap sebuah komunitas dalam menghadapi bencana, maka
kemungkinan timbulnya korban jiwa maupun kerusakan materil akibat
bencana juga akan semakin kecil.
dimana:
R : Disaster Risk : Risiko Bencana, potensi terjadinya kerugian
H : Hazard Threat : Ancaman bencana yang terjadi pada suatu lokasi.
V : Vulnerability : Kerentanan suatu daerah yang apabila terjadi
bencana maka akan menimbulkan kerugian
C : Coping Capacity : Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk
melakukan pencegahan atau pemulihan dari
bencana.
Analisis risiko dilakukan dalam beberapa tahap sesuai dengan data yang
dimiliki. Berikut adalah beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk
melakukan analisis risiko:
(2) Kerentanan
(a) Melengkapi peta rawan ancaman dengan kerentanan
masyarakat:
(b) Data demografi (jumlah bayi, balita, dll)
(c)Sarana dan prasarana kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll)
(d)Data cakupan YANKES (imunisasi, KIA, gizi, dll)
`
Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman
bahaya yang perlu ditangani. Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan
skala (3-1) - Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah) - Bahaya/ancaman
sedang nilai 2 - Bahaya/ancaman rendah nilai 1.
RAN PRB 2010-2012 ini disusun sesudah terbitnya UU No. 24/2007 yang
merupakan landasan dari rencana aksi PRB, termasuk juga PP No. 21/2008,
serta dengan mempertimbangkan kelima aksi dari Kerangka Aksi Hyogo
2005-2015. Proses penyusunan dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan
konsultatif dengan berbagai Kementerian/ Lembaga serta pemangku
kepentingan terkait, termasuk donor internasional sebagai mitra
pembangunan pemerintah, dan Platform Nasional (Planas) PRB yang
beranggotakan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, swasta, serta
media. Secara intensif, Bappenas yang mengkoordinasikan penyusunan RAN
PRB 2010-2012 ini, selama proses penyusunan berkonsultasi dan
berkoordinasi dengan BNPB yang secara parallel sedang menyusun Renas PB
2010-2014. Pengesahan RAN PRB 2010-2012 ini juga dilakukan berurutan
dengan Renas PB 2010-2014 melalui Peraturan Kepala BNPB Nomor 5
Tahun 2010. Komponen/ matriks RAN PRB 2010-2012 terdiri dari :
a. Prioritas: terdiri dari 5 (lima) Prioritas, yang mengacu pada HFA
2005-2015
b. Program : terdiri dari 7 (tujuh) Program, yang merupakan program-
program dalam UU 24/2007 tentang PB dan PP No 21/2008 tentang
Penyelenggaraan PB
c. Kegiatan : terdiri dari 33 (tigapuluh tiga) Kegiatan atas dasar
kegiatan-kegiatan yang diidentifikasi dalam UU No. 24/2007 dan PP No.
21/2008.
Keseluruhan rencana aksi PRB ini ditampilkan dalam bentuk matriks yang
terdiri dari kegiatan, sasaran, lokasi, indikator kinerja, budget indikatif,
sumber pendanaan dan pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Aquium, Martin Hojo. 2012. Analisis SWOT Terapan.
https://www.scribd.com/doc/81186042/Analisis-SWOT-TERAPAN (tanggal
6 September Pukul 13: 55 wita)
Aulia, Kamila. 2017. Analisa Risiko Bencana.
https://www.scribd.com/document/337835821/analisa-resiko-bencana
(tanggal 6 September Pukul 14.00 Wita)
Ayu, Dewa. 2017. Analisis Risiko Bencana. (online). Available :
https://www.scribd.com/document/338332660/BAB-I-II-III-doc (tanggal 6
September Pukul 14.00 Wita)
Bakornas. 2004. Bencana alam di Indonesia. Jakarta : Pt Balindo
BNPB. .2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta : Pt Global
Canon, Terrry. 1994. Vulnerability Analysis and The Explanation of Natural
Disaster. Dalam. Disaster. Development and Environment. Oleh Ana
Varley.ed.1994. Chichester : John Wilwy& Sons
Firmansyah.2005. Identifikasi Risiko Bencana dan Implikasinya Terhadap
Penataan Ruang. ITB : Wahyu Publisher
Naisbitt, John, 1994. Global Paradox. Jakarta : Binapura Aksara
Risk Management Planning. Hospital Preparedness for Emergencies & Disasters.
Indonesian Hospital Association. Participan Manual. Jakarta 2003.
Velasquea, German.T.et. ALL. 2003. Sebuah Pendekatan Baru Mitigasi Bencana
alam dan Perencanaan Kota. Dalam. Takashi Inoguchi.et all.eds.(2003).
Jakarta : Pustaka LPSES
Wacana, Petra. 2011. Analisa Risiko Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana.
Dalam https://petrasawacana.wordpress.com/2011/02/21/analisa-risiko-
bencana-dan-pengurangan-risiko-bencana/ Diakses tangggal 6 September
Pukul 15.00 wita
World Tourism Organixation (WTO). 2003. Safety and Security in Tourism
Parttnership and Pratical Giudelines for Destinationas World Tourism
Organization. Jakarta : Y Publisher