dari 300. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai Tabel 2.1 Klasifikasi stadium Potts paraplegia
oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi
Stadium Gambaran Klinis
pada tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada
bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal.
B. Terapi Bedah
Terapi bedah dilakukan pada pasien dengan spondylitis
dengan indikasi sebagai berikut,
1. Defisit neurologis seperti deteriorasi, neurologis akut,
paraparesis, dan paraplegi.
2. Deformitas spina dengan ketidakstabilan dan adanya nyeri.
3. Tidak ada respon dengan pengobatan OAT dengan disertai
adanya progresifitas kifosis atau ketidakstabilan spina.
4. Abses yang besar.
5. Diagnosis yang meragukan hingga diperlukan untuk
Terapi bedah yang dapat dilakukan antara lain: aktivitas ini menampakkan terlalu banyak stres di
1. Laminektomi punggung. Fusi spinal sering lebih nyeri daripada
Laminektomi dan fusi spinal adalah pembedahan laminektomi karena pasien mempunyai dua sisi
kolumna vertebral paling umum dilakukan pada orang pembedahan (insisi punggung dan insisi krista iliaka).
dewasa. Ini dilakukan untuk dekompresi medula spinalis Rata-rata waktu pemulihan setelah laminektomi
atau saraf perifer, perbaikan vertebra tak stabil, dan kira-kira 4-6 minggu dan kira-kira tiga bulan setelah fusi
anomali vaskular spinal. Laminektomi meliputi spinal. Konstipasi dapat menjadi masalah karena
pengangkatan fragmen-fragmen diskus intervertebralis penurunan aktivitas fisik dan penggunaan obat nyeri
terherniasi melalui insisi yang dibuat di atas vertebra yang kronis dan relaksasi otot. Hal ini umum menemukan
sakit. Untuk mencegah adesi, potongan kecil dari jaringan depresi pada nyeri punggung kronis. Sering nyeri
lemak subkutan ditempatkan di atas dura mater yang mengakibatkan kehilangan kerja dan kerusakan
dieksisi. Pada fusi spinal, fragmen-fragmen tulang diambil penampilan fungsi peran di lingkungan rumah.
dari krista iliaka pasien yang digunakan untuk penanaman Komplikasi pascaoperasi utama adalah retensi
vertebra bersama-sama untuk menghilangkan urinarius, infeksi luka, dan kerusakan penanaman tulang
ketidakstabilan vertebra. (setelah fusi spinal) (Feingold, 1991).
Ambulasi sering dimulai pada hari pascaoperasi Pelaksanaan terapi bedah dilakukan bersama dengan
pertama setelah laminektomi; pada hari pascaoperasi pemberian kemoterapi OAT. Pemberian kemoterapi
kedua atau ketiga setelah fusi spinal. Pasien dengan fusi tambahan 10 hari sebelum operasi telah
spinal harus menggunakan brace punggung sebelum turun direkomendasikan. Area nekrotik dengan perkijuan yang
dari tempat tidur. Pasien dipertahankan tidur datar tetapi mengandung tulang mati dan jaringan granulasi dievakuasi
dapat digunakan log-roll untuk posisi miring. Makan yang kemudian rongga yang ditinggalkannya diisi oleh
dilakukan dengan bantuan pada posisi miring. Setelah autogenous bone graft dari tulang iga. Pendekatan
ambulasi diizinkan, kepala tempat tidur dapat ditinggikan langsung secara radikal ini mendorong penyembuhan yang
kira-kira 30-40 derajat untuk makan. Bila turun dari cepat dan tercapainya stabilisasi dini tulang belakang
tempat tidur, duduk dan berdiri dibatasi karena aktivitas- dengan memfungsikan vertebra yang terkena. Fusi spinal
posterior dilakukan hanya bila terdapat destruksi dua atau 2. Stabilisasi medis
lebih vertebra, adanya instabilitas karena destruksi elemen Paling utama sekali pada penderita tetraparesis atau
posterior atau konsolidasi tulang terlambat, serta tidak tetraplegia.
dapat dilakukan pendekatan dari anterior. Pada kasus a. Periksa vital signs.
dengan kifosis berat atau deficit neurologis, kemoterapi b. Pasang Nasogastrik tube.
tambahan dan bracing merupakan terapi yang tetap dipilih, c. Pasang kateter urin.
terutama pada pusat kesehatan yang tidak mempunyai d. Segera normalkan vital signs. Pertahankan tekanan
perlengkapan operasi spinal anterior. darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik.
Intervensi bedah lain juga dilakukan debridemen Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu
dengan fusi dan dekompresi dengan fiksasi interna monitor AGD (Analisa Gas Darah), dan periksa
terutama apabila terjadi perubahan dari struktur spina adanya neurogenik syok.
disertai adanya paraplegi berat, paraplegia flasid, paraplegi e. Pemberian megadose methyl prednisolone sodium
dalam posisi fleksi, hilangnya sensibilitas secara lengkap, succinate dalam kurun waktu 6 jam setelah
atau hilangnya kekuatan motoric selama lebih dari enam kecelakaan dapat memperbaiki kontusio medulla
bulan maka akan dilakukan operasi segera tanpa spinalis
percobaan pemberian terapi konsfervatif. Tindakan f. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
laminektomi sebaiknya dihindari sebagai prosedur utama Bila terjadi realignment artinya terjadi dekompresi.
tetapi paraplegi pott dengan alasan bahwa eksisi lamina Bila realignment dengan cara tertutup ini gagal maka
dan elemen neural posterior akan mengangkat satu- dilakukan open reduction dan stabilisasi dengan
satunya struktur penunjang yang tersisa dari penyakit yang approach anterior atau posterior.
berjalan di anterior. Laminektomi hanya diindikasikan
Komplikasi
pada pasien dengan paraplegi karena penyakit dilaminar,
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh spondilitis
adanya keterlibatan korda spinalis, paraplegi menetap
tuberkulosa yaitu:
meski setelah dekompresi anterior dan fusi, serta
A. Kifosis berat
mielografi menunjukkan adanya sumbatan.
Hal ini terjadi oleh karena kerusakan tulang yang berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis pada tumor).
terjadi sangat hebat sehingga tulang yang mengalami MRI dan mielografi dapat membantu membedakan paraplegi
destruksi sangat besar (Paramarta dkk, 2008). Potts karena tekanan atau karena invasi duradancorda spinalis
paraplegia (Harsono, 2003).
1. Muncul pada stadium awal disebabkan tekanan 2.10 Prognosis
ekstradural oleh pus maupun sequester atau invasi Prognosis spondylitis TB bervariasi tergantung dari
jaringan granulasi pada medula spinalis. Paraplegia ini manifestasi klinik yang terjadi. Prognosis yang buruk
membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi berhubungan dengan TB milier, dan meningitis TB, dapat terjadi
medulla spinalis dan saraf. antara lain tuli, buta, paraplegi, retardasi mental, gangguan
2. Muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh bergerak dan lain-lain. Prognosis bertambah baik bila
terbentukanya fibrosis dari jaringan granulasi atau pengobatan lebih cepat dilakukan. Mortalitas yang tinggi terjadi
perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis. pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun sampai 30%
B. Rupture abses paravertebra (Zuwanda & Janitra, 2013)
1. Pada vertebra torakal maka nanah akan turun ke dalam
pleura sehingga menyebabkan empyema tuberculosis Pengkajian
2. Pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot A. Anamnesa Identitas Pasien
iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
abses. pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, alamat, tanggal MRS,
C. Cedera corda spinalis (Spinal Cord Injury) tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Menurut Peter dan Julia
Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural (2002) spondylitis TB dapat terjadi disemua usia. Dengan usia
sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuster yang sangat muda dan lansia memiliki resiko khusus.
dari diskus intervertebralis (contoh: pottds paraplegia B. Riwayat Pasien
pronosabaik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan 1. Keluhan Utama
korda spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh: Nyeri punggung belakang adalah keluhan yang paling
menigomyelitis prognosa buruk). Jika cepat diterapi sering awal, sering tidak spesifik dan membuat diagnosis yang dini
menjadi sulit. Maka dari itu, setiap pasien TB paru dengan tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang
keluhan nyeri punggung harus dicurigai mengidap spondilitis menderita penyakit menular tersebut.
TB sebelum terbukti sebaliknya. Paraparesis adalah gejala 5. Riwayat psikososial
yang biasanya menjadi keluhan utama yang membawa pasien Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di
datang mencari pengobatan. Gejala neurologis lainnya yang derita, sehingga kan kelihatan sedih, dengan kurangnya
mungkin: rasa kebas, baal, gangguan defekasi dan miksi. pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan
Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan
mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat mempengaruhi sosialisai penderita
pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat Pemeriksaan Fisik (Review of System)
pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan utama A. B1 (Breathing)
tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun, badan Pada klien spondilitis TB dengan fase enurunan
terasa lemah, sumer-sumer (Jawa) , keringat dingin dan aktivitas yang parah adalah pada infeksi didapatkan bahwa
penurunan berat badan. klien batuk, ada peningkatan sputum, sesak nafas,
3. Riwayat Kesehatan Dahulu penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa pernapasan. Pada palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang
biasanya pada klien di dahului dengan adanya riwayat pernah kanan dan kiri. Pada perkusi, ditemukan adanya resonan pada
menderita penyakit tuberkulosis paru ( R. Sjamsu Hidajat, seluruh lapang paru. Pada auskultasi, didapatkan suara nafas
1997) atau riwayat gejala-gejala klasik (demam lama, tambahan, seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
diaforesis nokturnal, batuk lama, penurunan berat badan) jika produksi sekret, dan kemampuan batuk yang menurun yang
TB paru belum ditegakkan sebelumnya. sering ditemukan pada klien spondilitis TB dengan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga penurunan tingkat kesadaran. Pada klien dengan spondilitis
Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa TB fase awal biasanya tidak didapatkan kelainan pada sistem
salah satu penyebab timbulnya adalah klien pernah atau pernafasan.
masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit B. B2 (Blood)
Pada keadaan spondilitis tuberkulosa dengan C. B3 (Brain)
komplikasi paraplegia yang lama diderita, biasanya akan Nyeri yang bervariasi, misalnya nyeri ringan sampai
didapatkan adanya hipotensi ortostatik (penurunan tekanan nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit). Biasanya
darah sistolik <25mmHg dan diastolik <10mmHg ketika status mental klien tidak mengalami perubahan, tetapi defisit
klien bangun dari posisi berbaring ke posisi duduk). Pada neurologis muncul pada 10- 47% kasus pasien dengan
klien spondilitis tuberkulosa tanpa paraplegia, biasanya tidak spondilitis tuberkulosa.
didapatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. D. B4 (Bladder)
Pada spondilitis tuberkulosa daerah torakal dan
servikal, tidak ada kelainan pada system ini. Pada spondilitis
tuberkulosa daerah lumbal, sering didapatkan keluhan
inkontinensia urine, ketidak mampuan mengkomunikasikan
kebutuhan eliminasi urine.
E. B5 (Bowel)
Pada klien spondilitis tuberkulosa, sering ditemukan
penurunan nafsu makan dan gangguan menelan karena
adanya stimulus nyeri menelan dari abses faring sehingga
pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.
F. B6 (Bone) (Noor, 2012)
1. Look
Kurvatura tulang belakang mengalami deformitas,
terlihat adanya abses pada daerah paravertebral,
abdominal, inguinal, serta decubitus pada bokong.
2. Feel
Jika terdapat abses, maka akan teraba massa yang
berfluktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat
(disebut cold abcess, berbeda dengan abses piogenik yang Keterlibatan lengkung saraf posterior seperti pedikel
terasa panas). Sensasi ini dapat dipalpasi didaerah lipat tampak lebih baik dengan CT-scan.
paha, fosa iliaka, retrofiring, atau di sisi leher (dibelakang
Diagnosis Keperawatan
otot sternokleidomastoideus), bergantung dari level lesi.
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan dan inflamasi
Dapat juga teraba didaerah disekitar dinding dada.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Move
tubuh berhubungan dengan gangguan menelan.
Kelemahan anggota gerak (paraplegia) dan gangguan
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
tulang belakang.
nyeri, tidaknyaman, kerusakan muskuloskeletal,
Pemeriksaan Penunjang
anjuran imobilitas.
A. Laboratorium
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
1. Tuberculin skin test atau Tuberculin Purified Protein
Derivative (PPD) positif.
2. Laju endap darah meningkat, dari 20 sampai 100mm/jam.
3. Leukositosis
4. Kultur cairan serebrospinal menunjukkan basil tuberkel.
B. Radiologi
1. MRI
Bermanfaat besar untuk membedakan
komplikasi yang bersifat kompresif dengan yang
bersifat nonkompresif pada tuberkulosa tulang
belakang dan menunjukkan tingkat keterlibatan
jaringan lunak.
2. CT-Scan
Bermanfaat memvisualisasi region torakal dan
keterlibatan iga yang sulit dilihat pada foto polos.