Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HAEMORAGIC

A. PENGERTIAN
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke digunakan untuk menamakan sindrome hemiparese atau hemiparalisis
akibat lesi vascular, yang secara tiba tiba daerah otak tidak menerima darah karena arteri
yang memperdarahi daerah tersebut tersumbat, putus atau pecah.
Stroke hemoragik adalah bagian dari klasifikasi stroke, dimana perdarahan intra
cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid yang disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah otak pada daerah tertentu. Kejadian biasanya saat melakukan aktifitas,
namun dapat juga saat istirahat dan kesadaran pasien umunya menurun.

B. ETIOLOGI

Penyebab-penyebabnya antara lain:


1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)

Faktor resiko antara lain:


1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar
estrogen tinggi)
8. Penyalahgunaan obat ( kokain)
9. Konsumsi alkohol
C. PATOFISIOLOGI

1. Trombosis.
Merupakan penyebab stroke yang paling sering, ditemukan 40 % pada semua
kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah
akibat aterosklerosis.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria
serebri menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina
elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh darah sebagian terisi
oleh materi sklerotik.
Tanda - tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang
tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik
intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi
dengan tiba - tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paralysis pada
setengah tubuh dan mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme
Termasuk urutan kedua sebagai penyebab stroke. Penderita embolisme
biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita trombosis. Abnormalitas
patologik pada jantung kiri, seperti indokarditis infeksi, penyakit jantung reumatik,
Infark miokard, dan infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan
katup jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden
embolisme setelah prosedur ini. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah
atau cabang - cabangnya yang merusak circulari serebral. Awitan hemiparesis atau
hemiplegia tiba - tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pad pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik embolisme serebral.
3. Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
GPDO (gangguan pembuluh darah otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua
kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptur ateri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid sehingga
Jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan.
D. GEJALA KLINIK

Gejala klinis stroke hemoragik adalah sebagai berikut :

1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan


(hemiparesis) yang timbul mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih
anggota badan (gangguan hemisensorik)
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi,
delirium, letargi, stupor, atau koma)
4. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau
kesulitan memahami ucapan)
5. Disartia (bicara pelo atau cadel)
6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau
monokuler) atau diplopia.
7. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
8. Vertigo, mual, dan muntah atau nyeri kepala.
9. Kesadaran, biasanya menurun dan cepat masuk
koma (65 % terjadi kurang dari setengah jam, 23 % antara -2 jam, dan 12 % terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari )

E. KOMPLIKASI

1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
4. Luasnya area cedera
5. Lumpuh.
6. Pneumonia.
7. Dekubitus.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan : Haemoragi: sub dural, sub aracnoid, intra cerebral. Edema, Iskemia
2. EEG : Mengidentifikasi area lesi dan gelombang listrik
3. Angiografi : Haemoragi, obstruksi arteri, oklusi dan ruptur
4. MRI : Infark, perdarahan, kelainan arteri venous
5. Lumbal Punksi : Pada perdarahan Sub Arachnoid dan intra cerebral cairan cerebro
spinal mengandung darah
6. EKG

G. PENATALAKSANAAN
1. Fase akut.
Pasien yang koma pada saat masuk rumah sakit mempunyai prognosis buruk,
sebaliknya pasien yang sadar penuh mempunyai hasil yang lebih baik. Fase akut
biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan
faktor - faktor kritis sebagai berikut :
Menstabilkan tanda - tanda vital.
Mempertahankan saluran napas.
Kendalikan tekanan darah sesuai dengan
keadaan masing-masing individu, termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi
maupun hipertensi.
Deteksi dan memperbaiki Aritmia jantung..
Menempatkan posisi penderita dengan baik
secepat mungkin ;
Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau
semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan
vena sereral berkurang.
Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan
gerakan pasif setiap 2 jam.
Dalam beberapa hari dianjurkan untuk
dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali perhari : tindakan ini perlu
untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur
terutama pada bahu, siku, dan mata kaki)

2. Penatalaksanaan Non Bedah.


Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi ;
a. Diuretic : untuk
menurunkan edema serebral.
b. Antikoagulan ; untuk mencegah
terjadi atau memberatnya trombosis atau embolisis.
c. Obat anti hipertensi; berikan jika
pasien denga riwayat hipertensi.
3. Bedah.
Untuk melakukan pembedahan pada penderita stroke sulit sekali untuk menentukan
penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah. Tujuan utama pembedahan
adalah untuk memperbahiki aliran dara serebral.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan diagnosis keperawatan.

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,
tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
2. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
3. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
4. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
5. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
6. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
7. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
8. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
a. Pola koping
b. Harapan klien
c. Factor stressor
d. Konsep diri
e. Pengetahuan
f. Adaptasi
g. Hubungan dengan anggota keluarga
h. Hubungan dengan masyarakat
i. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara
j. Aktivitas sosisal
k. Bahasa
l. Keadaan lingkungan
m. Kegiatan keagamaan
n. Keyakinan tentang kesehatan
9. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Makan
b. Minum
c. Tidur
d. Eliminasi fekal
e. Eliminasi urine
f. Aktivitas dan latihan
g. Personal hygiene
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Head to toe
11. Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan intelektual yang meliputi kegiatan
mentabulasi, mengklasifikasi, mengelompokkan, mengkaitkan data dan akhirnya
menarik kesimpulan

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata
ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien
dapat ditanggulangi atau dikurangi.

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan


intracerebral.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori,
penurunan penglihatan
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah otak
5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegic
6. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

III. INTERVENSI
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan
perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menntukan intervensi
keperawatan.

Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :


a Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra
cerebral
1) Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
2) Kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
- GCS 456
- Pupil isokor, reflek cahaya (+)
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,
pernafasan 16-20 kali permenit)
3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya
b) Anjurkan kepada klien untuk bed rest totat
c) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial
tiap dua jam
d) Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri
bantal tipis)
e) Anjurkan klien untuk menghindari batukdan mengejan berlebihan
f) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

4) Rasional
a) Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
b) Untuk mencegah perdarahan ulang
c) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan
untuk penetapan tindakan yang tepat
d) Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral
e) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan
potensial terjadi perdarahan ulang
f) Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan
TIK. Istirahat total dan ketenagngan mingkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik /
perdarahan lainnya
g) Memperbaiki sel yang masih viabel
b Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
1) Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
2) Kriteria hasil
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
3) Rencana tindakan
a) Ubah posisi klien tiap 2 jam
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas
yang tidak sakit
c) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d) Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
e) Tinggikan kepala dan tangan
f) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuklatihan fisik klien
4) Rasional
a) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah
yang jelek pada daerah yang tertekan
b) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
c) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan
c Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan
penglihatan
1) Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
2) Kriteria hasil :
- Adanya perubahan kemampuan yang nyata
- Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang
3) Rencana tindakan
a) Tentukan kondisi patologis klien
b) Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
c) Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
d) Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia,
bermusuhan, halusinasi setiap saat
e) Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat
pendek
4) Rasional
a) Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai
penetapan rencana tindakan
b) Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi
klien
c) Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi
d) Untuk mengetahui keadaan emosi klien
e) Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat
dimengerti.
d Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah otak
1) Tujuan
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
2) Kriteria hasil
- Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
- Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isarat
3) Rencana tindakan
a) Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat
b) Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
c) Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya ya atau tidak
d) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
e) Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
f) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara
4) Rasional
a) Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
b) Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
c) Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi
d) Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
e) Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
f) Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar
e Defisit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
1) Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
2) Kriteria hasil
- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
- Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3) Rencana tindakan
a) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan
perawatan diri
b) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri
bantuan dengan sikap sungguh
c) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
d) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya atau keberhasilannya
e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
4) Rasional
a) Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual
b) Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c) Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk
diri-sendiri untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan
pemulihan
d) Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong
klien untuk berusaha secara kontinyu
e) Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
f Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
1) Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
2) Kriteria hasil
- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
3) Rencana tindakan
a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan
mobilisasi jika mungkin
b) Rubah posisi tiap 2 jam
c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah
yang menonjol
d) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi
e) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas
terhadap kulit
4) Rasional
a) Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b) Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c) Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
d) Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
e) Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f) Mempertahankan keutuhan kulit

IV. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana tindakan
keperawatan yang diberikan pada klien.
V. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,


Edisi 3, EGC, Jakarta.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI,


Volume II, EGC, Jakarta.

Juwono, T., 1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.

Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah


Saraf Indonesia, Surabaya.

Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,


Suatu Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.

Anda mungkin juga menyukai