OBESITAS
REFRAT
MOTYA ALDIARTHI
406127034
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 17 FEBRUARI 26 APRIL 2014
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
OBESITAS
REFRAT
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk tugas kepaniteraan
ilmu penyakit dalam
MOTYA ALDIARTHI
406127034
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 17 FEBRUARI 26 APRIL 2014
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 406127034
Universitas : Tarumanagara
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas RahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas refrat ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan refrat ini adalah untuk melengkapi syarat
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, dengan judul Obesitas .
Dalam penyusunan refrat ini saya mendapatkan banyak manfaat untuk
meningkatkan pengetahuan saya sebagai dokter di masa yang akan datang, dan saya
juga berharap dan bermanfaat bagi pembaca refrat ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada dr. Diana Novitasari, sp.PD atas
bimbingannya. Saya sadar walaupun telah menyelesaikan refrat ini secara teliti,
namun tidak luput dari kekurangan. Karena itu saran dan kritik yang sangat
menunjang sangat saya harapkan. Semoga refrat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
2. OBESITAS ........................................................................................................ 2
2.1 Definisi dan Klasifikasi Obesitas ...................................................... 2
2.2 Epidemiologi ..................................................................................... 2
2.3 Etiologi .............................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi Obesitas ........................................................................ 5
2.5 Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas .................... 7
2.6 Obesitas Sentral ................................................................................. 10
2.7 Lingar Perut pada Obesitas Sentral ................................................... 10
2.8 Management Berat Badan pada Pasien Overweight dan Obesitas .... 11
2.9 Tujuan Penurunan Berat Badan ......................................................... 11
2.10 Strategi Penurunan dan Pemeliharaan Berat Badan .......................... 12
2.10.1 Terapi Diet .......................................................................... 12
2.10.2 Aktifitas Fisik ..................................................................... 13
2.10.3 Terapi Perilaku ................................................................... 13
2.10.4 Farmakoterapi ..................................................................... 13
2.10.5 Terapi Bedah....................................................................... 14
3. KESIMPULAN ............................................................................................ 15
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT menurut WHO .......................................................................... 8
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan Lingkar
Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik ...................................................................... 9
Tabel 3. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis .................................................. 10
Tabel 4. Indikasi operasi bariatric ......................................................................... 16
Tabel 5. Kontraindikasi relatif operasi bariatrik .................................................. 16
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
OBESITAS
2
melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7 % dari populasi orang dewasa di
dunia.
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya
mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi
dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di
negara-negara ini, termasuk di Indonesia7.
Pada subyek obesitas, konsentrasi asam lemak bebas, trigleserida, kolesterol
LDL dan apoB lebih tinggi dibandingkan orang non-obes dan terdapat morbiditas
dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke dibandingkan dengan orang
non-obes.
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat
erat hubungannya dengan sindrom metabolic. Sindrom metabolic merupakan satu
kelompok kelainan metabolic yang, selain obesitas, meliputi resistensi insulin,
gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi
endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
merupakan factor resiko utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi
penyakit jantung koroner dan / atau stroke.
III. Etiologi
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan
maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas (Mahan et al., 2000)10. Faktor
lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan
ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial
ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga
dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui
bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan
obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap
kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004)13. Meningkatnya obesitas tak lepas
dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan
menonton televisi berjam-jam (Saw S.M., 2000).
3
Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal
melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan
banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh (Mahan et al.,
2000)10.
Jika asupan energy melebihi pengeluaran, kelebihan kalori disimpan dalam
jaringan lemak. Ada dua komponen terhadap keseimbangan berat badan dan kelainan
salah satu sisi terhadap asupan atau pengeluaran yang dapat menyebabkan obesitas.
Batas tertentu nafsu makan dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu pusat makan
di nucleus ventrolateral hipotalamus (VLH) dan pusat lapar ventromedial
hipotalamus (VMH). Korteks serebri menerima sinyal positif dari pusat makan yang
merangsang makan dan pusat rasa kenyang mengatur proses ini dengan mengirim
impuls-impuls yang menghambat ke pusat makan. Pusat hipotalamus adalah
sensitive terhadap katekolamin dan rangsangan beta adrenergic menghambat tingkah
laku makan. Hal ini menimbulkan sekurang-kurangnya pemikiran-pemikiran rasional
untuk efek anoreksia dari amfetamin7.
Kebutuhan kalori harian normal berkisar antara 110-130 kj (27-32 kkal) /
kgBB. Kenaikan berat badan yang sering terjadi pada umur pertengahan tampaknya
disebabkan oleh aktifitas fisik yang berkurang.
Ada tiga komponen utama terhadap pengeluaran energy total dari laju
metabolism istirahat, olahraga menginduksi termogenesis, dan respon termik
terhadap makanan sirkulasi.
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas
menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian
atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity)
(Vague J., 2006).
Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di
truncal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu truncal
subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal
(abdominal), dan retroperitoneal (Tchernof A., 2007)11. Obesitas tubuh bagian atas
lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal
sebagai android obesity. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes,
4
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah
(Boivin et al., 2007)3.
Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi
lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada
wanita sehingga sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan erat
dengan gangguan menstruasi pada wanita (Bergman et al., 2001)2.
5
Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan dan tengah untuk
mengontrol sistem saraf otonom.
6
V. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Caballero B., 2005)4. Sebuah
studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai
skreening obesitas yang mudah dan murah (Sjostrom et al., 2001)12. Berikut ini
penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:
a. IMT
Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB2
dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam
meter (Caballero B., 2005)4. Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1, merupakan klasifikasi yag ditetapkan World Health Organization
(WHO) , nilai IMT 30 kg/m2 dikatakan sebagi obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m2,
sebagai Pra Obese 7.
7
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasrkan IMT menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang <18,5
Kisaran normal 18,5-24,9
Berat badan lebih >25
Pra-obese 25,0-29,9
Obese tingkat I 30,0-34,9
Obese tingkat II 35,0-39,9
Obese tingkat III >40
Sumber : WHO technical series, 2000
IMT merupakan indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
pengukuran tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa. Untuk
orang dewasa berumur 20-29, persentil 85 BMI adalah 27,8 untuk laki-laki dan 27,3
untuk perempuan. Saat ini IMT merupakan indicator yang paling bermanfaat untuk
menentukan berat badan lebih atau obese. Karena IMT menggunakan ukuran tinggi
badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat diperkirakan
jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan menimbang di bawah air (r2 = 79%)
dengan kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis kelamin. Bila
melakukan penilaian, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan etnik.
Meskipun berat badan relative dan BMI berhubungan dengan derajat jaringan lemak,
kelebihan berat badan dapat berupa otot atau jaringan lemak. Penilaian ketebalan
lipatan kulit berbagai daerah tubuh bersama dengan berat badan, tinggi badan, dan
umur dapat digunakan untuk menilai derajat lemak. Lipatan kulit trisep dan
subskapula merupakan tempat yang paling umum dinilai.
Hubungan antara lemak dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi
tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang
sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan yang umum mengenai
derajat kegemukan yang sama bagi semua populasi, terutama pada kelompok usia
lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang
tidak sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.
8
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi
lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit
hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih
tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada
bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9,4,6,3,2 dan 2,9 kg/m2
lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu memperlihatkan adanya nilai cutoff
IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu.
Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan criteria dan klasifikasi
obesitas sendiri.
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan
Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik 7
Resiko ko-morbiditas
Lingkar perut
Klasifikasi IMT (kg/m2)
<90cm (laki-laki) 90cm (laki-laki)
<80cm(perempuan) 80cm(perempuan)
Berat badan <18.5 Rendah (resiko Sedang
kurang meningkat ada
masalah klinis lain)
Kisaran normal 18.5-22.9 sedang Meningkat
Berat badan lebih 23.0
Berisiko 23.0-24.9 Meningkat Moderate
Obese I 25-29.9 Moderate Berat
Obese II 30.0 Berat Sangat berat
Sumber : WHO WRP/IASO/IOTF dalam The Asia-Pasific Perspective :
Redefining Obesity and its Treatment (2000)
b. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan indikator terbaik untuk obesitas (Grundy S.M., 2004). Selain IMT,
metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur
lingkar pinggang (Bell et al., 2005). Parameter penentuan obesitas merupakan hal
yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT
9
maupun lingkar pinggang (Khan R. et al., 2005). Sehinggga IDF (Internasional
Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan
etnis (Alberti, 2005; Tjokroprawiro, 2006).
Tabel 3. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis 7
Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas
Eropa Pria >94
Wanita >80
Asia selatan Pria >90
Populasi China, Melayu, dan Asia-India
Wanita >80
China Pria >90
Wanita >80
Jepang Pria >85
Wanita >90
Amerika Tengah dan Selatan Gunakan rekomendasi Asia Selatan
hingga tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
Sumber : IDF, 2005
c. Lingkar Leher
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk
skreening individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001). Lingkar leher sebagai
index untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya
penyakit kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001). The North Association for The Study
of Obesity menyatakan bahwa dari uji statistik, koefisien korelasi pearson
menunjukkan hubungan erat antara lingkar leher dengan IMT (laki-laki, r=0,83;
perempuan, r=0,71; masing-masing, p<0,0001) dan lingkar pinggang (laki-laki,
r=0,86; perempuan, r=0,56; masing-masing, p<0,0001). Lingkar leher 37 cm untuk
laki-laki dan 34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk
mengidentifikasi individu dengan IMT 25 kg/m2, lingkar leher 39,5 cm untuk
laki-laki dan 36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk
mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT 30 kg/m2). Berdasarkan validasi
yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening
10
obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk
laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al., 2001)9.
11
antara batas bawah iga dan krista iliaca, dengan menggunakan ukuran pita secara
horizontal pada saat akhir ekspirasi dengan menggunakan kedua tungkai dilebarkan
20-30 cm. subjek diminta untuk tidak menahan perutnya dan diukur memakai pita
dengan tegangan pegas yang konstans.
Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan diantaranya tidak termasuk
sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar
yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil pengukuran.
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan bahwa lingkar perut
>102 cm pada laki-laki dan >88 cm pada perempuan, berhubungan dengan
peningkatan substansial resiko obesitas da komplikasi metabolic. Sedangkan Asia
Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm
sebagai batasan7.
Walaupun IMT <25 kg/m2, obesitas sentral dapat saja terjadi, sehingga
penyesuaian IMT pada keadaan obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila
IMT dianatara 22-29 kg/m2. Lingkar perut dikatakan mempunyai korelasi yang tinggi
dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total.
12
Penurunan berat badan harus SMART : Spesific, Measurable, Achievable,
Realistic and Time limited. Tujuan awal dari terapi penurunan berat abdan adalah
untuk mengurangi berat badan sebesar sekitar 10 persen dari berat awal.
Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan berat badan sebesar 10 %
adalah 6 bulan terapi. Untuk pasien overweight dengan rentang BMI sebesar 27
sampai 35, penurunan kalori sebesar 300 hingga 500 kcal/hari akan menyebabkan
penurunan berat badan sebesar sampai 1 kg/minggu dan penurunan sebesar 10 %
dalam 6 bulan.
Setelah 6 bulan, kecepatan penurunan berat badan lazimnya akan melambat
dan berat badan menetap karena seiring dengan berat badan yang berkuranbg terjadi
penurunan energy ekspenditure.
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan selama 6 bulan,
program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan
berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap anjuran
diet dan aktivitas fisik.
Untuk pasien yang tidak mampu mencapai penurunan berat badan yang
signifikan, pencegahan kenaikan berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang
paling penting.
13
B.E.E = 655.1 + (9.563 x kg) + (1.850 x cm) (4.676 x age)
Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan jumlah factor stress dan
aktivitas. Factor stress ditambah aktivitas berkisar dari 1,2 sampai lebih dari 2.
Secara umum deficit 32.000 kj (7.700 kkal) akan menyebabkan kehilangan
sekitar 1 kg lemak. Diet dengan kalori sangat rendah (VLCD) ambilan kalori
dibawah 800 kkal/ hari). Diet dengan protein berkualitas tinggi dan lebih besar dari
800 kkal/ hari disebut diet rendah kalori (LCD). Kontraindikasi relative atau
absolutenya termasuk wanita hamil, kaum remaja, anak-anak dalam massa
pertumbuhan dan pasien penyakit hati dan ginjal, jantung berat.
2. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari program
penurunan berat badan ; walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat
badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Aktifitas fisik yang lama sangat
membantu pada pencegahan peningkatan berat badan.
Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan
jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit
dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen ini, pengeluaran energi
tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per hari dapat dicapai.
3. Terapi Perilaku
Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan
dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah,
contingency management, cognitive restructuring dan dukungan social.
4. Farmakoterapi
Simpatomimetik amines, sebagai contoh phentermine, diethylpropion,
phendimetrazine. Drug enforcement Agency (DEA) III untuk phendimetrazine dan
benzphetamine. DEA IV untuk phentermine, diethylpropion. Simatomimetik amine
mempunyai efek samping diantaranya palpitasi, takikardi, meningkat tekanan darah,
tremor, sakit kepala, disforia, insomnia, diare, konstipasi, mulut kering.
Penghambat lipase saluran pencernaan sebagai contoh orlistat, dimana kerjanya
merusak energy absorpsi saluran cerna. Orlistat mempunyai efek samping discharge
minyak dari rectum, flatus dengan discharge, inkintinensia fekal, meningkat resiko
kolelitiasis, urin oksalat, menurunkan absorpsi vitamin larut lemak.
14
Lorcaserin digunakan pada serotonin (5-hydroxytryptamine) 2c reseptor
agonis. Dosis digunakan 10 mg 2x1. Lorcaserin dimetabolisme di hati dan di
eksresikan di urine. Lorcaserin mempunyai efek samping yaitu sakit kepala, pusing,
fatigue, mual, mulut kering, konstipasi, batuk, berkurang denyut nadi, dan
hiperprolaktinemia. Kontraindikasi penggunaan lorcaserin adalah mempunyai
penyakit katup jantung, gangguan psikiatri (depresi), hipoglikemia, hamil.
Phentermine HCl atau topiramate extended-release. Phentermine adalah short
acting simpatomimetik amine sebagai monoterapi obesitas. Topiramate adalah long
acting neurostabilizer yang diterima sebagai monoterapi untuk pencegahan kejang
dan tension headache. Dosisnya 1x1 pagi hari atau tanpa makan. Dosis awal 3.75 mg
sampai 23 mg ( phentermine 3.75 mg / topiramate 23 mg extended release).
Rekomendasi dosis 7.5 mg/ 46 mg. dosis titrasi 11.25 mg / 69 mg. dosis tap 15 mg/
92 mg. Efek samping PHEN / TPM ER adalah fase menstruasi yg ireguler tetapi
tidak meningkatan resiko kehamilan, depresan SSP, hipoglikemi. PHEN
dimetabolisme di hati dan di eksresikan paling banyak di ginjal. TPM ER di
eksresikan paling utama di ginjal. Kontra indikasi pada glaucoma, hipertiroid, hamil.
5. Terapi Bedah
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI
40 atau 35 dengan kondisi komorbid.
Bedah gastrointestinal (restriksi gastric [banding vertical gastric] atau bypass
gastric (Roux-en Y) adalah suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang
bermotivasi dengan risiko operasi yang rendah.
Tabel 4. Jenis Operasi Bariatrik (Schwartz priciples of surgery ed.9 . USA. 2010)4
Restriksi
- Laparoscopic adjustable gastric banding (LAGB)
- Sleeve gastrectomy (SG)
- Vertical banded gastroplasty (VBG)*
Malabsorbsi
- Billiopancreatric diversion (BPD)
- Jejunoileal bypass (JIIB)*
Kombinasi
- Roux en Y gastric bypass (RYGB)
- BPD with duodenal switch (DS)
(*) telah tidak dilakukan lagi.
15
Pada tahun 2008, American society for metabolic bariatric surgery telah
menyatakan sleeve gastrectomy sebagai operasi lini pertama dalam menurunkan berat
badan., karena telah memperlihatkan efikasi jangka menengah dan keamanan serta
efektifitasnya telah didukung oleh banyak publikasi ilmiah dalam literatur.
INDIKASI
Sebelumnya operasi bariatrik menggunakan konsensus NIH tahun 1991 sebagai skrining
pasien yang akan menjalani operasinya, namun sekarang standar prosedur telah digantikan
dengan prosedur dari Center for medicare and medicaid services tahun 2005.
Tabel 5. Indikasi operasi bariatric (Schwartz priciples of surgery ed.9 . USA. 2010)4
Pasien harus
1. Memiliki IMT 40 dengan atau tanpa kondisi komorbid medis yang berhubungan
dengan obesitas
2. Memiliki IMT 35-40 dengan kondisi komorbid medis
Ditambah dengan pasien :
3. Telah gagal dalam percobaan penurunan berat badan lainnya.
4. Stabil dalam psikologis.
(*) dengan pengecualian sleeve gastrectomy
Kontraindikasi
Kriteria dari NIH tidak membatasi umur pasien dalam terapi ini. Namun, dari pengamatan
banyak dokter bedah bariatrik, batas terakhir dari LRYGB adalah 60 tahun dan 65 tahun
untuk LAGB, pengecualian untuk pasien yang terlihat lebih muda dari umur kronologisnya.
1. Kondisi medis yang berat sehingga menyebabkan anastesi dan bedah menjadi
riskan (ASA kelas IV)
2. Mental inkompeten yang membuat pasien tidak paham tentang prosedur
3. Ketidakmampuan atau keengganan pasien untuk merubah gaya hidup setelah
operasi
4. Obat-obatan, alkohol atau adiksi substansi lainnya.
5. Bulimia atau gangguan makan lainnya yang tidak terkontrol.
6. Instabilitas psikologis
7. Status nonambulatory
8. Pemahaman pasien tentang operasi bariatrik sebagai magic bullet
9. Keluarga, atau lingkungan rumah yang tidak mendukung
10. Ketidakpatuhan pasien.
16
LAPAROSCOPIC ADJUSTABLE GASTRIC BANDING (LAGB)
Fitur utama dari operasi adalah pembuatan kantong lambung proximal yang lebih
kecil (biasa < 20ml) yang terpisah total dari lambung. Cabang Roux dari jejunum proximal
dibebaskan dan di sambung ke kantung. Jalan dari cabang tersebut dapat anterior dari
kolon dan lambung atau posterior dari keduanya , atau posterior dari kolon dan anterior
dari lambung. Panjang extermitas billiopancreatic dari ligamentum treiz ke
enteroenterostomi adalah 20-50cm, dan panjang cabang roux adalah 75-150 cm.
Pembuatan kantung proximal lambung dan terpisahnya total diakui lebih baik di
17
bandingkan pada tehnik terbuka yang hanya menstaples lambung, karena insidensi staples
yang hancur sangat tinggi. Ukuran kantung proximal lambung harus lebih kecil untuk
membuat restriksi makanan adekuat dan harus menekan fungdus lambung untuk
mencegah dilatasi yang berlebihan. Semakin panjangnya cabang roux dikaitkan dengan
tingginya penurunan berat badan jangka pendek,namun perbedaan ini menjadi tidak
signifikan dalam jangka panjang. Beberapa ahli bedah membuat LRYGB cabang roux lebih
panjang lagi untuk pasien dengan BMI >60 -50. Posisi antecolic cabang roux sering dikaikan
dengan rendahnya kejadian hernia internl yang menyebabkan obstruksi. Belum ada data
yang lengkap untuk mengkonfirmasi ukuran gastrojejunostomy berhubungan dengan
penurunan berat badan. Anastomosis gastrojejunal dapat di lakukan denganberbagai cara,
staples kecil melingkar (o 21mm dan 25 mm) di kaitkan dengan tingginya insidens stenosis
post op di bandingkan linear stapling.
SLEEVE GASTRECTOMY
2
BAB III
KESIMPULAN
2
DAFTAR PUSTAKA
1. Bell, Ge K., Popkin B.M. 2001. Weight gain and its predictors in Chinese
adults. Int J nationed Metabolism Disorder. 25:1079-1086.
2. Bergman, Van C., Mittelman S.D. 2001. Central role of adipocytes in
metabolic syndrome. J Investig Med. 49:119-126.
3. Boivin, Brochu, Marceau P. 2007. Regional differences in adipose tissue
metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-540.
4. Brunicardi, F. Charles; Andersen, Dana.K; dkk the surgical mangemen of
obesity in Schwartz priciples of surgery ed.9 . USA. 2010. The McGraw-
Hill companies,Inc.
5. Caballero B. 2005. Nutrition Paradox-underweight and obesity in developing
countries. N Engl. J. Med. 352:1514-1516.
6. Grundy S.M. 2006. Metabolic syndrome: connecting and reconceiling
cardiovaskuler and diabetes world. J Am Coll Cardiol. 47:1093-1110.
7. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic
Basic of Disease. 8th ed. Philadelphia : Saunders, An imprint of Elsevier Inc.
2010 : 438-442.
8. Sugondo Sidarta. Obesitas. Dalam : Sudoyo.A, Setoyohadi.B, dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi ke-5, Jakarta, Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009 : 1973-82.
9. Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O. 2001. The relationship betwen neck
circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of
Endocrinology and Metabolism, Turkey.
10. Liubov, Sohar E., Laor A., 2001. Neck circumference as s simple screening
measure for identifying overweight and obese Patients. The North
Association for The Study of Obesity. 470:477.
11. Mahan, Adair, Popkin B.M. 2002. Ethnic differences in the association
betwen body mass index and hypertension. Am J Epidemiology. 155:346-353.
12. Tchernof. 2007. Visceral adipocytes and the metabolic syndrome. Nutrition
Reviews. 24:29-6.
22
13. Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body
composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention
Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.
14. Zhang. 2004. Trends in the association betwen obesity sosioeconomic status
in US adults. Obesity Research. 12:1622-1632.
22