Anda di halaman 1dari 18

3.

4 Bentang Alam Kota Surabaya


Kondisi geofisik kawasan Kota Surabaya terletak di dataran rendah dan
sebagian besar memiliki jenis tanah alluvial. Jenis alluvial ini endapan dari lumpur
sungai yang menjadikan tanah bersifat subur dan cocok untuk pertanian. Surabaya
beiklim tropis dengan perbedaan musim kemarau dan musim penghujan yang sangat
signifikan. Topografinya memiliki ketinggian tanah yang datar yaitu berkisar antara
0-20 meter di atas permukaan laut. Ada tiga sungai utama yang mempunyai peran
penting dan ditunjang adanya beberapa waduk dan telaga di Kecamatan Kota
Surabaya, yaitu Kali Mas, Kali Surabaya, dan Kali Jagir. Gambaran untuk kondisi
geofisik kawasan dan sumberdaya air di Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

A. Kondisi Geofisik Kawasan


1) Jenis Tanah
Surabaya merupakan daerah yang terletak di dataran rendah. Kondisi geofisik
kawasan berdasarkan jenis tanah di Surabaya dikelompokkan atas : tanah bukan abu
vulkanik, alluvial, endapan pasir lumpur, endapan lumpur, dan endapan pasir.
Jenis tanah yang paling banyak ditemukan adalah alluvial. Tanah alluvial
merupakan tanah yang terbentuk dari lumpur sungai yang mengendap di daratan
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Jenis
tanah ini terdapat di 15 Kecamatan yang tersebar di wilayah Surabaya Pusat, Utara,
Selatan, Timur, dan Barat.
Untuk jenis tanah bukan abu vulkanik ditemukan di lima Kecamatan di
wilayah Surabaya Selatan dan Barat. Jenis tanah endapan lumpur, terdapat di empat
Kecamatan wilayah Surabaya Pusat, Selatan, dan Timur. Jenis tanah endapan pasir
hanya ditemukan di satu Kecamatan wilayah Surabaya Timur. Jenis tanah endapan
pasir lumpur juga hanya terdapat di satu Kecamatan di wilayah Surabaya Selatan.
Dan untuk jenis tanah campuran antara alluvial dan bukan abu vulkanik, terdapat di
tiga Kecamatan di wilayah Surabaya Utara dan Barat.

38
Tabel 3.1 Jenis Tanah di Kota Surabaya

Persebaran Luas Ketebalan Keterangan


No Jenis Tanah
Wilayah Kecamatan (Ha) solum (m) (pH)
Genteng 5,6
Pusat Simokerto 6,0 - 7,0
Bubutan d d 6,0 - 7,0
Kenjeran a a 6,0 - 7,0
Utara Krembangan t t 6,0 - 7,5
Pabean Cantikan a a 7
Wiyung 6,0 - 7,0
Selatan Sawahan b b 5,0 - 7,0
1 Alluvial Wonokromo e e 6,5
Gubeng l l 5,0 - 6,0
Sukolilo u u 6,0 - 7,0
Timur
Mulyorejo m m 5,0 - 6,0
Tambaksari 5,0 - 6,0
Karang Pilang t t 5,0 - 7,0
Sukomanunggal e e 7,4
Barat
Asem Rowo r r 6,0 - 7,5
Pakal s s 7,5 - 8,0
Pusat - e e -
Utara - d d -
Jambangan i i 6,0 - 7,5
Selatan
Bukan Abu Dukuh Pakis a a 6,0 - 7,5
2
Vulkanik Timur - -
Lakarsantri 6,0 - 7,5
Barat Sambikerep 6,0 - 7,0
Benowo d d 7,0 - 8,0
Pusat Tegalsari a a 6,0 - 6,5
Utara - t t -
Endapan Selatan Wonocolo a a 6,0 - 6,5
3
Lumpur Rungkut 6,0 - 6,5
Timur
Tenggilis Mejoyo b b 6,5
Barat - e e -
Pusat - l l -
Utara - u u -
4 Endapan Pasir Selatan - m m -
Timur Gunung Anyar 6,0 - 7,0
Barat - t t -
Pusat - e e -
5 Endapan Pasir Utara - r r -
Lumpur Selatan Gayungan s s 6,5
Timur - e e -

39
Persebaran Luas Ketebalan Keterangan
No Jenis Tanah
Wilayah Kecamatan (Ha) solum (m) (pH)
Barat - d d -
Pusat - i i -
Bulak a a 7,5
Alluvial, Utara
Semampir 7,5
6 Bukan Abu
Vulkanik Selatan - -
Timur - -
Barat Tandes 5,0 - 7,0
(Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2010)

2) Jenis Batuan
Lapisan batuan di Kota Surabaya sebagian besar merupakan jenis batuan
alluvial. Jenis batuan alluvial ini adalah jenis tanah yang baik untuk pertanian.
Satuan batuan di Kota Surabaya adalah sebagai berikut :
2.1) Satuan Batulempung Bersisipan Batupasir dan Batugamping
Satuan ini terdiri batulempung bersisipan batupasir dan batugamping,
yang merupakan endapan sedimen tersier, berwarna coklat tua, abu abu
kekuningan, keras dan padat, setempat terdapat struktur perlapisan. Sifat-
sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain : konsistensi
teguh-kaku, plastisitas tinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai
tekanan konus 100 kg/cm2.
2.2) Satuan Lempung
Satuan ini terdiri dari lempung, berwarna coklat keabuan, merupakan
hasil pelapukan dari batulempung yang berumur Pliosen Akhir.
Ketebalan satuan ini kira-kira 3-10 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika
tanah dari satuan ini antara lain : konsistensi teguh-kaku, plastisitas
tinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai tekanan konus 12-40
kg/cm2, kadar air 26,97%, berat isi asli 1,85 gr/cm3, berat jenis 2,65,
sudut geser dalam 12 52', kohesi 0,275 kg/cm2.
2.3) Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan
Satuan ini terdiri dari lempung pasiran dan pasir lempungan yang
berwarna coklat kekuningan, berukuran pasir halus-sedang. Menempati
morfologi perbukitan bergelombang yang dikontrol oleh struktur
perlipatan dan mud vulkano purba. Satuan ini secara regional yang
berumur Plistosen. Ketebalan satuan ini kira-kira 3,5-6,5 m. Sifat-sifat

40
fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-
kaku, plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai tekanan
konus 20-60 kg/cm2, setempat 130 kg/cm2, kadar air 30,3%, berat isi asli
1,63 kg/cm3, berat jenis 2.66, sudut geser dalam 23 30', kohesi 0,085
kg/cm2.
2.4) Satuan Lempung dan Lempung Lanauan
Satuan ini terdiri dari lempung, lempung lanauan, berwarna abu-abu
kehitaman, merupakan hasil pelapukan dari batulempung. Satuan ini
secara regional yang berumur Plistosen Tengah. Ketebalan satuan ini
kira-kira 4-9 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara
lain: konsistensi lunak-teguh, plastisitas V-6 tinggi, permeabilitasnya
rendah/kedap air, nilai tekanan konus 10-35 kg/cm2, kadar air 39,34%,
berat isi asli 1,71 gr/cm3, berat jenis 2.66, sudut geser dalam 18 4',
kohesi 0,05 kg/cm2.
2.5) Satuan Lempung dan Lempung Pasiran
Satuan ini merupakan endapan kipas aluvial sungai, berwarna abu-abu
kehitaman. Ketebalan satuan ini kira-kira 9,5-35 m. Sifat-sifat fisik dan
mekanika tanah dari satuan ini antara lain : konsistensi lunak-kaku,
plastisitas rendah-tinggi, permeabilitasnya menengah, nilai tekanan
konus 10-30 kg/cm2, kadar air 40,9%, berat isi asli 1,66 gr/cm3, berat
jenis 2,67, sudut geser dalam 9 52', kohesi 0,187 kg/cm2.
2.6) Satuan Lempung dan Lanau
Satuan ini merupakan endapan aluvial lembah, berwarna hitam
kecoklatan, agak padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 5-12 m. Sifat-sifat
fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain : konsistensi teguh-
kaku, plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan
konus 12-35 kg/cm2, kadar air 49,93%, berat isi asli 1,6 gr/cm3, berat
jenis 2,61, sudut geser dalam 1 54', kohesi 0,362 kg/cm2.
2.7) Satuan Lempung Pasiran dan Lempung
Satuan ini merupakan endapan aluvial pantai, berwarna coklat
kehitaman, setempat mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan ini
kira-kira 11-31 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini
antara lain : konsistensi lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi,

41
permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 7-15 kg/cm2, kadar air
37,28%, berat isi asli 1,57 gr/cm3, berat jenis 2,64, sudut geser dalam 5
17', kohesi 0,123 kg/cm2.
2.8) Satuan Lempung Pasiran dan Lanau
Satuan ini merupakan endapan aluvial muara kali surabaya, berwarna
coklat tua kehitaman, agak padat, setempat mengandung cangkang
kerang. Ketebalan satuan ini kira-kira 8-15 m. Sifat-sifat fisik dan
mekanika tanah dari satuan ini antara lain : konsistensi lunak-teguh,
plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus
15-35 kg/cm2, kadar air 37,28%, berat isi asli 1,44 gr/cm3, berat jenis
2,64, sudut geser dalam 6 31', kohesi 0,212 kg/cm2.
2.9) Satuan Lempung Lanauan
Satuan ini merupakan endapan aluvial rawa dan pantai, berwarna abu-
abu coklat kehitaman, setempat mengandung pecahan cangkang,
setempat merupakan genangan rawa, tambak dan ladang garam.
Ketebalan satuan ini 5-7 kira-kira 6,5-17 m. Sifat-sifat fisik dan
mekanika tanah dari satuan ini antara lain : konsistensi lunak, plastisitas
sedang, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 3-8 kg/cm2, Kadar
air 80,85%, berat isi asli 1,44 gr/cm3, berat jenis 2,6, sudut geser dalam
338', kohesi 0,156 kg/cm2.
2.10) Satuan Lempung Pasiran
Satuan ini merupakan endapan aluvial sungai porong, berwarna coklat
kekuningan-kuning muda, bersifat lunak-agak padat. Ketebalan satuan ini
kira-kira 6-10 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini
antara lain: plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah-tinggi, nilai
tekanan konus 20-40 kg/cm2, kadar air 45,27%, berat isi asli 1,74 gr/cm3,
berat jenis 2,74, sudut geser dalam 127', kohesi 0,8 kg/cm2. Satuan ini
menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua.

3) Klimatologi
Curah hujan merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan
air dan pertumbuhan tanaman. Secara umum Kota Surabaya beiklim tropis yang
ditandai oleh dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

42
Data Klimatologi diperoleh dari tiga sumber yang berbeda yaitu Stasiun
Meteorologi dan Geofisika Perak I, Perak II, dan Juanda. Ketiga Stasiun ini
mempunyai kepentingan yang berbeda dan diharapkan dapat saling melengkapi
informasi klimatologi di wilayah Surabaya.
Stasiun Perak I terletak di Jl. Tanjung Sadari semula mempunyai kepentingan
untuk penerbangan pesawat TNI AL di Lanudal Wonokrembangan. Tetapi kegiatan
di Lanudal Wonokrembangan telah dipindahkan ke Juanda. Meskipun demikian
Stasiun Perak I masih tetap digunakan untuk mengetahui informasi cuaca di daerah
Surabaya Utara. Stasiun Perak II terletak di Jl. Kalimas Baru. Stasiun ini digunakan
untuk kepentingan dunia palayaran yang banyak dipengaruhi cuaca laut. Stasiun
Juanda terletak di daerah Sidoarjo sebagai informasi cuaca untuk kepentingan dunia
penerbangan. Stasiun ini letaknya berbatasan dengan wilayah Surabaya Timur dan
dapat memberikan informasi keadaan cuaca di Surabaya Tenggara.
Iklim Kota Surabaya adalah tropis, seperti bagian wilayah lain di Indonesia
yang berada di Selatan garis Katulistiwa. Iklim di daerah ini dipengaruhi oleh
perbedaan yang signifikan antara musim hujan dan kemarau.
Kriteria Bulan Basah dan Bulan Kering (sesuai dengan kriteria Mohr) Bulan
Basah yaitu bulan dengan curah hujan > 100 mm, Bulan Lembab yaitu bulan dengan
curah hujan antara 60 100 mm, dan Bulan Kering yaitu bulan dengan curah hujan <
60 mm.

Grafik 3.1 Data Curah Hujan Tahun 2009 Perak I Grafik 3.2 Data Curah Hujan Tahun 2010 Perak I

43
Grafik 3.3 Data Kelembaban Udara Tahun 2009 Perak I Grafik 3.4 Data Kelembaban Udara Tahun 2010 Perak I

Grafik 3.5 Data Suhu Udara Tahun 2009 Perak I Grafik 3.6 Data Suhu Udara Tahun 2010 Perak I

Berdasarkan grafik stasiun BMKG Perak I, pada tahun 2009 Bulan Basah (BB)
terjadi selama bulan Januari, Februari, Maret, April, November, dan Desember.
Bulan Kering (BK) terjadi selama bulan Mei sampai bulan Oktober. Sedangkan pada
tahun 2010 Bulan Basah (BB) terjadi pada bulan Februari sampai bulan Mei. Bulan
Kering (BK) terjadi pada bulan Januari dan Juni.

Grafik 3.7 Data Curah Hujan Tahun 2009 Perak II Grafik 3.8 Data Curah Hujan Tahun 2010 Perak II

44
Grafik 3.9 Data Kelembaban Udara Tahun 2009 Perak II Grafik 3.10 Data Kelembaban Udara Tahun 2010 Perak II

Grafik 3.11 Data Suhu Udara Tahun 2009 Perak II Grafik 3.12 Data Suhu Udara Tahun 2010 Perak II

Berdasarkan grafik stasiun BMKG Perak II, pada tahun 2009 Bulan Basah
(BB) terjadi selama bulan Januari, Februari, Maret, dan Desember. Bulan Lembab
(BL) terjadi selama bulan April, Mei, Juni, dan November. Bulan Kering (BK)
terjadi selama bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober. Sedangkan pada tahun
2010 Bulan Basah (BB) terjadi selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei,
Oktober, dan Desember. Bulan Lembab (BL) terjadi pada bulan September dan
November. Bulan Kering (BK) terjadi selama bulan Juni, Juli, dan Agustus.

45
Grafik 3.13 Data Curah Hujan Tahun 2009 Juanda Grafik 3.14 Data Curah Hujan Tahun 2010 Juanda

Grafik 3.15 Data Kelembaban Udara Tahun 2009 Juanda Grafik 3.16 Data Kelembaban Udara Tahun 2010 Juanda

Grafik 3.17 Data Suhu Udara Tahun 2009 Juanda Grafik 3.18 Data Suhu Udara Tahun 2010 Juanda

Berdasarkan grafik stasiun BMKG Juanda, pada tahun 2009 Bulan Basah (BB)
terjadi selama bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Desember. Bulan
Kering (BK) terjadi selama bulan Juli, Agustus, September, Oktober, dan November.
Sedangkan pada tahun 2010 Bulan Basah (BB) terjadi selama bulan Januari,
Februari, Maret, April, Mei, Juli, Sepetember, Oktober, November, dan Desember.
Bulan Lembab (BL) terjadi hanya pada bulan Juni. Bulan Kering (BK) terjadi hanya
pada bulan Agustus.

46
4) Topografi
Secara umum keadaan topografi Kota Surabaya memiliki ketinggian tanah
berkisar antara 0-20 meter di atas permukaan laut, sedangkan pada daerah pantai
ketinggiannya berkisar antara 1-3 meter di atas permukaan air laut. Sebagian besar
Kota Surabaya memiliki ketinggian tanah antara 0-10 meter (80,72%) yang
menyebar di bagian timur, utara, selatan, dan pusat kota. Pada wilayah lain memiliki
ketinggian 10-20 meter dan 20 meter di atas permukaan air laut yang umumnya
terdapat pada bagian barat kota yaitu di Pakal, Lakarsantri, Sambikerep, dan Tandes
(Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya, 2009).
Kemiringan lereng di Kota Surabaya dikategorikan menjadi dua, yaitu datar (0-
8%) dan landai (8-15%). Secara umum Kota Surabaya didominasi kelas kemiringan
lereng datar (0-8%) sebesar 79% dan 21% dengan kelas kemiringan lereng landai (8-
15%) dari total luasan wilayah Surabaya (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2010).

Tabel 3.2 Pembagian Kelas Kelerengan dengan Total Penggunaan Lahan Kota Surabaya
Total Penggunaan Lahan (Ha)
Kelas
Kelerangan Lahan Hutan Rumah/
Sawah Tegal Tambak Pekarangan Rawa Lainnya*
Tidur Rakyat Bangunan
Datar (0-8%) 1.044 697 4.640 93 207 - 10 12.232 1.048
Landai
(8-15%) 697 428 13 42 353 - 18 3.329 3.329
Bergelombang
- - - - - - - - -
(15-25%)
Agak Curam
- - - - - - - - -
(25-40%)
Curam
- - - - - - - - -
(>40%)
*) Keterangan : Peruntukan Lainnya (Jalan, Sungai, Danau, Lahan tandus, dll)
(Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2010 dan data diolah oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Surabaya)

47
Tabel 3.3 Sebaran Wilayah Kelerengan di Kota Surabaya
Kemiringan Lereng
Kabupaten / Jumlah
No. (0-8 %) (8-15%) (15-25%) (25-40%) (> 40 %)
Kota (Ha)
Ha Ha Ha Ha Ha
1. SURABAYA PUSAT
Tegalsari 429 - - - - 429
Genteng 404 - - - - 404
Bubutan 386 - - - - 386
Simokerto 259 - - - - 259
Jumlah 1 1.478 - - - - 1.478
2. SURABAYA UTARA
Pabean Cantikan 680 - - - - 680
Semampir 876 - - - - 876
Krembangan 834 - - - - 834
Kenjeran 764 - - - - 764
Bulak 678 - - - - 678
Jumlah 2 3.832 - - - - 3.832
3. SURABAYA TIMUR
Tambaksari 899 - - - - 899
Gubeng 799 - - - - 799
Rungkut 2.108 - - - - 2.108
Tenggilis Mejoyo 552 - - - - 552
Gunung Anyar 971 - - - - 971
Sukolilo 2.369 - - - - 2.369
Mulyorejo 1.421 - - - - 1.421
Jumlah 3 9.119 - - - - 9.119
4. SURABAYA SELATAN
Sawahan 693 - - - - 693
Wonokromo 847 - - - - 847
Karang Pilang 923 - - - - 923
Dukuh Pakis 994 - - - - 994
Wiyung 1.246 - - - - 1.246
Wonocolo 678 - - - - 678
Gayungan 607 - - - - 607
Jambangan 419 - - - - 419
Jumlah 4 6.407 - - - - 6.407
5. SURABAYA BARAT
Tandes - 1.107 - - - 1.107
Sukomanunggal - 923 - - - 923
Asem Rowo 1.544 - - - - 1.544
Benowo 2.678 - - - - 2.678
Pakal 1.901 - - - - 1.901
Lakarsantri - 1.605 - - - 1.605
Sambikerep - 2.042 - - - 2.042
Jumlah 5 6.123 5.677 - - - 11.800
(Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2010)

48
B. Sumberdaya Air
Sumberdaya air terdiri dari sumberdaya air permukaan dan mata air.
Sumberdaya air permukaan di Kota Surabaya adalah daerah aliran sungai yang
utamanya berasal dari aliran Sungai Brantas. Sedangkan mata air berarti air tanah
dan produksi akuifernya.
1) Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai merupakan sumberdaya air permukaan yang banyak
dimanfaatkan untuk keperluan warga serperti transportasi, pengairan sawah,
keperluan peternakan, industri, perumahan, pengendali banjir, kesediaan banjir,
dan tempat rekreasi. Usaha dalam pengelolaan kualitas air pada air permukaan
adalah pemantauan parameter-parameter kualitas air. Pemantauan kualitas air
di Kota Surabaya tidak dilakukan secara terus-menerus, tetapi dilakukan secara
berkala tergantung kebutuhan dan dana yang ada.
Sungai utama yang berada di Kota Surabaya berasal dari Kali Brantas
yang mengalir melalui Kota Mojokerto. Di kota ini Kali Brantas terbagi
menjadi dua, yakni Kali Porong dan Kali Surabaya yang dimensinya lebih
kecil. Di Wonokromo, Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak sungai, yaitu
Kali Mas dan Kali Wonokromo (Jagir). Kali Mas mengalir ke arah pantai utara
melewati tengah kota, sedangkan Kali Wonokromo ke arah pantai timur dan
bermuara ke Selat Madura. Gambaran kondisi hidrologi Kota Surabaya adalah
sebagai berikut :
1.1) Kali Surabaya
Kali Surabaya sebagai salah satu dari tiga sungai yang mengalir di
Kota Surabaya merupakan sumber daya alam dengan potensi air tawar
yang cukup besar. Saat ini, Kali Surabaya mulai memperlihatkan indikasi
adanya tekanan yang berlebihan terhadap ekosistemnya. Tentu saja
akibat pemanfaatan yang tidak mengedepankan konsep berkelanjutan.
Bantaran Kali Surabaya yang seharusnya berupa ruang terbuka hijau
(RTH) juga banyak yang beralih fungsi lahan, mulai dari permukiman
padat, sampai ratusan industri berskala kecil sampai besar.
Kali Surabaya mengalir dari PDAM Mlirip Mojokerto sampai
PDAM Jagir Surabaya, panjangnya 41 km dan perperan penting bagi
kehidupan masyarakat, khususnya yang tinggal di Kota Surabaya. Ini

49
disebabkan air Kali Surabaya merupakan pasokan utama sumber air baku
PDAM yang melayani lebih dari tiga juta penduduk Surabaya. Tidak
hanya itu, Kali Surabaya juga memberikan peranan penting bagi
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, termasuk masyarakat
industri yang memanfaatkan air sungai sebagai salah satu komponen
dalam proses produksinya. Saat tekanan terhadap Kali Surabaya oleh
keberadaan beberapa limbah kegiatan yang ada di bantaran dan hulunya
makin meningkat, maka dapat dipastikan kesehatan masyarakat Surabaya
sebagai pengkonsumsinya pun akan juga terancam.

1.2) Kali Mas


Secara administratif, terdapat delapan Kecamatan dan 15
Kelurahan yang dilalui oleh Kali Mas. Aliran sungai ini ke arah utara
Kota Surabaya dari Pintu Air Ngagel sampai kawasan Tanjung Perak
memiliki bentuk sungai yang meliuk dan sebagian melurus, khususnya di
bagian utara. Lebar penampang permukaan sungai bervariasi antara 20-
35 meter. Bagian terlebar terdapat di Kelurahan Ngagel dengan lebar
sungai sekitar 35 meter yaitu di dekat pintu air. Di daerah ini kondisi air
termasuk paling bersih sehingga di sini air sungai banyak dimanfaatkan
oleh warga sekitar sungai untuk mandi dan cuci. Untuk lebar sungai
tersempit terdapat di Kelurahan Bongkaran yaitu dekat dengan Jalan
Karet dan Jalan Coklat dengan lebar sungai sekitar 20 meter.
Kedalaman Sungai Kalimas menurut data di Perum Jasa Tirta
adalah antara 1-3 meter. Sedangkan kedalaman air antara 1 sampai 2
meter pada saat air laut pasang. Kedalaman sungai paling dalam berada
pada kawasan Monkasel sampai kawasan Genteng. Secara relatif,
ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di sekitar Sungai Kalimas tidak luas.
Lokasi yang efektif berupa Ruang Terbuka Hijau adalah di kawasan
Ngagel (Taman Wisata dan sebagian Sempadan Sungai) dan di Taman
Prestasi di kawasan Genteng. Fungsi utama Kalimas pada saat ini adalah
sebagai tempat pembuangan air dari saluran drainase yang ada di wilayah
Kota Surabaya, terutama yang berada di bagian tengah.

50
1.3) Kali Jagir
Kali Jagir merupakan salah satu anak Sungai Brantas yang
mengalir di Kota Surabaya, berada di sepanjang Jl. Jagir Wonokromo.
Akibat pencemaran air Kali Jagir berwarna keruh, dan saat ini
Pemerintah Kota Surabaya telah mulai membersihkan Kali Jagir. Di
sungai ini juga terdapat bangunan Pintu Air peninggalan Belanda yang
saat ini masih dipergunakan untuk pengaturan debit air Kali Jagir. Letak
pintu air tersebut tepat di sebelah Stasiun Kereta Api Wonokromo dan
PDAM Surabaya. Air dari Kali Jagir juga diolah menjadi Air PDAM dan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Surabaya.
Dalam Kali Jagir, terdapat berbagai macam sumberdaya,
diantaranya ikan air tawar, yang terkenal salah satunya ialah ikan keting
dan udang.

Tabel 3.4 Daftar DAS di Kota Surabaya

Panjang Luas Tipe


Debit Air
No. Nama DAS Sungai Wilayah Ekosistem Pemanfaatan
(m3/dtk)
(Km) DAS Dominan
Min :
Data
Data belum 12,170 Pemukiman Pasokan utama
1 Kali Surabaya belum
tersedia Mak : dan industri air PDAM
tersedia
24,407
tempat
Data
Data belum Min : 20 Pemukiman pembuangan
2 Kali Mas belum
tersedia Mak : 60 dan RTH air dari saluran
tersedia
drainase
Data Pemukiman Pasokan air
Data belum Data belum
3 Kali Jagir belum dan PDAM
tersedia tersedia
tersedia mangrove
(Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2010)

Tabel 3.5 Daftar Sub-DAS di Kota Surabaya

No. Nama Sungai Panjang (km) Lebar (m) Luas Wilayah (km2) Ket.
1 Kali Jeblokan 9 9 7 *
2 Kali Kenjeran 4,23 6 - 11 d **
3 Kali Pegirian 6,4 12 22 a **
4 Kalibokor 8,9 6 - 27 t **
5 Kalidami 4,27 18 - 40 a **
6 Kali Mulyorejo 6,5 6 - 13 - **
7 Kali Tambak Wedi 4,3 20 - 30 b **
8 Kali Greges 5 12 22 e **
9 Kalimas 10,5 30 - 35 l **
10 Kali Banyu Urip/Gunungsari 21 6-7 u **

51
No. Nama Sungai Panjang (km) Lebar (m) Luas Wilayah (km2) Ket.
11 Kali Pakal / sememi 5 6 - 30 m **
12 Kali Kandangan 5 15 - 40 - **
13 Kali Balongsari 4,8 10 - 50 t **
14 Kali Margomulyo 3,9 10 10,5 e **
15 Kali Krembangan Kali Anak 2,5 20 - 60 r **
16 Kali Simo 4 7 - 25 s **
17 Kali kali Kedurus 15 49 e *
18 Kali Kebon Agung 11,5 7 - 15 d **
19 Avoor Wonorejo 15,8 6 - 15 i **
20 Kali Medokan Ayu 6,5 5-7 a **
21 Kalisumo 1,6 9 - 11 - **
22 Kali Kepiting / Pacar Keling - 16 - *
23 Kali Perbatasan / Tambak Oso 17 - 14 *
24 Kali Surabaya - - - *
25 Kali Jagir 9 73 253 *
Total 181,7 - -
(Sumber : *-Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Surabaya, 2011;
**-Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, 2010)

2) Waduk/Boezem/Telaga/Mata Air
2.1) Waduk/Boezem/Telaga
Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga ditentukan keberadaan
beberapa Waduk, Boezem dan Telaga. Ada 23 sistem hidrologi
(waduk/boezem dan telaga) yang masuk dalam rekapitulasi Ruang Terbuka
Hijau (RTH) publik Kota Surabaya tahun 2010. Boezem paling luas adalah
Boezem Morokrembangan, dibangun pada periode kolonial Belanda dan saat
ini berlangsung pekerjaan pengerukan endapan lumpur dan penggantian
bangunan pembangunan oleh Proyek Sumber Air dan Pengendalian Banjir
(PSAPB). Waduk/Boezem/Telaga di Surabaya banyak dimanfaatkan untuk
penampungan air, irigasi, dan sebagian dimanfaatkan untuk tempat budidaya
ikan.
Selain Sungai dan Waduk/Boezem, sistem hidrologi yang juga
berperanan adalah Telaga. Telaga-telaga ini banyak dimanfaatkan untuk
drainase lingkungan sekitar. Jumlah telaga di Kota Surabaya secara
keseluruhan berdasarkan data Inventarisasi Telaga oleh Badan Perencanaan
dan Pembangunan Kota Surabaya adalah : Telaga Waru Gunung terbagi di tiga
tempat; Telaga Lakarsantri; Telaga Sumur Welut terbagi di dua tempat; Telaga
Balas Klumprik terbagi di tiga tempat; Telaga Lontar di dua tempat; Telaga
Sambikerep; dan Telaga Bringin di dua tempat.

52
Tabel 3.6 Waduk/Boezem/Telaga di Kota Surabaya
Nama
No. Luas (m2) Kedalaman (m) Ket.
Waduk/Boezem/Telaga
1 Boezem Morokrembangan 80,5 Data tidak tersedia *
2 Boezem Kalidami 2,7 Data tidak tersedia *
3 Boezem Bratang 1,49 Data tidak tersedia *
4 Boezem Rungkut Industri 16 Data tidak tersedia *
Boezem Wonorejo -
5 8,5 Data tidak tersedia *
Rungkut
6 Boezem Kedurus 37 Data tidak tersedia *
7 Jurang Kuping 3,7 Data tidak tersedia *
Kemarau : 3.00
8 Telaga Waru Gunung 1 11,810 **
Penghujan : 4.50
Kemarau : 3.00
9 Telaga Waru Gunung 2 1,545 **
Penghujan : 4.50
10 Telaga Waru Gunung 3 9,355 Data tidak tersedia **
Kemarau : 2.00
11 Telaga Lakarsantri 7,730 **
Penghujan : 4.00
Kemarau : 3.00
12 Telaga Sumur Welut 1 35,254 **
Penghujan : 4.50
13 Telaga Sumur Welut 2 5,819 Data tidak tersedia **
Kemarau : 1.50
14 Waduk Manukan Wetan 3,220 **
Penghujan : 1.50
Kemarau : 0.50
15 Telaga Balas Klumprik 1 3,408 **
Penghujan : 0.20
Kemarau : tidak ada air
16 Telaga Balas Klumprik 2 1,376 **
Penghujan : 1.00
Kemarau : 0.50
17 Telaga Balas Klumprik 3 2,245 **
Penghujan : 1.50
Kemarau : 2.00
18 Telaga Made 10,575 **
Penghujan : 4.00
Kemarau : 1.50
19 Telaga Lontar 6,375 **
Penghujan : 3.00
Kemarau : 0.50
20 Telaga Lontar 2,751 **
Penghujan : 1.50
21 Telaga Sambikerep 858 Data tidak tersedia **
Kemarau : 2.00
22 Telaga Bringin 1 3,180 **
Penghujan : 3.50
23 Telaga Bringin 1 8,200 Data tidak tersedia **
Total Luas 1120,733
(Sumber : * Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, 2010 ;
** Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya, 2010)

2.2) Mata Air


Air tanah dan produksi akuifer di Kota Surabaya terdiri atas dua jenis,
meliputi akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan akuifer (bercelah
atau bersarang) produktif kecil dan daerah air tanah langka. Dari dua jenis
akuifer ternyata akuifer jenis aliran melalui ruang antar butir dan akuifer yang
terdapat banyak di Kota Surabaya, terutama di wilayah utara, timur dan selatan
kota menyusur ke arah pesisir pantai. Penyebaran dari masing-masing jenis
akuifer tersebut adalah sebagai berikut :

53
1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir.
Akuifer jenis ini terdapat di daratan daerah pantai, lembah sungai dan
pegunungan terlipat dan terdiri atas dua jenis, meliputi :
Akuifer produktif sedang
Tersebar di bagian utara, pusat dan selatan serta bagian wilayah timur
dan barat Kota Surabaya.
Akuifer produksi sedang dan setempat
Sebagian besar jenis akuifer ini terdapat di bagian barat Kota Surabaya
terutama pada bagian wilayah Kecamatan Benowo, Lakarsantri,
Tandes, Sukomanunggal, dan Dukuh Pakis.
2. Akuifer bercelah atau sarang produktir kecil dan daerah air tanah langka.
Akuifer jenis ini terdiri dari tiga jenis akuifer yang penyebarannya terdapat
pada pesisir sebelah utara dan timur serta bagian barat Kota Surabaya.
Karakteristik dari masing-masing akuifer adalah sebagai berikut :
Akuifer produktif kecil dan setempat
Tersebar di bagian barat dan selatan Kota Surabaya dan keterusan pada
daerah rendah sampai daerah sangat rendah.
Daerah air tanah langka
Terdapat di bagian barat ke arah bagian selatan Kota Surabaya.
Akuifer produktif dan setempat
Terdapat pada pesisir di bagian utara dan timur Kota Surabaya, yaitu di
sebagian Kecamatan Benowo, Asem Rowo, Tandes, Gunung Anyar,
Sukolilo, Rungkut, dan Mulyorejo

Pada tahun 1996 dilakukan studi evaluasi potensi air tanah dan pemetaan zone
geohidrologi Kota Surabaya oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa
Timur, yang mengkaji potensi air tanah, pemetaan arah aliran air tanah, kajian
kualitas air tanah, pemetaan wilayah yang terpengaruh intrusi air laut dan pemetaan
lokasi berdasarkan ketersediaan air. Dari hasil studi tersebut dihasilkan peta aliran air
tanah. Aliran air tanah Kota Surabaya berasal dari dua recharge area yaitu dari
pegunungan lipatan yaitu formasi pucangan dan dari pegunungan vulkanik.
Pertemuan kedua arah aliran air tanah yang berasal dari dua recharge terdapat di
wilayah Surabaya Barat di sekitar Kali Rawa. Adanya pertemuan kedua arah aliran

54
pada formasi tersebut mengakibatkan terdapatnya potensi air tanah yang cukup besar.
Berkaitan dengan intrusi, wilayah di Kota Surabaya dengan kadar garam tinggi
cukup luas sebenarnya, serta semua jenis tanah sudah mengalami intrusi air laut dan
kadar garam yang tidak sesuai standar air minum. Dalam penentuan safe yield
(kapasitas pemompaan yang diperbolehkan), hanya mendasar pada debit air tanah
yang mengalir pada masing-masing jenis tanah. Hal ini karena pada masing-masing
jenis tanah sudah terdapat palung-palung air tanah terisi air laut, sehingga
keseimbangan air pada lapisan tanah sudah terganggu. Penataan ruang kota untuk
segala pemanfaatannya harus disesuaikan dangan kondisi fisik lingkungan untuk
mencegah meluasnya intrusi (Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya,
2009).

55

Anda mungkin juga menyukai